• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERAN ORGAN PERSEROAN DALAM PENGGUNAAN LABA PERSEROAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Penggunaan Laba Perseroan - Analisa Yuridis Terhadap Penggunaan Laba Perseroan Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PERAN ORGAN PERSEROAN DALAM PENGGUNAAN LABA PERSEROAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Penggunaan Laba Perseroan - Analisa Yuridis Terhadap Penggunaan Laba Perseroan Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERAN ORGAN PERSEROAN DALAM PENGGUNAAN LABA PERSEROAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Penggunaan Laba Perseroan

Di dalam UU No.40 Tahun 2007 tidak ditemukan penjelasan mengenai

makna dari “penggunaan laba” yang terdapat pada bab ke-4 (keempat) bagian ke-3

(ketiga) UU tersebut. Ditinjau dari segi kebahasaan, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, makna dari “penggunaan” yaitu : proses, cara, perbuatan menggunakan

sesuatu, pemakaian.55

55Kamus Besar Bahasa Indonesia

, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal.375.

Dilihat dari makna ”penggunaan” di atas maka pengertian dari

penggunaan laba adalah perbuatan menggunakan laba. Dengan kata lain, penggunaan

laba Perseroan ialah suatu perbuatan menggunakan selisih lebih antara pendapatan

dengan beban yang diperoleh oleh Perseroan dari kegiatan usaha yang dijalankan sesuai

dengan anggaran dasar Perseroan.

Pengaturan tentang penggunaan laba dapat dijumpai pada Bab ke-4 (keempat)

bagian ke-3 (ketiga) dari Pasal 70 hingga Pasal 73 UU No.40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

Bunyi dari Pasal 70 UU No.40 Tahun 2007 yaitu:

“(1) Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku

untuk cadangan.

(2) Kewajiban penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(2)

(3) Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sampai

cadangan mencapai paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang

ditempatkan dan disetor.

(4) Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mencapai jumlah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya boleh dipergunakan untuk menutup

kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.”

Undang-undang mewajibkan suatu Perseroan untuk menyisihkan jumlah

tertentu dari laba bersih yang diperoleh setiap tahun untuk dijadikan cadangan. Laba

bersih adalah keuntungan tahun berjalan setelah dikurangi pajak.56 Keuntungan yang

diperoleh Perseroan setelah dikurang pajak per tahunnya akan dijadikan cadangan.

Penyisihan hanya wajib dilakukan jika Perseroan memiliki saldo laba yang positif.

Saldo laba yang positif adalah laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan yang

telah menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya.57

56

Penjelasan Pasal 70 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 57

Penjelasan Pasal 70 ayat (2) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Di dalam pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 ditentukan bahwa jumlah

penyisihan yang akan dilakukan Perseroan untuk cadangan diputuskan oleh RUPS.

Selain itu juga diatur bahwa seluruh laba bersih yang diperoleh Perseroan setelah

dikurangi dengan cadangan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen,

kecuali RUPS memutuskan lain. Dividen hanyan boleh dibagikan apabila Perseroan

mempunyai saldo laba yang positif. Bunyi dari pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 yaitu:

“(1) Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan

(3)

(2) Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) dibagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.

(3) Dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya boleh dibagikan apabila

Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.”58

58

Pasal 71 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pasal 72 UU No.40 Tahun 2007 mengenal adanya pembagian dividen yang

dilakukan sebelum tahun buku Perseroan berakhir. Dividen yang dimaksud dinamakan

dividen interim. Dividen interim tersebut hanya dapat dilakukan bila jumlah kekayaan

Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor

ditambah cadangan wajib. Pembagian dividen interim tersebut tidak boleh mengganggu

atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditor atau

mengganggu kegiatan Perseroan. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan keputusan

Direksi setelah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris. Namun bila setelah

tahun buku berakhir dan Perseroan mengalami kerugian, maka dividen yang telah

dibagikan tersebut wajib dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Dan

bila pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah

diterimanya tersebut maka konsekuensi yang timbul adalah Direksi dan Dewan

Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap kerugian Perseroan.

Dasar hukum dari dividen interim tersebut dapat dilihat di dalam pasal 72 UU No.40

Tahun 2007 yang berbunyi:

“(1) Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan

(4)

(2) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan

apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada

jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib.

(3) Pembagian dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh

mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya

pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.

(4) Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah

memperoleh persetujuan Dewan Komisaris, dengan memperhatikan ketentuan pada

ayat (2) dan ayat (3).

(5) Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian,

dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham

kepada Perseroan.

(6) Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas

kerugian Perseroan, dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan

dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat (5).”59

Dividen yang tidak diambil setelah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal yang

ditetapkan untuk pembayara dividen lampau, dimasukan ke dalam cadangan khusus.

Pengambilan dividen yang telah dimasukan ke dalam cadangan khusus diatur oleh

RUPS. Dan bila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dividen yang telah dimasukan

ke dalam cadangan khusus tersebut belum diambil maka dividen tersebut akan menjadi

hak Perseroan. . Cadangan khusus adalah cadangan yang dibentuk dengan menyisihkan

sebagian pendapatan bersih untuk tujuan tertentu secara berkala (appropriate reserve).60

59

Pasal 72 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 60

http://www.bi.go.id/web/id/Kamus.htm?id=C&, diakses tanggal 9 Juli 2013.

(5)

usaha, untuk embagian dividen, untuk tujuan sosial, dan lain sebagainya.61

(3) Dividen yang telah dimasukkan dalam cadangan khusus sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan tidak diambil dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun akan

menjadi hak Perseroan.”

Hal tersebut

diatur dalam Pasal 73 UU No.40 Tahun 2007 yang isinya sebagai berikut:

“(1) Dividen yang tidak diambil setelah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal yang

ditetapkan untuk pembayaran dividen lampau, dimasukkan ke dalam cadangan

khusus.

(2) RUPS mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke dalam

cadangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

62

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;

Di dalam Pasal 15 UU No.40 Tahun 2007 mengenai anggaran dasar juga

dijumpai ketentuan mengenai penggunaan laba. Di dalam Pasal tersebut disebutkan

bahwa anggaran dasar Perseroan memuat sekurang-kurangnya:

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

c. jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap

klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap

saham;

f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

61

Penjelasan Pasal 70 ayat (3) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 62

(6)

h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan

Komisaris;

i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.63

Pengaturan mengenai penggunaan laba tidak hanya dijumpai di dalam UU

No.40 tahun 2007 tersebut. Di dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) juga ditemukan adanya pengaturan mengenai penggunaan laba.

Pengaturan tersebut dapa dijumpai di dalam :

Pasal 42 :

(1) Setiap tahun buku Perum wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk

cadangan.

(2) Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sampai

cadangan mencapai sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari modal

Perum.

(3) Cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang belum mencapai jumlah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hanya dapat dipergunakan untuk menutup

kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.64

Pasal 43 : Penggunaan laba bersih Perum termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk

cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ditetapkan oleh Menteri.65

Penggunaan laba menurut UU No.19 Tahun 2003 ini hampir sama dengan

UU No.40 Tahun 2007, yaitu adanya kewajiban penyisihan laba bersih untuk cadangan

dan penyisihan dilakukan hingga mencapai sekurang-kurangnya 20% dari modal. Dari

UU No.19 Tahun 2003 tersebut dapat kita lihat adanya perbedaan antara penggunaan

laba menurut UU tersebut dengan UU No.40 Tahun 2007 juga. Di dalam UU No.19

63

Pasal 15 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 64

Pasal 42 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 65

(7)

Tahun 2003 tidak disebut bahwa penyisihan hanya wajib dilakukan jika saldo laba yang

positif. Hal tersebut menimbulkan penafsiran bahwa meskipun BUMN belum dapat

menutupi akumulasi kerugian ditahun buku sebelumnya, BUMN tetap diwajibkan

menyisihkan laba bersih untuk cadangan.

Letak perbedaan yang lain adalah dalam hal organ BUMN yang memegang

peranan dalam penentuan penggunaan laba. BUMN di Indonesia dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu Persero dan Perum. Perusahaan Perseroan (Persero), adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau

paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik

Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.66 Perusahaan Umum (Perum),

adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham,

yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan

perusahaan.67

Dikarenakan Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan yang modal

dasarnya terbagi dalam saham maka organ dalam Persero sama dengan organ dalam

Perseroan. Organ Persero adalah RUPS, Direksi dan Komisaris.

68

66

Pasal 1 butir (2) UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 67

Pasal 1 butir (4) UU No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 68

Pasal 13 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Menteri bertindak

selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero dimiliki oleh Negara dan bertindak

selaku pemegang saham pada Persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh

sahamnya dimiliki oleh negara. Berdasarkan Pasal 14 UU No.19 Tahun 2003 dalam

Persero, RUPS yang menentukan rencana penggunaan laba. Maka untuk Persero yang

seluruh saham dimiliki oleh Negara, penggunaan laba ditentukan oleh Menteri.

(8)

laba ditentukan oleh RUPS dimana Menteri hanya sebagai salah satu pemegang saham.

Begitu juga untuk Persero yang telah diprivatisasi maka penggunaan laba Persero

ditentukan oleh RUPS.

Untuk Perum penggunaan laba bersih Perum termasuk jumlah penyisihan

untuk cadangan ditetapkan oleh Menteri.69 Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 43

UU No.19 Tahun 2003 tersebut maka Menteri dapat menetapkan bahwa sebagian atau

seluruh laba bersih akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemilik modal,

atau pembagian lain seperti tansiem (tantiem) untuk Direksi dan Dewan Pengawas,

bonus untuk karyawan, cadangan dana sosial dan lain-lain, atau penempatan laba bersih

tersebut dalam cadangan Perum yang antara lain diperuntukkan bagi perluasan usaha

Perum.70

B. Organ Perseroan Yang Berperan Dalam Penggunaan Laba Perseroan 1. Peran Direksi Dalam Penggunaan Laba Perseroan

Keberadaaan Direksi dalam Perseroan ibarat nyawa bagi Perseroan. Tidak

mungkin suatu Perseroan tanpa adanya Direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada Direksi

tanpa adanya Perseroan. Oleh karena itu, keberadaaan Direksi bagi Perseroan sangat

penting. Sekalipun Perseroan sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan

69

Pasal 43 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 70

(9)

terpisah dengan Direksi, tetapi hal itu hanya berdasarkan fiksi hukum, bahwa Perseroan

dianggap seakan-akan sebagai subjek hukum, sama seperti manusia.71

Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Direksi berwenang menjalankan

pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan

dalam UU Perseroan Terbatas dan/ atau anggaran dasar. Direksi Perseroan terdiri atas

satu orang anggota Direksi atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan

dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan

surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan terbuka wajib memiliki

paling sedikit dua orang anggota Direksi. Jika Direksi terdiri dari dua anggota Direksi

atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi

ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Namun jika RUPS tidak menetapkan,

pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan

Direksi.72

Dari uraian di atas tampak bahwa istilah tugas, wewenang, dan tanggung

jawab Direksi hampir memiliki arah dan maksud yang sama, yakni melakukan

pengurusan Perseroan (sesuai dengan maksud dan tujuan dalam anggaran dasar

Perseroan) dan mewakili Perseroan (baik di dalam maupun di luar pengadilan).73

Menurut teori, dalam pengertian pengurusan yang dipercayakan kepada Direksi

itu, dapat dibedakan atas perbuatan beheren dan perbuatan beschikking atau kadangkala

disebut pula sebagai perbuatan van eigendom. Perbuatan beheren dalam praktik

diterjemahkan sebagai perbuatan “pengurusan” (dalam arti sempit). Sedang perbuatan

71

Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas (Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab), (Bogor: Khalia Indonesia, 2008), hal.40.

