• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Perancangan Grafis Lingkungan Pus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Perancangan Grafis Lingkungan Pus"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN PUSKESMAS MEDOKAN AYU SURABAYA

Fernanda Arianto, Gregorius Aditya, Cynthia Bunga Larasati, Maria Anastasia Nilamsari Putri dan Hayyu Primandita

Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 6011

E-mail: ffe_ra@yahoo.com

ABSTRAK

Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di wilayah Kecamatan Rungkut. Setiap harinya dari jam pagi dibuka sampai menjelang siang, puskesmas yang telah lulus ISO:2008 ini menjadi padat diisi pengunjung baik yang terdiri dari pasien maupun pengantar. Pada jangka waktu tersebut rentan sekali kepadatan di puskesmas menimbulkan ketidaknyamanan terutama bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke puskesmas. Ruang gerak pengunjung untuk mencari informasi di dalam puskesmas menjadi terbatas akibat keramaian di sekitar yang juga mengaburkan kejelasan pengunjung menentukan sirkulasi pelayanan ditambah besarnya kemungkinan bagi para petugas puskesmas sibuk mengurus pasien lain sehingga kurang bisa membantu secara maksimal merupakan bagian permasalahan yang menjadi pertimbangan penting di sini. Untuk itulah, mengadaptasi tema ‘Asri Berseri’ yang terlebih dahulu digunakan oleh pihak puskesmas, dirancanglah sebuah konsep sistem EGD ‘Asri Modern’ yang bertujuan memanajemen pendistribusian informasi yang ada di Puskesmas Medokan Ayu agar dapat terekspos ke pengunjung secara maksimal dengan dukungan pengemasannya dalam desain yang terkesan ramah lingkungan sekaligus modern.

Kata kunci: Puskesmas, Informasi, Pelayanan, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu

ABSTRACT

PHC Medokan Ayu is one of two health centers in the subdistrict of Rungkut. Every day in the

morning of opening hours until early afternoon, this health center that has passed ISO: 2008

become densely filled with visitors consisting of either patient or the escort. Around that

period of hours, the density of crowd is very prone to cause discomfort especially for

first-time visitors in the clinic. Space for visitors to find the information in the health center is

(2)

determine the service circulation in the clinic in addition to the amount of possibilities for the

staffs being occupied by patients so they are less able to help the visitors to the fullest is some

part of the important issues to be considered here. For this reason, adapting the theme 'Asri

Berseri' who first used by the clinic, it is designed an EGD system with 'Asri Modern' as its

concept which aims to manage the distribution of information in PHC Medokan Ayu to be

optimally exposed to visitors, assisted with a design in which suggested an environmentally

friendly and modern feeling.

Keywords: Public Health Center, Information, Services, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu

PENDAHULUAN

Keberadaan puskesmas memegang peranan vital di lingkungan masyarakat karena puskesmas merupakan bagian sistem kesehatan nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerjanya. Seorang pasien yang ingin berobat ke rumah sakit bahkan harus meminta rujukan terlebih dahulu ke puskesmas terdekat di daerahnya sebelum ditunjukkan rumah sakit mana yang sekiranya sesuai untuk pasien.

Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi ada kriteria pertimbangan lain yang memungkinkan suatu kecamatan memiliki lebih dari satu puskesmas di wilayahnya. Seperti di Kecamatan Rungkut–Surabaya yang jumlah penduduknya melebihi 30.000 orang, Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di kecamatan itu.

(3)

lorong-lorong klinik seolah tidak terhindarkan lagi sehingga sangat rentan timbul ketidaknyamanan terutama bagi subjek yang masih merasa asing dengan lingkungan puskesmas. Ditambah efek samping dengan adanya keramaian ini adalah mengurangi ruang gerak pengunjung lain dan membatasi pengunjung baru untuk dapat mencari informasi secara optimal di dalam puskesmas.

