• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN WAWANCARA BUDAYA TIONGKOK VS BUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN WAWANCARA BUDAYA TIONGKOK VS BUD"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN WAWANCARA KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

BUDAYA TIONGKOK VS BUDAYA INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi

Tugas Komunikasi Lintas Budaya

Dosen Pengampu : Ilham Gemiharto,S.Sos.,M.Si

Ditha Prasanti, S.I.Kom.,M.I.Kom.

Disusun Oleh :

Tanti Rahmawati (210110150062)

Anggit Giniafitri (210110150068)

Noor Dina Camelia (210110150080)

Ilmu Komunikasi C

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……….

1.1 Latar Belakang Wawancara……….. 1.2 Topik Wawancara………. 1.3 Tujuan Wawancara………. 1.4 Waktu dan Tempat Wawancara………

BAB II HASIL WAWANCARA………

2.1 Narasumber………. 2.2 Pewawancara……….. 2.3 Transkip Hasil Wawancara………

BAB III PEMBAHASAN………..

3.1 Komponen Budaya………. 3.2 Aspek Komunikasi Non Verbal……….. 3.3 Persepi Orang Mereka Terhadap Orang Indonesia……… 3.4 Persepsi Mereka Tentang Kebiasaan Orang Indonesia……….

3.5 Kebiasaan Mereka Saat Berkomunikasi……… 3.6 Usaha-Usaha Yang Dilakukan Dalam Penyesuaian Antar Budaya…………..

BAB IV PENUTUP……….

4.1 Simpulan……….. 4.2 Saran……….

DAFTAR PUSTAKA………

DOKUMENTASI……….

(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Wawancara

Komunikasi lintas budaya menjadi salah satu hal yang menarik untuk dikaji dan diperbincangkan, pasalnya setiap budaya memiliki berbagai komunikasi verbal maupun nonverbal yang berbeda antara budaya yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut yang tidak jarang dapat membuat persepsi atau pemaknaan yang berbeda antar berbeda budaya saat mereka berkomunikasi satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal-hal yang berbeda dalam komunikasi antar budaya tersebut, kami tertarik untuk mewawancarai salah satu mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas yang sedang melakukan student exchange ke Universitas Padjadjaran untuk menggali lebih dalam mengenai kebudayaan Tiongkok di daerah asalnya.

1.2 Topik Wawancara

Tradisi dan Cara Berkomunikasi dalam Kebudayaan Tiongkok

1.3 Tujuan Wawancara

 Memenuhi tugas Komunikasi Lintas Budaya

 Memperoleh informasi dari narasumber mengenai budaya Tiongkok

 Menggali lebih dalam mengenai tradisi/kebiasaan berkomunikasi yang biasa dilakukan dalam budaya Tiongkok.

1.4 Waktu dan Tempat Wawancara Wawancara ini dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : Kamis, 9 Maret 2017 Pukul : 11.00 WIB-selesai

Tempat : Fakultas Ilmu Budaya Unpad

BAB II

HASIL WAWANCARA

2.1 Narasumber

Nama Narasumber : Yusuf (Kou Guizhi)

Umur : 18 tahun

(4)

2.2 Pewawancara

Nama Pewawancara : Noor Dina Camelia dan Tanti Rahmawati Juru Kamera : Anggit Giniafitri

2.3 Transkip Hasil Wawancara

 Apa kepercayaan/agama yang dianut di Tiongkok?

Jawab : Konghucu, Tao, Islam, Protestan namun mayoritas Konghucu.

 Adakah aspek komunikasi nonverbal yang biasa digunakan dalam orang-orang

 Menurutmu, bagaimana persepsi kamu mengenai orang-orang Indonesia? terutama saat mereka berkomunikasi satu sama lain?

Jawab : first impression saya ketika pertama kali berkomunikasi dengan orang Indonesia adalah sikap mereka yang ramah terhadap saya.

 Budaya Tiongkok termasuk ke dalam high context atau low context communication?

Jawab : termasuk ke dalam low context communication

 Apakah kamu merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang Indonesia? Jika iya, bagaimana cara kamu mengatasi kesulitan-kesulitan itu?

Jawab : awalnya memang merasa sulit, namun seiring berjalannya waktu saya dapat beradaptasi terutama dalam berkomunikasi dengan teman-teman saya dari Indonesia.

