8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini penulis akan membahas tentang kajian teori yang membahas tentang hakikat IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), pembelajaran IPS di SD, model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Make-a Match, langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Make-a Match, media pembelajaran, hasil belajar, selanjutnya akan membahas hubungan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Make-a Match berbantuan media Komik Interaktif dan hasil belajar, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan, yang akan diuraikan berikut ini.
2.1Kajian Teori
2.1.1 IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) 2.1.1.1 Hakikat IPS
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) secara terminologi diambil dari istilah Social Studies yang telah berkembang di Amerika Serikat dan Inggris, IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan disederhanakan untuk pengajaran disekolah. Ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai pengertian dari IPS antara lain adalah Edgar B.Wisley dalam (Nurhadi, 2003:28) The Social studies are the social sciences simplified for pendagogical purpose in school, the
social studies consist of geography, history, economics, sociology, civic and
various combination, dapat didefinisikan bahwa IPS merupakan ilmu sosial untuk tujuan meningkatkan pendagogik disekolah yang ilmunya terdiri dari geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan Pendidikan IPS tidak hanya mementingkan aspek kognitif, tetapi juga afeksi, dan juga psikomotor.
berbagai ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan. Dalam pembelajaran geografi pendidik memberikan wawasan yang berkenaan dengan lingkungan alam, peristiwa dan wilayah suatu daerah, sedangkan sejarah pendidik memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa yang terjadi dari berbagai periode, antropologi meliputi studi yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku manusia seperti konsep peran kelompok, proses interaksi dan kontrol sosial.
Menurut Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sedangkan Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
Sedangkan menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan dunia.
cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial yang saling berkaitan satu sama lain yang diperlukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2 Pembelajaran IPS di SD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran tersebut maka perlu dikembangakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD memuat 8 mata pelajaran ditambah muatan lokal, yang diantaranya terdapat mata pelajaran IPS.
Pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963:63) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami, Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa tujuan IPS adalah :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu:
a. Memberikan kepada Siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian / berperan serta dalam bermasyarakat.
demikian pembelajaran akan lebih menjadi efektif materi yang disampaikan juga akan diterima anak dengan mudah karena pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu penulis mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make-A Match sebagai model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk pembelajaran IPS.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.2.1 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran menurut Soekamto (Trianto,2009:22) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni(2009:53) pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
mencapai tujuan pembelajarannya. Melalui belajar secara kelompok, peserta didik memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.Sedangkan Menurut Wina Sanjaya (2008:231) pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pernyataan Slavin dalam Anita Lie (2008:97) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang berarti siswa belajar danbekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yanganggotanya terdiri dari dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, model pembelajaran kooperatif biasa disebut dengan model pembelajaran gotong royong, yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah fasafah.
Menurut pendapat Lie (Tanireja, 2012:55) model pembelajaran kooperatif bukan sekedar belajar dalam kelompok, ada unsur yang membedakannya dengan pembagian kelompok asal-asalan, yaitu :
1. Positive Interdepedence, yakni hunungan timbaal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama antar anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
2. Interaction face to face adalah interaksi yang langsung secara tatap muka.
3. Adanya tanggung jawab individual mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).
Berdasarkan teori-teori tersebut penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada interaksi sesama siswa yang mengharuskan siswa bekerjasama dalam kelompok, sehingga dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2.1.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau ciri – ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut menurut Wina Sanjaya (2010:32):
1. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pemebelajaran.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi yaitu (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, (c) fungsi manajemen sebagai kontrol.
3. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
1. Belajar bersama dengan teman
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman 3. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok 4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat 7. Keputusan tergantung padaa siswa sendiri
8. Siswa aktif
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri belajar secara kelompok dan mengutamakan kerja sama secara aktif dalam pembelajaran.
2.1.3 Model Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match 2.1.3.1 Make A Match
Pembelajaran kooperatif memiliki beragam jenis salah satunya adalah model pembelajaran Make-A Match. Model ini adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial yaitu siswa dapat bekerja sama, bertanggung jawab terhadap suatu kelompok untuk menemukan sebuah konsep, dan memecahkannya selain itu dapat melatih kecepatan berfikir siswa. Menurut Rusman (2011:223-233) Make-A Match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif yaitu peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan menempatkan siswa dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 5-8 siswa dalam satu kelompok yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
model Make-A Match (Fachrudin, 2009:168) yaitu melatih siswa agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok dan siswa dapat dilatih dengan berfikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial dengan teman sebaya.
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran Make-A Match menurut Miftahul Huda(2014:253) adalah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan materi dan memberikan tugas kepada siswa untuk d.pelajari dirumah
b. Siswa dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok A dan B kedua kelompok itu diminta untuk saling berhadapan
c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban untuk kelompok B
d. Guru menyuruh siswa untuk mencocokkan kartu yang sudah dipegang kepada teman yang lain. Sebelum permainan mencari pasangan dilakukan, guru terlebih dahulu menyampaikan batasan waktu yang diberikan
e. Guru meminta siswa untuk mencari pasangannya. Bagi siswa yang sudah menemukan pasangan kartu, maka wajib melaporkan dirinya kepada guru. f. Jiwa waktu yang diberikan sudah habis, guru akan memberitahukan
kepada siswa bahwa waktu permainan sudah habis. Siswa yang belum mendapatkan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri.
g. Guru memanggil siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya h. Pada langkah terakhir guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban yang telah dikerjakan siswa
i. Guru memanggil kelompok lain, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make-A Match merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari berbagai komponen yaitu penyampaian materi, kerja sama kelompok, dan permainan yang siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran di kelas. Model Make-A Match akan menambah motivasi siswa dalam belajar, aktif dalam menyampaikan pendapat, dan menambah wawasan. 2.1.3.2 Langkah-langkah Make A Match
Dalam melaksanakan Make A Match diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : Tabel 2.l
Langkah-langkah untuk Make A Match
Tahap Penyajian Kelas (Class Precentation)
Kegiatan
Pendalaman Materi Siswa memperhatikan guru menyampaikan materi yang dipelajari
Pembentukan kelompok belajar Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk belajar bersama
Permainan Make-A Match (kartu pasangan)
Setiap kelompok belajar yang sudah dibagi akan bermain kartu pasangan, kartu soal untuk kelompok 1, dan kartu jawaban untuk kelompok 2, dalam 2 kelompok saling berhadapan
Presentasi Siswa yang sudah mendapatkan pasangan dan jawaban benar akan melakukan presentasi di depan kelas
Penghargaan Kelompok Kelompok yang mendapatkan skor tinggi akan mendapat penghargaan
Konfirmasi Guru melakukan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu berpasangan
Sumber : Miftahul Huda, 2014:252
Menurut Sohimin (2014:99) langkah-langkah pembelajaran Make-A Match
secara runtut yaitu :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
4. Setiap siswa mencari pasangan dari kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberikan poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya
7. Kesimpulan/penutup
Berdasarkan 2 langkah yang dikemukan tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Make-A Match:
Tabel 2.2
Langkah –langkah model pembelajaran Make-A Match
Tahap-tahap Kegiatan
Menyampaikan Materi Guru menyampaikan materi tentang materi yang dipelajari dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru
Pembentukan Kelompok Guru membentuk siswa dalam kelompok yang terdiri dari 7 orang anak, dan siswa mengkaji materi yang dibahas dan dibantu menggunakan media soal dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban, siswa saling berhadapan untuk mencari pasangan kartu (soal, jawab) demikian seterusnya sampai kelompok mendapat bagian masing-masing
Presentasi Guru memberikan kesempatan untuk siswa melukan presentasi untuk yang mendapat kartu pasangan yang cocok
Memberikan Penghargaan Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mendapat skor tinggi berupa medali dan alat tulis
Konfirmasi Guru melakukan konfirmasi terhadap permainan yang dilakukan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan
Berdasarkan tabel langkah-langkah model pembelajaran Make-A Match, maka penulis membuat implementasi model pembelajaran Make-A Match dalam standar proses yang dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Implementasi Model Pembelajaran Make-A Match dalam standar proses Tahap-Tahap
3. Siswa dalam kelompok 1 harus mengerjakan soal
4. Presentasi 4. Guru akan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
6. Konfirmasi 6. Guru memberikan kesempatan untuk
Hasil belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap serta ketrampilan (Oemar Humalik, 2006:155).
Menurut Dimyati dan Mudjiono(2002:36), hasil belajar merupakan hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Kemudian Mulyana Abdulrahman (2009:38) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Dan belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk mencapai perubahan tingkah laku dan pengetahuan akademik
intelektual.Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1. Perubahan terjadi secara sadar
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3. Perubahan belajar bersifat positif
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5. Perubanhan dalam belajar bertujuan
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Hasil belajar yang didapat siswa di pengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya faktor dari diri siswa (faktor internal), dan faktor dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu siswa itu sendiri, yang dapat dikatakan sebagai golongan faktor intern antara lain adalah kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. Sedangkan yang dapat dikatakan sebagai golongan faktor ekstren adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu diantaranya adalajh pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan.
Menurut Sudjana (2002:39), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1) Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.Faktor kemampuan siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Selain kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti: motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, faktor fisik dan psikis.
2) Faktor dari luar atau faktor lingkungan
Slameto (1995: 60) menyatakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1. Keadaan keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
2. Keadaan sekolah merupakan lembaga penidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat
3. Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan, lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak.
Dari beberapa pengertian kajian mengenai hasil belajar dari para ahli dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah perolehan pengalaman belajar, hasil yang dicapai dari segala proses pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa. Hasil belajar yang diperoleh dapat terlihat untuk kognitif dengan hasil teas evaluasi yang menunjukkan pemahaman dari seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa, afektif terlihat dengan bagaimana siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, dan pesikomotorik terlihat bagaimana siswa akan bertindak dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
2.1.5 Media
pesan yang dapat merangsang pikiran, perhatian dan perasaan serta minat siswa sehingga proses belajar terjadi. Azhar Arsyad (2013: 2) media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi terciptanyatujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah khusunya.
Berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan belajar, salah satunya adalah media nyata. Media nyata merupakan salah satu media yang umum dipakai, banyak dari siswa lebih menyukai benda kongkrit sehingga diharapkan dapat menambah semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi tidak semua nyata dapat dijadikan media untuk pembelajaran, media harus dicocokkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Menurut Arief Sadiman, (2003: 28) media grafis visual sebagaimana halnya media yang lain, menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.Dengan indera penglihatan pesan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual, yang perlu dipahami benar artinya agar pesan dapat tersampaikan dengan berhasil dan efisien.
Dari beberapa pengertian para ahli mengenai media pembelajaran yaitu segala sesuatu untuk menyalurkan pesan yang mendorong terjadinya proses belajar pada siswa, serta memudahkan siswa dalam menerima pesan materi yang ingin dicapai merupakan media pembelajaran. Media nyata adalah alat bantu komunikasi yang digunakan guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa Dengan menggunakan media nyata ini menarik perhatian siswa, sehingga menjadi semakin tertarik dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.
2.1.5.1Komik Interaktif
senang, membangkitkan rasa ingin tahu siswa, momotivasi siswa untuk belajar. Manfaat menggunakan media komik ini antara lain:
1. Memperjelas materi
2. Menciptakan nilai rasa lebih dalam memahami materi
3. Membangkitkan perhatian dan minat siswa untuk membaca, sehingga dapat memperluas penguasaan kosa kata siswa
4. Siswa merasa senang karena komik dilengkapi gambar-gambar yang menarik
5. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar 6. Memotivasi siswa untuk belajar
7. Dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sebagai salah satu media visual, media komik tentunya memiliki kelebihan tersendiri jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Kelebihan media komik dalam kegiatan belajar-mengajar menurut Trimo (1992:22), dinyatakan:
1. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya;
2. Mempermudah siswa menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak; 3. Dapat mengembangkan minat baca anak dan mengembangkan satu
bidang studi yang lain;
4. Seluruh jalan cerita komik menuju pada satu hal yakni kebaikan atau studi yang lain.
Media komik, disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan dan keterbatasan kemampuan dalam hal-hal tertentu. Menurut Trimo (1992:21) kelemahan media komik antara lain:
1. Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar
2. Ditinjau dari segi bahasa komik hanya mengguanakan kata-kata kotor atau kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan 3. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang
Komik Interaktif cocok digunakan sebagai media untuk memperdalam dalam materi dengan menggunakan Model Pembelajaran Make-A Match 2.1.6 Aktivitas Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang asalnya tidak tahu menjadi tahu.Mengacu pada definisi tersebut, belajar menjadi salah satu faktor penting untuk mengubah perilaku seseorang dalam upaya pembentukan kepribadian sesuai perkembangannya. Akan tetapi, tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil proses belajar. Menurut Komalasari (2010) mengidentifikasikan ciri-ciri kegiatan belajar yang mengacu pada seseorang melakukan kegiatan belajar, sebagai berikut :
1. Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seeseorang, baik secara aktual maupun potensial.
2. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama.
3. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri individu.
Dapat dikatakan sesorang belajar jika melakukan aktivitas yang menghasilan perubahan dalam dirinya. Aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Gie (dalam Florensiana, 2011), aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada banyaknya perubahan.
Kusnandar (2010) menyatakan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat darri kegiatan tersebut.
1. Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamati, dan memperhatikan.
2. Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.
3. Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.
4. Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimilikinya.
Indikator dari aktivitas belajar siswa :
1. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 2. Interaksi siswa dengan guru
3. Interaksi siswa dengan siswa 4. Kerjasama kelompok
5. Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok 6. Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran 7. Keterampilan siswa dalam menggunakan alat peraga 8. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi.
2.2Hubungan Make-A Match berbantuan Media Komik Interaktif dengan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar
Make-A Match merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan di SD, dengan menggunakan model pembelajaran Make-A Match akan membantu siswa dalam belajar secara langsung sehingga materi yang di pelajari dapat digali lebih dalam, selain itu model ini melibatkan aktivitas anak di dalam kelas. Model Pembelajaran Make-A Match akan dipadukan dengan media Komik.
Dengan menggunakan Make-A Match akan membantu aktivitas belajar siswa didalam kelas dan siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari lebih mendalam, banyak perubahan yang terjadi jika aktivitas siswa didalam kelas efektif dilakukan.
Melalui Make-A Match akan membantu siswa dalam pemahaman materi yang sudah dipelajari, dan media komik interaktif membantu siswa dalam memahami materi karena didalamnya terdapat alur cerita yang digambarkan lebih sederhana sehingga anak lebih tertarik untuk membacanya, selain alur cerita terdapat juga beberapa soal yang bisa dijawab secara langsung dalam komik tersebut dan akan membantu siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat .
2.3Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil Penelitian dari Desy Noor Argawati, 2015 Penelitian ini bertujuan Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sanden.
lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan nilai rata-rata hasil tes IPS meningkat dan ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan SD N 2 Sanden yaitu 75. Pembelajaran dikatakan tuntas apabila >75% siswa yang hadir telah memenuhi KKM yang ditentukan (≥75).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sanden menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar dari pra tindakan ke siklus I, dari 29 siswa rata-rata nilai IPS adalah 68,10 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa (34,48%,) setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 77,06 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 20 siswa (68,96%), nilai rata-rata IPS meningkat lagi pada siklus II mencapai 81,29 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa (82,75%).
2.4Kerangka Pikir
Hasil belajar IPS kelas 5 di SD Negeri 01 Tuntang masih tergolong randah, hal ini dapat terbukti dari hasil wawancara dengan wali kelas 5 dan hasil dari ulangan harian siswa dikelas. Guru masih mengalami kesulitan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu dari pihak siswa mereka merasa bosan dengan Mata Pelajaran IPS dikarenakan mereka menganggap bahwa mata pelajaran IPS bersifat informatif dan aktivitas siswa sangat kurang, mereka hanya mencatat materi terus menerus.
karena siswa sebelum mencocokan kartu soal dan jawaban harus belajar terlebih dahulu yang dibantu dengan media komik interaktif yang dapat membantu lebih mendalami materi secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut materi yang dipelajari. Ini akan berdampak positif pada aktivitas belajar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Berikut gambar bagan kerangka berpikir penggunaan model pembelajaran Make-A Match.
Model Make-A Match
Penyampaian Materi
Pembentukan kelompok
Permainan Make-A Match
Presentasi
Memberikan Penghargaan
Konfirmasi
Evaluasi
Minat Siswa untuk belajar Muncul
Tanggung Jawab, Mandiri, Kerja, Aktif
Aktif, Disiplin, Komunikatif, Tanggung Jawab, Rasa ingin Tahu
Komunikatif, Aktif
Merasa di hargai hasil kerja siswa
Berani, Aktif, Komunikatif
Komunikatif, Tanggung Jawab
Mampu Menjelaskan materi tentang Perjuangan Tokoh Kemerdekaan
Mampu menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan mempertahankan keutuhan
Bangsa Indonesia
Mampu melakukan permainan dengan kartu berpasangan dengan aktif dan semangat
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
2.5Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran menggunakan model Make-A Match pada pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) berbantuan media komik interaktif pada kelas 5 SD Negeri 01 Tuntang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.