• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Candisari ecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Melalui Pendekatan Problem Based Learning Tahun Pembelajaran 20162017 T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Candisari ecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Melalui Pendekatan Problem Based Learning Tahun Pembelajaran 20162017 T1 BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

proses penemuan (depdiknas: 2006). Sapriati (2008:5.11) menjelaskan bahwa IPA

merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang

terorganisasi secara logis, sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh melalui

pengalaman dari serangkaian proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan,

penyusunan hipotesis yang diikuti pengujian gagasan-gagasan.

IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan

dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangan tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh

adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah (Wahyana dalam Trianto, 2010: 136).

Berdasarkan beberapa definisi dan juga pendapat yang sudah dipaparkan

beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

merupakan mata pelajaran yang sistematis, didalamnya merupakan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, pada pelaksannannya menggunakan metode dan

proses ilmiah seperti pengamatan, penyelidikan penyusunan hipotesis dan diikuti

dengan pengujian gagasan.

2.1.1 Pembelajaran IPA SD

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen

yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:

tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut

harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi,

dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hosnan

(2)

Senada dengan hal tersebut Rusman (2014:1) pembelajaran merupakan

suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu

dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan

evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru

dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Pendapat diatas dapat disimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem

yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Kompenen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat

komponen tersebut harus diperhatikan guru untuk memilih dan menentukan

model, media, metode, strategi dan pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran. Pembelajaran juga upaya sistematis yang disengaja untuk

menciptakan interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik.

2.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD

Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh siswa

dalam pembelajaran. Setiap Proses pembelajaran akan menggunakan kompetisi

dasar sebagai acuan minimal bagi siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman

dalam pembelajaran. Pada pembelajaran IPA juga terdapat kompetensi dasar yang

harus dikuasai oleh setiap siswa. Tugas guru sebagai seorang pendidik adalah

menyampaikan pembelajaran dengan baik agar siswa mampu memahami materi

sesuai dengan SK dan juga KD.

Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar IPA untuk SD/MI kelas 4 yang

(3)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA untuk

SD/MI Kelas 4 Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Benda dan Sifatnya

6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu

6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat  cair; cair  gas  cair; padat  gas

6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning 2.2.1 Pengertian

Model pembelajaran berbasis masalah yang biasa disebut Problem Based Learning (PBL) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah

(Hamdayana 2014:209). Sedangkan menurut Tan dalam Rusman (2014:229)

menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam

pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul

dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,

sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoretik

konstruktivisme. Dalam model pembelajaran berbasis masalah, fokus

pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja

(4)

metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu siswa tidak

saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat

perhatian, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan

keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan

menumbuhkan pola berpikir kritis (Hamdayana 2014:210).

Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan

kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep

yang berhubungan dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan

masalah.

2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Problem Based Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga

pendekatan belajar Problem Based Learning. Menurut (Warsono dan Hariyanto, 2012:152) Kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran

dikelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan

sehari-hari (real world).

b. Menumpuk solidaritas dengan terbiasa bediskusi dengan teman-teman.

c. Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

d. Membiasakan siswa melakukan eksperimen.

Kelemahan dari penerapan model Problem Based Learning ini antara lain: a. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa pada pemecahan

masalah

b. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.

(5)

2.2.3 Langkah –Langkah Pendekatan Problem Based Learning

Langkah–langkah atau sintak Problem Based Learning (PBL) menurut Ibrahim dan Nur Ismail dalam (Rusman 2014:243) adalah sebagi berikut :

Tabel 2.2

Sintak Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah laku guru

1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing pengalaman individual / kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Sumber : Model-model pembelajaran (Rusman : 2014:243)

2.2.4 Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning menurut (Rusman 2014: 232) adalah:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

dan tidak terstruktur

(6)

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiiki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar.

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari

sebuah permasalahan.

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar.

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

2.2.5 Komponen – Komponen model Problem Based Learning

Komponen pembelajaran Problem Based Learning menurut (Hosnan 2014:300) adalah sebagai berikut:

a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

b. Keterkaitan masalah dengan berbagai masalah disiplin ilmu

c. Penyelidikan yang autentik

d. Menyajikan atau memamerkan hasil karya

e. Kolaborasi

2.3 Hasil Belajar IPA

Suatu proses belajar mengajar terdapat sesuatu yang telah tercapai. Hasil dari

proses pembelajaran yang telah tercapai ini disebut dengan hasil belajar. Hasil

belajar yang didapatkan diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

(7)

penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non

tes.

Menurut Naniek, dkk (2012:399) keberhasilan peserta didik dapat dilihat dari

hasil belajarnya, keberhasilan peserta didik setelah mengikuti suatu pembelajaran

tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Hasil belajar peserta didik

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu :

a. Domain kognitif, yaitu pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan

bahasa dan kecerdasan logika - matematika

b. Domain afektif, yaitu sikap dan nilai atau yang mencakup

kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata

lain kecerdasan emosional.

c. Domain psikomotor, yaitu keterampilan atau yang mencakup

kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan

musikal.

Menurut Nana Sudjana (2009:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Oemar Hamalik (2013:33) juga menyatakan bahwa

Hasil belajar adalah bila seseorang belajar maka akan terjadi perubahan tingkah

laku pada seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti.

Senada dengan pendapat tersebut Abdul Majid (2014:28) menyatakan bahwa

hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar dapat berupa

dampak pengajaran dan dampak kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan

peserta didik.

Penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan akibat dari proses belajar yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Atau adanya perubahan

dalam tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

(8)

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian tentang Pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa diantaranya adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Perida, Frizta Wahyu Pety dengan judul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam

Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN 6

Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun

2012/2013” Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Model PTK yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis, S dan Mc

Taggart, R dengan menggunakan 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari

3 tahap yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan

pengamatan, dan (3) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4

SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun

Pelajaran 2012/2013. Sebanyak 24 siswa. Hal ini nampak pada

perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus sebesar

29,217%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat

menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Hasil

penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD

terutama dalam menggunakan model Problem Based Learning.

b. Penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul “Penggunaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 6 Semester I SD

Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Permasalahan dalam penelitan tindakan kelas ini ialah hasil belajar

matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 hasilnya rendah. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil tes matematika 23 siswa kelas 6 yang tuntas

hanya 14 siswa (60,26%), dan 9 siswa (39,13%) tidak tuntas, dan nilai

rata-rata kelas 63,26. Kondisi tersebut masih jauh dari yang diharapkan.

Pembelajaran matematika dalam kurikulum KTSP kelas 6 SD Negeri

(9)

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah observasi dan tes.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan

hanya 39,13% dengan rata-rata kelas 63,26 setelah dilakukan tindakan, pada

siklus1 ketuntasan belajar siswa 73,91% dengan nilai rata-rata 66,30. Pada

siklus 2 ketuntasan belajar siswa 100% dengan nilai rata-rata kelas 71,08

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan

model pembelajaran berbasisi masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02 Kecamatan

Bandar Kabupaten Batang

c. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Andriastutik, Siti dengan judul

“Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas 5 Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran

2012/2013” Penelitian dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model problem based

learningdalam proses pembelajaran matematika di kalangan siswa kelas 5

semester II SD Negeri 6 Sindurejo. Penelitian ini merupakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Teknik observasi

digunakan untuk mengetahui tingkah laku siswa dan aktifitas guru selama

proses pembelajaran.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data yang diperoleh dari

prasiklus, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model problem

based learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari rata-rata hasil

belajar matematika siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II diperoleh

peningkatan yaitu 62,3 pada prasiklus, 66,9 pada siklus I dan meningkat

menjadi 77,5 pada siklus II. Serta ketuntasan hasil belajar matematika siswa

mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu 44% pada prasiklus, 72%

pada siklus I serta meningkat menjadi 94% pada siklus II. Saran, kegiatan

(10)

learning karena model tersebut dapat menjebatani karakteristik siswa pada

operasional kongkrit dengan karakteristik matematika yang abstrak.

Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dalam penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu dalam penelitian menerapkan pendekatan

Problem Based Learning pada siswa sekolah dasar. Selain itu, terdapat kesamaan pada variabel terikat yang diukur yaitu hasil belajar siswa. Sedangkan

perbedaanya hanya terdapat pada kelas penelitian yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan media peta konsep yang dapat memudahkan

siswa untuk memecahkan suatu topik permasalahan. Penggunaan peta konsep

yang menjabarkan setiap detail materi akan membuat siswa lebih mudah untuk

memahami suatu materi atau permasalahan. Tidak hanya menggunakan media

peta konsep, peneliti dalam penelitiannya juga menggunakan media lilin, sendok,

coklat, dan mentega untuk mengetahui cara benda padat bisa berubah menjadi

benda cair. Proses tersebut membuat siswa semakin penasaran akan pemecahan

permasalahan yang diberikan guru sehingga siswa lebih antusias dan

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan

antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Uma (dalam

Sugiyono, 2014: 91), mengemukakan bahwa kerangka pikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Pembelajaran akan berhasil secara optimal apabila ada penguatan proses

pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan serta bermakna bagi siswa.

Melalui penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka siswa

dapat melakukan proses pembelajaran dengan mengkaitkan masalah kehidupan

sehari-hari siswa dengan keadaan nyata siswa yang kontekstual sehingga materi

yang diberikan guru pada mata pelajaran Matematika mudah diterima oleh siswa

(11)

Kerangka pikir dengan pendekatan Problem Based Learning akan dijelaskan pada skema berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran IPA Melalui pendekatan Problem Based Learning (Model-model pembelajaran Rusman :2014)

Pembelajaran Konvensional

Guru menggunakan

1.Guru menyampaikan tujuan materi pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaranmenjelaskan logistic yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat pada pemecahan masalah (Orientasi siswa pada masalah)

Hasil Belajar Lebih Optimal

���� �� 70

8. Memberikan tes

2. Membantu siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan (Mengorganisasi siswa untuk belajar)

3. Membimbing pengalaman individual/ kelompok (Membimbing pengalaman individual/ kelompok)

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)

6. Meminta perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

(12)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan

PBL dengan langkah-lagkah yang tepat dan benar maka dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV SD Negeri Candisari 01 Kecamatan Ampel Kabupaten

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 Sintak Problem Based Learning
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Pembelajaran IPA Melalui pendekatan  Problem Based

Referensi

Dokumen terkait

Di Brodo ter- dapat berbagai divisi yang memiliki Team Leader yang ber- tugas untuk melaporkan hasil kinerja anggota dari Team Leadera tersebut kepada direksi ataupun

TWK TIU TKP Total Keterangan Nilai Seleksi Kompetensi Dasar. 44

Saya percaya Tuhan sanggup mengubah hidup saya kedepan walaupun banyak tantangan dan hambatan dalam diri dan juga dari luar tetapi itu bukan suatu langkah untuk membuat saya

Setelah itu melakukan percobaan system tiga komponen dimana kloroform ditambahkan dengan akuades sebanyak 5 ml kemudian di titrsai dengan asam asetat glacial.. Asam

Perlakuan dosis pupuk organik pertroganik (P) menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel berat kering oven 1000 biji, hasil biji kering oven ha -1 ;

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir

4. Anggaran Belanja Negara, Penetapan formasi PNS bagi suatu organisasi pada akhirnya sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran. Oleh karena itu

Cabe jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fito - farmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan