• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggolongan Dan Jenis dan Obat.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penggolongan Dan Jenis dan Obat.docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jenis Penggolongan Obat Secara Luas

Berikut ini merupakan penggolongan obat berdasarkan jenisnya

1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat

2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian 3. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian

4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan 5. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

6. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

1. Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

1. Obat Bebas

Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun1994 tentang izin Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk hitam Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :

Penandaan Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya.

(2)

Peringatan Obat Bebas Terbatas

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:

Penandaan Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.

b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara parenteral.

c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.

Contoh :

- Andrenalinum - Antibiotika

- Antihistaminika, dan lain-lain

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.

02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh garis tepi”, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

(3)

4. Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.

b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat

c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.

5. Obat Golongan Narkotika

Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan I, II dan III.

Contoh :

Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep). Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah : codipront (obat batuk), MST (analgetik) dan fentanil (obat bius).

- Obat narkotika golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.

Contoh: Tanaman: Papaver somniferum L. (semua bag. termsk buah & jerami kec. bijinya), Erythroxylon coca; Cannabis sp. Zat/senyawa : Heroin

- Obat narkotika golongan II : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oleh pemerintah. Contoh: Morfin dan garam-gramnya Petidin

(4)

Penandaan Obat Narkotika

6. Obat Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Contoh :

a. Lisergida b. Amphetamin c. Codein d. Diazepam e. Nitrazepam f. Fenobarbital

Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk Psikotropika

penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.

Psikotropika dibagi menjadi :

Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya : metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid diathylamine (LSD) dan metamfetamin

Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan. Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.

2. Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja

Dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :

a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba, contoh antibiotic

b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan serum.

c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh

vitamin dan hormon.

(5)

contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian

Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian dibagi menjadi 2 golongan :

a. Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol tablet

b. Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll

4. Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian

Dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

a. Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul, serbuk, dll

b. Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh c. Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke

pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon

d. Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.

e. Langsung ke organ, contoh intrakardial f. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal 5. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan

Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan dibagi menjadi 2 :

a. sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.

b. lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan Obat Berdasarkan Daya Kerja Atau Terapi

Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi dibagi menjadi 2 golongan

a. farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan vitamin

b. kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat Dan Cara Pembuatannya

(6)

a. Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral) tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.

mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll

b. Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat

8. Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Kerja Obat

A. Anti Biotik

Anti biotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Anti biotik di kategorikan berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut :

a. Penisilin (Penicillins)

Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin.

Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dan lain-lain. ). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.

b. Sefalosporin (Cephalosporins)

Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa generasi, yaitu :

Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.

Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis

Sefalosporin generasi ketiga, untk meningitis

Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin.

c. Aminoglikosida (Aminoglycosides)

Jenis anti biotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : amikasin, gentamisin, neomisin sulfat, netilmisin.

d. Makrolid (Macrolides)

Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang termasu dalam golongan ini antara lain: Eritromisin, Azitromisin, Klaritromisin.

(7)

Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan Kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : gantrisin.

f. Fluoroquinolones

Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotic yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri.

g. Tetrasiklin (Tetracyclines)

Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker,

konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk

mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin.

h. Polipeptida (Polypeptides)

Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja. Ketika disuntikan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : gentamisin dan

karbenisilin.

B. Anti Inflamasi

Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu, meringankan rasa nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan (Katzung, 2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke dalam golongan steroid dan golongan non-steroid (Anonim, 1993) :

a. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Contoh : Aspirin

b. Obat antiinflamasi Steroid

Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Contoh : hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon.

C. Anti Hipertensi

Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas cardiovascular.

Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :

(8)

Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya : Hidroklorotiazid

b. Obat Penghambat Adrenergik

Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :

Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.

Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.

Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.

c. Vasolidator

Vasolidator berfungsi untuk mengendurkan otot polos arteri, menyebabkan mereka untuk membesar dan dengan demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah. Contoh : hydralazine dan minoxidil

d. Penghambat Angiotensin-Converting Enzime (ACE-inhibitor) dan Antagonis

Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor Blocker, ARB)

1. Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit pembuluh darah. Contoh : captopril, enalapril, perindopril, ramipril, quinapril dan lisinopril

2. Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama seperti ACE inhibitor. Contoh : candesartan, irbesartan, telmisartan, eprosartan.

3. Antagonis Kalsium

Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.

D. Anti Konvulsan

Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.

E. Anti Koagulasi

Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat

pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

i. Heparin

(9)

1. Antikoagulasi oral

terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivate indan-1,3-dion misalnya : anisindion.

2. Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium

Contoh : Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.

F. Anti Histamin

Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan mejadi 3 kelompok yaitu :

1. Antagonis H1

Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang

mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin HCl (Clistin), Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).

2. Antagonis H2

Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Antagonis H2 terdiri dari :Semitidin (Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine), Ranitidin,HCl

(Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),Famotidin (Facid,Famocid,Gaster Ragastin,Restidin).

G. Psikotropika

Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:

1. Antipsikosis (major tranquilizer)

Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa yang berat.Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin

2. Antiansietas (minor tranquilizer)

Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis, dan berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh : klordiazepoksid, diazepam, oksazepam

3. Anti depresi

Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen. Contoh: desipramin, nortriptilin

4. Anti mania (mood stabilizer)

Anti mania berfungsi untuk mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan bipolar. Contoh : karbamazepin, asam valproat.

(10)

Anti jamur atau anti fungi berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh jamur. Contoh : imidiazol, diazol dan anti biotic polien

3. Penggolongan Obat Tradisional

Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik.

Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu ;

1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (data empiris). Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.

Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata “secara tradisional digunakan untuk ...” atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran sediaan di BPOM.

Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.

2. Obat Herbal Terstandar

OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Contoh OHT :

Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Hi Stimuno, Irex Max, Kiranti Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat Segar, Lelap, Prisidii, Reumakeur, Sehat Tubuh, Sanggolangit, Stop Diar Plus, Virugon. Kriteria obat herbal terstandar :

- Aman

- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik

(11)

- Memenuhi persyaratan mutu

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk

menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Contoh Fitofarmaka : Nodiar (Kimia Farma), Rheumaneer (Nyonya Meneer), Stimuno (Dexa Medica), Tensigard Agromed (Phapros), X-Gra (Phapros).

Kriteria fitofarmaka :

- Aman

- Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan ujin klinis - Menggunakan bahan baku terstandar

Referensi

Dokumen terkait

Tumbuhan obat tersebut dapat dimanfaatkan dengan cara bervariasi, yakni untuk pengobatan dari luar yakni dengan cara tumbuhan ditempelkan dan dioleskan pada bagian

“…ketika kami menemukan sarana distribusi melakukan pelanggaran dilapangan seperti obat tradisional tanpa izin edar, mengandung bahan kimia obat dan menjual obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada sampel obat tradisional bermerk jenis bubuk yang telah diuji dinyatakan bebas dari bakteri Escherichia coli dengan

Pelaku Usaha pemilik Izin Edar untuk Obat golongan Obat bebas, Obat golongan Obat bebas terbatas, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetika, dan Pangan

OBAT ILEGAL (TIE & Palsu) Tanpa Izin Edar NIE tidak berlaku NIE fiktif Expired Date diperpan- jang Kan- dungan zat aktif dengan kadar rendah Kan- dungan Zat Aktif

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi penegak hukum untuk memberikan hukuman terhadap pelaku kejahatan pengedar obat tanpa izin jenis Somadril yang

Dari kedua bentuk sanksi atau hukuman tersebut penulis menilai bahwa terdapat Persamaan Sanksi bagi pelaku pengedaran obat farmasi tanpa izin yaitu berupa hukuman

Tetes telinga: − Kadar ≤ 0,5% − Tidak boleh dipakai lebih dari 2 hari berturut-turut − Tidak boleh untuk perforasi pecahnya gendang telinga 4 Ibuprofen Obat Bebas Terbatas −