• Tidak ada hasil yang ditemukan

335755026 Memahami Konsep Pemberdayaan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "335755026 Memahami Konsep Pemberdayaan Masyarakat"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Memahami Konsep pemberdayaan Masyarakat

pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

dari definisi diatas, tampak ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. kemampuan masyarakat yang dapat

dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain.

pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu. ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan produktivitas mereka rendah.

pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui: pertama, pengembangan masyarakat, dan yang kedua

pengorganisasian masyarakat. apa yang dikembangkan dari masyarakat yaitu potensi atau kemampuannya dan sikap hidupnya. kemampuan masyarakat dapat meliputi antara lain kemampuan untuk bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau ketrampilan-ketrampilan membuat home industri; dan masih banyak lagi kemampuan dan ketrampilan-ketrampilan masyarakat yang dapat dikembangkan. dalam rangka mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, dapat dilakukan dengan berbagai cara. contoh dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan masyarakat pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan. dapat juga dengan mengajak masyarakat mengunjungi kegiatan ditempat lain dengan maksud supaya masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini sering disebut dengan istilah studi banding.

dapat juga dengan menyediakan buku-buku bacaan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan atau peminatan masyarakat. masih banyak bentuk lainnya yang bias diupayakan. sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang merugikan atau menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. merubah sikap bukan pekerjaan mudah. mengapa karena masyarakat sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun sudah melakukan hal itu. untuk itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan perubahan sikap. caranya adalah dengan memberikan penyadaran bahwa apa yang mereka lakukan selama ini merugikan mereka. hal ini dapat dilakukan dengan memberikan banyak informasi dengan menggunakan berbagai media, seperti buku-buku bacaan, mengajak untuk melihat tempat lain, menyetel film penerangan, dan masih banya cara lain.

pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan masyarakat sebagai pelakunya. untuk itu masyarakat perlu diajak mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan dan pelestarian. pelibatan

masyarakat sejak awal kegiatan memungkinkan masyarakat memiliki kesempatan belajar lebih banyak. pada awal-awal kegiatan mungkin pendamping sebagai pendamping akan lebih banyak memberikan informasi atau penjelasan bahkan memberikan contoh langsung. pada tahap inimasyarakat lebih banyak belajar namun pada tahap-tahap berikutnya pendamping harus mulai memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mencoba melakukan sendiri hingga mampu atau bisa.

jika hal ini terjadi maka dikemudian hari pada saat pendamping meninggalkan masyarakat tersebut, masyarakat sudah mampu untuk melakukannya sendiri atau mandiri.

prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri.

Sumber: http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/memahami-konsep-pemberdayaan-masyarakat.html

konsep pemberdayaan masyarakat sebagai konsep alternative

pembangunan

(2)

pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab “civil society” akan merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal. namun friedmann (1992) juga mengingatkan bahwa adalah sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan struktur-struktur diluar “civil society” diabaikan. oleh karena itu pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara politis, sehingga pada akhirnya masyarakat akan memiliki posisi tawar baik secara nasional maupun international.

konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik ditingkat

ideologis maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan merupakan hasil interaksi antara konsep top down dan bottom up antara growth strategy dan people centered strategy. sedangkan ditingkat praksis, interaktif akan terjadi lewat pertarungan antarotonomi. konsep pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan oleh kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan, tknologi ketrampilan, ditambah oleh kemampuan sumber daya manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak kompetitif menunjang pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal.

selain itu kelembagaan pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum belum dioptimalkan untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu memberi nilai tambah usaha.

sementara melihat kelembagaan aparat pemerintah ditingkat lokal terlalu terbebani pelaksanaan program dari pemerintahan ditingkat atasnya, sehingga tidak dapat memfokuskan pada pelayanan pengembangan peran serta masyarakat dalam proses perwujudan masyarakat maju dan mandiri.

menurut kartasasmita (1996) yang mengacu pada pendapat chambers, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma basis pembangunan yang bersifat people centered, participatory, empowering dan sustainable.

dari definisi diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep yang lebih luas daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia. pemberdayaan masyarakat lebih diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagi sumber, pelaku dan yang menikmati hasil pembangunan. dengan kata lain pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat indonesia.

secara konkrit, pembedayaan masyarakat diupayakan melalui pembangunan ekonomi rakyat ( sumodiningrat,1997). sementara itu, pembangunan ekonomi rakyat harus diawali dengan usaha pengentasan penduduk dari kemiskinan. kemudian sumodiningrat, mengatakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat sebagaimana tersebut diatas paling tidak harus mencakup lima hal pokok yaitu bantuan dana sebagai modal usaha, pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan, penyediaan sarana, pelatihan bagi aparat dan masyarakat dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat seperti bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang suatu saat harus digantikan dengan tabungan yang dihimpun dari surplus usaha.

latar belakang tersebut secara nyata diwujudkan dalam pendekatan pembangunan masyarakat sebagai berikut :

1. pengoptimalan pengembangan masyarakat desa/kelurahan melalui pendekatan

(3)

2. pemantapan kordinasi pembangunan melalui penciptaan keterkaitan antara institusi lokal yang ada dimasyarakat

3. mendasarkan pada partisipasi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan kemitraan dunia usaha, pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan transparansi.

Sumber : http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/04/konsep-pemberdayaan-masyarakat-sebagai.html

konsep defenisi dan teori pemberdayaan masyarakat (5)

kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi pemberdayaan dan

memberdayakan, menurut merriam webster dan oxfort english dictionery (dalam prijono dan pranarka, 1996 : 3) mengandung dua pengertian yaitu : pengertian pertama adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. sedang dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.

konsep empowerment pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan lain-lain. memberdayakan masyarakat menurut kartasasmita (1996 : 144) adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable.

gagasan pembangunan yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat perlu untuk dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. perubahan struktur yang sangat diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan dan harus dapat dinikmati bersama. begitu pula sebaliknya, yang menikmati haruslah yang menghasilkan. proses ini diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan masyarakat dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui penciptaan akumulasi modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan, yang mana pada gilirannya nanti dapat pula menciptakan pendapatan yang akhirnya dinikmati oleh seluruh rakyat. dan proses transpormasi ini harus dapat digerakan sendiri oleh masyarakat.

menurut sumodiningrat (1999 : 134), mengatakan bahwa kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat dipilah dalam tiga kelompok yaitu : pertama, kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. kedua, kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran. ketiga, kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut kartasasmita (1996:159-160), harus dilakukan melalui beberapa kegiatan : pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. di sinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan setiap manusia, setiap anggota masyarkat, memiliki suatu potensi yang selalu dapat terus dikembangkan. artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak berdaya, karena kalau demikian akan mudah punah.

pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti dengan tetap memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. dalam rangka itu pula diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain dari menciptakan iklim dan suasana. perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta membuka akses kepada berbagai peluang (upportunities) yang nantinya dapat membuat masyarakat menjadi semakin berdaya.

Sumber: http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/konsep-definisi-dan-teori-pemberdayaan.html

Pemberdayaan Masyarakat

Pengertian, Proses, Tujuan

(6)

(4)

Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya.

Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian

pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.

Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata

“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.

Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

b. Proses Pemberdayaan

Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya.

Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”. Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:

1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)

2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri 3. Memiliki kekuatan untuk berunding

4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan

5. Bertanggungjawab atas tindakannya.

(5)

c. Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakat

Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pe mberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.

Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai daripemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan

masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan Masyarakat

Sumber : http://www.sarjanaku.com/2011/09/pemberdayaan-masyarakat-pengertian.html

Tujuan dari Pemberdayaan (7)

Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :

Upaya Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah. Bantuan technical assistance jelas mereka perlukan, akan tetapi bantuan tersebut harus mampu membangkitkan prakarsa masyarakat untuk membangun bukan sebaliknya justru mematikan prakarsa. Dalam hubungan ini, kita dituntut menghargai hak-hak masyarakatyaitu Right of Self - Determination dan Right for Equal Opportunity. Hak untuk menentukan sendiri untuk memilih apa yang terbaik bagi masyarakat, serta hak untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan potensi-potensi yang mereka miliki.

Pelaksanaan Otonomi di Indonesiamerupakan akselerasi reformasi di bidang sistem pemerintahan. Melalui otonomi daerah, pemerintah pusat memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada Daerah Kabupaten dan Kotamadya. Sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki, daerah dapat melaksanakan pemberdayaan masyarakat lebih optimal, terutama untuk merangsang partisipasi aktif masyarakat untuk membangun.

(6)

Desa. Keberadaan Dana Bantuan Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Swadaya Masyarakat, yang dialokasikan oleh Pemerintah daerah tersebut sangat penting dimaksudkan untuk

memperkuat pemerintahan desa sebagai instansi pertama yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Bantuan itu merupakan stimulan guna mendorong dan memperkuat roda

pemerintahan desa.

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2202726-tujuan-pemberdayaan-masyarakat/#ixzz2B39r4CIy

Pengembangan Masyarakat (Community Development)

OLEH LU'LU NAFISAH PADA OKTOBER 13, 2014

Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia umumnya disebabkan karena rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam berbagai hal, khususnya dalam bidang kesehatan guna memelihara diri mereka sendiri (self care). Bila keadaan ini dibiarkan akan menyebabkan masalah kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok-kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dampak dari permasalahan ini adalah menurunnya status kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Keadaan ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas keluarga dan masyarakat untuk menghasilkan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang selanjutnya membuat kondisi sosial ekonomi keluarga dan masyarakat semakin rendah, demikian seterusnya berputar sebagai suatu siklus yang tidak berujung seperti yang terdapat dalam gambar di bawah ini.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka masyarakat perlu dikembangkan dan diberdayakan agar dapat meningkatkan kemandiriannya sehingga diharapkan individu, kelompok atau masyarakat bisa mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memelihara dan melindungi kesehatan mereka sendiri (kemandirian atau self reliance).

1. Definisi dan Konsep Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Telah disebutkan bahwa konsep dari komunitas adalah sekelompok orang dengan identitas bersama. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat bergantung pada interaksi antara manusia dan aksi bersama daripada kegiatan individu apa yang beberapa ahli sosiologi menyebutnya dengan ‘lembaga kolektif’ (Flora dan Flora 1993). Bidang-bidang

pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu:

– Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

– Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para

(7)

Pengembangan sendiri menurut United Nation adalah Pengembangan adalah suatu proses yang didesain untuk menciptakan kondisi ekonomi dan kemajuan sosial untuk komunitas yang

berhubungan dengan partisipasi aktif dan untuk memenuhi kemungkinan kepercayaan atas inisiatif komunitas. Komunitas sendiri ada dua, yaitu rural community dan urban community. Pengembangan adalah proses meningkatkan pilihan, dalam arti pilihan baru, diversifikasi, berpikir tentang isu secara berbeda dan mengantisipasi perubahan (Christenson et al., 1989).

Ada banyak definisi pengembangan masyarakat menurut pada ahli, antara lain:

– Bhattacarya. Pengembangan masyarakat adalah pengembangan manusia yg tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia untuk mengontrol lingkungannya.

Pengembangan masyarakat adalah usaha untuk membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan berorganisasi, berkomunikasi, dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.

– Yayasan Indonesia Sejahtera. Pengembangan masyarakat adalah usaha-usaha yang

menyadarkan dan menanamkan pengertian kepada masyarakat agar dapat menggunakan dengan lebih baik semua kemampuan yang dimiliki, baik alam maupun tenaga, serta menggali inisiatif setempat untuk lebih banyak melakukan kegiatan investasi dalam mencapai kesejahteraan yang lebih baik.

– Pengembangan masyarakat adalah metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang

mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993)

– Pengembangan masyarakat adalah proses membantu masyarakat menganalisa masalah mereka, untuk melaksanakan sebagai ukuran besar otonomi yang mungkin dan layak, dan untuk

mempromosikan identifikasi yang lebih besar dari warga negara individu dan individu organisasi dengan masyarakat secara keseluruhan (Warren, 1978).

Nies dan McEwan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat(community health development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengombinasikan konsep, tujuan, serta proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam

pengembangan kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi lain yang terkait (CHNAC, 2003; Diem dan Moyer, 2004).

1. Hakikat dan Tujuan Pengembangan Masyarakat

1. Hakikat

(8)

sebuah teori maka harus dikompromikan atau dicocokkan dengan kondisi riil masyarakat karena sering kali yang terjadi adalah Theory is not a reality.

Sanders (1958) melihat pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dari satu tahap ke tahap yang lain, sebuah metode untuk mencapai tujuan, sebuah prosedur program dan sebagai sebuah gerakan menyapu orang dalam emosi dan keyakinan.

