• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGGALI KREATIVITAS MELALUI MODEL POGIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGGALI KREATIVITAS MELALUI MODEL POGIL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENGGALI KREATIVITAS MELALUI MODEL POGIL DALAM

PEMBELAJARAN KIMIA MEWUJUDKAN

SISWA KREATIF DAN INOVATIF

Sri Yani Widyaningsih

MAN Parakan Temanggung, Temanggung, 56218 Email korespondensi: widyaningsih_spd@yahoo.com

ABSTRAK

Melalui kajian pustaka makalah ini bertujuan mengkaji kreativitas yang dimunculkan dalam pembelajaran yang dikemas dalam Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL), mampu mewujudkan siswa yang kreatif dan inovatif. Terwujudnya siswa yang kreatif dan inovatif akan membangun kemampuan berpikir sehingga menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang perlu ditumbuhkan di dalam kelas dan perlu dikembangkan kreativitas dalam semua segi. Untuk menumbuhkan iklim atau suasana kreatif di dalam pelajaran kimia yang memungkinkan siswa untuk membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. .Model pembelajaran POGIL merupakan pembelajaran inquiry yang berorientase proses yang berpusat pada siswa.

Dengan menggali kreativitas, siswa memperoleh pemahaman dan pembentukan konsep yang dibangun dari pengetahuan sebelumnya, pengalaman, keterampilan, sikap dan keyakinan. Pemahaman konsep lebih meningkat melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain, terutama teman sebaya. Pembelajaran kimia membutuhkan perhatian dan partisipasi intelektual secara optimal.

(2)

2 PENDAHULUAN

Ilmu kimia sebagai disiplin IPA tentu saja memiliki ciri-ciri IPA, sehingga

ilmu kimia tidak dapat lepas dari eksperimen-eksperimen. Kimia merupakan bagian dari kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri, (Permendiknas 2006, no 22). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar (Depdiknas, 2003).

Terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan (Permendiknas: 2003). Untuk menciptakan pendidikan yang bermutu, guru memegang peranan penting. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Kreativitas siswa dalam pembelajaran belum sepenuhnya didukung oleh guru, merupakan salah satu faktor mengakibatkan perhatian terhadap mata pelajaran kimia sendiri secara umum rendah bagi kebanyakan siswa sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar.

(3)

3

siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Kreativitas akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri, kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi, akan mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, memunculkan aktivitas belajar yang tinggi, sehingga prestasi belajar yang dicapai juga tinggi.

Penggunaan model POGIL dalam pembelajaran kimia merupakan alat untuk mencapai tujuan menggunakan klasifikasi hasil belajar yang meliputi ranah kognitif (yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif (meliputi, menerima, merespon, menghargai, penilaian, organisasi, karakterisasi) dan ranah psikomotorik (meliputi gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan ketrampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif).

Terdapat pengaruh model POGIL terhadap sikap, ketrampilan dan afektif, hasil penelitian ini dikuatkan oleh Popham bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Sedangkan seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan bisa mencapai hasil pembelajaran yang lebih optimal.

MODEL PEMBELAJARAN

(4)

4

Setiap tahapan merujuk pada rasional dan teori belajar tertentu, sehingga membedakan satu dengan model pembelajaran lainnya.

Model pembelajaran merupakan disain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Selanjutnya Bruce Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

POGIL bagian dari model pengajaran latihan penelitian (inquiry training). Model pembelajaran ini menerapkan dengan mempertemukan siswa dengan masalah yang sedikit membingungkan, memunculkan pertanyaan, melakukan eksperimen, membangun dan menguji gagasan. Sebuah model pembelajaran berperan dalam membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berpikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri. POGIL merupakan model pembelajaran karena meliputi beberapa rentetan kemampuan siswa yaitu: bagaimana cara siswa: mencapai konsep-konsep, menyusun hipotesis, menggunakan perangkat-perangkat ilmu pengetahuan untuk menguji konsep, menyusun kesimpulan dan presentasi ( learning from presentations).

PROCESS-ORIENTED GUIDED-INQUIRY LEARNING (POGIL)

(5)

5

Melalui POGIL siswa belajar dengan membangun pemahaman mereka sendiri dalam suatu proses melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang sebelumnya, mengikuti siklus belajar yang terdiri dari orientasi, eksplorasi, dan berinteraksi dengan orang lain, pembentukan konsep, aplikasi, dan menilai kinerja siswa (Orientation, Exploration, Concept Formation, Application, and Closure ) (Bransford et al, 2000).

Sedangkan pendapat David M. Hanson (2006) tujuan dari POGIL adalah untuk membantu siswa secara bersamaan menguasai disiplin konten dan mengembangkan keterampilan pembelajaran. Terdapat tiga komponen utama POGIL: pembelajaran kooperatif, inquiry terbimbing, dan metakognisi. POGIL dibangun berdasarkan pada basis penelitian, siswa belajar dengan baik ketika mereka secara aktif terlibat dalam kegiatan: menganalisis data, diskusi kelompok untuk memahami konsep dan memecahkan masalah, merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan berpikir tentang bagaimana meningkatkan kinerja, dan interaksi dengan instruktur yang berfungsi sebagai panduan atau fasilitator.

Instruktur bukan penyedia ahli pengetahuan, tetapi fasilitator yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran, membantu untuk mengembangkan keterampilan proses dan pemahaman konseptual, dan menerapkan pemahaman ini dalam memecahkan masalah. Lingkungan belajar yang dapat bersaing, individual, atau kooperatif. Siswa belajar lebih mengerti, dan mengingat lebih banyak ketika bekerja sama untuk memperoleh proses keterampilan penting seperti berpikir kritis, analitis, pemecahan masalah, kerjasama, dan komunikasi. (Johnson, Johnson dan Smith).

David M.Hanson (2000) mengemukakan langkah-langkah POGIL (Process-oriented guided-inquiry learning) pada Tabel 1.

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran POGIL Langkah

Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Guru Siswa

(6)

6

Memberikan bimbingan Menyusun hipotesis dari masalah yang diberikan

POGIL mempunyai kelebihan antara lain: a) kegiatan siswa lebih terstruktur karena terdapat panduan yang terstruktur, terkendali dan terarah, b) tujuan pembelajaran lebih tercapai, c). pemanfaatan waktu lebih efektif. Adapun kekurangan model POGIL yaitu siswa tidak bisa bebas melakukan eksperimen sesuai dengan keinginannya, tidak bebas berpikir sesuai dengan kemampuannya, kurang kritis. (Bransford et al, 2000) dalam jurnal oleh David M. Hanson (2000).

KREATIVITAS SISWA

(7)

7

mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya, yang memerlukan dorongan,hubungan ineraktif antar potensi kreatif individu dengan proses belajar dan pengalaman dengan lingkungan, b). Clark Moustakis (1967) psikolog humanistik, kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan: diri sendiri, alam, orang lain.

Sedangkan Utami Munandar (1992:47) kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisionalitas dalm berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas merupakan hasil interaksi dengan lingkungan dan dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Adapun definisi operasional menurut Utami Munandar (1977) kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir.

Mihaly Csikszentnihalyi (2006) menggambarkan kreativitas mempunyai hubungan erat antara wilayah domain (pengetahuan, nilai) yang menunjukkan kualitas seseorang baik dari gen, bakat maupun pengalaman yang merupakan produk dari komunikasi dengan orang lain atau lingkungan sosial.

(8)

8

Alat ukur kreativitas menurut Utami Munandar (2004: 68), meliputi: 1) tes kreativitas verbal, 2) tes kreativitas figural, 3) skala sikap kreatif, 4) Skala penilaian berbakat oleh guru. Pada penelitian ini akan digunakan tes kreativitas verbal terdiri atas 6 indikator sub tes yaitu: 1) permulaan kata: bertujuan mengukur kelancaran dengan kata yaitu kemampuan menentukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu. 2) menyusun kata: tes ini kata hampir sama dengan sub tes pertama, tetapi subtek dituntut untuk mengorganisasi persepsi, subjek harus mampu menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf dari satu kata yang diberikan, 3) membentuk kalimat tiga kata, 4) sifat-sifat yang sama: mengukur kemampuan kelancaran menemukan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu, subyek harus menemukan sebanyak-banyaknya obyek yang memiliki sifat-sifat yang sama, 5) macam-macam penggunaan: mengukur kelenturan dalam berfikir, 6) apa akibatnya: mengukur kelancaran, dalam memberi gagasan digabungkan dengan “elaborasi” diartikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan kemampuan mengembangkan suatu gagasan, merinci dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi.

