• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Anemia dan Aplastik 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LP Anemia dan Aplastik 2015"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA APLASTIK

DI POLI PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH

BERGITA OLIVIA HALI SAMON

NIM. 1302115011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Anemia Aplastik 1. Pengertian

Anemia aplastik atau hipoplastik adalah jenis anemia normokromik normositik yang terjadi akibat cedera sel atau destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sum-sum tulang sehingga terjadi pansitopenia (leukopenia, anemia, dan trombositopenia karena sel- sel darah yang mati tidak diganti (Corwin, 2009; Kowalak, dkk, 2012).

2. Epidemiologi

Ditemukan lebih dari 70 % anak-anak menderita anemia aplastik. Tidak ada perbedaan secara bermakna antara laki dan perempuan, namun beberapa penelitian nampak insiden pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita. Penyakit ini termasuk penyakit yang jarang dijumpai dinegara barat dengan insiden 1-3/ 1 juta/tahun. Namun di negara timur seperti Thailand, negara Asia lainnya seperti Indonesia, Taiwan dan Cina insidennya lebih tinggi. Penelitian pada tahun 1991 di Bangkok didapatkan 3.7/1 juta/tahun. Perkiraan insiden ini diperkirakan oleh adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida serta insiden virus hepatitis yang lebih tinggi.

3. Etiologi

Penyebab dari anemia aplastik bisa bermacam-macam, antara lain: (Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012)

a. Faktor kongenital: sindrom Fanconi yang biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir hingga anak berumur 10 tahun.

b. Faktor didapat (idiopatik)

 Bahan kimia: benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.

 Obat: Kloramfenikol, Mesantoin (antikonvulsan), Piribenzamin (antihistamin),

Santonin-kalomel, obat sitostatika (Myleran, Methrotrexate, TEM, Mincristine, Rubidomycine, dan sebagainya), obat anti tumor (Nitrogen mustard), anti microbial.

 Radiasi: sinar roentgen, radioaktif.

(3)

 Infeksi: tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.

 Keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.

4. Manifestasi Klinis

a. Lemah dan mudah lelah b. Sakit kepala

c. Pucat d. Takikardi

e. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit seperti ekimosis dan ptekie dan perdarahan khususnya dari hidung, gusi, rektum, dan vagina

f. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri

g. Pusing

(4)

Intoleransi Aktivitas

(5)

6. Komplikasi

a. Perdarahan dan infeksi organ yang bisa berujung pada kematian b. Gagal jantung

(Corwin, 2009; Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012)

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan sel darah tepi ditemukan bentuk dan warna sel darah merah normal (normokromik normositik) dengan jumlah kurang dari 1 juta/µL

b. Biopsi sum-sum tulang yang menunjukkan adanya hiposeluler disertai dengan penggantian oleh jaringan lemak, jaringan fibrosa, atau gelatinosa.

c. Hasil tes koagulan abnormal yang menunjukkan adanya penurunan trombosit d. Penurunan jumlah neutrofil dan limfosit

e. Tidak ada sel (dry tap) pada hasil aspirasi sum-sum tulang di beberapa tempat (Kowalak, dkk, 2012)

8. Penatalaksanaan

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai berikut: (Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012; Paramita, 2011)

 Penanganan Kausal

Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.

 Penanganan Suportif

Bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk penanganannya adalah sebagai berikut:

a. Berikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi klien b. Untuk mengatasi anemia

(6)

c. Untuk mengatasi infeksi

 Hygiene secara keseluruhan harus baik. Hindari pajanan

terhadap penyakit menular

 Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang

tepat dan adekuat

 Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat

d. Usaha untuk mengatasi perdarahan

 Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan

mayor atau trombosit < 20.000/mm3

e. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang

Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut

1) Anabolik Steroid : dapat diberikan Oksimetolon atau Stanazol dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu, efek samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.

2) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah

3) GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil f. Terapi Definitif

Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut.

1) Terapi imunosupresi, antara lain :

 Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte

globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis

 Terapi imunosupresi lain, yaitu pemberian metilprednison dosis

tinggi

2) Transplantasi sumsum tulang

Merupakan terapi definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat mahal.

 Implikasi keperawatan

(7)

2. Ajarkan klien tentang tanda-tanda infeksi dan minta klien segera melaporkan jika terjadi infeksi.

3. Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak

4. Tempatkan klien pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral 5. Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan 6. Berikan pendidikan kesehatan dan berikan informasi adekuat pada klien dan

masyarakat lainnya mengenai keadaan, pengobatan, faktor-faktor penyebab yang perlu dihindari, dan kemajuan kesehatan serta bimbingan untuk perawatan di rumah (Paramita, 2011)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia Aplastik

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

 Keletihan, kelemahan otot, malaise umum

 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

 Takikardia, takipnea, dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat

 Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya

 Ataksia, tubuh tidak tegak

 Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang

menunjukkan keletihan

b. Sirkulasi

 Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya: perdarahan gastrointestinal

 Palpitasi (takikardia kompensasi)

 Hipotensi postural

 Disritmia: abnormalitas EKG, misalnya: depresi segmen ST dan pendataran atau

depresi gelombang T

 Bunyi jantung murmur sistolik

 Ekstremitas: pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring,

bibir) dan dasar kuku

 Sklera biru atau putih seperti mutiara

 Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi

kompensasi)

(8)

 Rambut kering, mudah putus, menipis

c. Eliminasi

 Riwayat pielonefritis, gagal ginjal

 Flatulen, sindrom malabsorpsi

 Hematemesis, feses dengan darah segar, melena

 Diare atau konstipasi

 Penurunan haluaran urine

 Distensi abdomen

d. Makanan /cairan

 Penurunan masukan diet

 Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)

 Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia

 Adanya penurunan berat badan

 Membrane mukusa kering,pucat

 Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis

 Stomatitis

 Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

e. Neurosensori

 Sakit kepala, pusing, ketidakmampuan berkonsentrasi

 Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata

 Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki

 Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis

 Tidak mampu berespon lambat dan dangkal

 Hemoragis retina

 Epistaksis

 Gangguan koordinasi, ataksia

f. Nyeri/kenyamanan

 Nyeri abdomen samar, sakit kepala, demam

g. Pernapasan

 Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

(9)

h. Keamanan

 Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon,

naftalen

 Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas

 Transfusi darah sebelumnya

 Gangguan penglihatan

 Penyembuhan luka buruk, sering infeksi

 Demam rendah, menggigil, berkeringat malam

 Limfadenopati umum

 Petekie dan ekimosis

Hasil Laboratorium

- Kadar Albumin menurun ( 4 – 5,8 g/dL) - Hemoglobin menurun (11 – 16 g/dL) - Hematokrit menurun (31 – 43 %)

- Trombosit menurun (150.000 – 400.000 µL) - Eritrosit menurun (3,8 – 5,5 x 1012)

- Leukosit menurun (5000-10.000 sel per mm3)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

d. PK Anemia

(10)

f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leukopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

3. Intervensi Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam klien menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat

Kriteria Hasil :

 Tanda-tanda vital stabil

 Membran mukosa berwarna merah muda

 Pengisian kapiler refil <2-3 detik

 Tidak ada sianosis

Intervensi :

1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.

2) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.

R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer. 3) Catat intake dan output cairan

R/ Mencegah terjadinya kelebihan maupun kekurangan cairan 4) Pertahankan keadekuatan hidrasi klien

R/ untuk mengurangi viskositas darah

5) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi

R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan.

6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap

(11)

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x 24 jam klien mampu mempertahankan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh

Kriteria hasil :

a. Status nutrisi:

- Masukan nutrisi adekuat - Masukan makanan dalam batas

b. Status nutrisi : masukan nutrisi

- Masukan kalori dalam batas normal

- Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium

c. Status nutrisi : hitung biokimia

Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)

d. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah) - Klien mengatakan tidak ada mual

- Klien mengatakan tidak muntah - Tidak ada peningkatan sekresi saliva

e. Appetite (nafsu makan)

Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil : - Keinginan klien untuk makan meningkat

- Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis Intervensi :

1) Terapi nutrisi:

a. Kaji status nutrisi klien

Rasional: pengkajian penting untuk mengetahui status nutrisi klien dapat menentukan intervensi yang tepat.

b. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung kebutuhan kalori harian.

(12)

c. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan tetap mempertimbangkan aspek agama dan budaya klien.

Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi klien dengan tetap memperhatikan aspek agama dan budaya klien sehingga klien bersedia mengikuti diet yang ditentukan.

d. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi sesuai indikasi.

Rasional: dapat membantu meningkatkan status nutrisi selain dari diet yang ditentukan..

e. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada klien/keluarga.

Rasional: menjaga kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan klien.

2) Penanganan berat badan:

a. Timbang berat badan klien secara teratur.

Rasional: dengan memantau berat badan klien dengan teratur dapat mengetahui kenaikan ataupun penurunan status gizi.

b. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin, dan elektrolit.

Rasional: kadar albumin dan elektrolit yang normal menunjukkan status nutrisi baik. Sajikan makanan dengan menarik.

3) Nausea management (manajemen mual)

a. Dorong klien untuk mempelajari strategi untuk memanajemen mual

Rasional: Dengan mendorong klien untuk mempelajari strategi manajemen mual, akan membantu klien untuk melakukan manajemen mual secara mandiri.

b. Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit.

Rasional: Pemberian makan secara sedikit demi sedikit baik untuk mengurangi rasa penuh dan enek di perut.

(13)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x 24 jam klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.

Kriteria hasil :

a. Toleransi Aktivitas

- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>90%) - Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit

b. Fatigue Level

- Tidak terjadi penurunan motivasi beraktivitas - Tidak mengalami sakit kepala saat beraktivitas

c. Self Care Status

Klien mampu mandi, berpakaian, makan dan toileting secara mandiri d. Vital Sign dalam Batas Normal

- Suhu tubuh 36,5-37,5o C - Respirasi rate 16-20 x per menit - Tekanan darah 120/80 mmHg - Nadi 60-100 x per menit Intervensi :

1) Terapi aktivitas

a. Bantu klien dalam memilih aktivitas yang sesuai dengan keemampuan fisik, psikologi, dan sosial yang dimiliki.

Rasional: aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dapat lebih mudah dilakukan oleh klien.

b. Bantu klien untuk fokus terhadap satu aktivitas yang bisa dilakukan.

Rasional: fokus terhadap satu aktivitas membantu klien untuk dapat menyelesaikan aktivitas tersebut dengan baik.

c. Bantu klien dalam sebuah jadwal untuk membuat periode aktivitas dari yang jarang dilakukan sampai yang rutin dilakukan.

Rasional: menjadwalkan aktivitas membantu klien meningkatkan kemampuan beraktivitas.

(14)

Rasional: untuk membantu menyeimbangkan fungsi kesehatan klien sehubungan dengan aktivitas yang berkaitan.

e. Anjurkan klien untuk beristirahat dan bantu dalam aktivitas yang ringan sesuai kebutuhan.

Rasional : membantu klien dalam menggunakan oksigen secara efektif dalam beraktivitas.

2) Management Energy

a. Kaji keterbatasan fisik klien.

Rasional: untuk mengetahui seberapa besar keterbatasan klien dalam beraktivitas.

b. Kaji penyebab kelemahan.

Rasional : untuk memudahkan mengetahui intervensi yang tepat. c. Berikan intake makanan yang adekuat.

Rasional : intake makanan yang cukup memberikan energi yang cukup bagi klien.

d. Awasi adanya perubahan TTV dan saturasi oksigen.

Rasional: penurunan TTV dan saturasi oksigen dapat menunjukkan penurunan kemampuan beraktivitas.

3) Self Care Assisten

a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri.

Rasional : mengetahui batasan aktivitas yang dapat dilakukan klien.

b. Kaji kebutuhan klien dalam perawatan diri seperti : kebutuhan kebersihan diri, pakaian, makanan, dan kebutuhan toileting.

Rasional : mengetahui kebutuhan perawatan diri yang dapat dan tidak dapat klien lakukan sendiri.

c. Ajarkan pada keluarga agar membantu klien bila klien memang benar-benar tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.

Rasional : membantu kemandirian diri klien. 4) Monitoring Vital Sign

a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status respirasi.

Rasional : penurunan TTV dapat menunjukkan penurunan kemampuan klien dalam beraktivitas.

(15)

Rasional : mengetahui aktivitas yang dilakukan apakah berat atau tidak terhadap klien.

d. PK Anemia

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (…x24 jam), perawat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria hasil:

- TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit).

- Konjungtiva berwarna merah muda. - Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL). - Mukosa bibir berwarna merah muda. - Klien tidak mengalami lemas dan lesu. Intervensi:

a. Pantau tanda dan gejala anemia yg terjadi.

Rasional: memantau gejala anemia klien penting dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut.

b. Pantau tanda-tanda vital klien.

Rasional: perubahan tanda vital menunujukkan perubahan pada kondisi klien. c. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi

dan vit B12.

Rasional: konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12 dan asam volat dapat menstimulasi pemebntukan Hemoglobin.

d. Minimalkan prosedur yg bisa menyebabkan perdarahan.

Rasional: prosedur yang menyebabkan perdarahan dapat memperparah kondisi klien yang mengalami anemia.

e. Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi.

(16)

e. PK Perdarahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (…x24 jam), perawat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria hasil:

 Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %)

 Klien tidak mengalami episode perdarahan

 Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi =

60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).

Intervensi:

a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi

Rasional: dengan mengetahui adanya perdarahan maka perawat dapat memberikan intervensi lebih dini sehingga perdarahan yang berlebihan dapat dicegah dan tidak terjadi komplikasi.

b. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan

Rasional: untuk mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami kelainan, sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perdarahan.

c. Lindungi pasien terhadap cidera dan terjatuh

Rasional: cidera atau terjatuh dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain

jika diperlukan

Rasional: kesiapan pasien baik secara fisik dan psikologis dapat membantu memperlancar jalannya terapi.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leukopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x 24 jam infeksi tidak terjadi. Kriteria Hasil :

- Tidak ada kemerahan - Tidak terjadi hipertermia - Tidak ada nyeri

- Tidak ada pembengkakan

(17)

- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) - Nadi dalam batas normal (60-100 x/mnt)

- RR dalam batas normal (12-20 x/mnt - WBC dalam batas normal (4,6 – 10,2 k/ul)

- Klien mampu menyebutkan faktor-faktor resiko penyebab infeksi - Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi

- Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi - Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan

Intervensi

Infection control:

a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan dengan sabun antimikroba

Rasional: mencegah infeksi nosokomial dan melindungi tenaga kesehatan dari risiko tertular infeksi dari klien.

b. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan

Rasional: mencegah terjadinya infeksi lanjutan.

c. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik mencuci tangan yang benar.

Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang ada di tangan.

d. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi.

Rasional: infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi pada klien. e. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi.

Rasional: agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga penangan lebih efisien.

Infection protection:

a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Rasional: Membantu dalam memberikan intervensi secara cepat dan tepat jika infeksi terjadi

b. Monitor hitung granulosit, WBC,

Rasional: Dapat sebagai indikator ada tidaknya infeksi

4. Implementasi

(18)

5. Evaluasi Keperawatan Diagnosa 1

 Tanda-tanda vital stabil

 Membran mukosa berwarna merah muda

 Pengisian kapiler refil <2-3 detik

 Tidak ada sianosis

Diagnosa 2

a. Status nutrisi:

- Masukan nutrisi adekuat

- Masukan makanan dalam batas normal

b. Status nutrisi : masukan nutrisi:

- Masukan kalori dalam batas normal

- Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium

c. Status nutrisi : hitung biokimia

Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)

d. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah) - Klien mengatakan tidak ada mual

- Klien mengatakan tidak muntah - Tidak ada peningkatan sekresi

e. Appetite (nafsu makan)

Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil : - Keinginan klien untuk makan meningkat

- Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis)

Diagnosa 3

a. Toleransi Aktivitas

- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>90%) - Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit

b. Fatigue Level

(19)

- Tidak mengalami sakit kepala saat beraktivitas

c. Self Care Status

- Klien mampu mandi, berpakaian, makan dan toileting secara mandiri

d. Vital Sign dalam Batas Normal

- Suhu tubuh 36,5-37,5o C - Respirasi rate 16-20 x per menit - Tekanan darah 120/80 mmHg - Nadi 60-100 x per menit

Diagnosa 4

- TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-37,5°C, RR: 16-20 x/menit).

- Konjungtiva berwarna merah muda. - Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL). - Mukosa bibir berwarna merah muda. - Klien tidak mengalami lemas dan lesu.

Diagnosa 5

- Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %) - Klien tidak mengalami episode perdarahan

- Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).

Diagnosa 5

- Tidak ada kemerahan - Tidak terjadi hipertermia - Tidak ada nyeri

- Tidak ada pembengkakan

- Suhu dalam batas normal (36,5o – 37oC

- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) - Nadi dalam batas normal (60-100 x/mnt)

(20)

- WBC dalam batas normal (4,6 – 10,2 k/ul)

- Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi - Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi

- Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab - Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008). Nursing Intervensions Classification (NIC),

Fifth Edition. St. Louis : Mosby – Year Book

Corwin, E. J,. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC

Herdman, T. H. (2011). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012 – 2014 (NANDA). Jakarta : EGC ( terjemahan Sumarwati, dkk, 2011)

Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.

St. Louis : Mosby Year – Book

Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan minum karena

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan pencernaan (NANDA NIC-NOC 2015:302). Tujuan : perubah nutrisi kurang dari kebutuhan

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Ny J.T.P dengan masalah keperawatan ketiga yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

e) Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik. f) Ketidak seimbangan cairan elektrolit :

2 Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran Setelah dilakukan tindakan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang minat pada makanan ditandai dengan Ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, awal 1 porsi,

Berdasarkan data-data yang didapatkan maka dapat dirumuskan masalah keperawatan pada Ny.S yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan