• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 JURNAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM NOVEL

DE WINST

KARYA AFIFAH AFRA

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013

JURNAL

GUSMARNI YELMITA

NPM 1210018512009

PROGRAM STUDI PINDO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013

Gusmarni Yelmita1, Yetty Morelent2, Yusrita Yanti2 1

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta

2

Dosen Pascasarjana Universitas Bung Hatta, Email: gusmarniyelmita@yahoo.com

ABSTRACT

Character building is not easy to achieve. One way to motivate and educate the

students to build good characters by understanding the ideas and the main elements

of literary works. This paper deals with a study of the intrinsic elements in a novel

that relates to the education of character, and their implications towards learning

language and literature in Bahasa Indoesia in order to support the Curriculum 2013.

The method used in this study was descriptive qualitative method. Data from this

study were taken from the novel De Winst written by Afra Afifah. In analyzing the

data the writer used a number of theoretical concepts such as the principles

(Muhardi and Hasanuddin W.S.,2006), the concepts of character (Prayitno and

Khaidir, 2010), and the concepts of language learning (Jufri, 2012). From data

analysis, the results show (1) the use of the main elements in terms of intinsic

elements, such as characterization, setting, and plot, (2) values related to the

education of character, and (3) the implications of the research on the learning of

language and literature in Bahasa Indonesia. In conclusion, this novel has a lot of

educational character and values to be taught to the students, such as being honest,

religious, smart, polite, tough, responsibilty, and care among others. All of these are

reflected in the intrinsic elements used. Those characters can be studied by the

students while learning the Indonesian language and literature as well as motivating

them to apply. Therefore, it is suggested for teachers to use a novel or other literary

works to teach a good behavior to the students

.

(3)

ABSTRAK

Pembangunan karakter tidaklah mudah untuk dicapai. Oleh karena itu guru

berupaya menemukan cara untuk memberikan pelajaran yang mengandung nilai-nilai

karakter didalamnya sehingga siswa termotivasi untuk berperilaku baik. Tulisan ini

berkenaan dengan hasil penelitian yang mengkaji unsur-unsur intrinsik, nilai-nilai

pendidikan karakter dalam novel

De Winst

karya Afifah Afra, dan implikasinya

terhadap pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Kurikulum 2013. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data dari

penelitian ini berupa narasi dan dialog yang ada dalam novel

De Winst

karya Afifah

Afra yang diterbitkan oleh Indiva Media tahun 2008. Dalam menganalisis data

penulis menggunakan sejumlah konsep teoretis seperti prinsip-prinsip sastra

(Muhardi dan Hasanuddin W.S., 2006), teori tentang karakter (Prayitno dan Khaidir,

2010), serta teori pembelajaran bahasa, (Jufri, 2012). Hasil analisis data menunjukan:

(1) unsur intrinsik utama yang meliputi penokohan, latar, dan alur cerita, (2)

nilai-nilai pendidikan karakter yang mencakupi karakter religius, jujur, cerdas, peduli, dan

tangguh, dan (3) implikasi penelitian terhadap pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia menurut kurikulum 2013 yang mengutamakan pendidikan karakter. Dari

hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa novel

De Winst

karya Afifah Afra

merupakan sebuah novel yang banyak mengajarkan perilaku dan pendidikan karakter

yang baik. Sejumlah nilai karakter yang tercermin dalam novel ini adalah sikap jujur,

religius, cerdas, sopan, tangguh, dan kepedulian antar sesama. Semuanya ini

tercermin di dalam unsur-unsur intrinsik, penokohan, latar dan alur cerita. Karakter

ini dapat ditiru oleh siswa sambil belajar bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena

itu, disarankan agar guru-guru dapat menggunakan novel atau karya sastra lain untuk

mengajarkan perilaku yang baik dan pendidikan karakter kepada siswa.

Kata kunci:

unsur-unsur intrinsik, nilai-nilai pendidikan karakter,

metode

pembelajaran, kurikulum 2013

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis pendidikan (Arifin, 2012:1). Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia

(4)

kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum) yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi (Mulyasa, 2013:6).

Berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, sopan santun atau perilaku yang menunjukkan rendahnya karakter telah sedemikian marak dalam masyarakat seperti tawuran pelajar, seks bebas dan narkoba. Lebih memprihatinkan lagi, perilaku itu tidak sedikit ditunjukkan oleh orang-orang terdidik seperti adanya praktik jual beli nilai, jual beli ijazah dan jual beli gelar oleh pihak sekolah kepada oknum tertentu. Ini membuktikan bahwa, pendidikan saat ini kurang berhasil dalam membentuk watak (karakter yang baik). (http/diksia.com)

Penyimpangan-penyimpangan terjadi saat ini, tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh pengajar/pendidik di sekolah. Selaku pendidik, tentu hal ini menjadi suatu permasalahan yang patut direnungkan. Maka terjadi pergantian kurikulum, seperti kurikulum 2013 di mana konsep ideal kompetensi lulusan harus berkarakter mulia (Mulyasa, 2013:61). Hal ini berarti, menekankan aspek kompetensi yang berbasis karakter, yang artinya bagaimana kompetensi itu diperkuat karena kita menginginkan siswa tersebut berkarakter.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Menurut Lickona (dalam Azzet, 2013:27) mengatakan, tanpa ketiga aspek ini,

pendidikan karakter tidak akan efektif. Jadi, yang diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lantas melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja. Pendidikan karakter terkait erat dengan nilai dan norma.

Di dalam hidup ini, banyak nilai-nilai yang dibutuhkan manusia. Salam (2000:82) menyatakan, orang membutuhkan bermacam-macam nilai di dalam kehidupan yaitu: (1) nilai keindahan, (2) nilai pengetahuan, (3) nilai kebudayaan, dam (4) nilai pendidikan .

Pada saat sekarang ini, nilai pendidikan di sekolah adalah nilai-nilai pendidikan karakter. Menurut Dirjen Dikti

(dalam Arifin, 2013:24), “Pendidikan

karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Sementara itu, Prayitno dan Khaidir (2010:212) membagi lima nilai pendidikan karakter yaitu beriman, bertaqwa, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.

(5)

Boulton (dalam Atmazaki, 2005:39) termasuk jenis karya sastra berbentuk (formal) prosa fiksi naratif, di samping roman dan cerita pendek. Novel berbentuk prosa yang lebih panjang dan komplek dari pada cerpen, yang mengekpresikan sesuatu tentang kualitas atau nilai pengalaman manusia.

Untuk memahami sebuah karya sastra (novel), perlu menganalisis novel tersebut. Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah pendekatan. Pendekatan di sini digunakan sebagai suatu cara agar penelitian menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian. Menurut Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2008:9) pendekatan terdiri dari dua yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah penelitian sastra yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Pendekatan intrinsik terdiri dari tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Sedangkan pendekatan ekstrinsik adalah penelitian unsur-unsur luar karya sastra. Kajian intrinsik juga mendukung penerapan kurikulum 2013 yang berbasis karakter di mana, ada cerminan nilai pendidikan (karakter yang baik) yang perlu digali sehingga implikasinya bisa mendidik karakter siswa.

Dari uraian-uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian agar dapat menggambarkan dan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah melalui karya sastra yakni novel. Untuk itu penulis tertarik meneliti novel. Novel yang penulis teliti adalah novel karangan Afifah Afra yang berjudul De Winst.

Afifah Afra adalah seorang pengarang wanita muda Indonesia yang sangat produktif. Hasil karangannya ada 54 buah di antaranya yakni: 27 buah berupa novel, 3 buah berupa kumcer, 24 buah berupa nonfiksi. Karangan-karangan Afifah Afra memiliki manfaat yang sangat banyak, baik bagi pembaca, siswa, maupun bagi masyarakat lainnya. Alasan penulis meneliti novel De Winst karangan Afifah Afra, karena di dalam novel De Winst

karya Afifah Afra banyak membicarakan nilai-nilai pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter, dan dapat menuntun pembaca bagaimana menjadi manusia yang berpendidikan atau berkarakter baik.

Berdasarkan fenomena nilai pendidikan yang ditampilkan dalam novel

De Winst memberikan suatu gambaran bagi pembaca pada umumnya, dan anak didik pada khususnya bahwa di dalam kehidupan harus memiliki dan menerapkan nilai-nilai pendidikan yakni nilai pendidikan yang berkarakter.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: (1) nilai keindahan, (2) nilai pengetahuan, (3) nilai kebudayaan, (4) nilai pendidikan. (5) unsur intrinsik, dan (6) unsur ekstrinsik.

