BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan (knowladge)
1. Pengertian
Pengetauan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman rasa dan raba (Notoadmodjo, 2007. hlm. 139)..
2. Tingkatan Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan, yakni : Tahu (know), Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (comprehension),
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Aplikasi (aplication), aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya). Analisis (analysis), analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan meteri atau suatu objek ke dalam komponen
– komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan yang terakhir Evaluasi
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo,
2007. hlm. 139).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:
128).
3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam
diri seseorang adalah :
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian di dalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan
yang dihadapi adalah umur yang tepat, apakah panjang intervalnya di
dalam pengelompokan cukup untuk menyembunyikan peranan umur pada
pola kesakitan atau kematian apakah pengelompokan umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokan pada penelitian orang lain.
b. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
dalam pendidikan ini terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih matang pada diri individu, kelompok dan
masyarakat. Konsep ini berangkat dari asumsi manusia sebagai makhluk
kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan
sebagainya) dalam mencapai tujuan seorang individu, kelompok, dan
masyrakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
c. Pekerjaan
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi fisiologi lagi yang melakukan
pekerjaan itu, reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah,
ataupun reaksi yang bersifat negatif misalnya bosan, acuh, tidak serius
dan sebagainya.
Melakukan pekerjaan secara efesien tidak hanya tergantung kepada
kemampuan atau ketarampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan
prosedur kerja, uraian kerja, peralatan kerja yang tepat atau sesuai dengan
lingkungan kerja dan lain-lain.
d. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Pengetahuan diperoleh
dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seseorang
memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada keadaan sebelumnya
tentang pengalamanya. Semakin sering seseorang mengalaminya semakin
tinggi pengetahuan orang tersebut.
e. Sumber Informasi
Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber
(komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran
atau infornasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar
seseorng secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau
tindakan. Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari
B. Sikap (attitude)
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku
(Notoadmodjo, 2007. hlm.142).
2. Komponen Pokok Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), komponen pokok sikap meliputi
hal-hal berikut:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
3. Tingkatan Sikap
Sama halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi dalam tingkatan ini adalah bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
(Notoadmodjo, 2010. Hal 31).
4. Fungsi sikap
a. Sebagai alat untuk menyesuaikan, sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable, artinya sesuatu yang mudah mengajar, sehingga mudah
pula menjadi milik bersama.Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara
orang dengan kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya.
b. Sebagai alat pengatur tingkah laku, pertimbangan dan reaksi pada anak,
dewasa, dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada
umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya
proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.
c. Sebagai alat pengatur pengalaman manusia didalam menerima
pengalaman-pengalaman secara aktif, artinya semua berasal dari dunia
luar tidak semua dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana
hal-hal yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman di beri penilaian lalu dipilih.
d. Sebagai pernyataan kepribadian, sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi
yang mendukungnya, oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu,
sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Maulana (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :
a. Faktor Internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima atau
menolak pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya
interaksi antara manusia dalam bentuk kebudayaaan yang sampai kepada
individu melalui surat kabar, televisi, majalah, dan sebagainya.
6. Pengukuran Sikap Model Likert
Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap
dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala
(Hidayat, 2007, hlm. 104).
Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, subjek yang diteliti akan memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan
oleh likert adalah :
a. Sangat setuju (strogly approve) : 4
b. Setuju (apporove) : 3
c. Tidak setuju (Disapporove) : 2
C. Praktik atau Tindakan (practice)
1. Pengertian
Praktik atau tindakan merupakan proses seseorang yang telah mengetahui
stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat
terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya
(Notoadmodjo, 2007 . hlm. 145).
