UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM NOVEL
DE WINST
KARYA AFIFAH AFRA
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013
JURNAL
GUSMARNI YELMITA
NPM 1210018512009
PROGRAM STUDI PINDO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013
Gusmarni Yelmita1, Yetty Morelent2, Yusrita Yanti2 1
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta
2
Dosen Pascasarjana Universitas Bung Hatta, Email: gusmarniyelmita@yahoo.com
ABSTRACT
Character building is not easy to achieve. One way to motivate and educate the
students to build good characters by understanding the ideas and the main elements
of literary works. This paper deals with a study of the intrinsic elements in a novel
that relates to the education of character, and their implications towards learning
language and literature in Bahasa Indoesia in order to support the Curriculum 2013.
The method used in this study was descriptive qualitative method. Data from this
study were taken from the novel De Winst written by Afra Afifah. In analyzing the
data the writer used a number of theoretical concepts such as the principles
(Muhardi and Hasanuddin W.S.,2006), the concepts of character (Prayitno and
Khaidir, 2010), and the concepts of language learning (Jufri, 2012). From data
analysis, the results show (1) the use of the main elements in terms of intinsic
elements, such as characterization, setting, and plot, (2) values related to the
education of character, and (3) the implications of the research on the learning of
language and literature in Bahasa Indonesia. In conclusion, this novel has a lot of
educational character and values to be taught to the students, such as being honest,
religious, smart, polite, tough, responsibilty, and care among others. All of these are
reflected in the intrinsic elements used. Those characters can be studied by the
students while learning the Indonesian language and literature as well as motivating
them to apply. Therefore, it is suggested for teachers to use a novel or other literary
works to teach a good behavior to the students
.
ABSTRAK
Pembangunan karakter tidaklah mudah untuk dicapai. Oleh karena itu guru
berupaya menemukan cara untuk memberikan pelajaran yang mengandung nilai-nilai
karakter didalamnya sehingga siswa termotivasi untuk berperilaku baik. Tulisan ini
berkenaan dengan hasil penelitian yang mengkaji unsur-unsur intrinsik, nilai-nilai
pendidikan karakter dalam novel
De Winst
karya Afifah Afra, dan implikasinya
terhadap pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Kurikulum 2013. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data dari
penelitian ini berupa narasi dan dialog yang ada dalam novel
De Winst
karya Afifah
Afra yang diterbitkan oleh Indiva Media tahun 2008. Dalam menganalisis data
penulis menggunakan sejumlah konsep teoretis seperti prinsip-prinsip sastra
(Muhardi dan Hasanuddin W.S., 2006), teori tentang karakter (Prayitno dan Khaidir,
2010), serta teori pembelajaran bahasa, (Jufri, 2012). Hasil analisis data menunjukan:
(1) unsur intrinsik utama yang meliputi penokohan, latar, dan alur cerita, (2)
nilai-nilai pendidikan karakter yang mencakupi karakter religius, jujur, cerdas, peduli, dan
tangguh, dan (3) implikasi penelitian terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia menurut kurikulum 2013 yang mengutamakan pendidikan karakter. Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa novel
De Winst
karya Afifah Afra
merupakan sebuah novel yang banyak mengajarkan perilaku dan pendidikan karakter
yang baik. Sejumlah nilai karakter yang tercermin dalam novel ini adalah sikap jujur,
religius, cerdas, sopan, tangguh, dan kepedulian antar sesama. Semuanya ini
tercermin di dalam unsur-unsur intrinsik, penokohan, latar dan alur cerita. Karakter
ini dapat ditiru oleh siswa sambil belajar bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena
itu, disarankan agar guru-guru dapat menggunakan novel atau karya sastra lain untuk
mengajarkan perilaku yang baik dan pendidikan karakter kepada siswa.
Kata kunci:
unsur-unsur intrinsik, nilai-nilai pendidikan karakter,
metode
pembelajaran, kurikulum 2013
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis pendidikan (Arifin, 2012:1). Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia
kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum) yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi (Mulyasa, 2013:6).
