• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Belajar Penemuan (Disco

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Belajar Penemuan (Disco"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan, bukan karena peristiwa kebetulan.

Menurut Mulyati (2005:5), belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai satu hasil belajar, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan sedangkan Gagne dalam Supriyono (2012:2) berpendapat belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seorang melalui aktifitas hal ini serupa dengan pendapat Croncbach dalam Supriyono (2012:2) bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.. Menurut Traves dalam Supriyono (2012:2) belajar adalah proses penyesuaian tingkah laku.

Jadi, kesimpulan belajar menurut beberapa ahli bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman yang dialami.

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun di duga erat kaitannya dengan kata sansekerta medha dan widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi.

(2)

matematika merupakan materi yang abstrak yang memilki karakteristik berbeda dengan materi ilmu lainnya. Dalam hal ini, menuntut kemampuan penalaran dalam mempelajarinya. James dan Jeans (Erman Suherman:2001), mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang menuntut kemampuan untuk bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representatif dengan lambang-lambang atau simbol dan memilki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan.

Heruman (2007:2), dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja.

Siswa sekolah dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Piaget (Heruman, 2007:1), menyatakan bahwa mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mrngoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru, sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.

(3)

pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.

2.1.1.3 Hasil Belajar

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Hamalik (2001:159) menyatakan bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, sedangkan Slameto (1995:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya merupakan hasil belajar sesuai dengan pendapat Sudjana (1990:22).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran atau pengalaman yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

2.1.2 Model Discovery Learning

(4)

dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang menginginkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Dalam implikasinya pada proses pembelajaran, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak dalam Suyono (2012:88). Siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif dengan konsep- konsep dan prinsip-prinsip.

Jadi dapat disimpulkan model discovery learning adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari penemuan sendiri dalam proses pembelajaran.

Pengetahuan yang diperoleh dengan model discovery learning menunjukkan beberapa kebaikan menurut Ratna Wilis Dahar (2011:79) . Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seorang lebih mudah diterapkan pada situasi yang baru. Ketiga, secara menyeluruh model discovery learning meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Menurut Ratna Wilis Dahar (2011:80) secara khusus model discovery learning melatih ketrampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah masalah tanpa pertolongan orang lain. Model discovery learning juga dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban lagi, mengajarkan ketrampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima saja.

(5)

1. Stimulations (pemberian rangsangan); kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara dari masalah tersebut)

3. Data Collection (pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut.

4. Data Processing (pengolahan data); mengolah data yang telah diperoleh dari hasil bacaan atau wawancara kemudian ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5. Verification (memverifikasi); mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan pengolahan data.

6. Generalization (kesimpulan); siswa belajar menarik kesimpulan.

Sistem yang dikembangkan Bruner sejatinya menggunkan landasan pemkiran dan pendekatan belajar-mengajar bahwa hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, serta mudah untuk ditransfer dalam memecahkan masalah. Dengan prosedur tersebut, diharapkan siswa mampu memahami dengan penuh.

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Belajar Penemuan (Discovery Learning)

Kelebihan Model Discovery Learning menurut Nanik (2013:36), sebagai berikut: 1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses kognitif.

(6)

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

8. Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan pasti.

9. Siswa akan mengerti konsep dan ide-ide lebih baik.

10. Membantu dan mengembangkan ingatan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

Kelemahan Model Discovery Learning menurut (Ibrahim dan Suparni:2012) : 1. Membutuhkan waktu lebih lama.

2. Tidak dapat digunakan untuk setiap topik matematika.

3. Tidak semua guru mempunyai semangat dan kemampuan mengajar menggunakan metode ini.

4. Tidak cocok untuk kelas rendah.

5. Menuntut kemandirian, kepercayaan pada dirinya sendiri, dan kebiasaan bertindak sebagai subjek.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka ingin meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik serta meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning dalam pembelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan diantaranya oleh :

(7)

Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling Dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember”. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model Discovery Learning.

(8)

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berfkir

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir maka dapat dirumuskan hipotesi penelitiannya adalah dengan menggunakan Model Discovery Learning

(9)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfkir

Referensi

Dokumen terkait

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Setelah mengetahui jumlah mahasiswa yang berasal dari luar jawa di Universitas Muhamadiyah Purwokerto peneliti melakukan studi pendahuluan lanjutan kepada mahasiswa asal

Berdasarkan perbedaan jenis herpetofauna yang ditemukan di masing-masing lokasi, maka antara lokasi satu dengan lokasi yang lain dapat kita hitung berapa besarkah

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilihan

Sistem puli adalah gabungan beberapa puli bebas, puli tetap dan puli rantai. Penggunaan sistem ini adalah untuk mentransmisikan daya yang terjadi pada crane. Digunakan jenis

Dalam hasil evaluasi baik AMI maupun survei ditemukan bahwa tata pamong dan tata kelola STT Amanat Agung sudah berjalan dengan baik dan tidak memiliki permasalahan yang

Visi dan misi tersebut diatas membawa konsekuensi bagi segenap SKPD lingkup Pemerintah Kota Mataram untuk bergerak sebagai ujung tombak guna mewujudkan harapan