2. Tingkatan Tindakan
Menurut Notoadmodjo (2010), Praktik atau tindakan mempunyai
beberapa tingkatan, yakni:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objeksehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Respons Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakanp itu sudah dimodifikasinya tanpa
3. Cara Mengukur Tindakan / Praktek
Secara garis besar mengukur tindakan / praktek seseorang dapat dilakukan
melalui dua metode, yakni :
a. Langsung
Mengukur tindakan secara langsung, berarti peneliti langsung mengamati
atau mengobservasi perilaku subjek yang di teliti. Misalnya : mengukur
tindakan bidan dalam memberikan vitamin K pada bayi baru lahir, maka
peneliti dapat mengamati langsung bidan – bidan dalam memberikan
vitamin K pada bayi baru lahir. Untuk memudahkan pengamatan, maka
hal – hal yang akan diamati tersebut dituangkan atau dibuat lembar tilik
atau check list, misalnya : sebelum menyuntik bidan cuci tangan atau
tidak, memakai sarung tangan atau tidak dan seterusnya.
b. Tidak Langsung
Pengukuran tindakan secara tingkah laku ini, berarti peneliti tidak secara
langsung mengamati tindakan orang yang diteliti (responden). Oleh sebab
itu metoda pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu :
1) Metode mengingat kembali atau recall
Metode recall ini dilakukan dengan cara responden atau
subjek penelitian diminta untuk mengingat kembali (recall) terhadap
tindakan beberapa waktu yang lalu. Lamanya waktu yang diminta
untuk diingat responden, berbeda – beda yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
2) Melalui orang ketiga (yang dekat dengan subjek atau responden)
Pengukuran dengan cara ini dilakukan oleh orang yang
terdekat dengan responden yagn diteliti.
3) Melalui indikator atau hasil perilaku responden
Pengukuran tindakan ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku
orang yang diamati (Notoadmodjo, 2010. Hal 146 – 147).
D. BIDAN
1. Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Bidan mempunyai tugas penting
dalam memberikan bimbingan, asuhan, dan penyuluhan kepada ibu hamil,
persalinan, nifas dan menolong persalina dengan tanggung jawabnya sendiri
serta memberi asuhan pada bayi baru lahir (Sofyan, dkk. 2006 . hlm. 124).
2. Pengertian Bidan Praktek Swasta
Bidan praktek swasta adalah bidan yang memiliki surat izin praktek bidan
(SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi izin
secara sah dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan mandiri (Sofyan,
2008, hal. 185).
3. Praktik dan Kewenangan Bidan
Praktik bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan dapat berpraktek di semua
tatanan pelayanan kesehatan, termasuk di rumah sendiri, komunitas, polindes,
balai pengobatan dan atau sarana kesehatan lainnya (Sofyan, dkk. 2006 . hlm.
187).
Tentu jika bidan ingin melakukan praktik, bidan tersebut harus melakukan
registrasi yakni dimulai dari proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap dirinya, sehingga secara fisik dan mental mampu
melaksanakan praktik profesinya (Sofyan, 2006 hlm. 187).
Selain registrasi, bidan harus memiliki Surat Izin Bidan (SIB) yang
merupakan bukti terltulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan
asuhan kebidanan diseluruh wilayah Republik Indonesia dan Surat Izin Praktek
Bidan (SIPB) yang merupakan bukti terltulis yang diberikan kepada bidan untuk
menjalankan prektik bidan (Sofyan, 2006 . 187).
Di dalam melakukan dan menjalankan pelayanan kesehatan, bidan dituntut
untuk memiliki kompetensi yang meliputi keterampilan (skill) yaitu kemampuan
teknis dalam melaksanakan unjuk kerja tertentu berdasarkan penguasaan pada
pengetahuan (knowladge) dan sikap (attitude) serta standar profesi yaitu
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan
profesi (Sofyan, 2006 .hlm. 231).
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900 / menkes / SK / VII /
2002 bidan dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kebidanan kepada ibu,
pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kepada ibu juga meliputi pelayanan kepada anak yang diantaranya pemeriksaan
bayi baru lahir (Sofyan, 2006 hlm. 168).
Rekomendasi telah diberikan oleh British Paediatric Association (BPA,
bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa ia mematuhinya. Bidan hanya
diberi wewenang untuk memberikan vitamin K secara intramuskular
(Henderson, 2006. Hlm. 392).
E. Bayi baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran sampai
usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pada saat adaptasi
tersebut terjadi gangguan-gangguan yang berpotensi menyebabkan kematian
dan kesakitan sedangkan perawatan bayi baru lahir meliputi tentang cara
menjaga kehangatan bayi (mencegah hipotermi), cara menyusui yang benar,
cara mencegah infeksi dan jadwal pemberian imunisasi. (Rukiyah, 2010 .
hlm. 2).
2. Perawatan Rutin Bayi Normal
Bayi baru lahir memiliki kadar vitamin K dan faktor – faktor
pembekuan darah yang sangat rendah, sebagian bayi baru lahir dapat
mengalami perdarahan dari saluran cerna, kekulit atau ke membran mukosa
dan jarang kedalam ke dalam otak. Penyakit perdarahan ini terbatas pada
bayi baru lahir yang belum mendapatkan profilaksis (Meadow, 2009
hlm.63).
F. Vitamin K
1. Pengertian Vitamin K
Vitamin adalah senyawa organic yang digunakan untuk mengkatalisator
metabolism sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
vitamin A (retinol), B kompleks (thiamin), B2 (riboflavin), B12
(sianokobalamin), C (asam ascorbat), D, E dan vitamin K(Hidayat, 2009).
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah, seperti factor II,VII,IX,X dan antikoagulan
protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum
banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah (KEMENKES RI, 2011
hlm. 4).
Sebesar 15 – 80% vitamin K diabsorpsi di usus halus dengan bantuan
empedu dan cairan pancreas. Kemudian diikatkan dengan kilomikron dan
diangkut melalui system limfe ke hati. Simpanan di hati 10 persen dalam bentuk
filokinon dan sebesar 90 persen sebagai menakinon (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2008. Hlm. 95).
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu :
a. Vitamin K1 (phytomenadione), mempunyai rantai samping fitil dan hanya
terdapat di dalam tumbuh – tumbuhan berwarna hijau.
b. Vitamin K2 (menakinon), merupakan sekumpulan ikatan yang rantai
sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 – 14 unit).
Menakinon disintesis oleh bakteri di dalam saluran cerna.
c. Vitamin K3 (menadion), adalah bentuk vitamin K sintetik. Menadion terdiri
atas cincin naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat
larut air. Menadion baru aktif secara biologic setelah mengalami alkilasi di
2. Fungsi Vitamin
Vitamin K berfungsi dalam pembekuan darah, walaupun mekanismenya
belum diketahui dengan pasti. Sejak tahun 1970-an para ahli mengetahui
peranan vitamin K dalam tubuh tidak hanya dalam pembekuan darah saja
melainkan merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu
protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama – karboksiglutamat (gla)
(Almatsier, 2005 hlm. 181).
Enzim karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor
didapat di dalam membran hati dan tulang dan di lain jaringan. Pada proses
pembekuan darah, gama – karboksilasis terjadi didalam hati pada residu asam
glutamat yang terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti faktor II
(protrombin), VII, VIII, IX, dan X. Kemampuan gla – protein untuk mengikat
kalsium merupakan langkah esensial dalam pembekuan darah (Almatsier, 2005.
hlm. 181).
Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna,
sehingga tidak dapat mengikat mineral – mineral yang diperlukan dalam
pembentukan tulang. Gla – protein juga ditemukan didalam jaringan tubuh lain
seperti ginjal, pankreas, limpa, paru – paru, dan endapan aterosklerotik namun
fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla – protein di dalam otak diduga
berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk pengembangan
otak (Almatsier, 2005 hlm. 181).
3. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal,
sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan.Kekurangan vitamin
makanan.Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila
produksi empedu kurang atau pada diare) (Almatsier, 2005 hlm. 184).
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam
bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion.Gejala kelebihan vitamin
K adalah hemolysis sel darah merah, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada
otak (Almatsier, 2005 hlm. 184).
G. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)
Vitamin K penting untuk sintesis sejumlah faktor pembekuan darah –
defiseiensi dapat menyebabkan gangguan perdarahan yang dikenal sebagai
penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.Faktor – faktor pembekuan darah yang
bergantung pada vitamin K terdapat dalam konsentrasi rendah saat lahir. Tetapi
jumlah ini kemudian turun hingga level terndah pada usia 2 – 5 hari (Henderson,
2006 .hlm. 391).
ASI mengandung vitamin K dalam jumlah sangat sedikit dan bayi yang
mendapat ASI dapat menderita akibat penyakit pendarahan yang muncul
terlambat, kadang kala perdarahan fatal intracranial dapat terjadi (Henderson,
2006 .hlm. 391).
Sejak tahun 1950, bayi – bayi yang beresiko tinggi mengalami penyakit
perdarahan (bayi – bayi yang preterm dan bayi yang meminum ASI, bayi yang
kelahirannya dibantu alat atau bayi yang mengalami trauma saat lahir, bayi yang
menggunakan antibiotic atau yang ibunya mengonsumsi obat – obatan yang
memengaruhi metabolisme vitamin K) diberikan profilaksis vitamin K setelah
lahir (Handerson, 2006 hlm. 391).
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) dapat terjadi spontan
operasi, disebabkan karena berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi)
yang tergantung pada vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor
koagulasi lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas normal
(KEMENKES RI, 2011 hlm. 5).
H. Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1. Peralatan dan Perlengkapan dalam Pemberian Vitamin K
a. Vitamin K injeksi
b. Sarung tangan satu pasang
c. Sepuit seteril 1 cc (sepuit kecil)
d. Bak instrumen
e. Kom dan Bengkok
f. Kapas basah (DTT)
g. Kapas kering
h. Waskom berisi larutan chlorin 0,5 %
i. Safety box
j. Wastafel/ tempat cucu tangan
k. Sabun biasa/ antiseptik
l. Handuk/ lap tangan
b. Cara Pemberian
Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi
dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml. Cara pemberian
1. Masukkan vitamin K1 ke dalam spuit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral
sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
2. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0
(uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
Adapun langkah– langkah pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
yang dikutip dari Yuli. 2009. hal. 41-43 adalah :
1. Sapa ibu dan bayi dengan ramah dan menginformasikan bahwa bayinya akan
di suntik
2. Cek kembali kepastian vitamin K injeksi.
3. Jelaskan hal-hal yang berkaitan denngan injeksi yang akan di berikan pada
ibu: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dan lain-lain.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, keringkan dengan handuk
5. Siapkan vitamin K injeksi yang akan diberikan dengan mendekatkan meja
yang tidak terkena matahari langsung.
6. Pakai sarung tangan (tidak perlu seteril hanya untuk melindungi petugas dari
infeksi).
7. Ambil vitamin K injeksi kemudian buka (patahkan) tutupnya.
8. Lepaskan tutup sepuit dengan tidak menyentuh jarum sepuit.
9. Masukkan vitamin K injeksi ke dalam sepuit kecil 1cc.
10.Keluarkan gelembung udara, pegang sepit tegak lurus dan tarik
penyumbatnya kemudian masukan perlahan.
11.Tentukan tempat injeksi di paha anterolateral di vastus lateralis.
13.Suntikkan vitamin K injeksi secara intramuskuler tegangkan kulit dengan ibu
jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang tidak dominan) tusukkan jarum
kedalam kulit membentuk sudut 900. hapus darah dilokasi penyuntikan
dengan kapas kering.
14.Masukan sepuit kedalam larutan klorin, hisap larutan larutan klorin ke dalam
spuit.
15.Buang sampah spuit ke dalam safety box.
16.Beritahu ibu tentang relaksasi lokal yang mungkin timbul rasa sakit atau
kemerahan dan pembengakan di sekitr tempat penyuntikan. Relaksasi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari.
17.Bereskan semua peralatan yang digunakan dan pisahkan sampah kering dan
sampah basah
18.Cuci tangan di wadah larutan kelorin 0,5%, bersihkan sarung tangan dan
lepaskan secara terbalik
19.Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.
20.Amati reaksi pasca penyuntikan.
21.Ingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi
22.Pendokumentasian.
Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis
dan cara yang sama. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian
vitamin K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis
dan cara yang sama. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi