Comprehensive Strategy
Comprehensive Strategy
Strategi reformasi secara
komprehensif menurut Hahn Been Lee merupakan instrumen yang dipilih oleh agen manajerial pusat untuk
mengontrol satu atau lebih proses administrasi yang pervasif seperti SDM, budgeting, organisasi, dan
Karakteristik Comprehensive
Strategy
• Proyek reformasi harusnya dapat
diaplikasikan dalam sekali waktu oleh pemerintah
• Harus memiliki kekuatan dengan
adanya dukungan dari pimpinan politik, juga legislatif dan partai politik
• Kesulitan agen reformasi: sulitnya dukungan dari birokrasi karena
• Dukungan politik yang kuat merupakan faktor
penting dalam reformasi, tetapi seperti yang telah disebutkan di atas reformasi adminitrasi harus memperoleh dukungan dari birokrasi.
• Proyek reformasi harus punya “functional
linkages” dengan fungsi administrasi yang lain pada waktu yang sama. Namun,
realitanya birokrasi yang ada penuh dengan penolakan untuk melakukan inovasi.
• Reformasi membutuhkan komitmen dan
• Reformasi membutuhkan waktu untuk
mengusahakan birokrasi yang
tersegmentasi, waktu untuk mendapatkan ide yang baru atau proses yang
menghubungkan atau memediasi dengan fungsi kontemporer yang lain.
• Reformasi harus dilanjutkan secara
• Reformasi komprehensif dianggap sebuah pencapaian segera setelah diumumkan melalui pengumuman yang resmi dari sebuah aksi
pelayanan sipil yang baru atau
sebuah rencana reorganisasi, tapi ini merupakan kekeliruan yang
Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi
• Nasional (Makro: Regulasi nasional, Meso: Penerjemahan Kebijakan)
• Kementerian/Lembaga/Pemda
Personal Reformasi Birokrasi:
• Nasional
- Pada tingkat makro : Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional, Tim
Reformasi Birokrasi Nasional.
- Pada tingkat meso: Unit pengelola reformasi birokrasi nasional, tim
independen, tim quality assurance
• Instansional (K/L/Pemda)
Analisis Grand Design Reformasi
Birokrasi dan Comprehensive Strategy Hahn Been Lee
• Area-area perubahan telah mencakup bidang tata
laksana, organisasi, peraturan perundang-undangan, SDM Aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan budaya kerja aparatur (culture set dan mind set)
• Metode pelaksanaan reformasi birokrasi melalui beberapa tahapan yaitu preemtif, persuasive, preventif dan
tindakan atau sanksi.
• Program yang digunakan dalam metode pelaksanaan
reformasi birokrasi dilakukan dengan dua cara yaitu
• Realitanya reformasi birokrasi di
Indonesia kurang memperoleh dukungan secara politik.
• Sebagai contoh, tidak adanya Peraturan
• Reformasi birokrasi saat ini lebih
mengarah kepada tingkatan mikro. Hal ini terlihat dengan dibentuknya tim reformasi birokrasi yang
berperan sebagai penggerak dan pelaksana reformasi pada
masing-masing instansi. Hasil dari tingkatan mikro ini secara hirarkis akan
berkontribusi pada pencapaian
• Strategi komprehensif berkaitan dengan
penjelasan mengenai pihak yang menentukan keberhasilan RB
• Yang menentukan keberhasilan RB:
– Tidak hanya KPRBN dan jajarannya (TBRN, TI, TQA,
dan UPRBN) namun kementerian/lembaga dan pemda
– KPRBN dan jajarannya ada untuk meningkatkan
efektifitas pelaksanaan RB melalui ->
kebijakan/pedoman dan kegiatan fasilitasi
Yang menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan RB adalah kembali kepada komitmen serta upaya
The Strategy of Administrative
Reform
Incremental Strategy
= Pendekatan Mikro & fokus ke proses Kelebihan : 1. Gradual & Experimantal 2. Less outside
interference
Kaitan dengan grand design reformasi RB dilakukan di tingkat mikro, yaitu
tingkat instansi dgn membentuk tim RB.
Hasil dari tingkatan mikro ini secara hirarkis mempengaruhi capaian &