artha agung alank spp 3614100036
“Review Koran Jawa Pos “Sebut Rp 1,5 Triliun Proyek Kecil” Review Koran/Artikel
Megaproyek DPR senilai Rp 1,5 Triliun menuai kontroversi bagi publik. Pasalnya publik menilai pernyataan sebelumnya tentang rencana pembangunan 7 gedung DPR, akan tetapi pernyataan tersebut diianulir oleh Wakil Ketua DPR bahwa 7 yang dimaksud adalah 7 tahapan pembangunan yang meliputi pembangunan ruangan untuk tenaga ahli, perpustakaan, ruang pusat kajian hukum, museum, aula demokrasi yang dibangun terpisah. Terkait dengan proyek ini DPR menganggarkan dana proyek sebesar Rp 1,5 Triliun dan menganggap proyek ini proyek kecil. Menurutnya, angka dalam proyek ini belum final dan bukan tidak mungkin nilainya akan berkurang. Pada perkembangan yang sama, Badan Anggaran DPR mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mengusulkan pembangunan gedung dan belum tahu proyek tersebut masuk dalam APBN 2016. Menurut salah satu staff pemerintah proyek tersebut bisa saja disetujui oleh pemerintah karena pemerintah mengalami peningkatan APBN tetapi belum tentu juga APBN tersebut dialokasikan untuk pembangunan gedung DPR. Dalam rencana pembangunan gedung DPR ini yang mengurus hanya internal yaitu Sekretariat Jendral DPR dengan pemerintahan. Akan tetapi dalam setiap proyek anggaran DPR dilibatkan juga Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Setjen DPR
Permasalahan Pembiayaan
DPR menganggarkan dana sebesar Rp 1,5 T untuk pembangunan gedung DPR pasalnya DPR menyebut proyek tersebut merupakan proyek kecil dan merupakan sebagian kecil nilai dari peningkatan APBN nasional. Akan tetapi dalam APBN 2016, DPR melalui Sekretariat Jenderal belum mengusulkan anggaran pembangunan gedung DPR terbukti dengan empat kali pengecekan bahwa DPR belum melakukan usulan.
Instansi atau Pihak yang Terlibat
DPR (Wakil Ketua DPR,Ketua Implementasi Reformasi Parlemen, Badan Anggaran DPR) Pihak dalam Anggaran proyek DPR (Setjen DPR, Kementerian Keuangan, Bappenas), Pemerintah dan staf pemerintahan, Politikus.
Solusi yang ditawarkan berdasarkan Artikel/Koran
Pemerintah (Presiden) tidak mau menandatangi prasasti anggaran proyek DPR karena proyek tersebut dicek tidak masuk dalam anggaran Rencana APBN 2016 dan memang anggaran proyek tersebut tidak ada. Sebelum DPR menganggarkan anggaran proyek pembangunan gedung ada baiknya proyek tersebut dibahas jauh hari sebelum pembahasan Rencana APBN 2016.
Komentar berdasarkan solusi
Setuju dengan solusi yang ditawarkan oleh Pemerintah dengan tidak menandatangani prasasti proyek DPR. Proyek tersebut perlu ditinjau ulang sebab sangat tidak patut negara mengeluarkan uang untuk pembangunan gedung baru DPR saat Indonesia sedang menghadapi krisis. Dan harusnya DPR dalam menganggarkan sebuah proyek harus mengusulkan sebelum diadakannya Rencana APBN.