Di sinilah sistem desain grafis lingkungan sangat berperan untuk membantu manajemen pendistribusian informasi yang ada di puskesmas agar dapat terekspos ke subjek secara maksimal, disertai pengemasannya dengan desain yang membuat subjek mudah menemukan, memahami, memanfaatkan, sekaligus menikmati informasi yang disediakan. Desain Grafis Lingkungan (EGD atau Environmental Graphic Design) sendiri merupakan sebuah profesi desain yang merangkul berbagai disiplin ilmu termasuk di dalamnya, yaitu desain grafis, arsitektur, desain industri, dan arsitektur lansekap. Kata lingkungan mengacu pada desain grafis sebagai bagian dari menciptakan lingkungan binaan, bukan untuk lingkungan alam atau teknik lingkungan. Sedangkan aspek visual yang diperhatikan di sini meliputi wayfinding, komunikasi identitas, desain informasi, dan pembentukan rasa tempat.

Diharapkan dengan adanya suatu sistem seperti itu dapat membuat subjek yang bisa berupa pasien atau sekedar pengunjung menjadi lebih mandiri dalam mengelola informasi yang diberikan serta mengidentifikasi berbagai macam fasilitas dan pelayanan yang ada di puskesmas dengan nyaman dan percaya diri.

STUDI LITERATUR TENTANG PUSKESMAS

Berdasar Peraturan Kemendagri no. 5/47, puskesmas secara administratif berada di bawah administrasi Pemda Kabupaten (Bupati sebagai kepala daerah), tetapi secara medis teknis mendapat pembinaan dari Dinkes Kabupaten/Kota dan Provinsi. Wewenang untuk menentukan luas wilayah kerja puskesmas dilakukan oleh Bupati/Walikota berdasarkan saran dari Kepala Dinkes Kabupaten/Kota.

VISI PUSKESMAS

(4)

yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk kecamatan.

MISI PUSKESMAS

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

TUJUAN

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

FUNGSI

Ada tiga fungsi puskesmas, yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

IDENTITAS PUSKESMAS

(5)

Puskesmas Medokan Ayu adalah Kecamatan Sukolilo (Utara), Kecamatan Gunung Anyar (Selatan), Kelurahan Kalirungkut (Barat), dan Selat Madura (Timur). Luas wilayahnya adalah 1.552.772 Ha yang terdiri dari tiga kelurahan, yakni Kelurahan Penjaringan Sari, Wonorejo, dan Medokan Ayu.

STRUKTUR ORGANISASI

Puskesmas Medokan Ayu juga merupakan salah satu dari 62 Puskemas yang ada di Surabaya dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Kapus (Kepala Puskesmas) inilah yang bertindak sebagai pemegang program di puskesmas. Meski tanggung jawab puskesmas tidak dipegang sendiri oleh kapus. Terdapat dua jenis jabatan yang diterapkan, yaitu struktural dan fungsional. Secara struktural, puskesmas memiliki KTU (Kantor Tata Usaha) sedangkan secara fungsional, staf-staf di puskesmas bekerja sesuai latar pendidikan masing-masing dan tidak saling membawahi satu sama lain. Jika dibuat skema:

KEADAAN TANAH

Puskesmas ini dibangun di atas tanah rawa-rawa yang dapat dikategorikan sebagai Wetland

(Lahan Basah). Wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal (Wikipedia: Lahan Basah, 2014). Untuk membuat sebuah bangunan di tanah tipe ini, pondasi bangunan menjadi permasalahan utama karena diperlukan pondasi yang kuat untuk mendirikan bangunan di tanah yang strukturnya tidak keras. Serta, level lantai bangunan juga perlu ditinggikan dari permukaan untuk menghindari risiko menjadi tempat tujuan luapan air terutama saat musim hujan, atau antisipasi terhadap banjir.

DESAIN GRAFIS LINGKUNGAN

(6)

Grafis lingkungan (enviromental graphic design) adalah cabang ilmu desain yang mempelajari desain informasi dalam suatu ruang lingkup lingkungan dengan kejelasan dan keefektifan sebagai tujuannya serta melibatkan berbagai macam pendekatan disiplin ilmu lain untuk mengkomunikasikan dan mengkombinasikan keahlian dari desain grafis, tehnik, psikologi, ilmu komunikasi, dan kajian budaya (Tissen dalam O’Grady & O’Grady, 2008). Termasuk di dalamnya terdapat empat elemen penting dari desain grafis lingkungan, yaitu

Signage, Wayfinding, Interpretation, dan Placemaking. Signage adalah tanda berisi informasi, sedangkan wayfinding lebih ke membantu penemuan jalan atau rute menuju tempat yang ingin dituju. Interpretation memfokuskan ke bagaimana suatu objek dibuat beda (dinstict) dari objek lain agar menonjol sesuai ciri khasnya. Lalu placemaking lebih mengarah ke pembangunan citra objek atau bagaimana kesan yang ditimbulkan dari lingkungan tersebut.

SISTEM TANDA

Terdapat empat jenis sign system (Sumbo Tinarbuko, 2008) yaitu, sbb:

1. Main directory: penunjuk utama yang biasanya berupa peta kawasan dan posisi seseorang terhadap kawasan tersebut dengan tujuan memandu yang bersangkutan untuk mengambil keputusan dan bergerak sesuai kebutuhannya.

2. Directional Sign: tanda informasi yang berfungsi sebagai alat navigasi pemirsa sebagai pemandu gerak sehingga bersifat dinamis.

3. Identification Sign: tanda informasi yang berfungsi sebagai alat konfirmasi sebuah tujuan/pencapaian, contohnya untuk gedung, gerbang kawasan, gapura, patung di bundaran, nama jalan, nomor rumah, in, exit, toilet, office, information here, dll.

4. Safety Sign/Regulatori: anda informasi yang bersifat himbauan, peringatan, maupun larangan. Ditujukkan secara positif untuk mengendalikan, mengatur, dan melindungi publik.

(7)

Dari situ dapat disimpulkan bahwa permasalah utama dalam sistem informasi grafis lingkungan di Puskemas Medokan Ayu adalah masih kurangnya pengeksposan informasi-informasi penting yang cenderung prosedural dan pengemasan desainnya yang kurang memiliki daya tarik untuk diperhatikan pengunjung.

Dari hasil analisis bentuk, papan tanda petunjuk ruangan di puskesmas hanya berupa teks verbal tanpa ada ilustrasi pendukung. Pemilihan warna per papan tanda yang didominasi warna terang merah, biru, dan kuning membuat sign system di puskesmas ini menimbulkan kesan saling kontras dan terkesan random. Meski begitu, pemilihan jenis huruf dan keterbacaan terlihat jelas sesuai prinsip Desain Komunikasi Visual, namun tipe font yang digunakan memiliki ujung-ujung tajam hampir pada tiap hurufnya sehingga dirasa kurang cocok untuk diterapkan di area pelayanan kesehatan seperti Puskesmas Medokan Ayu.

Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari pihak pengelola didapatkan data-data verbal mengenai struktur organisasi, sejarah bangunan, fasilitas-fasilitas, tingkat kunjungan, dan struktur organisasi perusahaan.

METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan adalah dari hasil penemuan-penemuan masalah yang didapatkan dari survei lapangan secara menyeleruh di Puskesmas Medokan Ayu. Kesemuaan permasalahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabel prioritas dengan pembagian kategori berdasar pengguna, fasilitas, dan sirkulasi. Kemudian dari situ, nilai prioritasnya ditentukan menurut empat poin penting menurut standar grafis lingkungan yaitu,

wayfinding, signage, site location, dan branding. Dari situ, perancangan grafis lingkungan Puskemas Medokan Ayu pun akan mengacu terhadap penyelesaian daftar permasalahan menurut skala prioritasnya.

METODE VISUALISASI DESAIN

Terdiri dari beberapa tahapan untuk memvisualisasikan desain sistem informasi (grafis lingkungan) Puskesmas Medokan Ayu, yaitu proses berfikir dan proses perancangan yang terdiri dari riset, analisis, sketsa kasar, serta penyempurnaan dengan program komputer. Kesemua proses perancangan dilalui dengan melakukan studi bentuk, studi tipografi, studi

(8)

warna dan studi komposisi, guna menentukan desain pilihan yang sekiranya cocok dan berkemungkinan besar menyelesaikan permasalahan sistem grafis lingkungan di puskesmas.

