• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Dearlina Sinaga.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Dearlina Sinaga.doc"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA GURU PROFESIONAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR

( Studi Kasus di SMA Negeri Pematangsiantar )

Dearlina Sinaga

Jurusan Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas HKBP Nommensen E-mail: dearlina_sinaga@yahoo.com2

ABSTRAK

Profession means that education is based on field work expertise. Professional as an adjective means requires the knack to do it. Professional and effective teacher is the key to the success of the learning process so that efforts to improve teacher quality must be done continuously in accordance with Law No. 14 2005, and PP No. 19 2005 on National Education Standards, also No. 10 2009 on certification for teachers position. To carry out all duties in a professional manner, needs to be seen from the performance of teachers .One of the main causes of the low quality of education in Indonesia is low performance of teachers. This phenomenon should be a boost for the city government Pematangsiantar to participate in improving the quality of education, so to realize the City Siantar into Education City. From the description of research questions can be formulated as follows: (1) Is there a role of the professional teacher performance in improving the quality of education in Pematangsiantar? (2) Do the efforts of principals and education authorities to address indiscipline teachers? (3) Does the Department of Education in an effort to improve the quality of teachers in Pematangsiantar? The purpose of this research is as follows: (1) To analyze the performance of professional teachers in improving the quality of education in Pematangsiantar. (2) To know the efforts of principals and education authorities in applying the rules that have been created for teachers. (3) Knowing the efforts of the Department of Education to improve the quality teachers.Type of research is a case study , aiming to find a professional to analyze the performance of teachers in improving the quality of education in Pematangsiantar . Data analysis was performed by organizing the data , translate it into units , synthesize, organize into a pattern , choose which ones are important to be studied and make conclusions that can be told to others.The data analysis technique used in this study descriptive analysis. Descriptive analysis method using rules , descriptions and explanations based on the data and information obtained from interviews and questionnaires. From the respondents' answers in the discussion above it can be concluded that the discipline of teachers are still low , because there are many teachers who came late , no excuse at the time of leaving the class or do not attend school , including lack of awareness to follow the flag ceremony. Based on the data from each of the schools stated that students who enter State Universities slightly increased. Based on the answers of respondents said that teachers are still a few who use a variety of methods , so the less the main attraction for students to interact so much faster to understand and comprehend. From the Vice Principal description of each part of the school curriculum that both the professional teacher is still much to be expected , because they daily do not show the title of the job professionalism.

(2)

1. PENDAHULUAN

Para ahli pendidikan, secara terus terang mengakui bahwa pokok persoalan dunia pendidikan yang sering dibahas adalah kualitas guru yang rendah. Pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwa masalah pendidik atau guru memang belum sepenuhnya mendapat perhatian yang memadai oleh para praktisi pendidikan, apalagi oleh pengambil kebijakan pendidikan. Hak-hak tenaga pendidik sebagai pribadi, pemangku profesi keguruan, anggota masyarakat dan warga Negara yang selama ini terabaikan, perlu mendapat prioritas dalam era pasca reformasi kini.

Profesi sebagai kata benda berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Profesional sebagai kata sifat berarti memerlukan kepandaian khusus untuk melaksanakannya. Guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar sehingga upaya meningkatkan kualitas guru harus tetap dilakukan terus menerus sesuai dengan UU No 14 Thn 2005, dan PP No 19 thn 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, juga Permendiknas No 10 thn 2009 tentang Sertifikasi bagi guru dalam jabatan.

Secara lebih terukur, Muhlisin (2012:12) mengemukakan bahwa :”kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan”. Kemudian menurut Indrawati (2012:12), “kinerja adalah penampilan hasil karya personil, baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personi”l. Sementara Barnawi (2012:12) lebih tegas menyebutkan bahwa “kinerja mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan seseorang”. Kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Dari ketiga pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas

baik secara kuantitas maupun kualitas yang membentuk suatu pekerjaan.

Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu. Baik faktor internal maupun eksternal sama-sama membawa dampak terhadap kinerja guru. Faktor internal kinerja adalah faktor yang datang dari dalam diri yang dapat memengaruhi kinerjanya, contohnya ialah kemampuan, keterampilan, kepribadian, persepsi, pengalaman lapangan, motivasi menjadi guru dan latar belakang keluarga.

Faktor internal tersebut pada dasarnya dapat direkayasa melalui pre-service dan in service training. Pada pre-service training, cara yang dapat dilakukan ialah dengan menyeleksi calon guru secara ketat, penyelenggara proses pendidikan guru yang berkualitas, dan penyaluran lulusan yang sesuai dengan bidangnya. Sementara pada in-service training, cara yang bisa dilakukan ialah dengan menyelenggarakan diklat yang berkualitas secara berkelanjutan.Faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang dari luar guru yang dapat memengaruhi kinerjanya, contohnya ialah (1) gaji; (2) sarana dan prasarana; (3) lingkungan kerja fisik; (4) kepemimpinan.

