• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Dan VIKTIMOLOGI Hukum 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Dan VIKTIMOLOGI Hukum 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KDRT

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Viktimologi

Dosen Pengampu:

Dr.Sri Endah Wahyuningsih,SH,M.Hum

Disusun Oleh:

Erin Niswa (30301207808)

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

(3)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas,permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 2. Bentuk bentuk kekerasan dalam rumah tangga

3. Faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga 4. Dampak tindak kekerasan terhadap perempuan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.Menurut pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga,Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,seksual,psikologis,dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,pemaksaan,atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 23 tahun 2004 menjelaskan lingkup rumah tangga terdiri atas:

a. .Suami,istri dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri)

b. Orang orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan Suami,Istri dan Anak karena hubungan darah,perkawinan,persusuan,pengasuhan dan perwalian.

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut

Kemudian pasal 2 ayat 2 menjelaskan orang yang bekerja sebagaimana dimaksud huruf c dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.

Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri sebenarnya merupakan unsur yang berat dalam tindak pidana,dasar hukumnya adalah pasal 356 KUHP yang secara garis besar isi pasal yang berbunyi:

(5)

2.2 BENTUK BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Menurut UU No.23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam:

a. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,jatuh sakit atau luka berat.perilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar,memukul,meludahi,menarik rambut (menjambak) menendang,menyulut dengan rokok,memukul/melukai dengan denjata dan sebagainya.

b.Kekerasan psikologis/emosional

Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibat ketakutan,hilanhnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk bertindak,rasa tidak berdaya dan/ atau penderitaan psikis berat pada seseorang.Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan,komentar komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri,mengisolir istri dari dunia luar,mengancam atau menakut nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.

c.Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi menjauhkan isri dari kebutuhan batinnya,memaksa melakukan huibungan seksual,memaksa selera seksual sendiri,tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.

d.Kekerasan ekonomi

(6)

2.3 FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA TINDAK KEKERASAN

2.Diskriminasi dan pembatasan di bidang ekonomi

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami,dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan.

3.Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak.Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak,maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

4.Wanita sebagai anak anak

Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki laki menurut hukum,mengakibatkan keleluasan laki laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita.Laki laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib.

5.Orientasi peradilan pidana pada laki laki

(7)

Menurut Abdulsyani (1987) menyebutkan faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan lebih difokuskan pada faktor internal dan eksternal.Faktor internal berupa:adanya gangguan jiwa yang dialami pelaku,kondisi emosional pelaku yang labil atau watak pelaku yang tempramental,pelaku sebagai penyandang retardasi mental atau pelaku berada dalam kondisi anomi atau kebingungan.Sedangkan yang menjadi penyebab tindak kekerasan ditinjau dari faktor eksternal mencakup atas: faktor ekonomi(kemiskinan,pengangguran,dan pengaruh urbanisasi),faktor agama(kurangnya pengetahuan,pemahaman,dan pengalaman ajaran agamanya), faktor bacaan dan tontonan atau film yang menampilkan pornografi dan kekerasan atau sadisme.Selain faktor faktor tersebut ada pula hal penting yang dapat menimbulkan tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga yaitu aspek aspek hukum,berupa substansi hukum (content of law),aparat penegak hukum(structure of law),maupun budaya hukum dalam masyarakat (culture of law) ternyata tidak memihak terhadap kepentingan perempuan,terutama dalam masalah kekerasan.KUHP yang menjadi acuan pengambilan keputusan hukum dirasakan sudah tidak memadai lagi untuk mencover berbagai realitas kekerasan yang terjadi di masyarakat.Nilai nilai budaya yang membenarkan posisi subordinat perempuan malah dikukuhkan dalam berbagai perundang undangan,misalnya dalam UU Perkawinan tahun 1974 yang membedakan dengan tegas peran dan kedudukan antara suami dan istri.Pasal 31 ayat 3 UU:”Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga”.Pasal 34 ayat 1 dan 2 ditetapkan:”Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya”dan”Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik baiknya”.Terlihat secara jelas bahwa undang undang tersebut menempatkan istri secara ekonomi menjadi sangat tergantung kepada suami.

2.4 DAMPAK TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Dampak tindak kekerasan baik dalam lingkup rumah tangga maupun lingkup lainnya dapat ditinjau dari berbagai perspektif sebagai berikut:

a.Tinjauan Psikologis,dampak yang terjadi pada korban dapat berupa: 1) Terisolasi

2) Memiliki perasaan tidak berdaya 3) Selalu menyalahkan diri sendiri 4) Memiliki harga diri rendah

(8)

b.Tinjauan Medis

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,dampak kekerasan pada korban akan berakibat antara lain:

1) Aspek fisik korban;

a) Kematian,akibat kekerasan fisik,pembunuhan dan bunuh diri b) Trauma fisik berat,yaitu memar,patah tulang,hingga cacat c) Trauma fisik kehamilan yang beresiko pada ibu dan janin

(abortus,infeksi,anemia,dan sebagainya)

d) Luka pada anak sebagai korban dalam kejadian kekerasan

e) Kehamilan yang tidak diinginkan,akibat perkosaan dan kelahiran premature f) Meningkatnya risiko terhadap kesakitan seperti gangguan haid,infeksi saluran

kencing,dan gangguan pencernaan 2) Aspek psikis korban

a) Gangguan mental, seperti depresi, stres, ketakutan, rendah diri, kelelahan kronis, putus asa, sulit tidur, mimpi buruk, disfungsi seksual, gangguan makanan,kecanduan alkohol,mengisolasi dan menarik diri dari lingkungan; b) Pengaruh psikologis yang dialami oleh anak akibat sering melihat tindak

kekerasan yang dialami ibunya.

c.Tinjauan Waktu

Secara umum kasus kekerasan terhadap perempuan (penganiayaan dan pelecehan seksual), korban akan mengalami dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang,yaitu:

1. Dampak Jangka Pendek

Biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelah kejadian.Pada umumnya berupa cedera fisik seperti luka.Dari segi psikologis biasanya korban merasa sangat marah,jengkel,merasa bersalah,malu dan terhina.Gangguan emosi ini biasanya menyebabkan kesulitan tidur dan kehilangan nafsu makan.

2. Dampak Jangka Panjang

(9)

biasanya ditandai dengan gejala gejala yang khas seperti mimpi buruk atau ingatan ingatan kejadian yang muncul secara tiba tiba yang berkepanjangan.

2.5 HAK KORBAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Setelah disahkannya UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ,yang menjadi hak hak korban terdapat dalam pasal 10:

1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial,atau pihak lain baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.Jaminan perlindungan sangat penting untuk memastikan bahwa bahwa korban tersebut diperlakukan dengan simpatik dan hati hati oleh penegak hukum,keselamatn dirinya dijamin sehingga kesaksian yang diberikan dipastikan akan diperoleh untuk menghukum pelaku.

2. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.Hak untuk mendapat pemulihan medis yaitu penyembuhan luka fisik yang diderita korban dengan memberikan rujukan ke rumah sakit yang menyediakan pelayanan terpadu bagi korban KDRT psikis, hukum dan sosial terutama untuk mengembalikan kepercayaan dirinya serta untuk dapat menjalani prosedur hukum setelah mendapat informasi mengenai prosedur yang akan dijalani dalam proses peradilan pidana.

3. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban.Hak korban untuk memperoleh ganti kerugian atas kerugian yang di deritanya baik dari pemerintah sebagai organisasi yang berkewajiban memberi perlindungan pada dirinya,maupun dari pelaku kejahatan yang telah menyebabakan kerugian yang luar biasa pada korban.Ketentuan yang memungkinkan korban mendapat ganti kerugian sangatlah kurang,terutama karena ganti kerugian yang diperkenankan adalah yang berkenaan dengan penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan,seperti dalam kasus KDRT karena kerugian yang dialami sulit diukur dengan materi.

4. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.Hak korban untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus dan keputusan hakim. 5. Pelayanan bimbingan rohani.Bimbingan rohani dilakukan oleh pembimbing rohani

dengan cara memberikan penjelasan mengenai hak hak dan kewajibannya,serta penguatan iman dan takwa sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya

(10)

2.6 CARA PENANGGULANGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga diperlukan cara cara penanggulangan sebagai berikut:

a. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang teguh pada agamanya sehingga kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.

b. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga,karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibi,bapak,saudara dan orang lain sehingga antara anggota keluarga saling menghargai setiap pendapat yang ada c. Harus ada komunikasi yang baik antara suami dan istri agar tercipta sebuah rumah

tangga yang rukun dan harmonis

(11)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan permasalahan yang sering terjadi didalam rumah tangga.Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan secara dini pendidikan agama dan pengalaman agama dirumah tangga merupakan kunci sukses untuk mencegah terjadinya KDRT.Untuk mencegah KDRTdirumah tangga harus dikembangkan cinta kasih dan kasih sayang sejak dini.Ibu bisa berperan besar dalam hal mengajarkan kepada anak anak dirumah untuk saling mencintai dan saling menyayangi.Oleh karena pelaku utama KDRT pada umumnya adalah suami,maka peranan para pemuka agama, pendidik, sosiolog, dan cendekiawan harus berada digarda terdepan untuk terus menyuarakan pentingnya rumah tangga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk dibangun secara baik dan jauh dari KDRT.Betapapun keadaan sebuah rumah,harus menjadi tempat yang memberi kehangatan, ketenangan, kedamaian, perlindungan dan kebahagiaan kepada seluruh anggota keluarga

3.2 SARAN

a. Didalam UU No.23 tahun 2004 perlu diimplementasikan secara tegas terutama mengenai ikhwal kewajiban bagi aparat penegak hukum,tenaga

kesehatan,pekerja sosial,relawan pendamping atau pembimbing rohani untuk melindungi korban agar mereka lebih sensitif dan responsif terhadap

kepentingan rumah tangga yang sejak awal diarahkan pada keutuhan dan kerukunan rumah tangga sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa segala tindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan kejahatan terhadap martabat manusia.

b. Untuk menurunkan kasus kasus kekerasan dalam rumah tangga maka

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Makarao,Muhammad Taufik dkk.2013.Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Jakarta:Rineka Cipta.

http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/hukum-pidana/174-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kajian-dari-perspektif-yuridis-kriminologis

Referensi

Dokumen terkait

Menjelaskan tentang siklus dan tahapan tiap siklus serta Indikator keberhasilan tindakan yang akan dicapai. 1) Perencanaan: merupakan kegiatan merancang secara rinci

Dari hasil field test yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa soal penalaran matematika model TIMSS konten Geometri dan Pengukuran yang dikembangkan

1.Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi tentang system 1.Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan organisasi tentang system dan mekanisme pelaksanaan program

Bermain kelompok adalah sebagai tingkah laku karena memberikan motivasi intrinsik yang dipilih secara bebas, berorientasi pada proses dan disenangi untuk melatih

yang dimilki perusahaan lebih besar dari pada hutang lancarnya. 301) “Current Rasio adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi

Secara random, 33 ekor mencit dibagi 3 kelompok yaitu 11 ekor mencit kelompok kontrol, 11 ekor mencit kelompok perlakuan 1 yang diberi paparan asap rokok dan injeksi aquades 0,2 ml,

Eva Aprillia “motivasi yang biasa diberikan oleh kiai setiap khotmil Qur’an, setiap selesai setoran, setiap peringatan hari besar”110 K.H Muhammad Chusaini “ sarana prasarana di

Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran dan komunukasi, selainitu dapat dilihat dari perilaku konsumen dalam