Berbagai kasus yang tidak sejalan dengan etika, moralitas, sopan santun atau perilaku yang menunjukkan rendahnya karakter telah sedemikian marak dalam masyarakat seperti tawuran pelajar, seks bebas dan narkoba. Lebih memprihatinkan lagi, perilaku itu tidak sedikit ditunjukkan oleh orang-orang terdidik seperti adanya praktik jual beli nilai, jual beli ijazah dan jual beli gelar oleh pihak sekolah kepada oknum tertentu. Ini membuktikan bahwa, pendidikan saat ini kurang berhasil dalam membentuk watak (karakter yang baik). (http/diksia.com)
Penyimpangan-penyimpangan terjadi saat ini, tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh pengajar/pendidik di sekolah. Selaku pendidik, tentu hal ini menjadi suatu permasalahan yang patut direnungkan. Maka terjadi pergantian kurikulum, seperti kurikulum 2013 di mana konsep ideal kompetensi lulusan harus berkarakter mulia (Mulyasa, 2013:61). Hal ini berarti, menekankan aspek kompetensi yang berbasis karakter, yang artinya bagaimana kompetensi itu diperkuat karena kita menginginkan siswa tersebut berkarakter.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Menurut Lickona (dalam Azzet, 2013:27) mengatakan, tanpa ketiga aspek ini,
pendidikan karakter tidak akan efektif. Jadi, yang diperlukan dalam pendidikan karakter tidak cukup dengan pengetahuan lantas melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya saja. Pendidikan karakter terkait erat dengan nilai dan norma.
Di dalam hidup ini, banyak nilai-nilai yang dibutuhkan manusia. Salam (2000:82) menyatakan, orang membutuhkan bermacam-macam nilai di dalam kehidupan yaitu: (1) nilai keindahan, (2) nilai pengetahuan, (3) nilai kebudayaan, dam (4) nilai pendidikan .
Pada saat sekarang ini, nilai pendidikan di sekolah adalah nilai-nilai pendidikan karakter. Menurut Dirjen Dikti
(dalam Arifin, 2013:24), “Pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Sementara itu, Prayitno dan Khaidir (2010:212) membagi lima nilai pendidikan karakter yaitu beriman, bertaqwa, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.
Boulton (dalam Atmazaki, 2005:39) termasuk jenis karya sastra berbentuk (formal) prosa fiksi naratif, di samping roman dan cerita pendek. Novel berbentuk prosa yang lebih panjang dan komplek dari pada cerpen, yang mengekpresikan sesuatu tentang kualitas atau nilai pengalaman manusia.
Untuk memahami sebuah karya sastra (novel), perlu menganalisis novel tersebut. Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah pendekatan. Pendekatan di sini digunakan sebagai suatu cara agar penelitian menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian. Menurut Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2008:9) pendekatan terdiri dari dua yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah penelitian sastra yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Pendekatan intrinsik terdiri dari tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Sedangkan pendekatan ekstrinsik adalah penelitian unsur-unsur luar karya sastra. Kajian intrinsik juga mendukung penerapan kurikulum 2013 yang berbasis karakter di mana, ada cerminan nilai pendidikan (karakter yang baik) yang perlu digali sehingga implikasinya bisa mendidik karakter siswa.
Dari uraian-uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian agar dapat menggambarkan dan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah melalui karya sastra yakni novel. Untuk itu penulis tertarik meneliti novel. Novel yang penulis teliti adalah novel karangan Afifah Afra yang berjudul De Winst.
Afifah Afra adalah seorang pengarang wanita muda Indonesia yang sangat produktif. Hasil karangannya ada 54 buah di antaranya yakni: 27 buah berupa novel, 3 buah berupa kumcer, 24 buah berupa nonfiksi. Karangan-karangan Afifah Afra memiliki manfaat yang sangat banyak, baik bagi pembaca, siswa, maupun bagi masyarakat lainnya. Alasan penulis meneliti novel De Winst karangan Afifah Afra, karena di dalam novel De Winst
karya Afifah Afra banyak membicarakan nilai-nilai pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter, dan dapat menuntun pembaca bagaimana menjadi manusia yang berpendidikan atau berkarakter baik.
Berdasarkan fenomena nilai pendidikan yang ditampilkan dalam novel
De Winst memberikan suatu gambaran bagi pembaca pada umumnya, dan anak didik pada khususnya bahwa di dalam kehidupan harus memiliki dan menerapkan nilai-nilai pendidikan yakni nilai pendidikan yang berkarakter.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: (1) nilai keindahan, (2) nilai pengetahuan, (3) nilai kebudayaan, (4) nilai pendidikan. (5) unsur intrinsik, dan (6) unsur ekstrinsik.
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
a. unsur-unsur intrinsik dalam novel De Winst karya Afifah Afra.
c. implikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013.
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan tersebut, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. bagaimanakah gambaran unsur-unsur intrinsik novel De Winst karya Afifah Afra?
b. bagaimanakah gambaran nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel De Winst karya Afifah Afra?
c. bagaimanakah implikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. menjelaskan gambaran unsur-unsur intrinsik dalam novel De Winst karya Afifah Afra.
b. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra.
c. menjabarkan implikasi unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitiaan ini tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel De Winst karya Afifah Afra mempunyai dua
manfaat, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat memperkaya materi ajar bagi guru atau pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, tentang unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai pendidikan karakter serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013.
Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan bahan masukan untuk menetapkan kebijakan dalam bidang pendidikan dengan mengambil nilai-nilai positif dari gambaran nilai-nilai pendidikan karakter yang terungkap di dalam novel De Winst karya Afifah Afra. Penelitian ini dapat memberikan contoh yang baik tentang bagaimana proses kreatif pengarang dalam menuangkan pengalaman hidup atau kenyataan sosial yang dialaminya melalui tulisan atau novel yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter,
sehingga dapat
memotivasi siswa/mahasiswa untuk
menulis karya sastra dan melakukan
penelitian pada novel-novel yang
berbeda.
2. KAJIAN TEORETIS
Menurut Hasanuddin W.S (2004:546), novel merupakan prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa, serta latar secara tersusun. Selanjutnya, Boulton (dalam Atmazaki, 2005:39) mengatakan bahwa, novel termasuk jenis karya sastra berbentuk (formal) prosa fiksi naratif, di samping roman dan cerita pendek. Novel berbentuk prosa yang lebih panjang dan komplek dari pada cerpen., yang mengekpresikan sesuatu tentang kualitas atau nilai pengalaman manusia.
karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2012:23).
Dipihak lain, ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 2012:23).
Menurut Kaelan (2004:87), nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai suatu benda berarti kualitas baik atau buruknya benda. Pada hakiktanya nilai adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan yang ada. Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan dengan yang lain kemudian diambil keputusannya.
Menurut Prayitno (2010:39), pendidikan adalah proses pemuliaan kemanusiaan manusia yang tercermin dalam harkat martabat manusia, sesuai dengan hakikat manusia, dimensi kemanusiaan, dan pancadaya. Menurut Nursid (2011:43), pendidikan adalah proses merubah perilaku individu ke arah kematangan dan kedewasaan. Hasbullah (2009:1) menjelaskan istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan sengaja oleh orang dewasa kepada orang yang belum
dewasa agar ia menjadi dewasa. O’connor
(Nursid, 2011:42) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan perilaku, sikap, keterampilan, dan pengetahuan individu peserta didik atau anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang akhirnya bertujuan untuk mencapai kedewasaan, kematangan, serta memiliki perilaku yang diharapkan. Muslich (2011:69) menyatakan pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang atau masyarakat sehingga membuatnya menjadi beradab. Sementara itu, Prayitno dan Khaidir (2010-212) membagi lima nilai pendidikan karakter yaitu beriman dan bertakwa, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.
Pembelajaran adalah terjemahan dari Bahasa Inggris instruction yang banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang menempatkan peserta didik sebagai sumber kegiatan. Istilah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat membantu peserta didik belajar melalui berbagai media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan sebagainya. Semua hal tersebut telah mendorong terjadinya perubahan peran guru dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator pembelajaran (Jufri, 2012:40).