PEMBAHASAN KONSEP DESAIN

Setelah menyusun daftar permasalahan di Puskesmas Medokan Ayu yang sekiranya berhubungan dan kemungkinan besar dapat diselesaikan dengan perancangan desain grafis lingkungan, maka terciptalah konsep desain bertema ‘Asri Modern’. Mengadopsi citra puskesmas yang ‘Asri Berseri’, kami ingin mengemas informasi-informasi penting yang ada di puskesmas dengan seramah, seindah, dan sejelas mungkin sesuai konsep desain. ‘Asri Modern’ berarti menciptakan kesan yang sejuk, nyaman, dan ramah lingkungan disertai sentuhan modern agar sesuai dengan perkembangan era teknologi zaman sekarang. Dari situ, sistem signage dan wayfinding serta penempatannya menjadi fokus terpenting dalam perancangan ini.

KONSEP BENTUK

Upaya memaksimalkan prosedur penyebaran informasi melalui sistem signage sangat dipengaruhi pula oleh bentukan papan tanda atau petunjuk yang tidak hanya menjadi media pengaplikasian informasi tetapi juga mencerminkan konsep desain ‘Asri Modern’. Di sini bentukan dengan ujung lancip atau tajam sangat dihindari karena memberika kesan awas, angkuh, dan kaku yang sangat berkebalikan dengan konsep desain yang cenderung memberi kesan ramah, nyaman, terbuka, dan relaks. Karena itu bentukan signage dengan ujung tidak tajam cenderung melengkung membentuk kira-kira seperempat kurva di setiap sudut dipilih menjadi konsep awal sketsa bentukan utamanya.

KONSEP WARNA

Bisa dibilang warna pengikat sebagai branding dalam perancangan konsep desain ‘Asri Modern’ ini memegang peranan vital yang sangat penting karena dari kejauhan atau bagi seseorang yang baru pertama kali memasuki puskesmas, warna adalah hal pertama dilihat dan cenderung memberi kesan pada pandangan pertama pada seseorang tersebut. Karena itulah,

UJUNG LANCIP UJUNG MELENGKUNG

(9)

demi mendukung konsep ‘Asri Modern’ ini warna-warna yang dipilih adalah empat warna yang dirasa memiliki pembawaan sesuai kriteria asri (sejuk, dingin, ramah, bersahabat, menenangkan, indah, bersih, sehat, aman) dan modern. Dalam hal ini, sisi modern lebih merujuk pada kesimpelan bentukan signage yang efisien sekaligus memanjakan mata ketika menyampaikan informasi kepada pengunjung. Warna-warna utama yang dipilih adalah sbb:

KONSEP TIPOGRAFI

Merujuk pada tema konsep desain dengan mempertimbangkan standar ADA (American with Disabilities Act) dan penyandang disleksia, tipe font yang dipilih adalah Comfortaa karena sesuai namanya yang berarti ‘kenyamanan’, bentukan dasar abjad pada font ini adalah sans serif geometris bertipe bulat yang ditunjukan untuk tulisan dalam ukuran besar dan memiliki jarak spasi yang tidak terlalu rapat. Font ini memiliki kesan luwes nan modern yang keterbacaannya juga jelas dan enak dipandang. Berikut adalah rinciannya:

(10)

PIKTOGRAM

Piktogram merupakan simbol yang mengacu pada sebuah benda, kegiatan proses, dan konsep. Kehadiran piktogram berupa ikon sederhana mengacu pada berbagai fasilitas yang ada sehingga dapat memandu pengunjung dengan mudah dapat memahami maksud dan tujuan dari sign informasi. Dalam proses perancangannya, terlebih dahulu diawali dengan sketsa kasar berbagai fasilitas, dilanjutkan dengan redrawing di komputer untuk kemudian disempurnakan. Adapun tahapan-tahapannya antara lain:

