• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PANDUAN KETRAMPILAN KLINIS SKILLS L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUKU PANDUAN KETRAMPILAN KLINIS SKILLS L"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN KETRAMPILAN KLINIS

( SKILLS LAB ) BLOK I

HUMANIORA DAN BIOETIK

Edisi Revisi

Kode :

13130111

Kredit : 5 SKS Semester : I

TIM BLOK I

HUMANIORA DAN BIOETIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2014

A. AREA KOMPETENSI BLOK 1. Area Profesionalitas yang Luhur

a. Ber-Ketuhanan yang Maha Esa /Yang Maha Kuasa b. Bermoral, beretika dan disiplin

c. Sadar dan taat hukum d. Berwawasan sosial budaya

e. Berperilaku profesional 2. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri a. Menerapkan mawas diri

b. Mempraktikan belajar sepanjang hayat c. Mengembangkan pengetahuan

3. Area Komunikasi Efektif

a. Berkomunikasi dengan

pasien dan keluarga

b. Berkomunikasi dengan

mitra

c. Berkomunikasi dengan

masyarakat

4. Area Pengelolaan Informasi

a. Mengakses dan menilai informasi pengetahuan b. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan

secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

(2)

1.1 Kompetensi Inti

Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesua dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum dan sosial budaya.

1.2 Lulusan Dokter mampu

a. Ber

-Ketuhan-an ( Yang Maha Esa Yang Maha Kuasa )

1) Bersikap dan berperilaku yang ber-Ketuhan-an dalam praktik kedokteran

2) Bersikap bahwa yang dilakukan dalam pratik kedokteran merupakan upaya maksimal

b. Bermoral, beretika, dan berdisiplin

1) Bersikap dan berperilaku sesua dengan standar nilai moral yang luhur dalam praktik kedokteran

2) Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik edokteran Indonesia

3) Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat 4) Bersikap disiplin dalam praktik kedokteran dan bermasyarakat

c. Sadar dan Taat Hukum

1) Mengidentifikasi masalah hukum dan pelayanan kedokteran dan memberikan saran cara pemecahannya

2) Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertiban masyarakat

3) Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlku 4) Membantu penegakkan hukum serta keadilan

d. Berwawasan sosial budaya

1) Mengenali sosial budaya ekonomi masyarakat yang dilayani 2) Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama,

usia, gender. Etnis, difabilitas, dan sosial budaya ekonomi dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

3) Menghargai dan melindungi kelompok rentan

4) Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang di masyarakat multikultural

e. Berperilaku profesional

1) Menunjukkan karakter sebagai dokteryang profesional 2) Besikap dan berbudaya menolong

3) Mengutamakan keselamatan pasien

4) Mampu bekerja ama intra dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi keselamatan pasien

5) Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam rangka sistem keehatan nasional dan global

b. Mawas Diri dan pengembanga Diri 2.1 Kompetensi inti

(3)

mengikuti penyegaran dan peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan serta mengembangkan pengetahuan demi keselamatan pasien.

2.2 Lulusan dokter mampu :

a. Menerapkan mawas diri

1) Mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri sendiri

2) Tanggap terhadap tantangan profesi

3) Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada yang lebih mampu

4) Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk pengembangan diri

b. Mempraktikan belajar sepanjang hayat

1) Menyadari kinerja profesionalitas diri dn mengidentifikasi kebutuhan belajar untuk mengatasi kelemahan

2) Berperan aktif dlam upaya pengembangan profesi 3) Mengembangkan pengetahuan baru

4) Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat serta mendisemunasikan hasilnya

c. Komunikasi Efektif 3.1 Kompetensi inti

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal denan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

3.2 Lulusan Dokter Mampu

a. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya 1) Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan non verbal 2) Berempati secara verbal dan nonverbal

3) Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti

4) Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan keehtan secara holistik dan komprehensif

5) Menyampakan informasi yang terkait kesehatan ( termasuk berita buruk, informed consent ) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar

6) Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultual dan spiritual pasien dan keluarga

b. Berkomunikasi dengan mitra kerja ( sejawat dan profesi lainnya )

1) Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukkan yang baik dan benar

(4)

3) Memberian informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak hukum, perusahaan asuransi kesehatan, media massa dan pihak lainnya jika diperlukan

4) Mempresentasikan informasi ilmiah seca efekif

c. Berkomunikasi dengan masyarakat

1) Melakukan komunikasi denan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan dan memecahkannya bersama-sama

2) Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. d. Pengelolaan Informasi

4.1 Kompetensi inti

Mampu memanfaatkan teknologi informaasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran

4.2 Lulusan Dokter mampu

a. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan 1) Mengakses dan menilai informasi komunikasi dan informasi

kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

2) Memanfaatkan ketrampilan pengelolaan informai kesehatan untuk dapat belajar sepanjang hayat

b. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi kesehatan lain, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

Memanfaatkan ketrampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi informai dalam bidang kesehatan

1. Daftar Ketrampilan

No. Komunikasi

Tingkat Ketrampila n

1. Menyelenggarakan komunikasi

lisan maupun tulisan 4A

2.

Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan (teknik dasar )

4A

3.

Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas lainnya ( rujukan atau konsultasi )

4A

METODE PEMBELAJARAN 1. Sesi Terbimbing

( mahasiswa akan diberikan ketrampilan kliis dipandu oleh Instruktur) 2. Sesi belajar mandiri

(5)

3. Sesi Responsi

( mahasiswa akan dievaluasi kemampuan ketrampilan

SKILLS LAB I

TEKNIK KOMUNIKASI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu melakukan teknik komunikasi lisan dan tulisan

B. DASAR TEORI

Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang dibagi kepada orang lain. Berkomunikasi berarti membantu menyampaikan pesan untuk kemudian diketahui dan pahami bersama. Pesan dalam komunikasi digunakan dalam memilih dan pengambilan keputusan.( Ariyanto ) Komunikasi melibatkan hubungan antar manusia dan mengharuskan memiliki

peserta komunikasi dan persamaan pemahaman. Persamaan bahasa dan gerak tubuh adalah sarana utama yang orang mempengaruhi orang lain. Dalam komunikasi antarpribadi proses komunikasi

yang berlangsung secara dinamis dan transaksional demikian hal komunikasi massa diperlukan untuk menyampaikan pesan kepada publik yang lebih luas untuk mencapai khalayak luas.

Seperti semua jenis komunikasi antar manusia, komunikasi kesehatan dapat mengambil berbagai bentuk dan terjadi dalam konteks yang berbeda. Perbedaan dasar dalam semua komunikasi antara manusia seperti, komunikasi verbal (bahasabased) dan non-verbal. Masing-masing dapat terjadi di sejumlah tingkatan kontekskomunikasi yang berbeda. Komunikasi verbal, proses berkomunikasi berlangsung dalam konteks tingkatan diri-sendiri (komunikasi intrapersonal) atau dengan orang.

Indonesian patients still feel reluctant to be actively involved in a communication with health professional; which will lead to ineffective and inefficient communication session, (Kim YM, et al, 2002)

(6)

Komunikasi dalam lingkup kesehatan begitu penting. Hasil konferensi tentang komunikasi kesehatan yang berlangsung di Toronto menghasilkan ‘Toronto Consensus”, menghasilkan 8 (delapan) point pernyataan hubungan antara praktek komunikasi dan kesehatan sebagai berikut :

1. Communication problems in medical practice are important and common.

2. Patient anxiety and dissatisfaction are related to uncertainty and lack of information, explanation and feedback.

3. Doctors often misperceive the amount and type of information that patients want to receive.

4. Improved quality of clinical communication is related to positive health outcomes.

5. Explaining and understanding patient concerns, even when they cannot be resolved, results in a fall in anxiety.

6. Greater participation by the patient in the encounter improves satisfaction, compliance and treatment outcomes.

7. The level of psychological distress in patients with serious illness is less when they perceive themselves to have received adequate information.

8. Beneficial clinical communication is routinely possible in clinical practice and can be achieved during normal clinical encounters, without unduly prolonging them, provided that the

clinician has learned the relevant techniques. (Dianne Berry, 2007:31)

Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non-verbal), menjadi pendengar yang baik (active listener), adanya penghambat proses komunikasi (noise), pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi yang tepat (channel), dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.

(7)

tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Diperlukan pemahaman :

- jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non-verbal), - menjadi pendengar yang baik (active listener),

- penghambat proses komunikasi (noise), - pemilihan channel yang tepat

- mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.

KOMUNIKASI LISAN/ VERBAL

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa.

Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi

(8)

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

2. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk

merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

3. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

4. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. 5. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala sayaberat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

6. Kata-kata mengandung bias budaya.

7. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.

(9)

ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya

kata awak untuk orang Minang

adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.

9. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme.Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

10. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksudbekerja?

Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? …. Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya. (dwiuwiq, 2012 )

Komunikasi Lisan dibagi tiga tahap : 4. Komunikasi personal

Hilangkan ambiguitas, bertanya untuk memastikan, catat point-point penting, gunakan alat bantu, sampaikan rangkuman

5. Presentasi atau beretorika

Persiapan yang matang, pembukaan yang menarik, memberikan penekanan pada point-point yang penting, gunakan fakta, gunakan alat bantu, perhatikan bahasa tubuh dan intonasi, kontak mata, libatkan audiensi.

(10)

KOMUNIKASI NON VERBAL

Komunikasi non verbal dokter yaitu kinesik berupa ekspresi wajah dan kontak mata, haptik contoh berupa sentuhan dan mengelus-ngelus kepala anak/ bayi atau memegang anggota tubuh pasien, proksemik berupa proksemik jarak, proksemik ruang, dan proksemik waktu, paralinguistik berupa cara berbicara, dan artifak yang ditunjukkan berupa pakaian yang dikenakan oleh dokter. Hambatan yang terjadi ketika dokter berkomunikasi dengan pasien adalah hambatan psikologis karena kondisi atau keadaan pasien, seperti rewel, cengeng, dalam keadaan sakit dan perasaan takut pasien. Hambatan ekologis disebabkan oleh gangguan lingkungan dalam proses berlangsungnya komunikasi. Hambatan tersebut adalah lingkungan fisik yang berupa kondisi ruangan dan suasana ruangan yang kurang memadai. (Pratiwi dkk , 2010 )

MENDENGAR AKTIF

Hal mendengar aktif adalah salah satu unsur penting dalam proses komunikasi terutama proses konseling. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendengar aktif adalah :

1.

Perhatian

Adalah suatu usaha yang serius dan kerja keras , tidak hanya mendengarkan tetapi mengkomunikasikan keterlibatan yang aktif.

Sehingga dapat memahami yang dialami pasien, menunjukkan rasa hormat, dan terus terpusat pada satu atau dua perhatian tertentu.Karena ketiga hal tersebut dapat menolong pasien dalm memahami masalah dan keluhannya.

Cara memperhatikan secara efektif yaiutu :

a. Menjaga kontak mata. Kontak mata menunjukka anda sedang mendengarkan apa yang dikatakan pasien dan membuat kita dapat dipercaya. Perhatikan kapan pasien membuang pandangannya , maka kitan akan mengetahu apa yang membuat dia malu, terancam dan mencuri perhatiannya.

b. Gunakan bahasa tubuh dengan fasih. Untuk menunjukkan keterlibatan kita,dengan menghadapkan badan ke arah kita. Pakailah gerakan yang mengekspresikan semangat.

c. Iktilah apa yang dikatakan pasien, dengan demikian ia melihat kita tertaik dan memberi perhatian terhadap perkataanya. Jangan pernah memotong pembicaraan pasien atau melompat dari satu pokok ke pokok yang lainnya dan jangan menceritakan pribadi dan pengalaman endiri

2.

Respon-respon selanjutnya

(11)

3.

Menyatakan kembal

Setelah pasien menceritakan keluhannya, ada baiknya mengulangi apa yang dibicarakannya. Dengan demikian pasien bisa mengulangi maksud penjelasan/ ceritanya, dan merupakan sarana yang baik untuk meminta informasi yang lebih banyak, sambil tetap tinggal pada poko yang sama seperti yang dikemukkan pasien.

4.

Waktu Diam

Dalam satu komunikasi pembicaraan, jika satu pihak diam, maka pihak yang lain akan bicara. Apabila keduanya diam, maka suasana akan tegang, dalam situasi seperti ini jangan langsung memberikn pertanyaan, menawarkan jaminan atau memberikan usulan solusi. Coba untuk memandang saat idam itu dari sudut pandang pasien. Bisa jadi pasien sedang merenungkan kembali apa yang telah diceritakannya kepada pemeriksa. Ketika kita memberikan jeda untuk bicara ini adalah langkah positif , bawa pemeriksa menghormati pasien dan memberikan wakt kepadanya untuk memikirkan masalahnya. Tetapi jangan berlama karena pasien akan menanti reaksi pemeriksa setelah mendengarkan keluhannya. Dan gunakanlah saat diam inipada waktu awal-awal pasien mengungkapkan isi hatinya dan bukan pada perakapan selanjutnya. Hindari konfrontasi yag tidak berguna, jika pasien tidak tahu harus berkata apa maka berikanlah nasehat atau edukasi

diluar waktu diam. Tetapi kembalilah kepada pokok yang menjadi perhatian pasien.

5.

Fokus

Pendengar yang aktif akan mempengaruhi apa yang akan dibicarakan lawan bicaranya. Respon pemeriksa terhadap suatu pernyataan akan membuat respon pasien terfokus pada pemeriksa. Kita memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mengarahkan pembicaraan, bahkan hanya dengan jawaban-jawaban yang singkat sekalipun. Pemeriksa sebainya memberikan beberpa pandangan pada pasien. Akan tetapi jangan berusaha menolong pasien jika ternyata pasien kembali tidak fokus dan seperti menolak pandangan pemeriksa.

6.

Pertanyaan

Pertanyaan bertujuan menfokuskan pasien supaya pemeriksa mampu menggali berbagai informasi dari pasien. Ada cara agar pertanyaan kita efektif yaitu :

a. Jangan menggunakan dua puluh pertanyaan, artinya jangan mengubah proses edukasi atau konseling menjadi tanya jawab yang hanya menjawab ya dan tidak. Pertanyaan yang panjang juga akan membantu untuk memahami kasus yang dihadapi dengan lebih baik.

(12)

c. Hindari pertanyaan yang memberikan pilihan terbatas, pertanyaan ini akan membuat sikap defensif

d. Berhemat dengan pertanyaan yang memakai kata mengapa. Pertanyaan mengapa akan membuat orang merasa tertakan dan akan bersikap defensif

e. Berfikirlah sebelum bertanya, usahakan membuat percakapan yang nyaman, dan pasien mau memberi informasi serta sukarela, bukan seperti menginterogasi terdakwa.

f.Pencerminan isi. Pemeriksa harus menyaring informasi yang diperolehnya dari pasien dan menyampaikan kembali apa yang dipahaminya dengan bahasa sendiri. Hal ini berbeda dengan menyatakan kembali isi cerita. Jika pencerminan ini dilakukan dengan tepat dan peka akan membuat lancar percakapan dan menunjukkan pemeriksa terlibt akktif dalam mendengarkan masalah pasien dan menolongnya menjalankan masalah-masalahnya.

Konsep Lasswell yang menggambarkan komunikasi secara sederhana menjawab pertanyaan” Siapa mengatakan ApaSaluran Apa kepada Siapa Dengan pengaruh Bagaimana?” berikut :

Who ( sender ) Say what ( massage ) In what Channel ( channel) To whom ( receiver ) With what effect ( effect )

Komunikasi tertulis

Komunikasi Tertulis adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud-maksud tertentu. Contoh- contoh komunikasi tertulis ini antara lain:

1.naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat komplek.

2.blangko-blangko, yang dipergunakan untuk mengirimkan berita dalam suatu daftar.

3.gambar clan foto, karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat.

4.spanduk, yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang.

Dalam berkomunikasi secara tertulis, sebaiknya dipertimbangkan maksud dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Disamping itu perlu juga resiko dari komunikasi tertulis tersebut, misalnya aman, mudah dimengerti dan menimbulkan pengertian yang berbeda dari yang dimaksud. ( Fauzi M.R, 2011)

Kelebihan komunikasi tulis

(13)

sejarah manusia. Dengan kata lain, manusia dapat dikatakan memasuki zaman sejarah ketika mereka telah mengenal tulisan. Selain itu, komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi dan transformasi budaya.

Dibandingkan dengan komunikasi lisan, komunikasi tertulis memiliki beberapa kelebihan. Pertama, komunikasi tertulis lebih tahan lama. Artinya, komunikasi tertulis memiliki bentuk fisik baik berupa kertas, kulit binatang maupun prasasti batu. Sedangkan komunikasi lisan tidak memiliki bentuk fisik. Kita tidak tahu kemana perginya kata atau kalimat setelah diucapkan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa komunikasi tertulis memiliki fungsi dokumentasi. Sehingga pesan atau informasi yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan meski pemberi pesan sendiri sudah meninggal. Sebagai contoh, pemikiran-pemikiran Plato, Aristoteles dan filsuf lainnya hingga kini masih bisa kita terima karena mereka memahatkan ajaran mereka pada lempengan-lempengan batu. Meski jasad Karl Marx, Darwin, Max Weber sudah hancur dalam tanah, kita dan generasi sesudah kita masih bisa menerima informasi tentang pemikiran mereka selama perpustakaan menyimpan buku-buku karya mereka. Bukti lain yang tak kalah penting adalah bahwa kita masih bisa meneruskan tradisi dan ajaran agama karena adanya kitab-kitab suci. Semua agama besar di dunia pasti memiliki kitab suci. Di sini kita bisa melihat bahwa kitab suci agama merupakan sarana komunikasi tertulis yang

memuat seperangkat aturan, cerita masa lalu, ancaman, kabar gembira tentang masa depan yang semuanya bertujuan melestarikan dan mempertahankan tradisi (Suseno, 1997:17).

Kedua, komunikasi tertulis berlangsung secara massive dan dinamis. Berkat jasa Gutenberg, informasi dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang lebih murah. Sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan mudah. Suseno (1997:27) menyebutkan bahwa keberhasilan Reformasi Gereja Martin Luther di Jerman salah satunya dengan menggunakan sarana pencetakan. Mereka melemparkan gagasan dan argumen melalui selebaran yang mereka sebar. Dikatakan pula bahwa jika sebelumnya pikiran orang hanya dapat dipengaruhi melalui orasi (yang terbatas pada beberapa ratus orang dan diucapkan sekali saja serta dengan mudah dikontrol), kini pikiran orang dapat dipengaruhi melalui leaflet, buku dan media cetak lain yang dapat dibaca dan didiskusikan berulang-ulang dengan angota masyarakat lain.

(14)

Keempat, ketika kita tidak memahami sesuatu hal dari apa yang kita baca atau kita menemui kata asing, kita bisa mengulangi beberapa paragraf sebelumnya, menggunakan kamus atau bertanya kepada seseorang untuk memahaminya. Berbeda dengan komunikasi lisan yang berlangsung hanya sekali, kita tentu tak bisa serta merta meminta pembicara untuk mengulangi kalimat yang tidak kita pahami.

Kelemahan komunikasi tertulis

Sebagai bagian dari komunikasi verbal, komunikasi tertulis tak bisa lepas dari penggunaan bahasa sebagai sarana bertukar makna. Oleh karena itu, kelemahan unsur kebahasaan dalam proses komunikasi tentunya menjadi kelemahan dari komunikasi tertulis.

Larry L. Barker sebagaimana dikutip Dedy Mulyana dalam Pengantar Ilmu Komunikasi menyebutkan tiga fungsi bahasa: penamaan (labeling), interaksi dan transmisi informasi. Penamaan merupakan usaha manusia untuk mengidentifikasi objek, tindakan dan perasaan yang berbeda dengan memberi nama pada objek, tindakan dan perasaan tersebut.

Meski bahasa merupakan unsur yang sering kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari, bahasa memiliki sejumlah keterbatasan. Mulyana (2002:245-255) menguraikan keterbatasan bahasa sebagai sarana komunikasi. Pertama, keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek atau perasaan. Tidak semua benda, peristiwa, perasaan dapat diwakili oleh kata yang

berbeda. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan merupakan realitas itu sendiri. Kata hanya bisa mewakili sebagian dari realitas, bukan keseluruhan realitas. Keterbatasan bahasa dalam mewakili realitas tampak pada penggunaan kata sifat. Kata sifat cenderung dikotomis, maksudnya membagi sesuatu hanya dalam dua kategori, semisal kaya-miskin, bahagia-sengsara, pandai-bodoh, baik-buruk dan lain sebagainya. Namun perlu disadari bahwa realitas sesungguhnya tidaklah sekaku itu. Kita tidak bisa memvonis bahwa kalau tidak hitam berarti putih atau sebaliknya. Antara warna hitam dan putih terdapat puluhan bahkan ratusan warna abu-abu yang pasti beda. Seringkali agar kata yang kita ungkapkan lebih tepat, kita menggunakan tambahan ‘agak’ atau ‘sangat’.

Untuk mengukur makna yang lebih akurat, Charles E. Osgood, George Suci dan Percy Tannenbaum merancang suatu instrumen yang disebut Semantic Differential. Mereka mengukur makna suatu konsep dalam skala 1 sampai 7. dalam hal ini 1 menunjukkan kecenderungan negative sedang angka 7 menunjukkan kecenderungan positif (Mulyana,2002:246).

(15)

Ketiga, kata-kata mengandung bias budaya. Budaya sangat mempengaruhi bahasa. Menurut hipotesis Sapir-Whorf (Griffin, 2003:30) menyatakan bahwa struktur bahasa suatu budaya membentuk persepsi dan perilaku manusia. Dengan kata lain, struktur bahasa menunjukkan budaya suatu masyarakat. Misalnya, penggunaan tenses yang memperhitungkan waktu dalam struktur bahasa masyarakat Eropa menunjukkan penghargaan mereka atas waktu. Penggunaan bahasa yang bertingkat dalam budaya Jawa menunjukkan sistem sosial masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas tertentu. Oleh sebab itu, sangat mungkin terjadi kita tidak menemukan padanan yang tepat untuk kata tertentu dalam bahasa asing.

Disamping kelemahan-kelemahan bahasa dalam komunikasi tertulis tersebut, Beebe and Beebe (1997:257) menyebutkan kelemahan dari komunikasi tertulis adalah hubungan antarpartisipan komunikasi berjarak. Komunikator tidak bisa merinteraksi dengan audien secara langsung, melihat perubahan sikap yang terjadi atau merespon sikap audien. Sehingga feedback dalam proses komunikasi tersebut bersifat tidak langsung dan tertunda (no immediate interaction). Sedang dalam komunikasi lisan, hubungan pembicara dengan audien berlangsung akrab, hangat dan lebih personal.

Komunikasi tertulis bersifat lebih formal daripada komunikasi lisan. Dalam komunikasi tertulis kita terikat dengan konsep atau aturan ejaan tertentu untuk memenuhi syarat sebagai komunikasi tertulis

yang baik. Kita harus memperhatikan struktur kalimat yang njelimet agar bisa dipahami oleh pembaca. Sedangkan dalam komunikasi lisan pembicara bisa memakai kalimat-kalimat pendek tanpa harus mematuhi aturan kalimat yang baik dengan alasan efisien.

(Maulinni’am MA , 2008) C. ALAT DAN BAHAN 1. Meja dan kursi 2. Check List 3. Bolpoint

D. PRASYARAT :

1.Pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar 2. Memakai Jas Skills lab dengan rapi

3. Mematuhi tata tertib dan aturan bagian laboratorium ketrampilan klinis

4. Mahasiswa wajib membawa alat tulis sendiri

E. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Mahasiswa mempersilahkan pasien masuk , dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. Mahasiswa mengucapkan :

(16)

b. salam “ assalamu’alaikum” dan menjabat tangan pasien ( Islam : menjabat tangan pasien yang sama jenis kelaminnya/ orangtua) ,

c. menyapa pasien “ Selamat pagi/siang/sore”, d. Mempersilahkan pasien duduk

e. Menjaga kontak mata, senyum dan tenang 3. Mahasiswa memperkenalkan diri : nama “ dr....” dan

menanyakan identitas pasien dan menuliskan pada lembar medis pasien:

a. Nama b. Umur c. Alamat d. Pekerjaan

e. No telp yang bisa dihubungi f. Pendidikan terakhir

4. Mahasiswa menanyakan maksud kedatangan pasien a. Keluhan utama : ingin konsultasi

b. Keluhan tambahan : sesuai skenario

5. Mendengar aktif ketika pasien mengungkapkan keluhannya “ skenario : seorang Ibu umur 34 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, datang ke dokter Fahmi untuk berkonsultasi, merasa lelah, jantung selalu berdetak, nafas seperti tertahan, kencing terus jika minumnya banyak sudah sejak tiga hari

yang lalu setelah anaknya mengalami kecelakan lalu lintas dan harus dirawat di Rumah sakit “

Keluhan tambahan : susah tidur, memikirkan anaknya apakah akan sebuh atau cacat

6. Mahasiswa sebagi dokter menjaga kontak mata, sesekali mengangguk, atau menegaskan dengan kata ya atau baiklah ketika pasien selesai menceritakan keluhannya

7. Mahasiswa yang berperan sebagi Dokter menanyakan kesedian nya untuk diperiksa, hasil pemeriksaan normal ( tidak memeriksa fisik )

8. Dokter mengumpulkan informasi :

 Cemasnya datang pada saat apa saja ? ( pasien menjawab : tidur )

 Cemas berkurang pada saat apa? ( pasien menjawab : saat aktivitas atau kegiatan , atau tidak sedang sendirian )

 Apakah anaknya sudah pulang ? jawabnya sudah

 Apakah anaknya sudah berangkat sekolah? Belum, masih bengkak kakinya, dokter berpesan jangan untuk jalan terlalu lama.

(17)

9. Mahasiswa sebagai Dokter mengulang kembali dan

menegaskan apa yang didapat saat mengumpulkan informasi dengan membuat ringkasan

 Ringkasan dalam bentuk tulisan dilembar medis pasien

10. Mahasiswa sebagai dokter menanyakan kembali apakah ada yang terlewat?

11. Mahasiswa sebagai dokter memberikan edukasi / saran kepada pasien

 Bahwa pasien sehat

 Pasien hanya diharapkan lebih tenang dan ikhlas dalam menghadapi kejadiannya yang menimpa anaknya

 Pasien disarankan tidak berfikir yang belum terjadi , misal anaknya pasti nanti jalannya jadi pincang, karena dokter yang memeriksa tidak melakukan tindakan diarea kaki anaknya

 Dokter menegaska kembali pasien sehat dan tidak perlu diberikan resep obat.

12. Mengakhiri dengan :

 Mengucapkan Hamdallah

 Mengucapkan salam

 Menjabat tangan pasien

 Mengantar dan membukakan pintu

Penilaian Ketrampilan Klinis “ Teknik Komunikasi”

No .

Ketrampilan Bobo

t

Skor Tota l Nila i 3

1 Mahasiswa mempersilahkan pasien masuk , dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar 2 Mahasiswa mengucapkan :

a.Basmallah

“Bismillahirrahmanirrahiim” b.salam “ assalamu’alaikum” dan menjabat tangan pasien ( Islam : menjabat tangan pasien yang sama jenis kelaminnya/ orangtua) , c.menyapa pasien “ Selamat pagi/siang/sore”,

(18)

d.Mempersilahkan pasien duduk e,Menjaga kontak mata, senyum dan tenang

3 Mahasiswa memperkenalkan diri dan menanyakan kesediaan utuk wawancara: nama “ dr....” dan menanyakan identitas pasien dan menuliskan pada lembar medis pasien:

a.Nama b.Umur c.Alamat dPekerjaan

e.No telp yang bisa dihubungi f.Pendidikan terakhir

3

4 Mahasiswa menanyakan maksud kedatangan pasien

a.Keluhan utama : ingin konsultasi b.Keluhan tambahan : sesuai skenario

5 Mendengar aktif ketika pasien mengungkapkan keluhannya 6 Mahasiswa sebagi dokter menjaga

kontak mata, sesekali mengangguk, atau menegaskan dengan kata ya atau baiklah ketika pasien selesai

menceritakan keluhannya

7 Mahasiswa yang berperan sebagi Dokter menanyakan kesedian nya untuk diperiksa, hasil

pemeriksaan normal ( tidak memeriksa fisik )

3

8 Dokter mengumpulkan informasi : Cemasnya datang pada saat apa saja ? ( pasien menjawab : tidur ) Cemas berkurang pada saat apa? ( pasien menjawab : saat aktivitas atau kegiatan , atau tidak sedang sendirian )

Apakah anaknya sudah pulang ? jawabnya sudah

(19)

 Apakah ananya dioperasi atau di gips? Jawabnya tidak

9 Mahasiswa sebagai Dokter

mengulang kembali dan menegaskan apa yang didapat saat mengumpulkan informasi dengan membuat ringkasan

 Ringkasan dalam bentuk tulisan dilembar medis pasien

10 Mahasiswa sebagai dokter

menanyakan kembali apakah ada yang terlewat?

11 Mahasiswa sebagai dokter

memberikan edukasi / saran kepada pasien

 Bahwa pasien sehat

 Pasien hanya diharapkan lebih tenang dan ikhlas dalam menghadapi kejadiannya yang menimpa anaknya

Pasien disarankan tidak berfikir yang belum terjadi , misal anaknya pasti nanti jalannya jadi pincang,

karena dokter yang memeriksa tidak melakukan tindakan diarea kaki anaknya

Dokter menegaska kembali pasien

sehat dan tidak perlu diberikan resep obat.

12 Mengakhiri dengan :

 Mengucapkan Hamdallah

 Mengucapkan salam

 Menjabat tangan pasien

 Mengantar dan membukakan pintu

3

Penilaian : Total nilai x100% 50

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan jika pengelola dan LC dalam melakukan strategi komunikasi untuk mempertahankan pelanggan yaitu

coli yang diisolasi dari air Sungai Code wilayah Sleman maupun dari air rumah tanggag sepanjang aliran air Sungai Code telah menunjukkan kecenderungan resisten terhadap

Bagi perempuan yang melebihi 15 hari maka dia wajib sembahyang atau puasa walaupun masih keluar darah, tetapi mesti mengentahui segala syarat bagi orang

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,07 persen didukung oleh pertumbuhan seluruh komponen, yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah

Selain itu, untuk mengetahui kenaikan muka air laut di perairan PPP Sadeng berdasarkan data multi satelit altimetri maka menggunakan data satelit altimetri yang telah dikelompokan

Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi.

Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan aplikasi data warehouse yang mengintegrasikan data demografi penduduk, data anggaran, data potensi dan data usulan