Makna dari pembelajaran yang mendidik dan konteks standar proses pendidikan di Indonesia ditunjukkan oleh beberapa prinsip-prinsip yakni: (1) pembelajaran sebagai pengembangan kemampuan berpikir, (2) pembelajaran untuk mengembangkan fungsi otak, dan (3) proses belajar berlangsung sepanjang hayat (Jufri, 2012:44).
suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu: (1) presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, (2) rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa, (3) ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, dan (4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.
Dalam implementasinya pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Belajar bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi pelajaran. Namun, perlu juga dipelajari soal makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Selama ini pembelajaran bahasa Indonesia tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran pada hal teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Karena itu pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis teks. Melalui teks maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu ain dapat dicapai.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian
mengenai
pendidikan karakter dalam novel
De
winst
karya Afifah Afra ini termasuk
jenis penelitian kualitatif dengan
metode analisis deskriptif. Menurut
Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi,
2008:20), metode penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam meneliti karya sastra menurut
Ratna (2004:47), data-data formal
penelitian kualitatif diambil dari teks
novel dalam bentuk kalimat, dan
wacana.
Metode
deskriptif
adalah
metode
perincian
fakta
dengan
interpretasi
yang
tepat
terhadap
berbagai
fenomena
dengan
menetapkan suatu standar atau norma
tertentu (Moleong, 2011:3). Metode
deskriptif analisis dilakukan dengan
cara mendeskripsikan fakta-fakta yang
kemudian disusul dengan analisis
(Ratna, 2004:53).
pendekatan sosiologi sastra dan teknik
content analysis
, nilai-nilai pendidikan
karakter dalam novel
De Winst
karya
Afifah afra akan diungkap secara
objektif melalui ucapan dan tindakan
tokoh.
3.2 Objek dan Fokus Penelitian
Objek penelitian adalah novel
De Winst
karya Afifah Afra. Novel
De
Winst
karya
Afifah
Afra
yang
diterbitkan oleh Indiva Media tahun
2008. Fokus penelitian dari nove
l De
Winst
karya Afifah Afra adalah tiga
yakni: (1) unsur-unsur intrinsik. Dalam
hal ini penulis memfokuskan pada
unsur utama yakni penokohan, alur
dan latar.
Meskipun kajian yang
berdasarkan
pendekatan
objektif
diarahkan kepada analisis terhadap
seluruh unsur intrinsik karya sastra,
namun
menurut
Muhardi
dan
Hasanuddin WS (2006:66), unsur fiksi
ada yang berfungsi utama dan ada pula
yang berfungsi sebagai penunjang.
Maka
sesungguhnya
yang
mesti
diinventarisasi
adalah
unsur-unsur
utama fiksi, yaitu penokohan, alur dan
latar. Namun itu tidak berarti
konsep-konsep tentang unsur-unsur penunjang
tidak perlu dibicarakan. Pernyataan di
atas lebih menyarankan agar perhatian
penulis lebih terfokus kepada unsur
utama karya yang akan penulis teliti.
Oleh sebab itu, untuk meneliti novel
De Winst,
penulis lebih terfokus
kepada unsur utama karya fiksi yakni
penokohan, alur, dan latar. Dari unsur
utama, nilai-nilai pendidikan karakter
yang akan ditemukan akan lebih
tergambar. (2) nilai-nilai pendidikan
karakter.
Nilai-nilai
pendidikan
karakter yang terdiri dari: nilai
pendidikan karakter religius, nilai-nilai
pendidikan karakter jujur, nilai-nilai
pendidikan karakter cerdas, nilai-nilai
pendidikan karakter tangguh, dan
nilai-nilai pendidikan karakter peduli.
(3) implikasi unsur-unsur intrinsik dan
nilai-nilai pendidikan karakter dalam
novel
De Winst
terhadap pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia pada
kurikulum 2013.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen
utama
dalam
penelitian ini adalah penulis sendiri.
Dalam hal ini penulis menggunakan
tabel
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Ratna (2012:47), data
penelitian kualitatif dalam karya sastra
adalah naskah karya sastra tersebut.