BAB III

PEMBAHASAN

(5)

Tiongkok. Adapun informasi yang kami dapatkan setelah melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber antara lain komponen budaya, aspek komunikasi non verbal, persepsi mereka terhadap orang Indonesia dan kebiasaannya, kebiasaan mereka saat berkomunikasi dan usaha penyesuaian antar budaya, penjelasan terkait hal tersebut dibahas lebih lanjut di bawah ini :

3.1 Komponen Budaya  Agama/kepercayaan

Menurut informasi dari narasumber, agama dalam budaya Tiongkok adalah Kong Hu Cu, Tao, Islam Protestan dan Katolik, namun mayoritas masyarakat Tiongkok menganut agama Konghucu. Tidak hanya itu, masyarakat Tiongkok menganut beberapa kepercayaan diantaranya saat musim gugur pertengahan, mereka akan bersama-sama menyantap kue bulan. Menurut kepercayaan mereka, hal ini dilakukan untuk menyatakan rasa rindu pada keluarga. Tradisi lain juga dilakukan yaitu tradisi Festival Duan Wu Jie (端午節) atau biasa disebut Festival Twan Yang (Peh Cun, Bak Cang) jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Twan Yang memiliki arti, yakni ‘Twan’ yang artinya lurus, terkemuka, terang, yang menjadi pokok atau sumber; dan ‘Yang’ artinya sifat positif atau matahari, jadi Twan Yang ialah saat matahari memancarkan Cahaya paling keras. Hari Raya ini dinamai pula Duan Wu. “Wu” artinya saat antara jam 11.00 s/d 13.00 siang, jadi perayaan ini tepatnya ialah pada saat tengah hari. Orang-orang percaya bahwa rebusan obat-obatan yang dipetik pada saat itu akan besar khasiatnya. Karena letak matahari tegak lurus, orang percaya telur ayam pun bila ditegakkan saat itu akan dapat berdiri tegak lurus. Hari raya ini disebut pula dengan nama Peh Cun yang artinya merengkuh Dayung atau Beratus Perahu. Dinamai demikian karena pada hari itu sering diadakan perlombaan dengan banyak perahu.

 Sikap

(6)

dengan seseorang namun orang tersebut datang terlambat padahal narasumber telah berada di tempat mereka berjanji untuk bertemu. Berbeda ketika ia berada di Tiongkok, ia tidak lagi menolerir seseorang yang memiliki janji untuk bertemu dengannya kecuali keterlambatan dengan alasan yang jelas, karena narasumber merasa bahwa sesama orang Tiongkok memiliki konsep waktu yang sama yaitu monokronik, dimana mereka memang ‘diharuskan’ untuk menepati janji tepat waktu.

 Pandangan Dunia

Menurut apa yang dilansir narasumber, ia mengemukakan dan memandang bahwa di dunia ini terdapat banyak budaya dengan ciri khas yang berbeda. Tentunya dengan budaya yang berbeda, cara berkomunikasi mempersepsi sesuatu hal juga berbeda. Oleh karena itu, kita harus memahami satu sama lain walaupu berbeda budaya. Sama halnya, ketika narasumber memandang bahwa budaya Indonesia memiliki nilai plus dan minus. Ia mengemukakan bahwa dirinya akan mengikuti niali-nilai positif yang orang Indonesia tunjukkan seperti bersikap ramah dan sopan santun terhadap orang lainsaat berkomunikasi sekalipun dengan orang baru maupun budaya yang berbeda. Selain itu, ia juga memandang bahwa budaya Indonesia memiliki keunikan tersendiri dimana di setiap daerahnya memiliki suku yang berbeda dengan keragaman bahasa maupun adat istiadat yang berbeda pula.

3.2 Aspek Komunikasi Non Verbal a. Kronemik

Kronemik membahas terkait soal penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal yang meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality). Dalam budaya Tiongkok, mereka menganut konsep waktu monokronik dimana mereka mempersepsi waktu sebagai sesuatu yang berjalan lurus (linier), penganut konsepwaktu itu cenderung menghargai waktu, membagi-bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat. Hal tersebut memang benar adanya selaras dengan apa yang dilansir oleh narasumber bahwa ia mengaplikasikan konsep waktu tersebut dengan memilih melakukan satu perkerjaan dalam satu waktu cenderung memulai dan mengakhiri pekerjaannya tepat waktu dan terorganisasi terutama dalam mengerjakan tugas kuliah.

b. Kinesik

(7)

nonverbal berupa bahasa tubuh yang biasa digunakan dalam budaya Tiongkok adalah Gongshou (拱 手), juga disebut ‘gong’ (拱), atau ‘zuoyi’ (作 揖) merupakan tata krama dalam interaksi ketika saling bertemu di kalangan etnis Tiongkok dan perantauannya. Saat bertemu, kedua tangan saling memeluk dan diangkat di depan badan, memberi hormat kepada lawan bicara. Sejak jaman dulu tradisi ini sudah ada. Cara ini kemungkinan timbul karena meniru tangan budak yang terbelenggu, yang berarti kita bersedia menjadi budak si lawan bicara, bersedia diperintah. Biasanya tradisi gongshou ini masih dilakukan; dilakukan seperti saat hari Imlek (saling memberikan ucapan Gongxi diikuti gerakan tangan gongshou), memberi ucapan selamat kepada pengantin baru, ucapan selamat ulang tahun kepada seseorang, ucapan selamat atas buka usaha baru, saat memulai perlombaan wushu, kesenian barongsai dan sebagainya.

Gambar : Cara memberikan salam ala gongshou

(8)

 Pada olahraga Wushu, semua atlet akan melakukan gongshou seperti tampak seperti foto Jetli diatas; dimana tangan kiri membuka lurus, sementara tangan kanan menutup/melipat.

 Pada jaman dahulu, cara memberikan gongshou oleh (1) bangsawan atau pejabat tinggi, dan (2) kaum terpelajar/sastrawan, umumnya seperti gambar ilustrasi dibawah ini :

Gambar 1: Gaya gongshou bangsawan atau pejabat istana kerajaan

Gambar 2 : Gaya gongsou kaum terpelajar atau sastrawan pada jaman dulu

(9)

 Pertama, lebih higienis. Karena tangan kita tidak bersentuhan dengan tangan lawan bicara, maka gongshou lebih higienis daripada jabat tangan.

 Kedua, lebih praktis. Memberi hormat kepada ratusan atau bahkan ribuan orang, cukup dengan melakukan gongshou satu kali. Apabila kita berjabat tangan, harus menjabat tangan orang satu per satu.

 Ketiga, lebih indah. Postur tubuh saat melakukan gongshou lebih gagah dan elegan dibandingkan dengan berjabat tangan.

 Keempat, lebih bebas. Jabat tangan memerlukan kerjasama kedua belah pihak, barulah jabat tangan itu dianggap telah dilakukan. Sering kita menjumpai atau bahkan mengalami sendiri, dimana ketika kita sudah mengulurkan tangan namun lawan bicara kita tidak melihatnya, sehingga jabat tangan tidak terjadi, dan akibatnya kita merasa canggung. Berbeda dengan gongshou, dimana tidak memerlukan balasan dari lawan bicara. Kita bebas mau melakukan gongshou kapan saja

Sedangkan, bahasa tubuh yang lain, mayoritas sama dengan apa yang digunakan di Indonesia seperti melingkarkan kedua jari untuk menunjukkan persetujuan atas sesuatu. Selain itu, beberapa tampilan wajah yang biasanya mereka gunakan untuk mengekspresikan sesuatu seperti mengerutkan dahi saat mereka merasa kebingungan ataupun sedang memikirkan suatu hal.

c. Haptik

(10)

mereka. Mereka biasanya melakukan sentuhan dalam hubungan keluarga seperti seorang ibu yang mengelus kepala anaknya.

d. Proksemik

Proksemik yaitu jarak yang digunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi dimana Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, orang-orang dalam budaya Tiongkok saat berkomunikasi dengan orang lain terutama dengan orang baru, mereka termasuk ke dalam jarak sosial. Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.

e. Okulesi

Okulesi terkait dengan gerakan mata atau posisi mata dalam berkomunikasi. Saat berinteraksi dengan orang lain, orang-orang budaya Tiongkok menatap mata sang lawan bicara seperti umumnya orang Indonesia. Mereka melakukan hal ini, karena mereka percaya bahwa dengan menatap mata sang lawan bicara itu artinya mereka menghargai dan mendengarkan orang yang sedang mereka ajak bicara.

f. Appearance

Appearance membahas terkait bagaimana seseorang menampilkan citra diri mereka melalui penggunaan pakaian, sepatu, atau atribut yang mereka kenakan. Sesuai pengamatan penulis, orang-orang Tiongkok yang diwakili oleh narasumber yaitu Yusuf, ia menampilkan citra dirinya dengan berpakaian kemeja dan celana serta bersepatu. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa orang-orang Tiongkok memperhatikan penampilan mereka dengan berpakaian rapi sehingga persepsi orang-orang akan muncul dan menilai atau melabelling dirinya sebagai orang yang teratur dan tidak amburadul.

g. Posture

(11)

ketika melakukan penghormatan pada raja jaman dahulu, dengan melipat kedua kaki ke belakang sedangkan posisi badan tegap menghadap ke depan.

h. Paralinguistik

Paralinguistik adalah unsur komunikasi nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Berdasarkan pengamatn kami, narasumber dengan budaya Tiongkoknya dalam berkomunikasi dengan orang lain menggunakan nada bicara yang lembut, kecepatan berbicara yang standar/umum saat orang berkomunikasi, dan intonasi atau pengucapan yang cukup baik dalam bahasanya. Namun, kami juga sempat mengalami kesulitan saat melakukan wawancara, karena ia masih melakukan penyesuaian budaya sehingga narasumber masih sulit untuk mengucapkan kata vokal secara jelas dalam bahasa Indonesia.

3.3 Persepi orang mereka terhadap orang Indonesia

Orang-orang Indonesia itu cukup ramah. Ketika datang ke Indonesia dan beradaptasi dengan lingkungan kampus unpad, banyak teman-temannya yang mengajak dia mampir ke rumahnya untuk berkunjung. Baginya orang-orang Indonesia sangat baik. Namun menurutnya masih ada kekurangan yakni orang-orang Indonesia seringkali membiasakan budaya terlambat (terlambat berangkat ke kampus ataupun janjian) sementara di tiongkok sendiri mereka menerapkan budaya tepat waktu, hal inilah yang bertentangan menurut yusuf. Tapi secara keseluruhan menurut pengalamannya sejauh ini tidak ada yang aneh, orang Indonesia itu biasa saja menurutnya. Lalu pandangannya mengenai orang-orang keturunan China di Indonesia, ia tidak begitu mengenal secara dalam ia hanya kenal lewat media seperti tv atau media sosial. Dan menurutnya orang-orang china di Indonesia itu terlihat masih kesulitan untuk begaul dengan penduduk asli, sehingga masih ada yang menikah dengan sesama orang China. Dan menurutnya kebanyakan orang-orang keturunan china (orang china yang menikah dengan orang Indonesia) itu tidak bisa berbahasa mandarin.

3.4 Persepsi mereka tentang kebiasaan orang Indonesia jika dibandingkan dengan diri mereka pada saat berkomunikasi

(12)

Misalnya, kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa saat mereka menghadiri kelas pagi, mereka seringkali datang tidak tepat waktu atau terlambat masuk kelas. Hal ini merupakan kebiasaan buruk yang dapat membuat kesal orang-orang yang memiliki budaya Low Context. Berbeda dengan orang Tiongkok yang selalu tepat waktu dalam segala hal, bahkan ketika ada mata kuliah yang rentang waktunya cukup jauh antara mata kuliah satu dengan yang lainnya, Yusuf lebih memilih untuk menunggu mata kuliah tersebut di Kampus, berbeda dengan orang Indonesia yang mayoritas memilih pulang ke kosan dan kembali ke kampus pada saat mata kuliah lainnya dimulai.

Kebiasaan lainnya yang terjadi pada orang Indonesia yaitu pada saat bangun tidur, Yusuf mengatakan bahwa mayoritas orang Indonesia beragama Islam, mereka mempunyai kebiasaan bangun pagi-pagi sekitar jam 5 untuk melaksanakan shalat atau beribadah. Jika dibandingkan, hal ini berbeda sekali dengan orang Tiongkok yang dimana mereka bisa bangun kapan saja tanpa adanya peraturan yang mengharuskan mereka bangun pagi, hanya mungkin jika ada mata kuliah pagi sekitar jam 7, mereka terpaksa untuk bangun pagi.

Untuk adat istiadat sendiri budaya Indonesia dan budaya Tiongkok mempunyai perbedaan. Misalnya pada saat peringatan orang meninggal dalam budaya Tiongkok, mereka harus menggunakan pakaian putih selama tiga hari. Sedangkan ketika ada orang Indonesia yang meninggal, mereka tidak diwajibkan untuk menggunakan pakaian warna putih, melainkan ada adat istiadat tersendiri yang berbeda dengan budaya Tiongkok. Peristiwa atau kepercayaan yang dianut oleh kedua budaya ini merupakan komunikasi nonverbal, yang dimana terdapat makna dari setiap kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan. Yusuf juga mengatakan bahwa orang-orang Indonesia lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal saat berbicara seperti mimik wajah, gestur tubuh, gerakan bola mata (Okulesik), dll. Hal ini seringkali mempunyai makna tersembunyi dalam komunikasi nonverbal, banyak kepura-puraan yang dilakukan oleh orang Indonesia saat mereka berkomunikasi.

(13)

tidak menyukai perilaku seperti itu, tanpa adanya pertimbangan mereka dengan langsung memarahi orang Indonesia yang lalai atau berleha-leha saat bekerja. Budaya Indonesia jauh lebih High Context dibandingkan dengan budaya Tiongkok. Contoh lain seperti yang terjadi pada Gubernur DKI Jakarta yakni Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal sebagai orang yang kasar, orang yang seenaknya berbicara, tegas dan serius. Sementara orang Indonesia yang dikenal lebih lembut dan selalu menghargai orang lain, maka jika keduanya disatukan akan selalu mengalami konflik. Orang-orang Tiongkok jauh lebih profesional saat bekerja jika dibandingkan dengan orang Indonesia.

Menurut Yusuf, kalau di Indonesia mungkin orang-orang sudah terbiasa mengobrol dengan menghabiskan waktu yang cukup lama, ketika mereka bertemu dengan orang lain atau dengan orang baru sekalipun. Orang Indonesia selalu menyapa orang lain dimanapun, hal ini membuat orang Indonesia dianggap sebagai orang yang ramah. Jika dibandingkan dengan orang Tiongkok ketika mereka bertemu dengan orang lain, mereka lebih mencari sesuatu hal yang baru seperti mebaca buku, beraktivitas diluar dengan melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat, ketimbang mengobrol. Kebiasaan lainnya yaitu ketika makan, orang Indonesia tidak diperbolehkan untuk memakan makanan langsung dari tempatnya, karena berdasarkan kepercayaan orang Indonesia hal tersebut dianggap tidak baik dan tidak sopan. Sedangkan di Tiongkok hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dan mereka seringkali makan dengan porsi yang cukup besar.

(14)

bentuk penyesuaian diri mereka. Keturunan Cina yang tersebar di berbagai negara, mayoritas tidak dapat berbicara bahasa mandarin.

3.5 Kebiasaan mereka saat berkomunikasi

Kebiasaan yusuf saat berkomunikasi yang kami perhatikan adalah ia masih sering banyak jeda dalam berbicara karena masih belajar dalam penggunaan bahasa Indonesia, kemudia ia juga sering terlihat menggunakan gestur tangan ketika bicara. Ia juga menceritakan bahwa saat pertama kali tiba di Indonesia ia masih kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak begitu menegrti bahasanya tetapi seiring berjalannya waktu ia pun sudah biasa dengan keadaan tersebut. Yusuf juga termasuk orang yang cepat beradaptasi dengan kebiasaan berkomunikasi di Indonesia. Kemudian jika Indonesia kebiasaan berkomunikasi dengan orang baru cenderung langsung to the point, bicara langsung di tempatnya (mau itu di tempat ramai atau tidak), maka di tiongkong tidak demikian, orang tiongkok menggunakan cara yang lebih halus ketika ingin mulai berkomunikasi dengan orang baru yakni mencari tempat khusus untuk bicara, tujuannya agar membicaraan mereka lebih fokus dan tidak terganggu oleh berbagai gangguan (noise). Kebiasaan berkomunikasi masyarakat tiongkok menurut yusuf, mereka umumnya termasuk ke dalam low context communication karena tidak banyak bicara basa-basi. Tetapi hal itu juga tergantung apabila hubungannya sudah akrab ia cenderung menggunakan low context, sebaliknya jika berbicara dengan orang asing akan cenderung high context.

3.6 Usaha-usaha yang dilakukan dalam penyesuaian antar budaya

(15)

berusaha untuk lebih mendalami bahasa Indonesia, serta memahami kebiasaan yang di lakukan oleh orang Indonesia.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

(16)

yang realatif cukup cepat dalam waktu enam bulan narasumber sudah dapat melakukan penyesuaian budaya dengan baik.

4.2 Saran

Sebaiknya kita tetap menjalin hubungan dengan orang lain terutama orang yang berbeda budaya dengan memulai berkomunikasi sekaligus menggali dan bertukar informasi mengenai setaip budaya yang dianutnya. Demikianlah laporan hasil kegiatan wawancara ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Semoga laporan hasil wawancara ini dapat menjadi acuan, pertimbangan , serta motivasi dan koreksi bagi kegiataan wawancara selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tionghoa.info/gongshou-cara-penghormatan-tradisional-ala-tionghoa/#more-6009

(17)
(18)

Gambar

Gambar : Cara memberikan salam ala gongshou
Gambar  1: Gaya gongshou bangsawan atau pejabat istana kerajaan

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.

dfLAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.