Bagan 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

(3)

dapat lebih menantang bagi guru, perlu adanya strategi peningkatan kinerja yang mampu mendorong peningkatan kinerja yang optimal.Proses peningkatan kinerja dapat dilihat pada diagram ini.

Bagan 2.2. Diagram meningkatkan kerja (Sumber: Barnawi, 2012:79)

Diagram di atas menunjukan bahwa dalam meningkatkan kinerja ada beberapa tahap yang harus dilewati, yaitu (1); Meningkatkan prestasi bawahan; (2) Meningkatkan kebiasaan kerja; (3) Melakukan tindak lanjut yang efektif; (4) Melakukan tindakan disiplin yang efektif; (5) Memelihara prestasi yang meningkat.

Ada dua strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, yaitu pelatihan dan motivasi kinerja. Pelatihan digunakan untuk menangani rendahnya kemampuan guru, sedangkan motivasi kinerja digunakan untuk menangani rendahnya semangat dan gairah kerja. Intensitas pengguna kedua strategi tersebut tergantung dari kondisi guru itu sendiri.

Dalam bahasa inggris, disciple memiliki arti penganut, pengikut, atau murid. Sementara dalam bahasa latin, diciplina berarti latihan atau pendidikan, pengembangan tabiat, dan kesopanan. Dalam konteks keguruan, disiplin mengarah pada kegiatan yang mendidik guru untuk patuh terhadap aturan sekolah. Dalam disiplin terdapat unsur-unsur yang meliputi pendoman perilaku, peraturan yang konsisten, hukuman, dan penghargaan. Sinambela (2012:109) mengemukakan, “hakikatnya disiplin adalah kepatuhan pada aturan atau perintah yang ditetapkan oleh organisasi. Menurut Aritonang (2012:110), “disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu

tindakan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan”. Muhlisin (2012:110) memberikan pengertian “disiplin sebagai suatu keadaan tertib ketika orang–orang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan- peraturan yang telah ada dengan rasa senang”.

Berbagai teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara variabel kinerja dengan disiplin kerja. Dalam hal ini jika di telaah lebih lanjut variabel disiplin kerjalah yang mempengaruhi kinerja pegawai. Artinya, semakin tinggi disiplin kerja seseorang, akan semakin tinggi juga kinerja orang tersebut. Meskipun ada kemungkinan terdapat hubungan timbal balik diantaranya dimana paradigmanya bisa dibalik bahwa kinerja dapat mempengaruhi disiplin kerja, secara umum justru disiplin kerjalah yang berkontribusi pada kinerja Sinambela (2012:109).

(4)

terwujud secara optimal. Tidak ada lagi guru yang terlambat masuk dan tidak ada lagi guru yang mengajar tanpa persiapan. Semua bekerja sesuai dengan standar waktu dan standar kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini yang menjadi alasan untuk mengetahui apakah guru-guru tersebut menerapkan cara-cara profesional mereka dalam melaksanakan tugasnya, namun dari observasi langsung di lapangan masih banyak tidak sesuai dengan sertifikat profesional yang mereka miliki. Seperti contoh beberapa guru bidang studi menggunakan cara atau metode yang monoton dalam menyajikan materi pembelajaran, sehingga membuat siswa jenuh dan tidak tertarik pada materi yang disajikan tersebut. Ada juga guru yang tidak menguasai materi yang disajikan, sehingga sering sekali siswa mengeluh dan guru tersebut sering meninggalkan kelas sampai waktu pelajarannya usai, Hal yang terpenting dari itu adalah ketidakdisiplinan guru-guru dalam menjalankan tugasnya, sehingga hal ini harus benar-benar mendapat perhatian pimpinan yang terkait agar peraturan yang ada benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dapatlah dikatakan guru itu benar sebagai orang yang profesional.

Seseorang dianggap professional, apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independen ( bebas dari tekanan pihak luar ), cepat ( produktif ), tepat ( efektif ), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ), pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara mandiri. Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama pendidikan dan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup.

Untuk menjalankan semua tugas secara profesional, perlu dilihat dari kinerja guru. Salah satu penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ialah rendahnya kinerja guru. Rendahnya kinerja guru dipengaruhi banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Disiplin kerja merupakan salah satu faktor internal yang perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Disiplin kerja guru berhubungan erat dengan kepatuhan

dalam menerapkan peraturan

sekolah.Disiplin kerja guru yang terabaikan akan menjadi budaya yang buruk sehingga menurunkan kinerja guru dalam menyelenggarakan proses pendidikan.

Dari uraian tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:(1) Apakah ada peran kinerja guru profesional dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar ? (2) Apakah upaya kepala sekolah dan pihak dinas pendidikan menyikapi ketidakdisplinan guru-guru ? (3) Apakah upaya Dinas Pendidikan dalam meningkatkan kualitas guru di Kota Pematangsiantar?

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk menganalisis kinerja guru profesional dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar. (2) Mengetahui upaya kepala sekolah dan pihak dinas pendidikan dalam menerapkan peraturan yang telah di buat bagi guru-guru. (3) Mengetahui upaya Dinas Pendidikan dalam meningkatkan Kualitas Guru.

1. METODE

3.1. lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Pematangsiantar dan yang menjadi unit adalah semua SMA Negeri di Pematangsiantar, di provinsi Sumatera Utara.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

(5)

semua guru yang belum bersertifikasi dengan jumlah sampel 92 orang. Penentuan jumlah sampel dengan Rumus Slovin:

n = N / 1 + Nα2

Tabel 3.1. Populasi dan sampel Penelitian

Sumber: Diolah Peneliti

3.3 Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Bebas adalah Kinerja guru professional

b. Variabel terikat adalah Kualitas Pendidikan.

3.4. Jenis dan Desain Penelitian

1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, bertujuan untuk mengetahui menganalisis kinerja guru profesional dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar.

1. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian dengan analisis deskriptif yang dikuantitatifkan.

3.5. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sebenarnya mengenai topik penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:.

a.Dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder objek penelitian

b.Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan model skala likert. Angket yang diberikan kepada responden adalah tentang cara belajar siswa dan kompetensi guru dengan jumlah soal sebanyak soal. Setiap soal diberi alternatif jawaban dengan indeks nilai sebagai berikut:

a. Selalu Skor = 4

b. Kadang-kadang Skor = 3

c. Jarang Skor = 2

d. Tidak pernah Skor = 1

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen penelitian

Variabel Indikator No Item JLH

Kinerja Guru Profesio nal

1. Kompetensi

Pedagogik 7, 9, 14, 24,1, 2, 4, 5, 6, 9 2. Kompetensi

Sosial

8, 10, 13, 15,

17, 27, 29 7

3. Kompetensi

Pribadi 11, 12, 16, 18,19,20,22, 23, 30

9

4. Kompetensi

Profesional 3, 21, 25, 26,28 5

Kualitas Pendidi kan

1. Mengikuti Olimpiade Sains

Tingkat daerah, Provinsi dan Nasional.

31,32 2

2. Nilai Ujian Nasional

Meningkat 33,34 2

3. Masuk ke PTN 35 1

JUMLAH 35

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskritif. Metode analisis deskriptif menggunakan peraturan, uraian dan penjelasan berdasarkan data serta informasi yang diperoleh dari hasil wawancara maupun kuisoner.

Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.Mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, di cari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. b.Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori. c.Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan verifikasi

(6)

4.1. Hasil Penelitian

Berikut ini, diberikan gambaran tentang data yang diperoleh dari hasil kuesioner. Dari Jawaban Responden Mengenai persiapan bahan ajar sebelum mengajar dapat diketahui bahwa sebelum mengajar guru-guru yang sudah sertifikasi, dalam melaksanakan tugasnya tidak selalu mempersiapkan bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran, hanya 30 % yang selalu mempersiapkan bahan ajar, 54 % yang sering, yang jarang 16 %, dan yang tidak pernah 0 %.

Dari Jawaban Responden Mengenai metode mengajar yang ditentukan sendiri oleh guru sebelum mengajar.dapat dilihat bahwa jawaban responden yang menyatakan metode sebelum mengajar ditentukan sendiri oleh guru adalah sebagai berikut: selalu 45 %, sering 53 %, jarang 2 % dan tidak pernah 0 %, dari ke tiga persentase yang paling tinggi adalah menyatakan sering menentukan metode sendiri dalam persiapan sebelum mengajar.

Dari Jawaban Responden Mengenai persiapan mengajar.dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan guru jarang dapat mengajar dengan baik tanpa persiapan. Sesuai dengan persentase adalah : jarang 60 % , sering 23 %, selalu 1 % dan tidak pernah 16 %,`

Dari jawaban Responen mengenai perangkat penilaian dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan guru yang sertifikasi tidak semuanya menyiapkan perangkat penilaian untuk kelas yang menjadi tanggung jawabnya, hanya 26 % yang selalu menyiapkan perangkat penilaian, yang sering 53 % dan yang jarang 21 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian guru menilai siswa pada saat akhir semester saja, ini menunjukan nilai yang dikelolah berkesan asal- asalan atau tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh.

Dari jawaban Responden mengenai metode yang bervariasi dalam pembelajaran.dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan hanya 2 % guru yang sertifikasi menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran, 21 % yang sering, 72 % yang jarang dan yang tidak pernah menggunakan metode yang bervariasi adalah 5 %. Metode yang

bervariasi merupakan cara agar dalam proses pembelajaran membuat siswa tertarik dan dapat mudah mengerti dan memahami.

Dari jawaban Responden mengenai evaluasi dan remedial dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk remedial setiap mengadakan evaluasi hanya 4 %, yang sering 32 %, yang jarang 50 %, dan yang tidak pernah mengadakan remedial bagi siswa setiap evaluasi adalah 7 %. Dari tabel juga dapat kita lihat, masih ada guru yang tidak pernah mengadakan remedial, karena ini berguna untuk melihat kemampuan murid, sejauh mana siswa menguasai materi yang disampaikan oleh guru, sehinnga dapat mengukur juga keberhasilan guru dalam penyampaian materi pembelajaran.

Dari jawaban Responden mengenai metode ceramah yang digunakan dalam pembelajaran. dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan bahwa guru yang sudah sertifikasi selalu menggunakan metode ceramah sebagai satu-satunya metode dalam pembelajaran yaitu 22 %, yang menyatakan sering 56 % , yang menyatakan jarang 22 %, dan yang menyatakan tidak pernah 0 %.

Dari jawaban Responden mengenai ide-ide baru yang diberikan guru kepada Kepala Sekolah dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi sering memberikan ide-ide baru kepada Kepala Sekolah untuk kemajuan Sekolah, Hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 0 %, sering 46 %, Jarang 52 % dan Tidak Pernah 2 %.

(7)

merepotkan dirinya, sehingga dalam pemberian nilai tidak di analisa dulu sesuai dengan kemampuan siswa tersebut.

Dari jawaban Responden mengenai keikutsertaan guru dalam kegiatan Sekolah dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa Kepala Sekolah Sering melibatkan guru yang sertifikasi dalam berbagai kegiatan di Sekolah, hal ini ditunjukan dalam tabel Selalu 26 %, Sering 61 %, Jarang 12 %, dan Tidak Pernah 1 %.

Dari jawaban Responden mengenai tugas yang dijalani dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru-guru yang sertifikasi jarang menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya, terlihat dari tabel yang menyatakan selalu 9 %, sering 29 %, Jarang 59 %, Tidak Pernah 3 %.

Dari jawaban Responden mengenai sanksi yang diberikan dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang melaksanakan sanksi yang diberikan oleh Kepala Sekolah. Hal ini terlihat dari tabel yang menunjukan selalu 2%, sering 20 %, Jarang 68 %, dan Tidak Pernah 10 %. Hal ini karena sanksi yang diberikan tidak tegas oleh kepala sekolah dan dinas pendidikan bagi guru yang melanggar.

Dari jawaban Responden mengenai kerjasama dengan bagian tata usaha. dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi lebih banyak menyatakan tidak pernah membantu bagian tata usaha, hal ini ditunjukan pada tabel yaitu selalu membantu ada 4 %, sering 1 %, jarang 33 % dan yang tidak pernah 62 %, hal ini disebabkan karena sebagian guru menganggap bahwa tugas tersebut menjadi tanggung jawab tata usaha, tetapi sebagian guru mau membantu pabila bagian tata usah dalam keadaan sibuk dan tidak mengganggu jam kerja guru, misalnya penerimaan siswa baru.

Dari jawaban Responden mengenai pemanfaatkan lingkungan sekolah . dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang memanfaatkan lingkungan sekolah untuk dijadikan sebagai media dan alat peraga, hal ini ditunjukan pada tabel yaitu

yang menjawab selalu 9 %, sering 29 %, Jarang 59 % dan Tidak pernah 3 %. Dalam hal ini masih ada guru yang tidak memanfaatkan lingkungan sekolah, padahal ini bisa dijadikan alat peraga atau contoh agar siswa mudah mengerti, seperti contoh dalam pembelajaran biologi tentang tumbuhan dikotil dan monokotil, sekitar lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai contoh ( tumbuhan yang berada di sekitar sekolah ).

Dari jawaban Responden mengenai kerjasama guru.dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan guru yang sertifikasi selalu bekerja sama dengan guru yang non sertifikasi, hal ini dapat dilihat pada tabel yang menyatakan selalu 35 %, sering 29 %, jarang 27 % dan yang tidak pernah 9 %. Dari tabel di atas kerjasama antara guru yang sudah sertifikasi dan yang belum di masing- masing sekolah berjalan dengan baik, disini guru yang sudah sertifikasi tidak membedakan dalam menjalin kerjasama dengan guru yang belum sertifikasi.

Dari jawaban Responden mengenai komitmen guru, dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan guru yang sertifikasi jarang mempunyai komitmen untuk menjadi guru profesional, yang menyatakan selalu 0 %, Sering 24 %, Jarang 73 %, Tidak Pernah 3 %.

Dari jawaban Responden mengenai ide yang diberikan dalam rapat., dapat dilihat dari jawaban yang menyatakan bahwa ide-ide yang guru sertifikasi ungkapkan dalam rapat tidak membuat guru tersinggung, ini ditunjukan dalam tabel yaitu selalu 0 %, Sering 1 %, jarang 38 % dan Tidak Pernah 61 %. Berarti dalam hal ini di sekolah masing- masing tercipta suatu hubungan yang harmonis antara guru, terbukti dalam rapat masing – masing guru dalam menyampaikan idenya tidak membuat guru tersinggung.

(8)

yang Tidak Pernah 5 %. Hal ini menunjukan kurangnya kesadaran guru dalam mengikuti upacara ,padahal ini merupakan kewajiban. Dari masing – masing sekolah hanya 1 % yang selalu mengikuti upacara bendera setiap hari senin dan hari – hari besar.

Dari jawaban Responden mengenai kehadiran di kelas, dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi selalu meninggalkan kelas tanpa permisi apabila ada urusan pesta atau keluarga, hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 50 %, Sering 39 %, Jarang 7 %, Tidak Pernah 0 %.

Dari jawaban Responden mengenai motivasi bagi guru yang non sertifikasi, dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang bekerja dengan baik, sehingga tidak bisa dijadikan motivasi bagi guru yang non sertifikasi. Pada tabel ditunjukan yang menyatakan selalu 3 %, Sering 27 %, Jarang 70 % dan Tidak Pernah 0 %. Dari jawaban responden tersebut menyatakan bahwa tidak ada bedanya guru yang sertifikasi dengan guru yang belum sertifikasi, padahal ini yang diharapkan pemerintah untuk guru yang sudah sertifikasi akan menunjukan kinerja yang lebih baik dari waktu sebelum sertifikasi. Apabila guru yang sertifikasi menunjukan kinerja yang lebih dibandingkan guru yang non sertifikasi, maka dapat menjadi motivasi bagi guru yang belum sertifikasi.

Dari, jawaban Responden mengenai kemampuan mencari informasi. dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang mencari informasi dari internet dan membaca buku untuk menambah dan menguasai materi yang disajikannya. Hal ini dapat dilihat pada tabel yang menunjukan selalu 4 %, Sering 41 %, Jarang 54 % dan yang tidak pernah 1 %. Dalam hal ini disebabkan oleh faktor usia guru yang kurang menguasai teknologi sekarang ini seperti computer sehingga untuk mencari berbagai informasi mengalami kesulitan.

Dari jawaban Responden mengenai kerja tambahan dari Kepala sekolah., dapat

dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa sebagian guru yang melakukan kerja tambahan dari kepala sekolah , Hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 8 %, Sering 3 %, Jarang 43 % dan yang Tidak Pernah 46 %. Dalam hal ini kerja tambahan yang dimaksud adalah segala kegiatan yang membutuhkan peran serta guru, contohnya penerimaan siswa baru, bimbingan olimpiade dan sebagainya.

Dari jawaban Responden mengenai kebiasaan meninggalkan kelas., dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru sering memanfaatkan waktunya duduk dikantin bercerita dengan teman dengan meninggalkan tugas catatan pada siswa, hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 2 %, Sering 49 %, Jarang 36 % dan Tidak Pernah 13%. Kebiasaan jelek seperti ini kurang disadari oleh guru, sehingga hal ini merugikan para siswa. Hal seperti ini perlu pengawasan dari kepala sekolah dan pembantu kepala sekolah untuk memberikan arahan kepada guru- guru yang meninggalkan kelas untuk duduk di kantin dengan terlebih dulu meninggalkan catatan.

Dari jawaban Responden mengenai interaksi siswa di dalam kelas, dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang membuat siswa beristeraksi saat pembelajaran, hanya 2 % yang menyatakan selalu, 32 % sering, 75 % Jarang dan yang tidak pernah 0 %. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas sangat perlu sekali keterlibatan murid atau interaksi dari murid, sehingga pembelajaran hidup serta memicu siswa untuk saling mengeluarkan pendapatnya dan memudahkan untuk mengerti.

Dari jawaban Responden mengenai perangkat pembelajaran, dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi sering melakukan pembelajaran sesuai dengan perangkat pembelajaran yang di susun, hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 13 %, Sering 68 %, Jarang 19 % dan yang Tidak Pernah 0 %.

(9)

dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi sering menggunakan berbagai media ( elektronik dan cetak ) dalam pembelajaran untuk memudahkan siswa mengerti. Hal ini dilihat dari tabel yang menyatakan Selalu 5 %, Sering 53 %, Jarang 41 %, Tidak Pernah 1 %. Hal ini menunjukan setengah dari jumlah guru sudah mulai menggunakan berbagai media dalam menyajikan materi

pembelajaran, sehingga dapat

mempermudah siswa untuk mengerti, sebagian lagi belum menunjukan hal yang seharusnya dilakukan.

Dari jawaban Responden mengenai kegiatan sosial di Sekolah, dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang menghindar kalau ada kegiatan sosial di Sekolah, Hal ini di tunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 3 %, Sering 10 %, Jarang 59 % dan yang Tidak Pernah 28 %. Dari jawaban responden menunjukan terdapat hubungan yang baik antara guru di sekolah, kekeluargaan yang harus lebih ditingkatakan karena hal ini sangat penting, untuk membina kerjasama yang baik.

Dari jawaban Responden mengenai bidang studi yang diajarkan., dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang mengajar dengan baik yang bukan jurusannya, hal ini dapat dilihat pada tabel yang menyatakan selalu 0 %, Sering 5 %, Jarang 62 %, Tidak Pernah 33 %. Dalam hal ini dapat kita lihat dari persentase yang ditampilkan, guru yang bukan jurusannya tidak dapat mengajar dengan baik, sesuai dengan program pemerintah untuk meningkatkan kinerja guru, dilakukan program sertifikasi untuk menjadikan guru menjadi profesional dalam bidangnya, sehingga apa yang diajarkan harus sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasainya.

.Dari jawaban Responden mengenai kerjasama guru yang sertifikasi dan yang non sertifikasi.i, dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan guru yang sertifikasi selalu kerjasama dengan guru yang non sertifikasi meskipun lain jurusan, hal ini terlihat dari tabel yang menyatakan Selalu 47 %, Sering 35 %, Jarang 17 %, dan Yang Tidak Pernah 1 %.

Dari jawaban Responden mengenai tata cara ketidakhadiran guru,dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang permisi atau mengirim surat kepada Kepala Sekolah apabila berhalangan hadir, hal ini di tunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 19 %, Sering 27 %, Jarang 54 % dan Tidak Pernah 0 %. Dalam hal ini guru yang tidak hadir hanya permisi dengan teman atau melalui sms, sehingga kurang etis, dalam hal ini perlu mendapat perhatian yang serius agar guru dapat mematuhi peraturan dalam hal permisi apabila berhalangan hadir.

Dari jawaban Responden mengenai pembimbing olimpiade i, dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi sering menjadi guru pembimbing olimpiade, karena dianggap lebih bermutu, hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan selalu 13 %, sering 63 %, Jarang 11 %, dan Tidak Pernah 13 %.

Dari jawaban Responden mengenai Sekolah sebagai perwakilan olimpiade., dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa Sekolah yang menjadi perwakilan olimpiade tingkat daerah yang menyatakan Selalu 0 %, Sering 11 %, Jarang 27 % dan yang Tidak Pernah 62 %. Dalam hal ini, dari 6 sekolah negeri yang ada hanya beberapa sekolah yang menjadi perwakilan tingkat daerah. Sesuai dengan persentase yang ditampilkan menunjukan perlunya kerja keras guru dalam meningkatkan mutu sekolahnya, kerjasama dengan kepala sekolah dan dinas pendidikan itu sangat penting, sehingga untuk tahun berikutnya dapat bersaing dengan sekolah swasta sebagai duta sekolah untuk mengikuti olimpiade tingkat yang lebih tinggi.

(10)

Dari jawaban Responden mengenai nilai UN., dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi jarang berusaha untuk meningkatkan kinerjanya, dalam hal ini ditunjukan pada tabel yang menyatakan Selalu 12 %, Sering 34 %, Jarang 54 %, dan yang tidak pernah 0 %. Dalam hal ini, upaya guru untuk lebih meningkatkan kinerjanya kurang mendapat perhatian dari dinas pendidikan dan pengawasan langsung dari kepala sekolah. Seperti contoh mengadakan seminar, pelatihan dan pendisiplinan di sekolah masing – masing oleh kepala sekolah, sehingga kinerja guru dapat meningkat dan dapat meningkatkan nilai UN.

Dari jawaban Responden mengenai Siswa yang masuk ke PTN. , dapat dilihat dari jawaban Responden yang menyatakan bahwa Siswa yang masuk ke PTN meningkat sedikit karena motivasi guru yang sertifikasi, hal ini ditunjukan pada tabel Selalu 10 %, Sering 30 %, Jarang 47 % dan yang 13 %. Siswa yang masuk PTN sedikit mengalami peningkatan, namun hal ini sudah menunjukan usaha oleh guru yang sertifikasi dalam memotivasi siswa, sehingga kerja guru semangkin berat untuk lebih meningkatkan persentase siswa yang masuk ke PTN. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi orang tua siswa untuk memasukan anaknya ke SMA Negeri yang ada di Pematangsiantar.

4.2. Pembahasan

Dari hasil angket jawaban Responden untuk menjawab rumusan masalah yang pertama tersebut menggambarkan bahwa ada peran guru

Profesional dalam meningkatkan

pendidikan di Kota Pematangsiantar, tertera dari jawaban Responden yang dilihat dari persentasenya yang paling tinggi adalah menyatakan jarang, hal ini berarti peran guru profesional atau guru yang sudah sertifikasi hanya sebagian saja yang kinerjanya memenuhi kriteria baik, padahal peran guru profesional sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan, karena dari segi kesejahteraannya sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah, yang di harapkan dari penelitian ini adalah harus ada perbedaannya dari guru yang non

sertifikasi sehingga dapat dijadikan motivasi, bukan sebaliknya.

Dari hasil jawaban Responden juga dapat menjawab pertanyaan rumusan masalah yang kedua mengenai apakah upaya Kepala Sekolah dan pihak Dinas

Pendidikan dalam menyingkapi

ketidakdisiplinan guru-guru?, dari hasil kuesioner jawaban responden menyatakan tidak adanya upaya kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan karena masih banyak guru yang kurang disiplin dalam menjalankan tugasnya, seperti contoh meninggalkan kelas tanpa permisi, tidak adanya pemberitahuan apabila berhalangan hadir, bercerita di kantin dengan meninggalkan kelas dan sebagainya, karena sanksi dari pelanggaran tidak ada, maka hal ini terus berlanjut, sehingga perlu diterapkan peraturan dengan baik agar disiplin kerja terus meningkat.

Dari pertanyaan rumusan yang ketiga yaitu Apakah upaya dinas Pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar? Maka dapat dijawab dari hasil jawaban Responden yang menyatakan tidak adanya upaya Dinas Pendidikan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Kota Pematangsiantar, dalam hal ini tidak adanya pelatihan bagi guru- guru, tidak adanya seminar-seminar yang menunjang kinerja guru, Kurangnya upaya peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga

kualitas pendidikan di Kota

Pematangsiantar khususnya untuk SMA Negeri masih jauh dari yang diharapkan.

Berdasarkan persentase jawaban Responden menyatakan persentase tertinggi adalah menyatakan jarang dengan jumlah 41 %, yang menyatakan sering 33 %, menyatakan tidak pernah 14 % dan menyatakan selalu 12 %, hal ini menunjukan bahwa kinerja guru profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar masih jarang yang mempunyai kinerja yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Pematangsiantar.

(11)

opsi pernyataan sebagaimana tertera di bawah ini :

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Frekuensi dan Skor

Jawaban 92 Responden

terhadap 35 Pernyataan. No Skala

Bobot Pengertian FrekuensiTotal TotalSkor

1 4 Selalu 380 1.520

2 3 Sering 1.047 3.141

3 2 Jarang 1.334 2.668

4 1 Tidak Pernah 459 459

Jumlah3.220 7.788

Sumber : Hasil Pengolahan,2013 Dari nilai Skala Likert diketahui :

a. Nilai Terendah (TR) = 1x35 x 92 = 3.220 b. Nilai Tertinggi (TT) = 4x35x92 = 12.880 c. Maka Rentang Skor = (12.880 – 3.220) / 4 = 2.415

d. Penentuan kelas dilakukan sebagai berikut:

Tabel 4.2. Penentuan Kelas Interval berdasarkan Rentang Skor

Kelas Interval Sebutan

3.220 – 6.442 Buruk Sekali 6.443 – 9.663 Buruk 9.664 – 12.884 Baik 12.885 – 16.105 Baik Sekali

e. Total Skor yang diperoleh berdasarkan Tabulasi Skor atas jawaban Responden tentang Kinerja Guru Profesional dan Kualitas Pendidikan di Kota Pematangsiantar adalah sebesar 7.788, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Skor 6.443 – 9.663 berada pada kelas Interval kedua yang berarti kinerja guru dan kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar masih Buruk.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan

Guru- guru tidak pernah mendapat pelatihan dari Dinas Pendidikan padahal ini merupakan suatu cara yang baik untuk meningkatkan kualitas guru, karena guru merupakan kunci dari maju mundurnya pendidikan.

1. Dari hasil jawaban responden dalam pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin guru – guru masih rendah, karena masih banyak guru yang datang terlambat, tidak permisi pada saat meninggalkan kelas atau tidak hadir ke sekolah, termasuk masih kurangnya

kesadaran untuk mengikuti upacara bendera.

2. Berdasarkan hasil data dari sekolah masing-masing menyatakan bahwa Siswa yang masuk ke Perguruan Tinggi Negeri mengalami sedikit peningkatan.

3. Berdasarkan hasil jawaban responden yang menyatakan guru masih sedikit yang menggunakan metode yang bervariasi, sehingga kurang menjadi daya tarik kepada siswa untuk berinteraksi sehingga lebih cepat mengerti dan memahami.

4. Dari hasil keterangan Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum setiap sekolah menyatakan kinerja guru profesional masih jauh yang diharapkan, kerena setiap harinya melakukan pekerjaan belum menunjukan predikat keprofesionalannya.

b) Saran

1. Agar kualitas pendidikan di Kota Pematangsiantar meningkat perlu adanya pelatihan bagi guru-guru sehingga mutu dan kualitas guru meningkat. Dalam hal ini cara untuk meningkatkan kualitas guru yaitu dengan mengadakan pelatihan, seminar-seminar yang mendukung dan peningkatan sarana dan prasarana.

2. Dari hasil jawaban Responden yang menyatakan tingkat disiplin guru- guru masih rendah, hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan, terutama dalam pengawasan yang optimal dan sanksi atas pelanggaran. Dalam hal untuk menciptakan kinerja yang baik dan kualitas pendidikan perlu peningkatan disiplin, karena disiplin merupakan kunci keberhasilan.

3. Agar siswa yang masuk Keperguruan Tinggi Negeri semakin meningkat, perlu mendapatkan motivasi dari guru- guru dan dari kakak kelas yang telah masuk keperguruan tinggi tersebut.

(12)

5. Perlunya adanya kerjasama antara Kepala Sekolah dan Wakilnya dalam memonitoring dan memotivasi Guru - guru , sehingga mempermudah dalam penerapan disiplin yang sangat penting menunjang kualitas sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mudlofir, 2012, Pendidik Profesional, konsep, strategi, dan aplikasinya dalam meningkatkan mutu pendidik di

Indonesia, Jakarta: Raja

GrafindoPersada.

Aritkunto, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka

Cipta.

Aritonang, Keke T,”Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK Penabur Jakarta.”Dalam Jurnal Pendidikan Penabur No.04/Th.IV/Juli 2005. Ary et al, 1998, Introduction to Research in

Education, 3rd Edition, New

York :Hoit, Renehart, and Wiston. Babbie, Earl, 1983, The Practiceof social

Research, Belmont : Wadsworth Publishing Company.

Barnawi & Mhd. Arifin, 2012. Instrumen Pembinaan, Peningkatan ,& Penilaian Kinerja Guru Profesional, Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Danim, Sudarwan, 2010, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta

Fathurroman Pupuh, 2012, Guru

frofesional, Bandung: Refika Aditama. Hamalik, Umar, 1991, Pendidikan Guru

Konsep dan Strategi : Bandung, Mandar Maju.

Hermawan, S,R, 1979, Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik

Guru Indonesia, Jakarta: PT. Margi Wahyu.

Iskandar, (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif, Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan, Hukum, Ekonomi dan Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat. Jakarta: GP. Press.

Istamar Syamsuri, 2011, Makalah

Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Minat Pada Bidang MIPA, Bogor: IPB Bogor

Indrawati,Yuliani “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SMA Kota Palembang “Dalam Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya.Vol 4, No. 7 Juni 2006. Kunandar, 2011, Guru Profesional.

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kay A. Norlander-Case..,etal (2009), guru profesional: Penyiapan dan Pembimbingan Praktis Pemikir, Jakarta: PT Indeks.

Mulyasa, E, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja osdakarya. Muhlisin, 2008, Profeionalisme Kinerja

Guru Menyongsong Masa Depan.”Dalam http //

muhlis.file.wordpress.com /2008 /05 / profesionalisme-kinerja-guru-masa- depan. Doc. diakses pada 4 pebruari 2013.

Nasution, S, 1994, Metode Research ( Penelitian Ilmiah ), Jakarta : Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah No 19 thn 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Purwanto, Ngalim, 2002, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : Rosda Karya.

Renstra Depdiknas 2005-2009 Tentang Tujuan Pembangunan Pendidikan Nasional

Sinambela, Lijan Poltak, 2012, Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu. Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2009, Profesi

Keguruan, Jakarta : Rineka Cipta. Surakhman, Winarno, 1998, Pengantar

Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito

Sugiono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Jakarta: Alfabeta. Surya, Muhammad, 1999, Membangun

Manusia Unggul Perlu

(13)

Umaedi, 1999, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Depdiknas

Usman, Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesional, , Bandung, Remaja Rosda Karya

Yuniarsih,Tjutju,2009, Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori, Aplikasi, dan

(14)

Gambar

Tabel  3.1. Populasi  dan  sampel

Referensi

Dokumen terkait

Setelah Gambar kerja sudah jadi, maka untuk selanjutnya di lakukan pekerjaan marking lokasi yang akan dilakukan pemasangan bata, ini bertujuan untuk mendapatkan hasil

Lulusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha memiliki kemampuan yang integratif akan penerapan teknologi dalam bidang sistem kontrol, telekomunikasi, robotika,

Data dalam penelitian ini di peroleh dari hasil kuesioner yang desebarkan pada 18 responden setelah itu dilanjutkan dengan analisis untuk menemukan aspek dan

Maka f disebut fungsi injektif (satu-satu) jika setiap unsur-unsur dalam B ditetapkan dengan tunggal unsur-unsur dalam A, artinya tak ada dua buah elemen dalam A

37 DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar -Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/ Puskesmas Pembantu dan Jaringannya Lokasi Kegiatan :

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu: Pelaksanaan pembelajaran PAIKEM bidang studi Al-Quran Hadits di

Apakah saudara menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker untuk melindungi saluran pernafasan dari paparan debu pada saat melakukan kegiatan bongkar muat4. Apakah

Dari jawaban Responden mengenai penyajian materi dalam pembelajaran, dapat dilihat jawaban Responden yang menyatakan bahwa guru yang sertifikasi sering menggunakan