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

a. unsur-unsur intrinsik dalam novel De Winst karya Afifah Afra.

(6)

c. implikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013.

1.3.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan tersebut, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. bagaimanakah gambaran unsur-unsur intrinsik novel De Winst karya Afifah Afra?

b. bagaimanakah gambaran nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel De Winst karya Afifah Afra?

c. bagaimanakah implikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. menjelaskan gambaran unsur-unsur intrinsik dalam novel De Winst karya Afifah Afra.

b. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra.

c. menjabarkan implikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitiaan ini tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra mempunyai dua

manfaat, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat memperkaya materi ajar bagi guru atau pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, tentang unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013.

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan bahan masukan untuk menetapkan kebijakan dalam bidang pendidikan dengan mengambil nilai-nilai positif dari gambaran nilai-nilai pendidikan karakter yang terungkap di dalam novel De Winst karya Afifah Afra. Penelitian ini dapat memberikan contoh yang baik tentang bagaimana proses kreatif pengarang dalam menuangkan pengalaman hidup atau kenyataan sosial yang dialaminya melalui tulisan atau novel yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter,

sehingga dapat

memotivasi siswa/mahasiswa untuk

menulis karya sastra dan melakukan

penelitian pada novel-novel yang

berbeda.

2. KAJIAN TEORETIS

Menurut Hasanuddin W.S (2004:546), novel merupakan prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa, serta latar secara tersusun. Selanjutnya, Boulton (dalam Atmazaki, 2005:39) mengatakan bahwa, novel termasuk jenis karya sastra berbentuk (formal) prosa fiksi naratif, di samping roman dan cerita pendek. Novel berbentuk prosa yang lebih panjang dan komplek dari pada cerpen., yang mengekpresikan sesuatu tentang kualitas atau nilai pengalaman manusia.

(7)

karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2012:23).

Dipihak lain, ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 2012:23).

Menurut Kaelan (2004:87), nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai suatu benda berarti kualitas baik atau buruknya benda. Pada hakiktanya nilai adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan yang ada. Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan dengan yang lain kemudian diambil keputusannya.

Menurut Prayitno (2010:39), pendidikan adalah proses pemuliaan kemanusiaan manusia yang tercermin dalam harkat martabat manusia, sesuai dengan hakikat manusia, dimensi kemanusiaan, dan pancadaya. Menurut Nursid (2011:43), pendidikan adalah proses merubah perilaku individu ke arah kematangan dan kedewasaan. Hasbullah (2009:1) menjelaskan istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan sengaja oleh orang dewasa kepada orang yang belum

dewasa agar ia menjadi dewasa. O’connor

(Nursid, 2011:42) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan perilaku, sikap, keterampilan, dan pengetahuan individu peserta didik atau anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang akhirnya bertujuan untuk mencapai kedewasaan, kematangan, serta memiliki perilaku yang diharapkan. Muslich (2011:69) menyatakan pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang atau masyarakat sehingga membuatnya menjadi beradab. Sementara itu, Prayitno dan Khaidir (2010-212) membagi lima nilai pendidikan karakter yaitu beriman dan bertakwa, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.

Pembelajaran adalah terjemahan dari Bahasa Inggris instruction yang banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang menempatkan peserta didik sebagai sumber kegiatan. Istilah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat membantu peserta didik belajar melalui berbagai media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan sebagainya. Semua hal tersebut telah mendorong terjadinya perubahan peran guru dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator pembelajaran (Jufri, 2012:40).

Makna dari pembelajaran yang mendidik dan konteks standar proses pendidikan di Indonesia ditunjukkan oleh beberapa prinsip-prinsip yakni: (1) pembelajaran sebagai pengembangan kemampuan berpikir, (2) pembelajaran untuk mengembangkan fungsi otak, dan (3) proses belajar berlangsung sepanjang hayat (Jufri, 2012:44).

(8)

suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu: (1) presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, (2) rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa, (3) ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, dan (4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.