1. SKETSA AWAL PIKTOGRAM

2. ALTERNATIF TERPILIH

3. HASIL DIGITALISASI

Gambar 3. Font yang digunakan untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu Sumber: http://www.dafont.com/img/illustration/c/o/comfortaa.png

(Aakerlund, Johan: 2013)

Gambar 4. Sketsa Awal Piktogram untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Arianto, dkk: 2014)

(11)

MATERIAL

Material dasar yang digunakan untuk membuat signage berbahan dari polymethylmetacrylate

(PMMA) atau yang lebih dikenal dengan nama akrilik. Karakteristik akrilik yang berwarna bening transparan menyerap sedikit sinar matahari dan meskipun ketebalanan materialnya bertambah, sifat transparannya tersebut tidak banyak terpengaruh atau berkurang. Bahan akrilik juga lebih elastis dari bahan seperti kaca serta secara teknis lebih dapat bertahan pada hentakan tekanan dinamik air. Di tambah lagi, material akrilik tidak gampang berlumut sehingga bisa lebih awet baik diletakkan di indoor maupun outdoor.

Material penopang yang digunakan adalah besi. Material ini digunakan untuk menopang berdirinya signage yang terpasang. Dapat berupa lempengan maupun tiang. Kemudian sebagai tambahan material terutama untuk signage berukuran besar yang perlu penampang

Gambar 6.1 dan 6.2. Bahan Material Akrilik dan Aluminum Composite Panel

(Sumber: http://www.ertareklam.com.tr/reklammalzemeleri/akrilik-levha.jpg)

Gambar 5 Hasil Final Piktogram yang Didigitalisasi untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Putri, dkk: 2014)

(12)

yang kuat, pondasi inti signage selain ditopang dengan besi juga akan menggunakan bahan Alucopan atau Aluminum Composite Panel (ACP).

Alucopan memiliki komposisi polyethylene core diantara dua lempeng aluminum dan dilapisi dengan extra durable PVDF (PolyVinyliDene Fluoride) sebagai struktur komposit yang menghasilkan karakteristik menakjubkan seperti inti plastik non toksik, tahan air, insulasi panas, insulasi suara dan tahan terhadap korosi, polusi dan pemakaian.

Kemudian, biaya untuk material akrilik mencapai Rp 2.450.000,00 per lembarnya dengan ukuran 2m x 3m – ketebalan 5 mm.

PROSES DESAIN

Berikut adalah tahapan-tahapan perancangan hasil desain yang dimulai dari sketsa kasar kemudian dimodifikasi ulang lewat digital sehingga menghasilkan beberapa alternatif desain sebelum akhirnya terpilih satu desain utama.

1. Sketsa awal:

2. Digitalisasi dan alternatif:

Gambar 7.1 dan 7.2. Sketsa Awal Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Putri, dkk: 2014)

Gambar 7.1 Gambar 7.2

(13)

3. Finalisasi 3D: Gambar 8.3

Gambar 8.5 Gambar 8.4

Gambar 8.1, 8.2, 8.3, 8.4 dan 8.5 Alternatif Signage yang sudah didigitalisasi untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Primandita, dkk: 2014)

Gambar 9.1 Tampak Samping Hasil Finalisasi 3D Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Primandita, dkk: 2014)

(14)

SIGN PROGRAMMING

Signage-signage tersebut akan diletakkan sesuai fungsi dan kebutuhan serta menyesuaikan lingkungan Puskesmas Medokan Ayu. Sebagian besar Identification Signage Indoor untuk menandai klinik-klinik ditempatkan di lokasi yang sama seperti sebelumnya karena selain letaknya yang memang sudah sesuai, para pengunjung pun sudah terbiasa dengan posisi

signage di pintu ruang klinik. Lalu untuk Directional Signage Outdoor akan ditempatkan di persimpangan ruas pertama dari gerbang utama karena pasti dilalui siapapun yang masuk ke puskesmas. Hal ini untuk mempermudah pengunjung yang datang menggunakan kendaraan memarkir sesuai tempatnya. Begitu pula Directional Signage Indoor yang akan diletakkan di tempat pengunjung berkumpul setelah pertama masuk melewati lorong resepsionis, yaitu lobi, agar bisa membantu memberi arahan dimana tempat yang sekiranya dituju. Sedangkan

Orientation Signage Indoor yang diletakkan juga di area sekitar lobi yang rentan padat oleh pengunjung agar lebih diperhatikan dan gampang ditemukan, seperti dinding masuk lobi dari lorong resepsionis, di setiap dekat tempat sampah (khusus untuk signage anjuran membuang sampah pada tempatnya), dan sela-sela ruangan klinik.

KESIMPULAN

Perancangan sistem grafis lingkungan suatu tempat atau area memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai tempat tersebut, karena sistem grafis lingkungan yang efektif di suatu tempat belum tentu juga efektif di tempat yang lain. Terutama jika itu menyangkut pencintraan tempat tersebut (placemaking). Dalam hal ini, yang menjadi objek perancangan adalah sebuah pusat kesehatan masyarakat dimana penyajian informasi dan media yang digunakan menjadi fokus utamanya. Disebabkan setiap harinya tempat tersebut menjadi rujukan orang-orang atau masyarakat sekitar yang memiliki masalah berhubungan dengan kesehatan.

(15)

Ke depannya, rancangan EGD Puskesmas Medokan Ayu ini semoga dapat dikembangkan menjadi sistem yang lebih menyeluruh, tidak menutup kemungkinan dengan mengadaptasi media baru seperti media digital atau AR (Augmented Reality). Yang berarti, informasi yang disampaikan tidak hanya sekedar dilihat dan dibaca oleh mata, namun juga audiovisual. Kemudian juga bisa lebih menelusuri sisi ergonomis fasilitas dan pelayanan yang disediakan puskesmas karena kurang terlalu didalami di penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, David. 2009. The Wayfinding Handbook: Information Design for Public Places. New York: Princeton Architectural Press.

W., Okky Ardya. 2008. Environmental Graphic Design (vol 04 edisi 2), Concept.

O’Grady, Ken Visocky & Jenn. 2008. The Information Design Hand Book, Switzerland: Rotovison.

Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalansutra.

Blogspot. “Pusat Kesehatan Masyarakat.” http://zahroniananta.blogspot.com/2014/03/pusat-kesehatan-masyarakat.html (diakses tanggal 5 Januari 2015)

Wikipedia. “Lahan Basah.” http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah (diakses tanggal 5 Januari 2015)

Gambar

Gambar 1. Sketsa Konsep Bentukan Dasar Papan Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Arianto, dkk: 2014)
Gambar 2. Color palette yang digunakan untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Primandita, dkk: 2014)
Gambar 5 Sketsa Alternatif Terpilih Piktogram untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Arianto, dkk: 2014)
Gambar 5 Hasil Final Piktogram yang Didigitalisasi untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu (Putri, dkk: 2014)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa kualitas layanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman melalui indikator tangible Segala sesuatu yang berwujud dan mendukung

Kerja praktek di lapangan secara langsung merupakan sarana bagi mahasiswa untuk memahami bagaimana ilmu yang selama ini didapat di bangku kuliah diaplikasikan di

Sebelum melakukan analisis kerusakan, dilakukan studi literatur dengan mempelajari dokumen terkait, kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengecekan pada sub sistem seksi 100 PCP

Mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari penerapan strategi diversifikasi terhadap kinerja bisnis yang berkelanjutan (sustainability business performance) CV.

Berdasarkan hasil analisis mengenai Implementasi Kepariwisataan Berbasis Kearifan Lokal, Seni dan Budata Dayak (Sudi Festival Budaya “Tira Tangka Balang” di

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa dissenting opinion dalam pemeriksaan peninjauan kembali perkara pidana pelanggaran merek

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya trend batu akik, masyarakat yang memanfaatkan trend batu akik sebagai peluang bisnis

Berdasarkan teori diatas maka seseorang tenaga penyuluh pertanian yang rendah dalam salah satu komponennya maka kinerjanya akan rendah pula, dengan demikian dapat pula