1. Tujuan

1. Menimbulkan percaya kepada diri sendiri

2. Menimbulkan rasa bangga, semangat, dan gairah kerja

3. Meningkatkan dinamika untuk membangun

4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Dalam mencapai tujuannya, pengembangan masyarakat harus dilakukan secara holistik atau dengan multidisipliner untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, yang perlu diingat adalah bahwa manusia bersifat dinamis sehingga dapat dilakukan intervensi untuk mengembangkan masyarakat. Dinamis berarti manusia tetap menuju kebenaran dan tidak berhenti. Manusia tidak pernah tamat dan tidak pernah sampai pada titik selesai. Sifat dinamis ini juga menyentuh masalah evolusi dan sejarah. Pengetahuan manusia dipengaruhi oleh sejarah, lingkungan sosial, kebudayaan, dan faktor-faktor individual (Snijders, 2006). Maka dari itu, ketika manusia diberikan intervensi dan diberdayakan maka besar kemungkinannya akan dapat berubah, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau, dan dari tidak mampu menjadi mampu.

Secara umum, beberapa bidang yang harus dikuasai dalam pengembangan masyarakat agar tujuan dapat tercapai adalah:

Engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi).

Assessment (termasuk need assessment atau jajak kebutuhan dan profil wilayah).

 Penelitian (termasuk penelitian aksi-partisipatif dengan masyarakat).

Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah maupun kelompok-kelompok kepentingan).

 Negosiasi (termasuk bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi-situasi konflik).

 Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga).

(9)

 Manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi-aplikasi untuk memperoleh bantuan).

 Pencatatan dan pelaporan.

 Monitoring dan evaluasi.

1. Unsur-unsur dan Bentuk-bentuk Pengembangan Masyarakat

Unsur – unsur pengembangan masyarakat antara lain:

1. Program terencana yang terfokus kepada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh(total needs) dari masyarakat yang bersangkutan (Holistik).

2. Mendorong swadaya masyarakat (empowerment).

3. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau organisasi-organisasi sukarela, yang meliputi tenaga personil, peralatan, bahan ataupun dana (kemitraan).

4. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti pertanian, peternakan, kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dll untuk membantu

masyarakat (Efendi, 2009).

Menurut Mezirow (1997), terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan masyarakat, yaitu:

Program integratif. Memerlukan pengembangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis, menyediakan bantuan teknis dan finansial secara besar-besaran dan melibatkan pejabat-pejabat tiap tingkatan pemerintah (pusat-desa). Misalnya adalah program ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) yang dibuat oleh kementerian kesehatan untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS yang makin banyak terjadi pada remaja.

Program adaptif. Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu kementerian.

Program proyek. Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program disesuaikan khusus pada daerah yang bersangkutan. Misalnya: kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu daerah endemis malaria, maka dalam rangka mencegah semakin meluasnya endemis dan mengurangi penderita malaria pemerintah atau dinas kesehatan setempat membuat sebuah program pemberantasan malaria khusus untuk wilayah endemis malaria di Banjarnegara.

Langkah-langkah untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat sebagai berikut :

(10)

2) Pertinggi mutu potensi yang ada.

3) Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.

4) Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 1998).

Penjabaran secara operasional dari bentuk program pengembangan masyarakat ini sebagai berikut :

– Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatan, baik yang dihadapi secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

– Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisis dan kemudian menyusun perencanaan penanggulangan masalah.

– Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan usaha perbaikan tersebut.

– Dalam prosesnya sedapat mungkin digali dari sumber-sumber yang ada dalam masyarakat sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.

1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat menggabungkan dua kata secara bersama-sama yaitu pengembangan dan masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri terlibat dalam proses yang bertujuan untuk meningkatkan sosial, ekonomi dan situasi lingkungan masyarakat.

Masyarakat merupakan maksud dan akhir dari pengembangan masyarakat, bukan hanya sebagai objek tapi juga berperan sebagai subjek dalam pengembangan masyarakat. Masyarakat sendiri yang mengambil tindakan dan berpartisipasi bersama-sama. Hal ini melalui tindakan masyarakat tersebut menjadikan masyarakat lebih penting, tidak hanya ekonomi tapi sebagai fungsi masyarakat yang kuat. Pengembangan masyarakat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk bersama membuat keputusan tentang penggunaan sumber daya, seperti infrastruktur, tenaga kerja, dan pengetahuan.

Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka digunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat. Asumsi dasar mekanisme kolaborasi antar tenaga kesehatan dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus, yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter et al., 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi tenaga kesehatan dengan masyarakat (Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan koalisi perawat komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).

(11)

kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan atas kemandirian dan kebersamaan. Peran serta masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Mapanga dan Mapanga, 2004).

Berbagai pendekatan dan bentuk – bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat yang secara garis besar meliput Primary Health Care (PHC), Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dan Posyandu sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang melibatkan secara langsung peran aktif dari masyarakat. Primary Health Care (PHC) sebagai Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau Health For All by The Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 ( HFA’2000 ) kuncinya adalah PHC (Primary Health Care) dan Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD ( Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa ). Dimana PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.

Cara dan langkah dalam meningkatkan peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut:

– Peningkatan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang berorientasi pada manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya

– Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersifat sebagai fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktur terhadap masyarakat, agar mampu mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat (Efendi, 2009).

Secara garis besar, langkah pengembangan peran serta masyarakat umum adalah sebagai berikut:

– Penggalangan dukungan penentu kebijakan (opinion leader), pemimpin wilayah, lintas sektor, dan berbagai organisasi kesehatan, yang dilaksanakan melalui dialog, seminar, dan lokakarya dengan memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan.

– Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi, atau sarasehan di bidang kesehatan.

– Persiapan masyarakat melalui serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan swadaya yang dimiliki (Efendi, 2009).

Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut:

– Individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baik formal maupun informal.

(12)

– Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan seperti anak sekolah, ibu hamil, lansia, dan lain-lain.

– Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan upaya kesehatan seperti organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.

– Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, dan pemukiman khusus (Efendi, 2009).

Strategi dan Perencanaan Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat (community development) dipandang sebagai strategi yang tepat untuk memberdayakan dan menigkatkan taraf hidup masyarakat luas. Namun perlu diingat bahwa setiap masyarakat mempunyai tradisi dan adat-istiadat yang berbeda, yang dapat menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal sosial. Untuk itu dalam upaya pengembangan masyarakat, dibutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat. Selain itu, perlu juga dilakukan pembahasan pengembangan masyarakat dalam konteks beragam pendekatan yang dapat dipandang sebagai cara-cara alternatif dalam melaksanakan pengembangan masyarakat.

Strategi pengembangan masyarakat yang di ungkapkan Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) antara lain rational-empirical, normative-reeducative danpower-coorcive. Rational-empirical menitik beratkan pada basis riset oleh beberapa ahli. Sedangkan

normative-reeducative lebih terkait dengan sikap dan sistem nilai warga komunitas. Berbeda dengan kedua strategi tersebut, power-coercive lebih terkait dengan hubungan relasi kekuasaan dimana kekuasaan tersebut cenderung dipaksakan kepada komunitas.

Asumsi-asumsi dasar strategi pengembangan masyarakat pada production centered

development menyatakan bahwa asumsi tentang masyarakat dipandang sebagai komunitas yang tradisional dan memiliki pengetahuan yang rendah. Maka untuk memajukan komunitas tersebut diperlukan pengetahuan dari luar. Konsekuensi perencanaannya bersifat top-down, sentralistis, direncanakan oleh tenaga ahli dan lebih mengutamakan perencanaan pertumbuhan ekonomi makro. Konsekuensi perlakuan terhadap masyarakat memposisikan tenaga ahli sebagai pihak yang dilayani oleh masyarakat sehingga berimplikasi pada kehidupan sosial lebih menutupi realitas yang ada. Sedangkan tipe people centered development mengasumsikan masyarakat (komunitas) dibangun bukan karena mereka bodoh atau tidak mampu tetapi kemampuan yang dimiliki dioptimalkan sesuai dengan pengetahuan lokal dan teknologi tepat guna sebagai basis pengembangan masyarakat. Konsekuensi dari perencanaan ini menekankan pada aspek lokalitas, perencanaan secara otonomi berdasarkan lokalitas dan partisipasi masyarakat dan pemikiran otonomi ditekankan berdasarkan kebutuhan mikro. Sehingga konsekuensi perlakuan masyarakat memposisikan tenaga ahli sebagai fasilitator yang berimplikasi bagi kehidupan sosial yang lebih membuka realitas.

Pelaksanaan pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan. Secara garis besar, perencanannya dapat dilakukan dengan mengikuti 6 langkah perencanaan, yaitu:

1. Perumusan masalah. Pengembangan masyarakat dilaksanakan berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh

(13)

sehat, health seeking behaviour, deteksi dini, dan lain-lain. Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), diskusi kelompok, rapat desa, dan sebagainya.

2. Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas yang perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut.

3. Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik memiliki karakteristik jelas dan spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia.

4. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.

5. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menunjang program kegiatan, termasuk didalamnya adalah sarana, sumber dana, dan sumber daya manusia.

6. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.

7. Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau proses dan hasil pelaksanaan program.

DAFTAR PUSTAKA

AMA. 1993. Local Authorities and Community Development: A Strategic Opportunity for the 1990s. London: Association of Metropolitan Authorities.

Bracht, N. 1990. Health Promotion at the Community Level. Newbury Park, CA: Sage.

Christenson, J.A. and Robinson, J.W. 1989. Community Development in Perspective. Iowa State University Press, Ames Iowa.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta:EGC.

Flora, C.B. and J.L. Flora. 1993. “ Entrepreneurial Social Infrastructure: A Necessary Ingredient.” Annals of the American Academy of Political and Social Sciences 539: 48-58.

(14)

Mapanga, Kudakwashe G dan Mapanga, Margo B. 2004. A Community Health Nursing Perspective of Home Health Care Management and Practice. Home Health Care Management & Practice. vol.16 no.4. halaman 271-279.

Mayo, M. 1994. “Community Work”, dalam Hanvey and Philpot (eds), Practising Social Work. London: Routhledge.

Mezirow. 1997. Transformatif Dimension of Adult Learning. New York: Suny Press.

Nasdian FT. 2006. Pengembangan masyarakat. Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangn Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor (Tidak diterbitkan).

Nies, MA., and McEwen, M. 2001. Community Health Nursing: PromotingThe Health of Populations. 3rd Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Sanders, I.T. 1958. Theories of Community Development. Rural Sociology 23(1): 1-12.

Sienkiewicz, Josephine. 2004. The Quality Network Adverse-Event Benchmarking Project: A New Jersey Perspective. Home Care Management and Practice. Vol. 16 no. 4. Page: 280-285.

Snijders, Adelbert. 2006. Manusia dan Kebenaran, Sebuah Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.

Warren. R. 1978. The Community in America. Third Edition. Chicago: Rand-McNally.

Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Community Development Program (Program Pemberdayaan Masyarakat) merupakan suatu progam /

proyek yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan

kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat, Partisipasi masyarakat dan

kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan.

Terpuruknya perekonomian negara ditambah semakin merajalelanya korupsi, kolusi, dan nepotisme

secara langsung membuat masyarakat menjadi tidak berdaya. Masyarakat yang hidup di bawah garis

kemiskinan semakin meningkat, pengangguran yang sudah mencapai 40 juta, keluarga jalanan dan

anak jalanan menjadi masalah sosial yang menonjol di perkotaan; anak-anak putus sekolah pada

semua jenjang pendidikan makin bertambah, masalah kriminalitas yang makin meningkat, ditambah

dengan masalah sosial lainnya yang membuat masyarakat tidak berdaya memenuhi kebutuhan

(15)

Pola pemberdayaan masyarakat bukan merupakan kegiatan yang sifatnya top-down intervention yang

tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya, karena

yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola

pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang menghargai dan mengakui bahwa

masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan

permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan

kebersamaan

Konsep Community Development telah banyak dirumuskan di dalam berbagai definisi. Perserikatan

Bangsa-Bangsa mendefinisikannya: " as the process by which the efforts of the people themselves are

united with those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions

of communities, to integrade these communities into the life of the nations, and to enable them to

contribute fully to national progress". (Luz. A. Einsiedel 1968:7).

Definisi di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan suatu "proses" dimana

usaha-usaha atau potensi-potensi yang dimiliki masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang

dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan

mengintegrasikan masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka

agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada level nasional.

US International Cooperation Administration mendeskripsikan Community Development itu sebagai :

" a process of social action in which the people of a community organized themselves for planning

action; define their common and individual needs and problems; make group and individual plans with

a maximum of reliance upon community resources; and supplement the resources when necessary

with service and material from government and non-government agencies outside the community ".

( The Community Development Guidlines of the International Cooperation Administration, Community

Development Review, December,1996,p.3).

Definisi di atas lebih menekankan bahwa konsep pembangunan masyarakat, merupakan suatu proses

"aksi sosial" dimana masyarakat mengorganiser diri mereka dalam merencanakan yang akan

dikerjakan; merumuskan masalah dan kebutuhan-kebutuhan baik yang sifatnya untuk kepentingan

individu maupun yang sifatnya untuk kepentingan bersama; membuat rencana-rencana tersebut

(16)

bilamana perlu dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari pemerintah dan

badan-badan nonpemerintah di luar masyarakat.

Melengkapi kedua definisi di atas, Arthur Dunham seorang pakar Community Development

merumuskan definisi Community Development itu sebagai berikut.

"organized efforts to improve the conditions of community life, and the capacity for community

integration and self-direction. Community Development seeks to work primarily through the

enlistment and organization of self-help and cooprative efforts on the part of the residents of the

community, but usually with technical assistance from government or voluntary organization.(Arthur

Dunham 1958: 3).

Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan usaha-usaha yang

terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan

masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja

terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari

individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari

pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.

Arthur Dunham membedakan "Community Development" dengan "Community Organization" :

community development is concerned with economic life, roads, buildings, and education,as well as

health and welfare, in the narrower sense. On the other hand, community welfare organization is

concerned with adjustment of social welfare needs and resources in cities, states, and nations as in

rural villages.

Jadi community development lebih berkonotasi dengan pembangunan masyarakat desa sedangkan

community organization identik dengan pembangunan masyarakat kota.

Lebih lanjut Dunham mengemukakan 4 unsur-unsur Community development sebagai berikut.

1. a plan program with a focus on the total needs of the village community;

2. technical assistance;

3. integrating various specialities for the help of the community; and

4. a major emphasis upon selp-help and participation by the residents of the

(17)

Dari definisi Community Development di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Community Development merupakan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan.

Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan dilaksanakan tahap

demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut

dan evaluasi - follow-up activity and evaluation.

2. Community Development bertujuan memperbaiki - to improve - kondisi ekonomi,

sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

3. Community Development memfokuskan kegiatannya melalui pemberdayaan

potensi-potensi yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka,

sehingga prinsip to help the community to help themselve dapat menjadi kenyataan.

4. Community Development memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Artinya

partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama - group action - di dalam memecahkan

masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi-potensi

yang dimiliki masyarakat.

Community Development dengan segala kegiatannya dalam pembangunan menghindari metode

kerja "doing for the community", tetapi mengadopsi metode kerja "doing with the community".

Metode kerja doing for, akan menjadikan masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya,

bahkan mendidik masyarakat untuk bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi

sukarela pemberi bantuan. Sebaliknya, metode kerja doing with, merangsang masyarakat menjadi

aktif dan dinamis serta mampu mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya - real needs, felt

needs dan expected need . Metode kerja doing with, sangat sesuai dengan gagasan besar KI Hajar

Dewantara tentang kepemimpinan pendidikan di Indonesia - ing ngarso sung tulodo, ing madyo

mangun karso, dan tut wuri handayani - yang berfokus akan perlunya kemandirian yang partisipatif di

(18)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM PENGEMBANGAN

EKONOMI KERAKYATAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang :

Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi pembangunan sekarang sudah banyak diterima, bahkan telah

berkembang berbagai pemikiran dan literatur tentang hal tersebut. Meskipun dalam kenyataannya strategi ini

masih belum maksimal di aplikasikan.

Disamping itu banyak pemikir dan praktisi belum memahami dan meyakini bahwa partisipatif dapat digunakan

sebagai alternatif dalam memecahkan persoalan pembangunan yang dihadapi.

Dilain pihak konsep pembangunan yang selama ini diterapkan belum mampu menjawab tuntutan-tuntutan yang

menyangkut keadilan dan pemerataan serta keberpihakannya kepada masyarakat, sehingga pembangunan yang

digagas belum mampu mengangkat penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Upaya meningkatkan keberpihakan pembangunan kepada kepentingan masyarakat, sepertinya tidak dapat

dilepaskan dari upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berpartisipasi dalam pembangunan dimaksud.

Berbagai kendala dalam penerapan disebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menyikapi tentang

pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2. Masalah :

Bagaimanakan konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.

3. Tujuan :

Mempelajari konsep Pembangunan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi

(19)

B. KONSEP PEMBANGUNAN

Secara sederhana pembangunan selalu didefinisikan sebagai suatu proses yang dinamis menuju keadaan sosial

ekonomi yang lebih baik atau yang lebih modern. Batasan tersebut jelas menggambarkan bahwa pembangunan

merupakan suatu gejala sosial yang berdimensi banyak dan haruslah didekati dari berbagai disiplin ilmu.

Salah satunya yang mendukung pemikiran tersebut adalah Tjokroamidjojo, 1990, dalam tulisan Bambang sutrisno,

Akses Peran Serta Masyarakat, mengemukakan bahwa pembangunan negara-negara di Asia hanya bisa

berlangsung bila persyaratan-persyaratan politis dan sosial terpenuhi.

Disamping itu Michael P. Todaro dalam Pengembangan Koperasi, Kumpulan karangan Thoby Mutis, mengemukakan

pula bahwa Ilmu ekonomi hendaknya berdimensi luas tidak hanya berkaitan upaya melakukan pilihan terhadap

sumberdaya yang terbatas, meminimalisasi biaya, memaksimalisasi hasil atau manfaat, tetapi harus pula

menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan upaya agar mayoritas masyarakat miskin di negara berkembang

mendapat perbaikan taraf hidup sejalan dengan realisasi dari beraneka ragam potensi mereka sebagai manusia.

Selain itu Coralie Bryant & Louise G White dalam bukunya Manajemen Pembangunan mengemukakan pula bahwa

pembangunan merupakan suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan. Hal tersebut

mempunyai beberapa implikasi tertentu yaitu pertama, memberikan perhatian terhadap kapasitas, yang diperlukan

untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan tersebut, kedua pembangunan harus

mencakup keadilan, perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu akan memecah belah masyarakat dan

mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan kuasa dan wewenang dalam pengertian bahwa hanya jika

masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka akan menerima manfaat pembangunan. Dan

akhirnya pembangunan berarti perhatian yang bersungguh-sungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta

perlunya menjamin bahwa masa depan dapat ditunjang kelangsungannya.

Dari berbagai konsep tersebut terlihat bahwa pembangunan tidak dapat didekati hanya dengan perubahan

ekonomi, tapi secara umum pembangunan juga harus mampu menciptakan suatu kondisi yang dapat menjamin

keadaan sosial masyarakat yang berkeadilan, kapasitas masyarakat yang dapat berkembang dengan pemberian

wewenang dan kekuasaan, serta lingkungan yang terjamin kesalingtergantungannya.

Bila dilihat lebih jauh perkembangan pemikiran teori pembangunan nasional berdasarkan pendekatan ekonomi

dapat dibagi menjadi 3 aliran yang secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :

(20)

Merupakan suatu sistem ekonomi yang menyerahkan seluruh proses kepada mekanisme ekonomi secara alamiah,

tanpa campur tangan pemerintah. Mekanisme pembentukan harga akan membawa segala hubungan ekonomi

secara otomatis ke kurva keseimbangan.

Teori ini akan baik hasilnya apabila dunia memenuhi persyaratan-persyaratan yang memungkinkan setiap individu

memiliki peran yang sama dalam iklim laissez faire. Kenyataannya kaum kapitalis kedudukannya kuat dan memiliki

alat produksi dan mempunyai kebebasan untuk menyusun kekuatan, sementara masyarakat umumnya memiliki

kedudukan dan posisi yang lemah.

2. Aliran Keynesian :

Perhatian teori ini terpusat pada pemecahan masalah jangka pendek yang tengah dihadap yaitu depresi dan

pengangguran. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah perlu melakukan kebijakan menyangkut kebijakan fiskal

dan moneter untuk melepaskan masyarakat dari depresi ekonomi, mendorong investasi, menciptakan kesempatan

kerja dan meningkatkan pendapatan.

3. Aliran Neo Klasik :

Aliran ini memandang bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh pertambahan dalam

penawaran faktor produksi dan kemajuan teknologi.

Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik umumnya di dasarkan pada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh

Charles Cobb & Paul Douglas yang terkenal dengan istilah ”Cobb-Douglas Production function ”

Pembangunan umumnya dilihat sebagai perubahan secara terencana struktur produksi dan penciptaan lapangan

pekerjaan sehingga bagian dari sektor pertanian menurun sementara bagian dari sektor pabrikasi (manufaktur) dan

jasa meningkat.

Oleh karena itu, strategi pembangunan lazimnya dipusatkan pada industrialisasi di wilayah dipusatkan pada

industrialisasi di wilayah perkotaan yang mengalami perkembangan pesat, dan sering sekali dengan

mengorbankan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan.

Dari uraian diatas maka secara umum dapat dikatakan bahwa pembangunan selalu dilihat sebagai fenomena

ekonomis yang diukur dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Masalah kemiskinan, pengangguran dan

distribusi pendapatan merupakan hal penting kedua untuk menciptakan pertumbuhan yang diharapkan.

Definisi pembangunan seperti ini dikenal dengan istilah Teori Rostow yang dalam istilah ekonomi lebih dikenal

(21)

menetes ke bawah dalam bentuk penciptaan lapangan pekerjaan maupun peluang-peluang ekonomis lainnya.

Kenyataan memperlihatkan konsep pembangunan tersebut tidak mampu menciptakan peluang ekonomi kepada

masyarakat pada umumnya sebagaimana yang dikemukakan dalam pandangan tersebut. Hal ini mengindikasikan

bahwa perlu ada upaya lain yang dilakukan agar pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh semua lapisan

masyarakat.

C.PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN

Terminologi sistem ekonomi kerakyatan setidaknya mengandung 5 ciri utama dan penting ( Bambang Sutrisno,

Akses Peran serta Masyarakat) yakni Adanya mekanisme pasar, adanya persaingan yang sehat, memperhatikan

pertumbuhan ekonomi, adanya nilai-nilai keadilan dan terjaminnya kepentingan sosial.

D. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Perberdayaan merupakan satu istilah yang diterjemahkan dari istilah empowerment yang merupakan sebuah

konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pemikiran dan kebudayaan masyarakat.

Pemberdayaan memiliki dua kecendrungan yaitu kecendrungan primer dan kecenderungan skunder. Kecendrungan

primer merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian

kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya, Kecenderungan

skunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi

individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan mereka.

Sementara itu dalam terminoligi manajemen, pemberdayaan berkaitan dengan wewenang (authority) dan

kekuasaan (power). Pemberdayaan bertujuan menghapuskan hambatan-hambatan guna membebaskan organisasi

dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya

memperlamban reaksi dan merintangi aksi mereka.

Sejauh ini terlihat bahwa pemberdayaan yang dilakukan menekankan kecenderungan skunder yang menekankan

kepada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihannya.

Sementara itu pemeberdayaan yang berkecenderungan primer masih jarang/kurang dilakukan dengan berbagai

(22)

1. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pengembangan material, rasional dan bertumpu pada pengembangan ekonomi masyarakat.

2. Pemberdayaan masyarakat akan mudah diwujudkan melalui pendekatan pembangunan dari atas dari pada

pendekatan yang mengintegrasikan aspirasi masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat lebih membutuhkan bantuan material.

4. Pengetahuan dan Teknologi Internasional selalu lebih baik daripada pengetahuan dan teknologi

masyarakat lokal.

5. Kelembagaan lokal selalu tidak mampu mewujudkan upaya pemberdayaan masyarakat.

6. Masyarakat, khususnya masyarakat lapisan bawah tidak tahu apa yang mereka inginkan.

7. Kemiskinan lahir akibat kebodohan dan kemalasan anggota masyarakat.

8. Efisiensi adalah tujuan utama pembangunan dan tujuan alokasi sumberdaya masyarakat.

9. Sektor pertanian dan pedesaan adalah sektor inferior yang tidak perlu diperioritaskan.

10. Ketidak seimbangan dalam akses pemilikan/penguasaan sumberdaya pembangunan merupakan syarat

perlu untuk melakukan perubahan.

F.KESIMPULAN :

1. Pembangunan Ekonomi secara umum diukur dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur

ekonomi dari agraris ke industri.

2. 2.Dalam upaya pemberdayaan masyarakat memiliki kecenderungan primer (proses memberi dan

mengalihkan sebagian kekuasaan kepada masyarakat) dan kecenderungan sekunder (proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi).

3. 3.Model Pemberdayaan yang dikembangkan saat ini masih terbatas pada kecenderungan sekunder (proses

menstimulasi, mendorong atau memotivasi).

4. 4.Perlu pengembangan model Pemberdayaan yang memberikan kekuasaan kepada masyarakat untuk

menentukan perkembangan ekonominya (kecenderungan primer dalam pemberdayaan)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Rudito dkk, Akses Peran Serta Masyarakat, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003

2. Coralie Bryant & Louise G. White, Manajemen Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1989

(23)

4. Proyek P4K, Selayang Pandang P4K, Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta, 2003.

5. Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, Bina Grafika, LPFE-UI, Jakarta, 1985.

6. Sinis Munandar, MS, Program Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pembangunan Sumberdaya

Manusia dan Pelayanan Keuangan Mikro, Badan Pengembangan SDM, Depatemen Pertanian, Jakarta, 2002.

7. Syamsuddin Abbas, Pengembangan Sumberdaya Manusia, Badan Diklat Pertanian, Departemen Pertanian,

Jakarta, 1994

8. Suwarsono & Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 2000.

9. Suwandi, Ir.H., MM, Agropolitan, Merintis Jalan Meniti Harapan, PT. Duta Karya Swasta, Jakarta, 2005.

10. Thoby Mutis, Kumpulan Karangan, Pengembangan Koperasi, PT Gramedia, Jakarta, 1992.

Pengembangan Masyarakat

Prespektif Sejarah

Dipublikasi pada 21 November 2012 oleh Ahmad Syafaat

Download Makalah Kata Pengantar

Alhamdulillah, kata yang sangat patut ku ucapkan ketika jari-jemariku menyentuh papan ketik ini, Sholawat dan salam merupakan hal yang sudah sepantasnya terlantun bagi setiap umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasalam.

Makalah yang sederhana ini kami susun atas permintaan Dosen kami Bapak Mustopa, M.Ag sebagai tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen dan Metodologi Pengembangan Masyarakat, Semester IV STID AL-BIRUNI Babakan-Ciwaringin.

(24)

1. Pengertian pengembangan masyarakat (pm) 2. Sejarah singkat tokoh PM barat

3. Pengembangan Masyarakat Pedesaan berikut contohnya

Mungkin hanya ini yang dapat kami persembahkan, tentunya banyak hal yang masih perlu dilengkapi atau koreksi yang berarti, sebagai konsekwensinya kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk membantu perkembangan selanjutnya.

Sekian dan terimakasih “Selamat Membaca”.

Cirebon, 21 April 2011 M Tim Penyusun,

Kelompok II

Ahmad Jabidi Jauhar Ahmad Syafa’at Ikhwan

Cover ……… 1

Kata Pengantar………..……… 2

Daftar Isi ……….. 3

A. Pendahuluan. 4

B. Ulasan Definitif Pengembangan Masyarakat (PM) 4

C. Konsep Awal Pengembangan Masyarakat 5

D. Pengembangan Masyarakat (PM) Pedesaan. 7

E. Beberapa Contoh Best Practice Dalam Pemberdayaan Masyarakat 9 E. Penutup :

F. Referensi : A. Pendahuluan

Pengembangan Masyarakat (PM)3 memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaan sosial (Payne, 1995; Suharto, 1997). Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, PM memungkinkan pemberi dan penerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi. PM meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah.

Meskipun PM memiliki peran penting dalam pekerjaan sosial, PM belum sepenuhnya menjadi ciri khas praktek pekerjaan sosial. PM masih menjadi bagian dari kegiatan profesi lain, seperti perencana kota dan pengembang perumahan. PM juga masih sering dilakukan oleh para voluntir dan aktivis pembangunan yang tidak dibayar. Telah terjadi perdebatan panjang mengenai apakah PM dapat dan harus didefinisikan sebagai kegiatan profesional. Yang jelas, PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial, meskipun belum dapat dikategorikan secara tegas sebagai satu-satunya metode milik pekerjaan sosial (Mayo, 1998).

(25)

PM (Pengembangan Masyarakat) terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep :

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

2. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental. (Mayo, 1998:162):

Dengan demikian, PM dapat didefinisikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993).

Menurut Twelvetrees (1991:1) PM adalah “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Secara khusus PM berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.

Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.

C. Konsep Awal Pengembangan Masyarakat

Konsep Pengembangan Masyarakat sendiri ternyata telah lama dikenal oleh masyarakat, meskipun konsep awalnya bukan Pengembangan Masyarakat, tetapi substansi darinya sangat cocok dengan penerapanPengembangan Masyarakat yang ada sekarang.

Dulu pada awalnya teori PM ini bermula dari sejarah panjang yang menceritakan keridupan seorang tokoh sosiologi Robert Own, ialahir di Newton, Powys, Montgomeryshire, Wales, 14 Mei1771 – meninggal 17 November1858 pada umur 87 tahun) adalah pemikir utama sosialisme utopis, dia adalah seorang pelaku bisnis sukses yang menyumbangkan banyak laba dari bisnisnya demi peningkatan hidup karyawannya. Dia dianggap sebagai “Bapak” gerakan koperasi.

Dia mendirikan suatu pabrik tekstil di New Lanark, Skotlandia dan memperkenalkan waktu kerja lebih pendek, membangun sekolah untuk anak-anak dan merenovasi rumah-rumah tempat tinggal pegawainya.

Ia juga menyediakan suatu komunitas Owenite yg disebut New Harmony (Keselarasan Baru) di Indiana, AS.

Kontribusi utama Owen ke pikiran kaum sosialis adalah pandangan yang dimana perilaku sosial manusia tidaklah tetap atau absolut, dan manusia itu mempunyai kemauan bebas untuk mengorganisir diri mereka ke dalam segala bentuk masyarakat yg mereka inginkan.

(26)

tersebut terus diadopsi oleh tokoh lain seperti Lanark, Oneida, Mohandas K. gandhi, Swaraj, Vinoba Bhave, Jawaharlal Nehru, dan tokoh-tokoh lainnya. Pada tahun 90-an, dikarenakan mulai munculnya banyak kritik dari banyak program yang ada dibawah pemerintahan Robert Putnam dalam penjelajahan ulang kapitalis sosial, Pengembangan MasyarakatInternational kemudian menjadi lebih memfokuskan pada masalah dan formasi kapitalis sosial, dan akhirnya berkembang seperti sekarang.

D. Pengembangan Masyarakat (PM) Pedesaan

Dalam perspektif sejarah, perkembangan PM pada tataran global dapat dibagi ke dalam setidaknya empat dasawarsa, yaitu dasawarsa 1960, 1970, 1980, dan 1990. Secara skematis, dinamika perkembangan wacana PM dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari aspek keterlibatan masyarakat, praktek PM dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: Development for community Development with community. Development of community. Pada masyarakat tertentu mungkin pendekatan development for community lebih sesuai sementara pada masyarakat yang lain development with community justru yang dibutuhkan. Faktor utama yang menentukan pemilihan ketiga pendekatan tersebut adalah seberapa jauh kelembagaan masyarakat telah berkembang.

Dewasa ini, program pemberdayaan masyarakat banyak sekali diluncurkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sayangnya, program ini kurang berhasil mencapai sasaran yang diharapkan, yakni yakni kemandirian masyarakat. Kelemahan dalam desain program pemberdayaan itu, antara lain bahwa pemberdayaan sering dipersepsikan dan diterjemahkan secara sempit sebagai pemberian akses finansial (penyediaan dana bantuan atau kredit) yang lebih besar kepada anggota masyarakat, khususnya kelompok miskin. Padahal, masyarakat yang tidak berada dibawah garis kemiskinan pun membutuhkan upaya pemberdayaan pula. Menurut Lipton (1977), program pengentasan kemiskinan sering bias dan salah sasaran. Robert Chamber (1983) yang mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan pada dasarnya bukan hanya persoalan bagaimana memenuhi kebutuhan fisik masyarakat secara berkesinambungan, namun lebih pada usaha untuk memberikan “energi” yang lebih besar kepada masyarakat melalui proses pemberdayaan (empowerment).

Pada saat ini PM telah mengalami proses pengkayaan sehingga menjadi sebuah pendekatan yang multi aspek dan secara umum terdiri dari beberapa aspek kunci sebagai berikut: Adalah sebuah proses “akar rumput”. Menjadi lebih swadaya (self-reliance). Berkembang menjadi komunitas pembelajar (learning communities). Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan Menguatnya modal social Tercapainya keseimbangan tujuan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Dalam dimensi dan tingkatan pemberdayaan, merujuk pada kajian UNDP (UNDP, 1998, Capacity Assesment and Development in A System and Strategic Management Context, Technical Advisory Paper No. 3) paling tidak ada 3 (tiga) level yang harus dicapai oleh program pemberdayaan yakni:

1) pemberdayaan pada level individu, berupa pengembangan potensi dan keterampilan;

2) pemberdayaan pada level kelompok / organisasi, yakni yang berhubungan dengan peningkatan partisipasi kelompok dalam pembangunan; serta

(27)

PM agar dapat dilaksanakan secara efektif perlu didasarkan pada beberapa pemahaman dasar yaitu, upaya jangka panjang. PM merupakan sebuah proses terus menerus (on-going process) yang menuntut lebih kepada pengembangan kelembagaan dan bukan serangkaian aktivitas dalam kerangka proyek Terbuka dan setara. PM adalah proses yang terbuka terhadap berbagai masukan dan pengaruh sesuai kondisi lokal. Untuk itu sikap yang melihat berbagai stakeholder PM secara setara menjadi keharusan. Sikap ini merupakan prasyarat untuk mengem-bangkan partisipasi. Milik masyarakat. PM merupakan aktivitas yang dimiliki oleh masyarakat. Karenanya desain, proses, dan pengembangannya dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat lokal Berdasar pada pengalaman kasus-kasus yang terbaik (best practices). PM merupakan bagian dari proses sejarah masyarakat lokal. PM terutama dengan perspektif Appreciative Inquiry melihat bahwa di masyarakat banyak hal-hal positif yang dapat menjadi batu pijakan melaksanakan berbagai aktivitas lainnya Dengan demikian PM yang dikembangkan sebagai respon sesaat pada isu atau kecenderungan tertentu, membuat masyarakat tidak dapat berpartisipasi, dan dilaksanakan terisolasi dari sektor-sektor lain pada dasarnya bukanlah PM.

E. Beberapa Contoh Best Practice Dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Di sebuah RT di perumahan Wijayakusumah, Cigadung, Bandung terdapat sepetak tanah yang diperuntukkan sebagai TPS sampah. Disamping menimbulkan bau busuk dan merusak pemandangan, kondisi ini juga mengandung potensi menimbulkan gangguan kesehatan. Namun atas kesepakatan warga, penggunaan lahan tadi dirubah. TPS dipindahkan ke tempat yang jauh dari pemukiman warga, dan lokasi bekas TPS tadi didirikan kios-kios kecil yang disewakan kepada pedagang dengan pembayaran uang sewa tertentu. Dampaknya cukup luar biasa: lingkungan menjadi bersih, dan RT memiliki sumber kas baru untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Dalam kasus seperti ini, RT atau RW tidak hanya berfungsi sebagai agen sosial yang mengurusi masalah-masalah kependudukan atau masalah lain seperti konflik antar anggota, aktivitas olahraga atau keagamaan, dan lain-lain. Lebih dari itu, RT / RW memiliki potensi yang besar untuk menjadi kelompok entrepreneur baru.

2. Sebuah perusahaan eksplorasi minyak di Sumatera Selatan misalnya, menawarkan program pelatihan pembibitan karet. Beberapa anggota masyarakat dipilih, mereka dilatih, diajarkan cara membuat bibit karet, diberikan bantuan modal awal dan terus dibimbing sampai dianggap berhasil. Untuk hal ini, perusahaan rela mengeluarkan biaya untuk pelatihan, penginapan, uang saku, dan modal berkebun. Jumlahnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, tergantung banyak tidaknya peserta. Kegiatan ini tidak berhenti disitu saja, tapi berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

E. Penutup :

Pengembanagan Masyarakat PM dapat didefinisikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993).

Adapun tokoh sosiologi yang berhasil memunculkan teori ini adalah Robert Own, ialahir di Newton, Powys,Montgomeryshire, Wales, 14 Mei1771 – meninggal 17 November1858 pada umur 87 tahun) yang juga merupakan pemikir utama sosialisme utopis.

Kemudian teori ini menjadi semakin mengglobal hingga saat ini, dimana eksistensinya masih dapat kita jumpai dalam bentuk lembaga-lembaga pemasyarakatan yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

Možemo sada lako uočiti da se naš zlatni pravokutnik zapravo sastoji od dva manja lika – kvadrata koji je zapravo konstruiran nad manjom stranicom pravokutnika, i drugog

Hari Jum’at, 18 September 2009 posko BNPB tidak menerima data informasi adanya titik panas/hotspot yang ada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.. Kehutanan

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Cirebon Radio di tengah konvergensi beradaptasi dengan cara melakukan penyatuan alur kerja jurnalisme untuk berita siaran radio dan

Tepung tapioka yang dibuat dalam pembuatan stik ini sangat tinggi mengandung karbohidrat upaya untuk meningkatkan kandungan gizinya maka perlu ditambahkan kandungan

Dengan demikian perbedaan cara pertama dan kedua dalam menghitung kesalahan standar estimasi adalah terletak di standar yang digunakan untuk, mengukur penyimangan

• Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga antara dua atau lebih variabel dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. • Hipotesis Dapat Diturunkan Dari Telaah

Preferensi Petani Terhadap Karakteristik Beberapa Varietas Bawang Merah Sebelum mengetahui tingkat preferensi total maka terlebih dahulu mencari tingkat preferensi rerata dan rerata

Informasi bagi pengembangan program kesehatan ibu hamil sampai nifas atau asuhan komprehensif agar lebih banyak lagi memberikan penyuluhan yang lebih sensitif