Dalam implementasinya pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Belajar bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi pelajaran. Namun, perlu juga dipelajari soal makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Selama ini pembelajaran bahasa Indonesia tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran pada hal teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Karena itu pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis teks. Melalui teks maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu ain dapat dicapai.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian

mengenai

pendidikan karakter dalam novel

De

winst

karya Afifah Afra ini termasuk

jenis penelitian kualitatif dengan

metode analisis deskriptif. Menurut

Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi,

2008:20), metode penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam meneliti karya sastra menurut

Ratna (2004:47), data-data formal

penelitian kualitatif diambil dari teks

novel dalam bentuk kalimat, dan

wacana.

Metode

deskriptif

adalah

metode

perincian

fakta

dengan

interpretasi

yang

tepat

terhadap

berbagai

fenomena

dengan

menetapkan suatu standar atau norma

tertentu (Moleong, 2011:3). Metode

deskriptif analisis dilakukan dengan

cara mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis

(Ratna, 2004:53).

(9)

pendekatan sosiologi sastra dan teknik

content analysis

, nilai-nilai pendidikan

karakter dalam novel

De Winst

karya

Afifah afra akan diungkap secara

objektif melalui ucapan dan tindakan

tokoh.

3.2 Objek dan Fokus Penelitian

Objek penelitian adalah novel

De Winst

karya Afifah Afra. Novel

De

Winst

karya

Afifah

Afra

yang

diterbitkan oleh Indiva Media tahun

2008. Fokus penelitian dari nove

l De

Winst

karya Afifah Afra adalah tiga

yakni: (1) unsur-unsur intrinsik. Dalam

hal ini penulis memfokuskan pada

unsur utama yakni penokohan, alur

dan latar.

Meskipun kajian yang

berdasarkan

pendekatan

objektif

diarahkan kepada analisis terhadap

seluruh unsur intrinsik karya sastra,

namun

menurut

Muhardi

dan

Hasanuddin WS (2006:66), unsur fiksi

ada yang berfungsi utama dan ada pula

yang berfungsi sebagai penunjang.

Maka

sesungguhnya

yang

mesti

diinventarisasi

adalah

unsur-unsur

utama fiksi, yaitu penokohan, alur dan

latar. Namun itu tidak berarti

konsep-konsep tentang unsur-unsur penunjang

tidak perlu dibicarakan. Pernyataan di

atas lebih menyarankan agar perhatian

penulis lebih terfokus kepada unsur

utama karya yang akan penulis teliti.

Oleh sebab itu, untuk meneliti novel

De Winst,

penulis lebih terfokus

kepada unsur utama karya fiksi yakni

penokohan, alur, dan latar. Dari unsur

utama, nilai-nilai pendidikan karakter

yang akan ditemukan akan lebih

tergambar. (2) nilai-nilai pendidikan

karakter.

Nilai-nilai

pendidikan

karakter yang terdiri dari: nilai

pendidikan karakter religius, nilai-nilai

pendidikan karakter jujur, nilai-nilai

pendidikan karakter cerdas, nilai-nilai

pendidikan karakter tangguh, dan

nilai-nilai pendidikan karakter peduli.

(3) implikasi unsur-unsur intrinsik dan

nilai-nilai pendidikan karakter dalam

novel

De Winst

terhadap pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia pada

kurikulum 2013.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen

utama

dalam

penelitian ini adalah penulis sendiri.

Dalam hal ini penulis menggunakan

tabel

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Ratna (2012:47), data

penelitian kualitatif dalam karya sastra

adalah naskah karya sastra tersebut.

Sebagai data formalnya adalah

kata-kata, kalimat, dan wacana yang

disajikan dalam bentuk deskriptif, data

penelitian ini dikumpulkan dengan

perencanaan yang jelas dan sistematis.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan cara sebagai berikut. (1)

membaca dan memahami teks novel

(10)

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah

yang

dilakukan dalam menganalisis data

dalam karya secara garis besarnya

adalah:

mengklasifikasi

data,

menganalisis data, dan menyimpulkan

(Jabrohim, 2003:26). Secara lebih rinci

langkah-langkah tersebut diuraikan

sebagai berikut:

1. klasifikasi data dilakukan dengan

memasukkan hasil identifikasi

data-data unsur-unsur intrinsik, dan

nilai-nilai pendidikan karakter yang

ditemukan dalam novel

De Winst

ke dalam tabel berikut:

2. menganalisis dan membahas data

yang terdapat dalam novel

De Winst

karya

Afifah

Afra,

sehingga

terindikasi

adanya

unsur-unsur

intrinsik dan nilai-nilai pendidikan

karakter.

3.

mengimplikasikan

unsur-unsur

intrinsik dan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam novel

De Winst

karya

Afifah

Afra

terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia pada Kurikulum 2013.

4. merumuskan simpulan.

3.6 Teknik Pengabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data

penelitian, maka penulis menggunakan

pendapat Sugiyono (2005:120-130)

yang membagi uji keabsahan data

menjadi empat: uji kredibilitas data, uji

transferability

, uji

dependability

, dan

uji

confirmability

. Uji kredibilitas atau

kepercayaan

terhadap

data

hasil

penelitian

kualitatif

antara

lain

dilakukan dengan: (1) perpanjangan

pengamatan,

(2)

peningkatan

ketekunan

dalam

penelitian,

(3)

triangulasi, (4) diskusi dengan teman

sejawat, (5) analisis kasus negatif, dan

(6) pengecekan keanggotaan.

Teknik peningkatan ketekunan,

teknik pengecekan teman sejawat dan

kecukupan referensial adalah yang

peneliti

gunakan

untuk

menjaga

keabsahan data. Teknik peningkatan

ketekunan dalam penelitian berarti

melakukan pengamatan secara lebih

cermat berkesinambungan. Dengan

teknik ini penulis dapat kepastian data

dan urutan peristiwa yang akan diteliti

agar dapat ditulis secara pasti dan

sistematis. Hal ini bertujuan untuk

memastikan

apakah

data

yang

ditemukan benar atau tidak. Penulis

juga menggunakan teknik diskusi

dengan teman sejawat yang berguna

untuk menjaga keabsahan data. Teknik

pengecekan teman sejawat dapat

mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir melalui diskusi analitik dengan

rekan-rekan sejawat. Tujuan yang

ingin dicapai adalah agar penulis tetap

mempertahankan sikap terbuka, dan

kejujuran.

Yang

terakhir,

teknik

kecukupan

referensial

dijadikan

sebagai alat untuk mendukung dan

membuktikan data yang ditemukan,

hal ini difokuskan pada referensial

kepustakaan, yakni dengan membaca

naskah-naskah

tertulis

yang

berhubungan dengan data penelitian.

(11)

4.HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Dalam menganalisis Novel De Winst

peneliti hanya memfokuskan unsur-unsur intrinsik yang utama yakni penokohan, latar dan alur. Dapat peneliti paparkan sebagai berikut;

Penokohan terdiri dari: (1) Rangga, memiliki karakter religius, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli. (2) Everdine Kareen Spinoza, memiliki karakter jujur, tangguh, dan peduli. (3) Sekar, memiliki karakter jujur, tangguh, dan peduli. (4) Kresna, memiliki karakter peduli. (5) Suryanegara/Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Suryanegara memiliki karakter jujur dan peduli. (6) Kanjeng Raden Sentiawati Suryanegara, memiliki karakter peduli.(7) Pratiwi, memiliki karakter jujur, tangguh, peduli. (8) Partini memiliki karakter peduli. (9) Jatmiko, memiliki karakter jujur, cerdas, dan peduli. (10) Raden Haji Ngalim Sudarman, memiliki karakter religius, dan jujur. (11) Haji Suranto, memiliki karakter religius. (12) Tuan Billjmer memilik karakter cerdas. (13) Jan Thijsse memiliki karakter licik, kejam, dan jahat.

Latar dari novel ini ada 3 latar yakni. Pertama, latar tempat antara lain: di atas kapal, dermaga, hotel, kamar hotel, runagan dansa, kamar Rangga, pinggiran Solo, Rumah Biljmer, kedai kopi, kamar sekar, ruang tamu, Pabrik Gula De Winst, jalan aspal, gubuk, Masjid Agung, halaman pabrik, rumah Rangga, perkampungan batik Laweyan, Masjid Laweyan, rumah Haji Suranto, perkampungan Kali Pepe, jalan yang sunyi, rumah sakit, rumah Jatmiko, rumah Sekar, lapangan Srwedari, Istana Suryanegara, rumah Jan Thijsee, ruang sidang, pabrik tekstil, rumah tahanan, sel Gladak, jalan setapak, dan di kapal.

Kedua, latar waktu dari novel ini adalah malam hari, pagi hari, siang hari dan sore hari. Ketiga latar suasana. Latar suasana cerita ini adalah riuh, sedih, galau, prihatin, berdebat, akrab, tidak bersahabat , meriah, ribut, panik, resah, gelisah.

Alur dari novel De Winst ini menggunakan alur maju karena cerita di paparkan dari awal cerita, mulai konflik, puncak konflik, konflik menurun dan penyelesaian.

Novel De Winst mengandung muatan pendidikan karakter yakni: (1) nilai-nilai pendidikan karakter religius indikatornya taat beribadah, selalu ingat Tuhan, berserah diri kepada Allah. (2) nilai pendidikan karakter jujur indikatornya berkata apa adanya, lapang dada, bertanggung jawab, mengakui kesalahan, dan membela kebenaran. (3) nilai-nilai pendidikan karakter cerdas indikatornya berpikiran maju, pintar, konsisten, aktif, dan gigih. (4) nilai-nilai pendidikan karakter tangguhindikatornya sabar mengendalikan emosi, berani menanggung resiko, dan tidak putus asa. (5) nilai-nilai pendidikan karakter peduli indikatornya sopan santun, perhatian, rendah hati, baik hati, penyayang, dan saling memberi. Oleh sebab itu dapat penulis jelaskan bahwa, novel De Winst

adalah salah satu bacaan sastra yang dapat menuntun siswa berkarakter yakni, religius, jujur, cerdas, tangguh dan peduli yang telah diungkapkan melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Dengan demikian, novel De Winst perlu menjadi bahan bacaan dalam pengajaran sastra di sekolah.

4. SIMPULAN

. Dari hasil penelitian yang penulis paparkan bahwa, di dalam novel De Winst

(12)

intrinsik tercermin nilai-nilai pendidikan karakter dengan jelas. Berarti novel De Winst karangan Afifah Afra adalah salah satu bacaan yang ikut mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam kurikulum 2013.

Oleh sebab itu dapat penulis simpulkan bahwa, novel De Winst

adalah salah satu bacaan sastra yang dapat menuntun siswa berkarakter yakni, religius, jujur, cerdas, tangguh dan peduli yang telah diungkapkan melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Dengan demikian, novel De Winst perlu menjadi bahan bacaan dalam pengajaran sastra di sekolah.

5. DAFTAR PUSTAKA

Afra, Afifah. 2008. De Winst. Jakarta Indiva Media

Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda karya

.

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.

Azzet, Ahmad Muhaimin. 2013. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS

Hasanuddin W.S 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan . Jakarta: Rajawali Press.

Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Jufri, Wahab. 2012. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Offast.

Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morelent, Yetty. 2012. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter.

“Disertasi”. Bandung: SPs

UPI

(13)

2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2011 Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nursid. 2011. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung: Alfabeta.

Prayitno dan Afriva Kadir. 2010 Model Pendidikan Cerdas. Padang: UNP Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pusat Pelajar.

Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual; Pola Dasar Fisafat Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pemyataan ini tidak benar, maka saya akan sanggup menerima sanksi apapun sesuai dengan peraturan yang berlaku... Lautan Berlian Utama Motors

Antibiotik Ampisilin dilapangan merupakan obat kombinasi dengan antibiotik Streptomisin, Oksitetrasiklin merupakan antibiotik yang sering digunakan dalam kasus yang

This paper mainly discusses the optimization method of spatial 3D positioning accuracy based on Bluetooth low energy (BLE) technology. The preferred technical roadmap of

Hasil penelitian ini adalah dari survei terhadap 17 responden didapatkan hasil sebagai berikut : segi latar belakang 76,47% responden termasuk kategori baik,

:يلي امك ادحاوف ادحاو ةرقبلا ةروس ي تايآا نم ةثحابلا ّنبتس.. 43 هلوقف ةدارإاو دصقلا ه قح ي ان هنم دارماف لاعت ه ىلع ليحتسم عما .تاومسلا قل ثداْا يزيجنتلا

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemandirian pribadi terhadap perilaku kewirausahaan pada pedagang pakaian Pasar Petisah

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelayanan publik bidang kependudukan dan catatan sipil pada

Undang-undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 35 tahun 2008 tentang Penetapan