Sebagai data formalnya adalah
kata-kata, kalimat, dan wacana yang
disajikan dalam bentuk deskriptif, data
penelitian ini dikumpulkan dengan
perencanaan yang jelas dan sistematis.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan cara sebagai berikut. (1)
membaca dan memahami teks novel
3.5 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah
yang
dilakukan dalam menganalisis data
dalam karya secara garis besarnya
adalah:
mengklasifikasi
data,
menganalisis data, dan menyimpulkan
(Jabrohim, 2003:26). Secara lebih rinci
langkah-langkah tersebut diuraikan
sebagai berikut:
1. klasifikasi data dilakukan dengan
memasukkan hasil identifikasi
data-data unsur-unsur intrinsik, dan
nilai-nilai pendidikan karakter yang
ditemukan dalam novel
De Winst
ke dalam tabel berikut:
2. menganalisis dan membahas data
yang terdapat dalam novel
De Winst
karya
Afifah
Afra,
sehingga
terindikasi
adanya
unsur-unsur
intrinsik dan nilai-nilai pendidikan
karakter.
3.
mengimplikasikan
unsur-unsur
intrinsik dan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam novel
De Winst
karya
Afifah
Afra
terhadap
pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia pada Kurikulum 2013.
4. merumuskan simpulan.
3.6 Teknik Pengabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data
penelitian, maka penulis menggunakan
pendapat Sugiyono (2005:120-130)
yang membagi uji keabsahan data
menjadi empat: uji kredibilitas data, uji
transferability
, uji
dependability
, dan
uji
confirmability
. Uji kredibilitas atau
kepercayaan
terhadap
data
hasil
penelitian
kualitatif
antara
lain
dilakukan dengan: (1) perpanjangan
pengamatan,
(2)
peningkatan
ketekunan
dalam
penelitian,
(3)
triangulasi, (4) diskusi dengan teman
sejawat, (5) analisis kasus negatif, dan
(6) pengecekan keanggotaan.
Teknik peningkatan ketekunan,
teknik pengecekan teman sejawat dan
kecukupan referensial adalah yang
peneliti
gunakan
untuk
menjaga
keabsahan data. Teknik peningkatan
ketekunan dalam penelitian berarti
melakukan pengamatan secara lebih
cermat berkesinambungan. Dengan
teknik ini penulis dapat kepastian data
dan urutan peristiwa yang akan diteliti
agar dapat ditulis secara pasti dan
sistematis. Hal ini bertujuan untuk
memastikan
apakah
data
yang
ditemukan benar atau tidak. Penulis
juga menggunakan teknik diskusi
dengan teman sejawat yang berguna
untuk menjaga keabsahan data. Teknik
pengecekan teman sejawat dapat
mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir melalui diskusi analitik dengan
rekan-rekan sejawat. Tujuan yang
ingin dicapai adalah agar penulis tetap
mempertahankan sikap terbuka, dan
kejujuran.
Yang
terakhir,
teknik
kecukupan
referensial
dijadikan
sebagai alat untuk mendukung dan
membuktikan data yang ditemukan,
hal ini difokuskan pada referensial
kepustakaan, yakni dengan membaca
naskah-naskah
tertulis
yang
berhubungan dengan data penelitian.
4.HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Dalam menganalisis Novel De Winst
peneliti hanya memfokuskan unsur-unsur intrinsik yang utama yakni penokohan, latar dan alur. Dapat peneliti paparkan sebagai berikut;
Penokohan terdiri dari: (1) Rangga, memiliki karakter religius, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli. (2) Everdine Kareen Spinoza, memiliki karakter jujur, tangguh, dan peduli. (3) Sekar, memiliki karakter jujur, tangguh, dan peduli. (4) Kresna, memiliki karakter peduli. (5) Suryanegara/Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Suryanegara memiliki karakter jujur dan peduli. (6) Kanjeng Raden Sentiawati Suryanegara, memiliki karakter peduli.(7) Pratiwi, memiliki karakter jujur, tangguh, peduli. (8) Partini memiliki karakter peduli. (9) Jatmiko, memiliki karakter jujur, cerdas, dan peduli. (10) Raden Haji Ngalim Sudarman, memiliki karakter religius, dan jujur. (11) Haji Suranto, memiliki karakter religius. (12) Tuan Billjmer memilik karakter cerdas. (13) Jan Thijsse memiliki karakter licik, kejam, dan jahat.
Latar dari novel ini ada 3 latar yakni. Pertama, latar tempat antara lain: di atas kapal, dermaga, hotel, kamar hotel, runagan dansa, kamar Rangga, pinggiran Solo, Rumah Biljmer, kedai kopi, kamar sekar, ruang tamu, Pabrik Gula De Winst, jalan aspal, gubuk, Masjid Agung, halaman pabrik, rumah Rangga, perkampungan batik Laweyan, Masjid Laweyan, rumah Haji Suranto, perkampungan Kali Pepe, jalan yang sunyi, rumah sakit, rumah Jatmiko, rumah Sekar, lapangan Srwedari, Istana Suryanegara, rumah Jan Thijsee, ruang sidang, pabrik tekstil, rumah tahanan, sel Gladak, jalan setapak, dan di kapal.
Kedua, latar waktu dari novel ini adalah malam hari, pagi hari, siang hari dan sore hari. Ketiga latar suasana. Latar suasana cerita ini adalah riuh, sedih, galau, prihatin, berdebat, akrab, tidak bersahabat , meriah, ribut, panik, resah, gelisah.
Alur dari novel De Winst ini menggunakan alur maju karena cerita di paparkan dari awal cerita, mulai konflik, puncak konflik, konflik menurun dan penyelesaian.
Novel De Winst mengandung muatan pendidikan karakter yakni: (1) nilai-nilai pendidikan karakter religius indikatornya taat beribadah, selalu ingat Tuhan, berserah diri kepada Allah. (2) nilai pendidikan karakter jujur indikatornya berkata apa adanya, lapang dada, bertanggung jawab, mengakui kesalahan, dan membela kebenaran. (3) nilai-nilai pendidikan karakter cerdas indikatornya berpikiran maju, pintar, konsisten, aktif, dan gigih. (4) nilai-nilai pendidikan karakter tangguhindikatornya sabar mengendalikan emosi, berani menanggung resiko, dan tidak putus asa. (5) nilai-nilai pendidikan karakter peduli indikatornya sopan santun, perhatian, rendah hati, baik hati, penyayang, dan saling memberi. Oleh sebab itu dapat penulis jelaskan bahwa, novel De Winst
adalah salah satu bacaan sastra yang dapat menuntun siswa berkarakter yakni, religius, jujur, cerdas, tangguh dan peduli yang telah diungkapkan melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Dengan demikian, novel De Winst perlu menjadi bahan bacaan dalam pengajaran sastra di sekolah.
4. SIMPULAN
. Dari hasil penelitian yang penulis paparkan bahwa, di dalam novel De Winst
intrinsik tercermin nilai-nilai pendidikan karakter dengan jelas. Berarti novel De Winst karangan Afifah Afra adalah salah satu bacaan yang ikut mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam kurikulum 2013.
Oleh sebab itu dapat penulis simpulkan bahwa, novel De Winst
adalah salah satu bacaan sastra yang dapat menuntun siswa berkarakter yakni, religius, jujur, cerdas, tangguh dan peduli yang telah diungkapkan melalui tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Dengan demikian, novel De Winst perlu menjadi bahan bacaan dalam pengajaran sastra di sekolah.
5. DAFTAR PUSTAKA
Afra, Afifah. 2008. De Winst. Jakarta Indiva Media
Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda karya
.
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.
Azzet, Ahmad Muhaimin. 2013. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS
Hasanuddin W.S 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan . Jakarta: Rajawali Press.
Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Jufri, Wahab. 2012. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Offast.
Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morelent, Yetty. 2012. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter.
“Disertasi”. Bandung: SPs
UPI
2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2011 Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nursid. 2011. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung: Alfabeta.
Prayitno dan Afriva Kadir. 2010 Model Pendidikan Cerdas. Padang: UNP Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pusat Pelajar.
Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual; Pola Dasar Fisafat Moral. Jakarta: Rineka Cipta.