• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamanya Dibawah Disiplin Guru Sri Srimad Gour Govinda Swami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Selamanya Dibawah Disiplin Guru Sri Srimad Gour Govinda Swami"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Proses Untuk Mengajarkan

Sri Caitanya-caritamrta Madhya 25.272-279 Terjemahan dan Penjelasan oleh Srila A.C.Bhaktivedanta Swami Prabhupada

Dengan segala kerendahan hati, aku berserah diri kepada kaki padma kalian semua para penyembah, menggunakan debu dari kaki kalian sebagai perhiasan badanku. Sekarang, para penyembah yang kucintai, mohon mendengarkan satu hal lagi dariku.

Pengabdian suci kepada Krsna persis seperti sebuah hutan bunga padma yang menyejukkan dan meriangkan hati dimana terdapat madu yang melimpah. Aku meminta semuanya untuk menikmati madu ini. Jika semua para spekulan mental membawa lebah-lebah pikiran mereka ke hutan bunga padma ini dan dengan riang menikmati cinta kasih kebahagiaan rohani siang dan malam, spekulasi mental mereka akan sepenuhnya dipuaskan secara transendental.

Para penyembah yang memiliki sebuah hubungan dengan Krsna adalah seperti angsa-angsa dan burung-burung chakravaka yang bermain-main di hutan bunga padma itu. Tangkai dari bunga padma itu adalah lila Krsna, dan tangkai itu dapat dimakan oleh para penyembah yang bagaikan angsa. Sri Krsna selalu sibuk dalam lila transendental-Nya; karena itu para penyembah, dengan mengikuti langkah kaki Sri Chaitanya Mahaprabhu, dapat senantiasa makan tangkai bunga padma itu, karena tangkai-tangkai itu adalah lila Tuhan.

Semua penyembah Sri Chaitanya Mahaprabhu hendaknya pergi ke danau itu dan, senantiasa tetap dibawah perlidungan kaki padma Sri Chaitanya Mahaprabhu, menjadi angsa-angsa dan burung-burung chakravaka di air surgawi itu. Mereka hendaknya terus mempersembahkan pelayanan kepada Sri Krsna dan menikmati kehidupan selamanya. Dengan cara ini semua penderitaan akan dihilangkan, para penyembah akan mencapai kebahagiaan besar, dan akan ada cinta kasih yang riang kepada Tuhan.

Para penyembah yang telah berlindung pada kaki padma Sri Chaitanya Mahaprabhu mengambil tanggungjawab untuk mendistribusikan pengabdian suci yang bagaikan nektar itu ke seluruh dunia.

Proses Untuk Mengajarkan

Srila A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada

Apa Artinya Pergaulan?

Srila Thakur Bhaktivinode

Selamanya Dibawah Disiplin Guru

Sri Srimad Gour Govinda Swami

Adwaita Acharya dan Vaishnava Aparadhi

Sri Bhakti-ratnakara

(2)

Halaman - 2

Mereka adalah bagaikan awan-awan yang mencurahkan air ke tanah yang menyuburkan buah cinta kasih Tuhan di dunia ini. Para penyembah makan buah itu sepuas hati mereka, dan apapun sisa yang mereka tinggalkan dinikmati oleh rakyat umum. Dengan demikian mereka hidup dengan bahagia.

Lila Sri Chaitanya Mahaprabhu penuh dengan nektar, dan lila Sri Krsna bagaikan champor. Ketika seseorang mencampur keduanya, hasilnya terasa sangat manis. Atas karunia para penyembah murni, siapapun yang merasakannya akan dapat memahami dalamnya rasa manis itu.

Orang menjadi kuat dan tegap dengan makan bijian-bijian yang cukup, namun penyembah yang semata-mata makan biji-bijian biasa namun tidak merasakan lila transendental Sri Chaitanya Mahaprabhu dan Krsna, pelan-pelan akan menjadi lemah dan jatuh dari posisi transendental. Namun jika seseorang minum setetes saja nektar dari lila Krsna, badan dan pikirannya akan mulai merekah dan dia akan mulai tertawa, menyanyi dan menari.

PENJELASAN

Semua penyembah yang terhubung dengan gerakan Kesadaran Krsna harus membaca semua buku yang telah

diterjemahkan (Caitanya-caritamrta, Srimad-Bhagavatam,

Bhagavad-gita, dan lainnya); jika tidak setelah beberapa waktu

mereka hanya akan makan, tidur dan jatuh dari kedudukan mereka. Dengan demikian mereka akan akan kehilangan kesempatan untuk mencapai kehidupan yang kekal dan bahagia dalam kepuasan transendental.

Para pembaca hendaknya menikmati nektar luarbiasa ini karena tak ada yang sebanding dengannya. Dengan menjaga kayakinan mereka mantap pada pikiran mereka, mereka hendaknya hati-hati untuk tidak jatuh ke dalam lubang argumentasi palsu atau pusaran air situasi-situasi yang tak menguntungkan. Jika seseorang jatuh ke dalam posisi seperti itu habislah dia.

Apa Artinya Pergaulan?

Srila Thakur Bhaktivinode

Apa artinya pergaulan dan meninggalkan pergaulan? Banyak orang memiliki keraguan akan hal ini. Keraguan mungkin ada, karena jika hanya dengan berada dekat seorang materialis atau obyek material dianggap bergaul dengan mereka, maka tidak ada cara untuk meninggalkan pergaulan seperti ini. Sepanjang masih ada badan material, bagaimana bisa seseorang meninggalkan segala kedekatan terhadap hal-hal ini? Bagaimana seorang

grhasta vaisnava meninggalkan anggota keluarganya?

Bahkan jika seseorang dalam pelepasan ikatan, tetap dia tidak dapat menghindari pergaulan orang-orang penipu. Seseorang mesti menjumpai orang materialis dalam

kehidupannya, apakah seseorang adalah grhasta atau

dalam pelepasan ikatan. Karena itu batas untuk meninggalkan pergaulan orang materialis diuraikan dalam

Sri Upadesamrta sebagai berikut:

Memberikan hadiah-hadiah sebagai sumbangan, menerima hadiah-hadiah pemberian, mengungkapkan pikiran seseorang secara rahasia, bertanya secara

rahasia, menerima prasada, dan menyuguhkan prasada

adalah enam tanda cinta kasih yang dijalin antara satu penyembah dengan penyembah yang lain.

Wahai sadhaka! Seseorang harus menerima kedekatan,

baik dengan orang baik atau orang jahat ketika seseorang menjalani kehidupannya. Kedekatan pasti ada, namun demikian seseorang hendaknya tidak terlibat dalam pergaulan yang buruk. Memberi sumbangan, menerima

sumbangan, mengungkapkan pikiran, mendengar

penuturan, menerima makanan, dan memberikan makanan–jika dilakukan dengan cinta disebut dengan

sanga, pergaulan. Memberikan makanan kepada orang

yang lapar atau menerima sumbangan dari orang saleh dilakukan karena kewajiban, bukan atas dasar cinta. Bahkan jika mereka orang materialis, tipe yang seperti ini tidak dianggap pergaulan. Namun jika mereka adalah penyembah-penyembah murni maka aktivitas seperti itu hendaknya dilakukan atas dasar cinta. Ketika tindakan dilakukan atas dasar cinta, maka itu adalah pergaulan.

Memberikan sumbangan kepada para vaisnava murni dan

menerima benda-benda dari mereka menjadi sat-sanga.

Dengan demikian, memberikan sumbangan atau menerima sumbangan dari orang materialis, jika

dilakukan atas dasar cinta, menjadi asat-sanga. Ketika

(3)

Halaman - 3

yang materialis seseorang hendaknya berbicara apa yang benar-benar diperlukan. Ketika itu, lebih baik tidak memperlihatkan perasaan cinta kasih. Namun jika kawan

itu adalah seorang vaisnava, maka seseorang hendaknya

menerima pergaulannya dengan berbicara kepadanya dengan rasa cinta. Tipe prilaku seperti ini terhadap keluarga dan kawan tidak menciptakan permusuhan. Tidak ada pergaulan dalam pembicaraan biasa. Seseorang hendaknya berprilaku terhadap orang biasa seperti halnya seseorang berprilaku secara eksternal terhadap orang asing ketika membeli sesuatu di pasar. Prilaku yang sama terhadap seorang penyembah murni Tuhan hendaknya dilakukan atas dasar cinta. Jika seseorang diwajibkan untuk memberi makan orang lapar, orang yang membutuhkan, dan pengajar-pengajar, dia hendaknya melakukannya seperti halnya seorang tuan rumah yang

berkewajiban merawat tamunya, tidak perlu

memperlihatkan rasa cinta kasih. Perlakukan mereka dengan baik, namun bukan atas dasar cinta. Seseorang

hendaknya memberi makan para vaisnava murni dengan

rasa cinta, dan ketika dibutuhkan, menerima sisa-sisa yang mereka berikan dengan rasa cinta. Jika seseorang mampu bertindak dengan cara ini ketika memberikan sumbangan, menerima sumbangan, berbicara secara rahasia, mendengar secara rahasia, memberi makanan, dan menerima makanan bersama istri, anak, pelayan, orang asing, dan siapapun yang lainnya yang ditemui, tidak akan ada pergaulan yang tidak suci. Tidak ada harapan untuk menerima pengabdian kepada Krsna sampai seseorang meninggalkan pergaulan tidak suci

dengan cara seperti ini. Seorang vaisnava yang dalam

pelepasan ikatan hendaknya menerima apapun sedekah

yang mereka terima dengan cara madhukari, mengemis di

rumah keluarga-keluarga yang jujur dengan pertimbangan yang disebutkan di atas. Dia hendaknya selalu mengingat

perbedaan antara mengemis secara kasar dan madhukari.

Seorang vaisnava grhasta hendaknya menerima biji-bijian

prasada dan minum di rumah grhasta lainnya yang

memiliki karakter yang murni. Seseorang hendaknya

selalu waspada dalam menerima prasada di rumah

seseorang yang bukan penyembah atau seseorang yang berkarakter buruk.

Tidak perlu lagi berbicara lebih jauh tentang hal ini. Akibat dari kegiatan-kegiatan salehnya, mereka yang telah mengembangkan keyakinan dalam pengabdian suci memiliki sedikit kecerdasan atas karunia Krsna. Akibat kecerdasan itu mereka dapat dengan mudah memahami

esensi dari instruksi para acarya. Karena itu hanya

dibutuhkan sedikit kata-kata untuk mengajar mereka. Mereka yang tidak memiliki tabungan perbuatan saleh tidak memiliki keyakinan. Bahkan jika mereka diberikan banyak instruksi, mereka tidak akan memahami satu hal pun. Karena itu Srila Rupa Goswami telah memberikan

hanya sedikit kata-kata instruksi dalam Sri Upadesamrta.

- Ulasan atas Sri Upadesamrta karya Srila Rupa Goswami ayat

tiga, sanga-tyaga. Terjemahan oleh Sriman Bhumipati Prabhu.

Diedit dan dipublikasikan oleh Pundarik Vidyanidhi Prabhu. Diperoleh dari Vrajraj Press, c/o ISKCON Vrindavan. 1996.

Selamanya Dibawah Disiplin Guru

Sri Srimad Gour Govinda Swami

Bhagavan turun dalam wujud kata-kata. Itulah krsna-katha, karena krsna-katha dan Krsna tidak berbeda. Jadi, Krsna turun dalam wujud katha ini, dan cara mendengar katha ini adalah kekal. Dengan kata lain, sisyata, hubungan murid, adalah kekal, karena seseorang yang mendengarkan adalah seorang murid. Sang sisya mendengarkan, atau melakukan sravanam, dan sang guru melakukan kirtana, atau berbicara. Jadi, kirtana-nya guru adalah kekal, dan cara mendengarkan oleh sisya adalah kekal. “Hamba selamanya pelayan, atau murid, dari guru hamba.” Dengan mood atau prilaku seperti ini tidak ada masalah kesombongan. Malah, akan ada penyerahan diri dan kerendahan hati. Seseorang hendaknya didisiplinkan oleh guru. “Kecuali hamba didisiplinkan oleh guru, hamba akan bertindak secara bertingkah. Kesombongan akan berkembang dalam diri hamba. Itu berarti prilaku raksasa ada disana. Hamba akan menjadi raksasa, bukannya penyembah, vaisnava.” Jadi disiplin ini kekal. “Guru hamba menerapkan disiplin kepada hamba secara kekal, dan hamba selamanya murid beliau.”

Apa yang saya sampaikan adalah sebuah filsafat yang sangat-sangat serius, dalam dan halus. Ini bukan mubasir. Sisyata ini, hubungan murid, adalah kekal. “Hamba hendaknya disiplinkan selamanya. Guru menerapkan disiplin kepada hamba. Kecuali beliau menjewer telinga hamba dan menampar hamba, bagaimana hamba bisa menjadi rendah hati? Bagaimana bisa hamba berserah diri atau mendedikasikan diri hamba?”

Jangan Meminta Penghormatan

Karena itu Bhaktivinode Thakur berkata,

(4)

Halaman - 4

orang.” Namun jika seseorang berpikir, “Aku seorang sadhu, vaisnava agung sekarang,” maka engkau tidak bisa menjadi amani dan menghormati semua orang. Engkau akan meminta penghormatan dan hatimu akan terkontaminasi. Pratisthasa–engkau akan mengejar nama, kemasyuran, prestise dan pemujaan. Itu adalah hasil-hasil material dan dengan demikian hatimu akan terkontaminasi. Pratisthasa ami’ hrdaya duhiba haiba nirayagami–maka saya akan masuk neraka. Itulah konsekuensinya. Engkau akan mendapatkan labha, puja, dan pratistha–nama, kemasyuran, dan pemujaan. Hatimu akan terkontaminasi dan engkau akan pergi ke neraka. Hatimu tidak akan disucikan. Jadi, ini adalah hal yang paling penting. Seseorang hendaknya selamanya menjadi murid dan tetap dalam posisi itu, yaitu selamanya didisiplinkan oleh guru. Inilah hubungan kita. Ini adalah hubungan cinta kasih. Jika tidak, bagaimana kita bisa memperoleh hasil tertinggi itu? Krsna-prema? Dengan kata lain, untuk melayani Krsna dengan rasa cinta. Itulah hasil tertinggi. Melalui cinta kepada Krsna itu, Krsna menjadi terikat. Seseorang mendapatkan Krsna dan itulah hasil tertinggi.

- Dikutip dari sebuah ceramah tentang Sri Caitanya-caritamrta,

adi 11.7, Bhubaneswar 1993.

Adwaita Acharya dan Vaishnava Aparadhi

Dari Bhakti-ratnakara

Suatu ketika terdapat seorang brahmana buruk di Mathura yang memiliki kebiasaan selalu mengkritik para vaisnava. Dia adalah seorang sarjana sombong dan

orang yang jahat, jadi para penduduk Mathura takut terhadapnya. Suatu ketika dia melontarkan kata-kata penghinaan tentang para vaisnava dihadapan Adwaita Acharya Prabhu.

Adwaita menjadi demikian marah hingga bibir beliau mulai bergetar dan mata beliau memerah. Beliau berseru kepada brahmana itu, “Wahai orang jahat, hari ini engkau tidak akan lepas dariku. Aku akan memotong kepalamu dari badanmu dengan cakra ini.” Adwaita kemudian mengambil wujud berlengan empat, dan sang brahmana mulai gemetar ketakutan. Dia mencakupkan tangannya dan berusaha menenangkan Adwaita dengan berkata, “O Tuan, hukumlah hamba sesuka anda. Sayangnya hamba telah kehilangan kecerdasan hamba, dan menurut vaisnava-tattva hamba telah berbuat dosa. Mohon berkarunia kepada hamba dan selamatkan hamba dari dosa ini.” Sang brahmana mulai menangis dan Adwaita menyembunyikan wujud berlengan empat beliau. Melihat keadaan sang brahmana, Adwaita merasa kasihan dan memutuskan untuk memberkatinya. “Dosa yang telah kamu perbuat ini akan mengirimmu ke neraka,” kata Adwaita. “Namun aku akan memberitahumu beberapa cara untuk menyelamatkan dirimu. Engkau harus mengakui kesalahanmu, dan engkau harus berusaha untuk meninggalkan segala kesenangan dan sibuk dalam nama-sankirtana. Layani para vaisnava dengan sepenuh jiwa dan hatimu dan sangat berhati-hatilah berurusan dengan mereka. Sibukkan dirimu dalam pemujaan menurut standar pengabdian yang murni dan jangan katakan kepada siapapun apa yang telah engkau lihat hari ini.”

Setelah menasehati sang brahmana, Adwaita Acharya Prabhu kemudian pergi berziarah. Mengikuti instruksi dari Adwaita Prabhu, sang brahmana menyibukkan dirinya dalam nama-sankirtana dan mengunjungi semua rumah di Mathura dengan air mata menetes di matanya. Menyaksikan perjuangannya yang tulus, para vaisnava menjadi puas dan memberkatinya. Para vaisnava mengira-ngira apa yang telah menyebabkan perubahan pada prilaku sang brahmana. Seseorang mengetahui alasannya. Dia berkata, “Seorang brahmana dengan cahaya badan secemerlang matahari suatu kali datang ke Mathura. Sepertinya beliau adalah Tuhan dalam wujud manusia. Beliau telah mengubah sang brahmana.”

- Diadaptasi dari Sri Bhakti-ratnakara karya Srila Narahari

(5)

Halaman - 5

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kita menilik keadaan sekitar, kita dapat menemukan bahwa orang-orang sukses tidak hanya dihasilkan oleh salah satu jurusan saja. Kedua jurusan ini

Pada emulsi ganda A/M/A yang dibuat dengan menggunakan hidrokoloid sebagai penstabil antara fase dispers A/M dan fase air eksternal, viskositasnya dapat lebih

Hasil analisis statistic menunjukkan respon delapan kultivar kedelai tidak menunjukkan penampilan yang lebih baik dibandingkan kultivar Argomulyo (cek) pada variable

Dalam kehidupannnya anak dituntut untuk mampu hidup secara mandiri sekaligus memiliki karakter yang berbudi pekerti luhur. Dalam hal ini sudah barang tentu anak memiliki

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam Kesepakatan Bersama tentang Kerja Sama Pengawasan Obat dan Makanan, dengan ketentuan

berdoa. Petrus mendekati kumpulan tersebut dan berbuat seperti sedang mengetuk pintu. Rhode mendengar dan membuka pintu. Rhode dan kedua murid Yesus bergembira melihat

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARAWANG DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN