• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan pada pasien DHF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan pada pasien DHF"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Dengue haemoragi fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejanis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes agypty dan alborictus.Nyamuk ini banyak berkembang biak pada tempat-tempat yang tergenang air dan tempat-tempat lembab. Penyakit DHF dapat menyerang siapa saja terutama pada anak-anak sampai dewasa serta seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.

2.TUJUAN 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini agar kita semua tahu terutama kita sebagai mahasiswa akademi keperawatan lebih mendalami tentang penyakit DHF dan juga mahasiswa

mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF. 2. Tujuan Khusus

 Agar mahasiswa mengetahui apa ituDHF

(2)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS I. PENGERTIAN

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

II. PATOFISIOLOGI

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

III. KLASIFIKASI DHF

WHO,1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu: Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun, Derajat IV

(3)

IV. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah :

 Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.  Asites

 Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

 Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma. V. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

 Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)

 Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )

 Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )  Isolasi virus

 Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

 Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

VI. PENATALAKSANAAN

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :

 Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.

 Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.

 Panas disertai perdarahan  Panas disertai renjatan. Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II : a. Oral ad libitum atau

b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.

Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg  75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg  60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg  50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

(4)

Dengan Renjatan ; 2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :

 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg  75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.  60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.  50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

1.1 Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )

1.2 Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

1.3 Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

1.4 Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific. 1.5 Riwayat penyakit keluarga

(5)

1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang

dibersihkan.

1.7 Riwayat Tumbuh Kembang 1.8 Pengkajian Per Sistem

1.8.1 Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

1.8.2 Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS

1.8.3 Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

1.8.4 Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,

pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

1.8.5 Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

1.8.6 Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2.Diagnosa Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )

Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

3.Rencana Asuhan Keperawatan.

DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 Nyeri otot hilang

Intervensi :

a. Beri komres air kran

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi

(6)

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan Kriteria : Input dan output seimbang Vital sign dalam batas normal

Tidak ada tanda presyok Akral hangat

Capilarry refill < 3 detik Intervensi :

a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler b. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan

(7)

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan berat badan yang seimbang. Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni )

Tujuan : Tidak terjadi perdarahan

Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

b. Monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.

d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.

(8)

e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.

(9)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E.C DENGAN DHF GRADE II

DI RUANG MENULAR ANAK RSUD CUT MUTIA. A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : farhani

Umur : 3 thn

Alamat :sy.bayu Agama : Kristen Nama Ibu : Ny. T Pendidikan :

-Nama Ayah : Ny aminah Pendidikan : SMA

Pekerjaan : pegawai negeri Diagnosa Medik : DBD Grade II Pengkajian tanggal : 24 november 2014 2.Keluhan Utama :

Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan. 3.Riwayat penyakit sekarang :

Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD. 4.Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun. 5.Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.

6.Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.

7.Riwayat kehamilan

Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.

8.Pengkajian Persistem

a. Sistem Gastrointestinal

(10)

b. Sistem muskuloskeletal :

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.

c. Sistem Genitourinary

BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari malam belum ada.

d. Sistem Respirasi.

Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.

e. Sistem Cardiovaskuler

TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.

f. Sistem Neurosensori Tidak ada kelainan. g. Sistem Endokrin

Tidak ada kelainan. h. Sistem Integumen.

S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat

perdarahan spontan pada kulit. 9.Pemeriksaan Penunjang

Hb : 11.8 Leko : 5,5 Trombo : 133 PCV : 0,30 10.Terapi

Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam Minum manis

Vit B compleks / C 3 x 1

Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein. Nasi 3 x sehari

(11)

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1

S : Klklien mengatakan badanya terasa panas, pusing O : Akral dingin

Panas hari ke 2 panjang. TTV : S : 376, Nadi 98x/mnt,

TD : 100/60, RR 25x/mnt. S : Klien mengatakan tidak suka

minum dan perut terasa kenyang minum terus. O : Turgor kulit baik Mukosa bibir kering

Urine banyak warna kuning pekat

Panas hari ke 2 panjang Trombosit ; 133.000 TD : 100/60, N ; 98x/mnt. S : Klien menyatakan tidak mau makan, tetapi tidak mual. O : KU lemah

Makan pagi hanya mau 3 sendok

Proses infeksi virus dengue Ô

Viremia Ô Thermoregulasi

Peningkatan suhu tubuh Ektravasasi cairan

Intake kurang Ô

Volume plasma berkurang Ô

Penurunan volume cairan tubuh

Nafsu makan menurun Ô

Intake nutrisi tidak adekuat Ô

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Peningkatan suhu tubuh

Cairan tubuh

Nutrisi

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun. D. PERENCANAAN

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 – 375 )

Membran mukosa basah. Rencana Intervensi ;

1. Observasi TTV setiap 1 jam

Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan 2. Berikan kompres air biasa / kran

Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi. 3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml

Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.

(12)

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas 5. Observasi intake dan out put

Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh. 6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt Pulsasi kuat

Akral hangat

Rencana Intervensi ;

1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.

Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra vaskuler. 2. Observasi capillary refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.

3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.

Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 mL Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh

5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.

Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun. Tujuan : Nutrisi terpenuhi

Kriteria : Nafsu makan meningkat Porsi makan dihabiskan

Rencana Intervensi :

1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.

2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna

Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal. 3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Menghindari mual dan muntah

4. Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.

Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.

5. Beri makanan kesukaan klien

Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak 6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

(13)

BAB III PENUTUP 1.KESIMPULAN

Dengue haemoragi fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkanoleh virus dengue sejanis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes agypty dan alborictus.Nyamuk ini banyak berkembang biak pada tempat-tempat yang tergenang air dan tempat-tempat lembab. Penyakit DHF dapat menyerang siapa saja terutama pada anak-anak sampai dewasa serta seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.adapun tanda dan gejala ;Sakit kepala,Tanda tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah),Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare konstipasi, Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati

2.SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, dari skripsi dan buku yang penulis sebutkan di atas, tidak ada satupun yang sama persis dengan yang penulis teliti, karena belum ada yang secara gamblang

Teknik nirkabel internet berbasis Wireless bertumpu pada konsep yang ditentukan oleh standart IEEE 802.11.terlepas dari jenis PHY (lapisan fisik) yang dipilih, IEEE 802.11

Dari paparan konsep di atas, penulis berpikir gerakan Saemaul Undong di Korea Selatan efektif dan tepat untuk diterapkan di negara- negara berkembang karena

kematian pada semua umur setelah Stroke dan Hipertensi 1. Salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler adalah dislipidemia, yang merupakan kelainan metabolisme

Jarak rumah mempunyai hubungan yang signifikan dengan persepsi masyarakat tentang buangan organik limbah cair rumah sakit di lingkungan perairan, berarti bahwa jarak

Putusan Dewan Banding Pusat ( Centrale Raad van Beroep ), 23 Januari 1956, yang menyatakan bahwa Keputusan pemecatan seorang PNS tidak boleh berlaku surut. Putusan Dewan

Melihat dari karakteristik demografi responden dapat diambil kesimpulan bahwa usia yang paling dominan adalah responden dengan usia 17-25 tahun karena dalam usia

Pada penelitian ini hanya ditentukan kisaran ukuran sel udara saja, hasil pengukuran menunjukkan bahwa diameter partikel udara dari sampel sangat kecil (0,91 –