72

Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal 78. 73

(10)

beschikking atau eigendom lazim diterjemahkan sebagai perbuatan “kepemilikan”

(dalam arti luas). Diterjemahkan “kepemilikan” sebagai terjemahan harafiah dari

eigendom.74

Sebenarnya perbuatan pengurusan (beheren) itulah yang merupakan wewenang

murni dari Direksi, yaitu ditandai sebagai perbuatan yang biasa dilakukan sehari-hari

(kontinyu). Sepanjang perbuatan merupakan perbuatan pengurusan, maka wewenang

diselenggarakan sendiri oleh Direksi.75

Sebaliknya perbuatan kepemilikan (daden van beschikking / eigendom) sudah

bukan lagi perbuatan sehari-hari melainkan sudah perbuatan khusus / istimewa, dan

bukan lagi murni wewenang Direksi. Untuk Direksi melakukan perbuatan ini harus

terlebih dahulu Direksi memperoleh persetujuan dari organ lainnya, yang mungkin lebih

dahulu harus mendapatkan persetujuan dari dewan Komisaris atau mungkin pula dari

RUPS tergantung menurut ketentuan undang-undang dan/ atau anggaran dasar

Perseroan.76

Bagi Perseroan yang bergerak di sektor perbankan, meminjamkan uang

merupaka perbuatan sehari-hari, demikian merupakan perbuatan pengurusan. Menjual

gedung kantor Perseroan merupaka perbuatan yang tidak sehari-hari yang harus

mendapatkan persetujuan RUPS.

Dalam praktik, sulit untuk dibedakan mana yang merupakan perbuatan

pengurusan dan mana yang merupakan perbuatan kepemilikan. Penggolongan perbuatan

yang dilakukan Direksi tidaklah mempunyai pembatasan yang baku.

77

74

Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 19-20. 75Ibid.

, hal.20. 76 Ibid

(11)

Sebaliknya bagi Perseroan yang bergerak di bidang real estate, perbuatan

menjual bangunan-bangunan, merupakan perbuatan beheren. Sedang perbuatan

meminjamkan uang, bagi Perseroan yang bergerak di bidang real estate, bukan

merupakan perbuatan sehari-hari, karena itu untuk dapat melakukan perbuatan ini

diharuskan terlebih dahulu meminta persetujuan RUPS.78

Dikarenankan dalam praktik sukar untuk menarik garis benang merah pembeda

itu, maka di dalam anggaran dasarlah dirumuskan perbuatan apa saja yang merupakan

perbuatan kepemilikan (beschikking / eigendom). Sedang perbuatan-perbuatan yang

tidak termasuk sebagai perbuatan yang dirumuskan harus dianggap sebagai perbuatan

pengurusan yang sepenuhnya berwenang diputuskan dan dilakukan oleh Direksi. 79

a. Dinyatakan pailit;

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang

cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum

pengangkatannya pernah:

b. Menjadi anggota Direksi atau anggota dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah

menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit, atau;

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dan/

atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.80

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengangkatan

anggota Direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian. Anggota Direksi diangkat

untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Anggaran dasar mengatur tata

78Ibid. 79Ibid

. 80

(12)

cara pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi, serta dapat juga

mengatur tentang tata cara pencalonan anggota Direksi.81

1. Pasal 1 butir (2) : Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi,

dan Dewan Komisaris.

Keberadaan dan fungsi Direksi Perseroan berdasarkan UU No.40 Tahun

2007, paling tidak dapat dilihat dari beberapa ketentuan sebagai berikuti:

2. Pasal 1 butir (5) : Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan,

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di

dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

3. