• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN orang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN orang "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MANAJEMEN

AGRIBISNIS

“KAPASITAS PRODUKSI, UPAH DAN DAERAH PEMASARAN

PR.SUKUN”

Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus Jawa Tengah

OLEH

Dosen Pembimbing : Ir.Redy Badrudin,M.M.

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU 2015

BAB I

1. M. Saputra Yasmi E1D013183

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu mata pencaharian maupun sebagai salah satu penopang pembangunan. Menurut Yulianik(2006) sektor pertanian merupakan penopang perekonomian Indonesia karena pertanian memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Sektor Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat salah satunya sebagai mata pencaharian.

Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan pada subsektor perkebunan, karena memiliki daya tarik yang tinggi untuk diekspor ke negara maju (Soediono, 1989). Komoditas yang termasuk komoditas sub sekor perkebunan meliputi kelapa sawit, kelapa, karet, kopi , teh dan Tembakau.

(3)

Pada wa-ktu itu semua kegiatan perusahaan terpusat dikudus, meliputi bidang produksi, keuangan ,personalian dan pemasaran. Daerah pemasarannya masih sangat terbatas, khusus untuk memenuhi permintaan di Jawa Tengah.Kudus dikenal sebagai Kota Kretek. Tentu saja selain dengan jenangnya di kabupaten ini tercatat ada lebih dari 100 pabrik rokok memproduksi berbagai jenis rokok, mulai dari rokok klobot, kretek tangan, rokok mesin (filter), hingga cerutu. Beragam pabrik besar, kecil, hingga industri rumahan tersebar di berbagai penjuru kota. Wilayah Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten terkecil di Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 425.16 km2 / 42.516 ha. Secara administratif Kabupaten Kudus terdiri dari 9 kecamatan, 125 desa dan 7 kelurahan. Perekonomian Kabupaten Kudus didukung oleh berbagai sektor dengan sektor andalan bidang industri terutama industri rokok yang memberikan kontribusi terbesar, sehingga Kota Kudus disebut sebagai Kota Kretek (Kabupaten Kudus dalam Angka 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka yang akan dibahas dalam laporan ini adalah : 1. Berapa Jumlah Produksi PR SUKUN?

2. Daerah mana saja yang menjadi tempat pemasaran PR SUKUN?

1.3 Tujuan

Berangkat dari rumusan masalah di atas, praktikum ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui jumlah produksi rokok PR SUKUN

2. Untuk mengetahui wilaya-wilayah pemasaran rokok PR SUKUN

BAB II

KERANGKA TEORITIS

(4)

Divisio : Magnoliophyta

Tanaman tembakau memiliki persyaratan untuk kondisi iklim, hal ini tujukan agar tanaman tembakau dapat berproduktivitas secara baik dan maksimal.Iklim yang sesuai untuk tanaman tembakau adalah :

a) Tanaman tembakau tidak menghendaki terhadap keadaan iklim kering dan iklim yang sangat basah, tetapi hal ini tergantung dari varietas tanaman tembakau, karena setiap tanaman tembakau memiliki kesesuaian iklim yang berbeda.

b) Angin kencang juga tidak diharapkan dalam budidaya tanaman tembakau, karena angin yang kencang dapat merusak tanaman tembakau (tanaman roboh). Tetapi apabila menggunakan teknik budidaya tembakau dibawah naungan akan memperkecil rusaknya tenaman tembakau. Selain itu juga angin yang kencang akan berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah tang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen yang ada didalam tanah. Angin yang kencang juga dapat merusak gudang penyimpanan daun tembakau yang sudah dipanen.

c) Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1500–3500 mm/tahun.

d) Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya.

e) Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21–32,3 derajat C (Tegar, 2010).

(5)

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan terseut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (waulaupun pada kenyatannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi atau dilaksanakan).

Manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, untuk mengelola secara optimal faktor-faktor produksi atau sumber daya manusia, mesin dan bahan baku yang tersedia (universitas Sumatra Utara,2008).

Dalam proses produksi, perusahaan mengeluarkan biaya produksi seperti seperti bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan biaya-biaya pabrikasi untuk menghasilkan produk utama(main product), dimana produk utama merupakan tujuan utama dari hasil produksi, tetapi dalam proses produksi tersebut tidak dapat terhindarkan bahwa ada sisa, limbah atau sampah dari produk utama yang digunakan, yang biasanya disebut produk sampingan (by product) (Setiawan dan Hastoni,2011).

Bahan baku adalah bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara ekspilisit dalam perhitungan biaya produk. Bahan penolong adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk terteentu. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi (Widileestariningtyas,Oni dkk, 2012).

BAB III PEMBAHASAN

(6)

Lokasi perusahaan sejak berdirinya hingga sekarang bertempat di Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Melihat berdirinya PR Sukun, maka kita tidak akan lepas dari bapak Mc. Wartono. Beliau adalah pendiri dan mengembangkannya sampai menjadi besar.

3.1.1 Pendirian Perusahaan

PR Sukun dirintis oleh Mochammad Wartono (Mc Wartono) pada 17 Agustus 1947 di Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Bermula dari perkembangan bisnis rokok kretek yang cukup pesat pascakemerdekaan, khususnya di Pulau Jawa, Mc Wartono kemudian mulai membuka industri rumah tangga rokok kretek. Selain melihat potensi pasar yang cukup bagus, Mc Wartono tergerak hatinya untuk membantu meningkatkan taraf hidup warga desa yang saat itu masih memprihatinkan dengan cara membuka lapangan kerja.

Usaha ini pada mulanya hanya mempekerjakan beberapa orang saja. Produk yang dihasilkan pertama kali adalah jenis rokok klobot dengan sebutan “Siyem”. Pada perkembangannya, usaha rumahan ini terus berkembang hingga mampu menampung tenaga kerja lebih banyak. Mulai tahun 1950, Mc. Wartono mengeluarkan merk rokok “Sukun”. Merk baru ini ternyata mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi, hingga akhirnya nama “Sukun” digunakan sebagai nama perusahaan.

Ketekunan dalam membina usahanya yang berorientasi terhadap pemenuhan kepuasan konsumen, kearifan dalam membina tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitasnya, serta pandangan jauh ke depan terhadap situasi ekonomi nasional, semua ini membuat usahanya semakin berkembang. Tenaga kerjanya sampai dengan sekarang sudah menjadi ribuan karyawan, bermacam-macam jenis rokok untuk berbagai tingkat harga dengan merk “Sukun” dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar (hampir di seluruh pantai utara Pulau Jawa).

(7)

3.1.2 Perkembangan PR Sukun

Hasil produksi pertama yang dihasilkan pada tahun 1947 adalah jenis rokok kretek klobot. Pada saat tersebut memang belum berkembang rokok dengan bungkus papir / kertas sigaret. Jumlah produksi yang dihasilkan pertama kali berkisar 10.000 batang/hari. Sampai saat ini hasil produksi PR. Sukun dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni rokok klobot, sigaret kretek tangan dan sigaret kretek mesin.

Rokok Klobot adalah rokok yang bahan pembungkusnya berasal dari klobot (kulit jagung) yang pengerjaanya dilinting satu persatu dengan tangan, maka istilah untuk pembuatanya adalah karyawan “Tukang linting”.

Sigaret Kretek Tangan (SKT) Adalah rokok yang bahan pembungkusnya berasal dari kertas papir. Cara pengerjaannya setiap rokok digiling satu persatu dengan satu alat giling dari bahan kayu maka istilah untuk pembuatannya adalah “karyawan tukang giling”, sedangkan pembantu karyawan giling supaya rapi biasanya disebut “karyawan batil”.

Sigaret Kretek Mesin (SKM) yaitu rokok yang pengerjaan pembuatan menjadi batang-batangan rokok dilakukan dengan mesin (mekanisasi) dan biasanya diberi filter pada setiap ujungnya.

3.1.3 Kapasitas Produksi

Jumlah kapasitas produksi rata-rata PR Sukun setiap hari yaitu : 1. Klobot : ± 150.000 batang/hari

2. SKT : ± 5.000.000 batang/hari 3. SKM : ± 6.000.000 batang/hari

Selanjutnya untuk jumlah karyawan di lingkungan PR Sukun ± 7.000 orang dimana 90% dari jumlah tersebut adalah wanita. Selanjutnya dari jumlah tersebut dapat dibagi meliputi karyawan borong, karyawan harian dan karyawan bulanan.

3.1.4 Upah Tenaga Kerja

(8)

 Bahwa tenaga kerja wanita pada umumnya lebih tekun dibandingkan dengan tenaga kerja

pria

 Tenaga kerja wanita lebih rapi dalam melinting rokok, hal tersebut sangat diperlukan

karena untuk industri rokok kretek masalah kehalusan pelintingan memegang peranan yang sangat penting

 Tenaga kerja wanita lebih mudah untuk diatur dibandingkan dengan tenaga kerja pria

Yang dimaksud dengan tenaga kerja batil adalah tenaga kerja yang mempunyai tugas untuk meratakan ujung rokok. Jadi begitu rokok sudah selesai dilinting oleh bagian pelintingan maka diujung rokok masih banyak tembakau yang keluar dari ujungnya maka disini tugas bagian batil untuk meratakan dengan jalan memotong kedua ujung rokok yang tembakaunya keluar. Begitu rokok sigaret selesai diratakan di bagian batil maka sebelum diserahkan ke bagian pengepakan, rokok tersebut harus melewati bagian sortir yang akan mengontrol apakah rokok sudah memenuhi syarat untuk dipasarkan. Setelah selesai di sortir lalu selanjutnya diserahkan ke bagian untuk dimasukkan ke dalam slop, pres dan bal untuk dipasarkan ke masyarakat.

Tingkatan upah yang diberikan oleh PR Sukun dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :  Jabatan/level dari tenaga kerja

Semakin tinggi jabatan seorang tenaga kerja otomatis akan semakin besar upah yang akan diterimanya.

 Masa kerja/lama kerja seorang tenaga kerja di perusahaan

 Kekomplekkan dari pekerjaan

 Semakin luas pekerjaan dari seorang tenaga kerja, akan semakin besar upah yang akan

diterimanya karena bagaimanapun juga tanggung jawab mereka jelas lebih besar daripada tenaga kerja lainnya.

Resiko dari pekerjaan

 Penilaian prestasi tenaga kerja selama bekerja di Perusahaan Rokok Sukun

(9)

1.Karyawan borongan, gaji diberikan sesuai dengan kapasitas pekerjaan yang telah dikerjakan dan dibayarkan dalam setiap hari kerjanya. Sebagian besar dari mereka bertugas melinting dan mengepak rokok.

2.Karyawan harian, gaji diperhitungkan setiap hari dan diberikan setiap minggu, yang terdiri dari upah rokok ditambah dengan premi. Premi dihitung berdasarkan penilaian 3K yaitu Kerajinan (Kehadiran), Keterampilan (Prestasi) dan Keahlian (fabatan). Karyawan harian mempunyai kegiatan antara lain sebagai petugas gudang tembakau dan cengkeh, tenaga sortir lintingan, reparasi gilingan, pembantu kantor dan tenaga kebersihan. PR Sukun juga tercatat sebagai anggota PPRK (Persatuan Pengusaha Rokok Kudus) yang bertujuan untuk menjalin kerja sama yang balk antara berbagai perusahaan rokok kretek dilingkungan kota Kudus dan sekitarnya. Penetapan standar upah bagi pekerja borongan dan harian diatur melalui PPRK. Bagi karyawan harian dan borongan disediakan fasilitas kesehatan berupa poliklinik dan layanan KB disetiap lokasi kerja. Perusahaan juga akan menanggung biaya opname karyawan atau biaya perawatan medis secara khusus apabila diperlukan.

3.Karyawan bulanan, gaji diterima setiap bulan. Pembagian gaji ini didasarkan pada komponen yang berlaku yaitu seperti tunjangan jabatan, pendidikan, tunjangan keahlian, tunjangan jabatan, lembur, kemampuan dan usaha karyawan serta kebijaksanaan pimpinan.

Seluruh karyawan/karyawati PR Sukun ikut program Jamsostek dan juga mendapat tunjangan berupa : tunjangan kesehatan dan tunjangan hari tua.

Perusahaan melakukan berbagai training bagi karyawannya untuk mengimbangi gerak maju perusahaan, baik yang diadakan di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Guna memenuhi persyaratan tertentu dalam rangka meningkatkan kualitas pekerjaan dan kesejahteraan serta tanggung jawab sosial terhadap karyawan, perusahaan memberikan upah yang memadai. Selain ituperusahaan juga menyediakan kebugaran jasmani, klinik kesehatan yang tersedia bagi seluruh karyawan, koperasi karyawan, tunjangan dan jaminan sosial juga diberikan untuk lebih memberikan motivasi dan ketenangan bekerja bagi karyawan.

a.Jumlah Tenaga Kerja

(10)

 600 Tenaga kerja rokok klobot

 2.100 tenaga kerja sigaret kretek tangan

 1.200 tenaga kerja batil

 1.600 tenaga kerja pembungkusan

 1.100 tenaga kerja harian

 400 tenaga kerja bulanan

90% tenaga kerja adalah wanita, karena wanita lebih memenuhi syarat untuk pembuatan rokok yang memerlukan kesabaran dan ketelitian.

b.Jam kerja

Jam kerja karyawan anatar pukul 07.00 – 15.00 WIB. Waktu istirahat 90 menit pada pukul 12.00 -13.30 WIB. Hari kerja karyawan sabtu –kamis. Penentuan hari libur selain hari besar rabo kliwon dan kamis pon, karena bertepatan dengan wafatnya Bapak dan Ibu Mc Wartono.

c.Gaji dan Cuti

Karena perusahaan rokok adalah labor intensif, maka upah buruh langsung merupakan unsur yang penting dalam pembentukan haraga pokok. Upah buruh langsung (borongan) terdiri dari :

 Upah sortir

 Upah mengupas rokok rusak

 Upah Rajang cengkih

 Upah tukang kebersihan

 Upah karywan baru masuk

 Upah sopir dan kernet

 Upah harian untuk karywan pembuat rokok sigaret kretek tangan sebesar Rp1.550,00 per

1.000 batang, sedangkan untuk rokok klobot sebesar Rp 1.700,00 per 1000 batng. Upah bulanan diberikan kepada pegawai kantor.

Tariff tersebut diatur dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) yang merupakan hasil musyawarah wakil perusahaan dengan buruh.

(11)

Perusahaan Rokok “Sukun “ memberi jaminan social bagi karyawan , Yaitu :

Tambahan Upah 50% Apabila ada karyawan yang mampu menyelesaikan lebih dari 3.000 batang sigaret tangan perharinya.

Pemasaran PR Sukun

Sampai awal tahun 2003 jumlah macam rokok yang dipasarkan terdiri dari :

Sigaret Kretek Tangan

Sukun Kelobit Manis dan Tawar 6

Terdapat beberapa daerah yang menjadi daerah pemasaran rokok hasil produksi PR. Sukun. Daerah itu meliputi :

1. Jawa Tengah dan DIY. Produk-produk PR Sukun di wilayah Jateng terkonsentrasi di wilayah pantura, mulai Brebes sampai Rembang. Sukun juga hadir di Solo raya dan Purwokerto. Di Jogja, produk-produk Sukun hadir di seluruh wilayah, mulai dari Kota Jogja, Sleman, Bantul, Gunung Kidul, hingga Kulonprogo.

(12)

3. Jawa Timur. Wilayah pantura masih menjadi basis peredaran rokok Sukun di Jawa Timur, mulai dari Tuban hingga ke Sidoarjo.

4. Luar Jawa. Sumatra Utara, Riau, Jambi, Lampung, KalimantanTimur, Kalimantan barat, Ujung Pandang, Bali, Lombok

Saluran distribusi yang digunakan perusahaan dalam menyalurkan hasil produksi PR. Sukun kepada konsumen adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen 2. Perusahaan – perwakilan – pedagang besar – pengecer – konsumen 3. Perusahaan – pengecer – konsumen

(13)

1. Jumlah kapasitas produksi rata-rata PR Sukun setiap hari yaitu :

 Klobot : ± 150.000 batang/hari

 SKT: ± 5.000.000 batang/hari

 SKM : ± 6.000.000 batang/hari

2. Upah tenaga kerja di PR sukun bergantung pada jabatan dan level dari tenaga kerja semakin tinggi jabatan seorang tenaga kerja upah yang diterimanya akan semakin besar, di PR SUKUN pembagian upah digolongkan menjadi tiga yaitu

 Karyawan Borongan, gaji yang didapat sesuai dengan kapasitas perkerjaan yang telah

dikerjakan dan dibayar dalam setiap harinya.

 Karyawan harian, gaji diperhitungkan setiap hari dan diberikan setiap minggu, yang

teridir dari upah rokok ditambah dengan premi.

 Karyawan bulanan, gaji diterima setiap bulan. Pembagian gaji ini didasarkan pada

komponen yang berlaku yaitu seperti tunjangan jabatan, pendidikan, tunjangan keahlian, tunjangan jabatan, lembur, kemampuan dan usaha karyawan serta kebijaksanaan pimpinan.

Upah harian untuk karyawan pembuat rokok sigaret kretek tangan sebesar Rp 1.550,00 per 1000 batang, sedangkan untuk rokok klobot sebesar Rp 1.700,00 per 1000 batang. Upah bulanan diberikan kepada pegawai kantor.

Tarif tersebut telah diatur dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) yang merupakan hasil musyawarah wakil perusaahan dengan buruh.

(14)

Chairani, H. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid III. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan : Jakarta.

Setiawan dan Hastoni.2008. Analisa produk sampingan dalam menentukan tingkat pendapatan. Jurnal kesatuan. No 1:volume 10

Tegar, A. 2010. Teknik Budidaya Tembakau. Atikel Budidaya Tanaman, Ikan dan Jamur.

Universitas Sumatera Utara.2011. Manajemen Produksi.diakses melalui repository.usu.ac.id (28 November 2015)

Wartono, Mc. 2013. Perkembangan Perusahaan.

http://prsukunmcwarono.blogspot.co.id/2013/05/pr-sukun-mc-wartono.html

Widilestariningtyas,Ony.,Sri Dewi Anggadini.,Dony Waluya Firdaus. 2012. Akuntansi Biaya.Graha Ilmu.Yogyakarta.

www. Teknik Budidaya Tembakau.com. diakses tanggal 28 November 2015.

Yulianik, Siswi. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi. Skripsi: Universitas Diponegoro

(15)
(16)

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat lebih menerima, ka rena menjadi pelaku pariwisata, dalam hal jasa transportasi (ojek), pemandu wisata, penginapan, dan jasa kuliner. Di dalam suatu

home,the visitor requires certain things -a place to stay, something to eat and drink" (Robert Christie Mill,1990). Fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan

Energi Energi dapat dapat dari dari suatu suatu benyuk ke benyuk ke bentuk lain, bentuk lain, misalnya pada kompor dapur, energi yang dilakukan atau disimpan didalam minyak

Karena aspek tersebut menyangkut bagaimana cara kegiatan produksi akan dilaksanakan B?. Karena aspek tersebut menyangkut berapa banyak dukungan modal yang harus

Dengan menggunakan CFD, kita dapat mensimulasikan aliran batu bara pada saat melewati V Flow, sehingga kita dapat mengetahui bentuk konstruksi yang paling optimal

Kata berantonim dalam paragraf tersebut adalah kata

Judul Penelitian : Pengaruh Perbedaan Lama Pemberian Diet Kolesterol Terhadap Perlemakan Hati ( Fatty Liver ) Pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus )1. Menyatakan

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Muhammad Abdan Aziz, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PERBEDAAN MATCHING ANTARA PENDAPATAN DAN BEBAN SEBELUM DAN