• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM PADA ANAK DI RSUD DR. ABDOER RAHEM SITUBONDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMAHAMAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM PADA ANAK DI RSUD DR. ABDOER RAHEM SITUBONDO"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM PADA ANAK DI RSUD DR. ABDOER RAHEM SITUBONDO

SANTI DWI OKTAVIA 10001113

Subject : Pemahaman, ibu, kejang demam DESCRIPTION

Kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa anak dengan prognosis yang sangat baik secara seragam, namun kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti sepsis atau meningitis bacteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan tepat diamati mengenai penyebab demam yang menyertai. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pemahaman ibu dalam penatalaksanaan kejang demam pada anak di RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel yang diteliti adalah pemahaman ibu dalam penatalaksanaan kejang demam pada anak di RSUD Dr. Abdoer Rahem. Populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 25 orang dengan menggunakan nonprobability sampling dengan tehnik purposive sampling. Lokasi dan waktu penelitian yaitu di Ruang teratai (anak) rumah sakit dr. Abdoer rahem dan dilaksanakan pada tanggal 19-24 mei 2014. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dihitung dengan skala guttman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pemahaman kurang yaitu sebanyak 9 responden (60%).

Simpulan dari penelitian ini yaitu orang tua harus lebih menambah wawasan/informasi tentang penatalaksanaan kejang demam. Dan diharapkan agar ibu lebih paham tindakan apa yang harus dilakukan di rumah ketika anak sakit sebelum dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.

Kata kunci : Pemahaman, Ibu, Kejang Demam

ABSTRACT

(2)

Abdoer Rahem and held on 19-24 May2014. The Instrumentsof data collectionin this study use questionnairesandcalculated with Guttmanscale.

The results showed that most respondents have less understanding amount 9 respondents (60%).

Conclusions from this study that parents should add more information about febrile seizure management. it is expected to mothers understand more what they should do in the house when the children are sick before to the hospital for further action.

Contributor : Tri Peni, S.ST.,M.Kes M.Nur Firdaus, S.Kep.Ners Date : 14 Juli 2014

Type Material : Laporan Penelitian URL :

Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa anak dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti sepsis atau meningitis bacteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan secara tepat diamati mengenai penyebab demam yang menyertai. Kebanyakan ibu tidak tahu harus berbuat apa ketika anaknya mengalami kejang demam dan dapat berdampak buruk pada anak mereka dan dapat menyebabkan kematian. Kejang yang berlangsung lama ( > 15 menit ) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak, jika kejang demam dapat teratasi maka kejang tidak berulang kembali, namun jika kejang demam tidak dapat teratasi maka kejang demam dapat berulang kembali dan dapat menimbulkan infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya tonsillitis ( peradangan pada amandel ). Infeksi pada telinga dan infeksi saluran pernafasan, kerusakan pada otak permanen dan sampai pada kematian( Lumantobing, 2007 )

Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 – 4 % dari jumlah penduduk di AS, Amerika selatan dan eropa barat. Di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam, komplek yang harus ditangani secara lebih teliti.

Hasil pengamatan Livingston diantara 201 pasien kejang demam sederhana 6 (3%) menderita epilepsy, sedangkan diantara 297 pasien dengan epilepsy diprovokasi oleh demam 276 (93%) menderita epilepsi. Pricard dan McGreal mendapatkan angka epilepsi 2% pada kejang sederhana dan (30%) pada kejang atipikal. Di Indonesia, Lumantobing melaporkan 5 (6,5%) diantara 83 pasien kejang demam menjadi epilepsi. Angka kejadian epilepsy berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya : Lumantobing (1975) mendapatkan 6%, sedangkan Livingston (1954) dari golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9% yang menjadi epilepsy, dan golongan epilepsi di provokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi. Di Indonesia khususnya didaerah tegal, jawa tengah tercatat 6 balita meninggal akibat serangan kejang demam, dari 62 kasus penderita kejang demam. Selain itu di Medan penyakit kejang demam menjadi penyakit peringkat pertama ( Lumantobing, 2007 ).

(3)

otak paroksimal yang dapat dilihat sebagai kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan prilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom. Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama, tergantung dari nilai ambang kejang masing-masing. Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang, karena keterlambatan dan kesalahan prosedur akan mengakibatkan gejala sisa pada anak atau bahkan menyebabkan kematian.(Lumantobing,2007)

Penatalaksanaan awal anak yang mengalami kejang demam yakni si ibu harus membaringkan si anak ditempat yang aman agar tidak ada kemungkinan jatuh, jauhkan benda-benda di sekitarnya agar tidak mengganggu, longgarkan pakaiannya disekitar kepala dan leher, hati-hati bila memasukkan benda diantara gigi anak, jangan menahan gerakan-gerakan seperti memegangi tangan atau kakinya, segera miringkan badannya apabila kejang telah berhenti. Namun ada baiknya untuk mengetahui penatalaksanaan demam sebelum dibawa kepetugas kesehatan. Demam tak selalu harus diberikan pengobatan apabila anak yang kondisinya baik serta suhunya kurang dari 39 derajat celcius dan bila di beri pengobatan suhu tubuh dalam batas normal.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini deskriptif. Sejumlah 25 ibu yang memounyai anak kejang demam di RSUD Dr. Aboer Rahem Situbondo. Teknik Samping yang digunakan adalah purposive samplingdengan jumlah sempel 15 ibu yang mempunyai anak kejang demam di RSUD Dr. Aboer Rahem Situbondo. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Dr. Abdoer Rahem Situbondo didapatkan lebih dari 50% responden memiliki pemahaman kurang dalam penatalaksanaan kejang demam pada anak yaitu sebanyak 9 responden (60%).

Pemahaman diartikan kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpresikan materi tersebut secara benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman yaitu 1. Faktor internal meliputi : a. Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. b. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. c. Pengalaman merupakan salah satu sumber pemahaman atau cara untuk mengetahui kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. d. Umur semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kematangan akan lebih baik dalam berpikir dan menerima informasi. e. Pekerjaan lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pemahaman baik secara langsung maupun tidak langsung. h. Tingkat ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap pemahaman seseorang. makin tinggi tingkat ekonomi, maka akan semakin mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber ekonomi. 2. Faktor eksternal meliputi : a. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. b. Kepercayaan/tradisi dilakukan orang-orang tanpa melalui penularan apakah yang dilakukan baik atau buruk.

(4)

Responden yang pemahaman kurang sebagian besar berumur 23-35 tahun yaitu sebanyak 10 responden (60%).Umur ( Elizabet B, H ) mengatakan bahwa makin tua umur seseorang, maka proses perkembangan akan bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat sperti ketika berumur belasan tahun.ini menunjukkan bahwa pada masa dewasa penuh sangat banyak problematika dan tuntunan yang harus dikerjakan oleh kaum dewasa, sehingga secara tidak langsung hal ini akan menurunkan konsentrasi. Usia dewasa penuh, dimana pada usia ini merupakan kelanjutan dari masa remaja, dimana ciri yang menonjol nampak dalam adanya peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupan (settling down age), usia yang banyak masalah(problem age), merupakan usia tegang dalam hal emosi.Jika seeorang berusia kurang dari 17 tahun maka pemahaman yang dimilki seseorang tersebut kurang. Maka seseorang harus berusia lebih dari 17 tahun agar dapat dikatakan dewasa dan dapat menyelesaikan masalah dengan penuh tanggung jawab.

Responden yang pemahaman kurang sebagian besar berpendidikan menengah (SMP-SMA) yaitu sebanyak 8 responden (54%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan sesorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan ( Mubarrak, 2007).Pendidikan yang dimiliki seseorang harus tinggi karna jika pendidikan seseorang rendah maka seseorang tersebut memiliki pengetahuan yang kurang jika pendidikan tinggi maka seseorang lebih mudah untuk menambah informasi dan pengetahuan.

Responden yang pemahaman kurang hampir seluruhnya tidak bekerja yaitu sebanyak 12 responden (80%). Pekerjaan lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung( Mubarrak, 2007 ). Kondisi ditempat penelitian yaitu kebanyakan ibu tidak bekerja sehingga mereka kurang mendapat informasi dari orang-orang yang mempunyai pekerjaan, sehingga pengetahuan yang dimiliki kurang dan bagi ibu-ibu hanya duduk ngerumpi jika berkumpul.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan data bahwa lebih dari 50 % responden memiliki pemahanan kurang yaitu sebanyak 9 responden (60%).

REKOMENDASI A. Bagi Peneliti

1. Dapat mengerti serta memahami tentang penatalaksanaan kejang demam pada anak. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat memperluas

wawasan pribadi, sehingga menjadi bekal bagi pengembangan potensi diri sebagai perawat tentang kejang demam.

3. Penelitian ini sebagai suatu perjalanan dan latihan dalam membuat penulisan karya tulis ilmiah guna menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

B. Manfaat Teoritis 1. Bagi Rumah Sakit

(5)

2. Bagi Profesi Keperawatan

Untuk menambah informasi bagi profesi keperawatan utamanya dalam bidang penelitian dan digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada penatalaksanaan kejang demam pada anak.

C. Manfaat Praktis 1. Bagi Ibu Pasien

Dijadikan sebagai tambahan informasi agar senantiasa meningkatkan pemahaman tentang perlunya penatalaksanaan kejang demam pada anak sebelum dibawah kerumah sakit.

2. Diharapkan penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi agar dapat waspada dan bertindak cepat dalam penatalaksanaan kejang demam pada anak sebelum dibawah kerumah sakit.

ALAMAT CORRESPONDESI E-mail : echindia@yahoo.co.id No. HP : 082233629568

Referensi

Dokumen terkait

Dalam petualangan kamu dari level ke level kamu dapat mengembangkan skill kamu, setelah level kamu mencapai level 11 kamu bisa melakukan digivolution dan kalau perkembangan level

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan sistem jaring pada budidaya pendederan juvenil lobster pasir Panulirus homarus tidak berpengaruh terhadap respons

Untuk metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis berganda yang di perkuat dengan uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji

Persaingan antara beberapa surat kabar kerap terjadi pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959), diantaranya seperti Harian Rakjat dengan Pedoman, Abadi dengan Suluh Indonesia,

Catatan: Cheat ini akan tidak aktif atau mati ketika cheat ditekan untuk yang

Penelitian ini dilakukan dari bulan November-Januari, penelitian lapangan pertama dilakukan pada bulan November, setelah itu peneliti melakukan analisis data dan

(2009), “Brand Relationships through Brand Reputation and Brand Tribalism,” Journal of Business Research, Vol. Great Community

selaku ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis