ASUHAN KEPERAWATAN TETRALOGY OF FALLOT
MAKALAH
Oleh: Kelompok 21
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
ASUHAN KEPERAWATAN TETRALOGY OF FALLOT
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak dengan Dosen Pembimbing Ns. Peni Perdani Juliningrum S.Kep., M.Kep
Oleh:
Aprilia Kusumaningtyas 152310101043
Lidyawati 152310101290
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ ???”. Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini S.Kep., M.Kes selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Anak.
2. Ns. Peni Perdani Juliningrum S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak.
3. Rekan-rekan yang senantiasa memberi dukungan dan semangat
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritikan dan masukkan guna sempurnanya karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat.
Jember, 23 Oktober 2017
Penulis
PRAKATA...iii
DAFTAR ISI...iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA...1
1.1 Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)...1
1.2. Epidemiologi...2
1.3 Etiologi...2
1.4 Manifestasi Klinis...3
1.5 Patofisiologi...4
1.6 Parthway...5
1.7 Pemeriksaan Diagnostik...6
1.8 Penatalaksanaan...6
BAB 2. STUDI KASUS...9
2.1 Ilustrasi Kasus...9
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN...10
3.1 Pengkajian Keperawatan...10
3.2 Analisa Data...13
3.3 Diagnosa Keperawatan...15
3.4 Intervensi Keperawatan...16
3.5 Implementasi...21
3.6 Evaluasi...25
BAB 4. PENUTUP...27
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:
Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
1.2. Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D, 2012).
1.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama 3. Ibu yang alkoholik 4. Usia ibu diatas 40 tahun 5. Ibu menderita diabetes
sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan B. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella 3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
1.4 Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah 3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).
1.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini. 4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
1.6 Parthway
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal 4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996)..
1.8 Penatalaksanaan
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap: 1. Mengatasi kegawatan yang ada. 2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif. 4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada. 6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan. 2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik. C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
a. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara : - Membuat posisi knee chest atau fetus
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau subkutan c. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk
mencegah asidosis metabolik
d. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai Hb 15-17 gr/dl
e. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering. - Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang. - Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama serangan sianosis.
BAB 2. STUDI KASUS 2.1 Ilustrasi Kasus
rujukan dari Bagian Kardiolog Anak untuk mencari fokal infeksi dan penatalaksanaannya sebelum dilakukan operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Pasien didiagnosis dengan Tetralogi Fallot, dengan gejala-gejala klinis berupa mudah lelah, sesak napas. Pasien Diagnosis kerja akhir dari Bagian Kardiologi Anak adalah DF, yaitu compensated heart disease, DA, yaitu TOF. Pasien tampak lemah dan kebiruan, ibu kalien mengatakan klien mengalami kesulitan dalam bernafas dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan klinis ditemukan keadaan sebagai berikut, status umum berupa nadi suhu = 36oC, nadi =
80 x / menit, respirasi = 40x/ menit, tekanan darah = 100 x/80 mmHg, BB = 9 kg sebelum sakit, saat dikaji BB 7 kg, TB = 75 cm. Pada status lokalis terlihat ekstra oral tidak ada kelainan.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Keperawatan
Ruangan/kelas : Ratna/I No. kamar : 2B Data Dasar : -a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Asti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 Bulan
Status Perkawinan : Belum
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum
Pekerjaan :
-Alamat : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
Diagnose medis : Tetralogi of Fallot b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan dalam bernafas (sesak napas) 2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.
3. Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter.
c. Data Bio Psiko Sosial Spiritual 1. Bernafas
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan bernafas dan sesak. -Makan dan Minum
- Makan
- Minum
Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc. Sekarang klien hanya bisa minum ± 4 gelas
- Eleminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit satu kali, sedangkan BAK klien normal, tidak ada gangguan.
2. Aktivitas
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
3. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan saat diajak jalan – jalan bersama keluarga klien mudah keletihan
4. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur jam 20.30 – 6.00. ibu mengatakan pasien sering terbangun di malam hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
5. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri.
6. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu, sebelum dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, saat pengkajian ibu klien tidak mengeluh suhu tubuh klien panas.
7. Rasa nyaman
Klien menangis ketika beraktivitas karena sesak napas 8. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan kedua orang tuanya.
9. Belajar
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang akademik. e. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran Umum
Kesadaran : CM ( Compos Mentis ) Kebersihan : cukup bersih
2. Pergerakan : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas kanan atas Postur : tegak agak kurus
Status gizi : baik
3. Sistem penglihatan
Bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6.
4. Sistem pendengaran
Bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada.
5. Sistem wicara
Mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries tidak ada. 6. Warna kulit : Sawo mateng
7. Suara waktu menangis : Cukup melengking dan agak keras 8. Tonus otot : Normal
9. Turgor kulit : Normal
10. Kepala : Bentuk normal, UUB tertutup, ketombe dan rambut rontok tidak ada.
11. Hidung : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada
12. Leher : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar limfa di leher positif.
13. Persyarafan : normal
14. Alat kelamin : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan tidk ada.
16. Gejala cardinal : suhu = 36oC
nadi = 80 x / menit respirasi = 29 x / menit
Tekanan darah = 100 x/80mmHg 17. Antropometri :
Analisa Data Etiologi Masalah
Keperawatan 1. DS :
- Ibu kalien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam bernafas.
DO :
- Pasien tampak Iemah dan kebiruan (sianosis),
2. DS:
- Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
- Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan dalam bernafas. DO:
sampai 6 gelas/hari masing. Sekarang hanya bisa minum ± 4 gelas.
- Pasien tampak lemah - BB = 9 kg (sebelum sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia ditandai dengan Ibu kalien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam bernafas, pasien tampak Iemah dan kebiruan (sianosis), pasien terlihat sesak napas, suhu 36oC, nadi 80 x /
menit, respirasi = 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan Ibu klien mengatakan aktivitas klien berkurang karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas, Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan dalam bernafas. Pasien tampak Iemah dan kebiruan, suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit,
respirasi = 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
3.4 Intervensi Keperawatan
Setelah diberi asuhan
keperawatan 2 x 24 jam diharapkan gangguan
pertukaran gas dalam tubuh klien dapat diatasi. Dengan kriteria hasil :
- Klien dapat bernafas dengan normal
- Tanda-tanda vital normal : RR:23-35 x/menit - Saturasi O2kembali normal
- Warna kebiruan yang timbul pada
tubuh dapat
berkurang
Monitor tanda-tanda vital
Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan reaksi otot supraclaviculas dan interkosta
Monitor suara tambahan seperti ngorok atau mengih Monitor pola nafas
2. Intoleren Aktivitas
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
Kriteria Hasil : - Klien dapat kembali normal sehingga dapat melakukan
aktivitas
Pertimbangkan
kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi dan terapi rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan
Pertimbangkan
komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dan jarak aktifitas Bantu klien untuk
3 Ketidakseimbang an nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil : - klien terlihat segar dan tidak lemah
- Nafsu makan klien meningkat dengan terdekatnya dengan tepat
Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien(dan orang
Kembangkan hubungan
yang mendukung
dengan klien
Monitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda vital, elektrolit) jika diperlukan
Timbang berat badan klien secara rutin ( pada hari yang sama dan setelah BAB/BAK) Monitor intake/asupan
dan asupan cairan secara tepat
makanan harian
3.5 Implementasi NO Hari/tanggal/
jam
Diagnosa Implementasi paraf
1 Jumat, 21 oktober 2017
Gangguan pertukaran gas
Monitor tanda-tanda vital
Memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas pasien Mencatat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu nafas, dan reaksi otot supraclaviculas dan interkosta
Memonitor suara
tambahan seperti ngorok atau mengih
Memonitor pola nafas (misalnya bradipneu, takipneu, hiperfentilasi, pernafsasan kusmaul,
pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi beot, dan pola ataxic)
Memonitor saturasi oxygen pada pasien yang tersedia (seperti SAO2, SVO2, SPO2) sesuai dengan protokol yang ada
Memasang sensor
pemantauan oksigen noninfasif (misalnya pasang alat pada jari, hidung dan dahi) dengan mengatur alarm pada pasien beresiko tinggi (misalnya pasien yang obesitas, melaporkan pernah mengalami apnea saat tidur, mempunyai riwayat penyakit dengan terapi oksigen menetap, kemampuan klien
dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
Melakukan kolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi dan terapi rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas,
jika memang
diperlukan
Mempertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan
frekuensi dan jarak aktifitas
Membantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya bekerja) dan aktivitas-aktivitas yang disukai
Membantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
kemampuan fisik, rencana perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat untuk mendiskusikan
makanan yang
disukai bersama dengan ahli gizi Mengembangkan
hubungan yang
mendukung dengan klien
Memonitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda vital,
elektrolit) jika diperlukan
Melakukan timbang berat badan klien secara rutin ( pada hari yang sama dan setelah BAB/BAK) Memonitor
intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
Memonitor asupan kalori makanan
normal, Warna kebiruan yang timbul pada tubuh mulai berkurang
A :.Masalah gangguan pertukaran gas teratasi sebagian
S : Ibu klien mengatakan klien sudah bisa beraktivitas O : Klien tidak tampak lelah
dalam beraktivitas
A : Intoleren aktivitas teratasi teratasi
P : Hentikan intervensi.
AK
A : tujuan intervensi tercapai dengan nafsu makan klien bertambah
P : lanjutkan intervensi memonitor nutrisi pada klien
BAB 4. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup anak, mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot, yang akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
1.2 Saran
Daftar Pustaka
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington: Elsevier
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal. Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/ article/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington: Elsevier