PENUTUP

Kemampuan kreativitas (memunculkan ide-ide, berpikir luwes, menjawab yang bervariasi suatu pertanyaan, orisinal) sangat diperlukan siswa saat berinteraksi dengan aktivitas terhadap lingkungan, sehingga mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi secara cepat.

(9)

9

atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban pemecahan masalah dalam kerja kelompok, sesuai dengan langkah-langkah ilmiah.

Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk melihat atau menggunakan bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa orang yang kreatif adalah orang yang menggunakan suatu model atau pemecahan masalah yang berbeda dari umumnya. Kreativitas juga akan membantu siswa untuk menghadapi permasalahan dengan bijak.

Dengan menggali kreativitas siswa, pembelajar akan mengakui keanekaragaman tindakan dan jawaban siswa dalam proses pembelajaran melalui POGIL. Sehingga siswa akan merasa dihargai, tidak merasa bingung atau takut salah, ketika mereka memperoleh data hasil percobaan yang berbeda dari referensi yang ada. Tugas pembelajar bersama dengan siswa mengadakan evaluasi bersama secara komunikatif tanpa ada tekanan dari pembelajar atau siswa. Hal ini jika dibudayakan, maka akan menghasilkan siswa kreatif dan inovatif. Pembelajaran ini yang lebih berperan adalah siswa, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Terwujudnya siswa yang kreatif dan inovatif akan membangun kemampuan berpikir sehingga menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Kemendiknas. 2003. Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.

[2]. Yamin. M. 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Diva Press.

[3]. Permendiknas. 2007. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Jakarta: direktorat pendidikan menengah umum depdiknas.

[4]. Permendikbud. 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.

(10)

10

[6]. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

[7]. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. [8]. Dahar, R. W. dan Liliasari 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga [9]. Robert E, S. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

[10]. ________________2005. Cooperative Learning in the Social Studies: Balancing the Social and the Studies. Johns Hopkins University.

[11]. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

[12]. Suparno, S. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius

[13]. _________ 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

[14]. Sudjana, N. & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

[15]. Sardiman, A. S. 1996. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

[16]. Sardiman, A. S. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[17]. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara.

[18]. Oumar Hamalik (2011)

[19]. Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

[20]. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

[21]. Arif Sardiman (2008)

[22]. Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[23]. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

(11)

11

Referensi

Dokumen terkait

perencanaan hutan jangka panjang, nilai yang dibutuhkan kebenarannya hanya berkisar 5% (Departemen Manajemen Hutan, 2016), dibandingkan dengan keakurasian citra pada

Dengan begitu kuota penjualan butik pun bisa terus meningkat, maka dari itu Jangan segan-segan untuk berinvestasi untuk interior butik, karena tidak akan ada ruginya, semakin

2 PERMENLH 12/2010 dalam bagian lampirannya memuat Pedoman Teknis Penetapan Baku Mutu Udara Ambien Daerah, Pedoman Inventarisasi Data Mutu Udara Ambien dan Sumber Pencemar

• Perusahaan ini memiliki peluang yang besar dalam bisnis produk kertas. • Perusahaan memiliki beberapa ancaman seperti adanya pendatang baru. Tetapi ini bisa diatasi

Begitu juga dengan kebiasaan Ibunya di malam hari yang selalu duduk dan merenung di bawah pohon depan rumahnya sambil memohon kepada “Mbah Ibu Bumi Bapa Kuasa” yang diyakini

Berbagai masalah perilaku akan muncul dalam penyusunan anggaran misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan pernyataan bias pada

Dalam hal melakukan peninjauan kegitan pentingnya untuk melakukan pembinaan yang menyangkut masalah penata laksanaan atau pengelolaan keuangan tingkat puskesmas,

Mengenal 5 jenis burung yang paling mudah untuk dirawat serta memiliki harga yang relatif murah, usaha ternak burung saat ini memang bisa dikatakan sangat menguntungkan karena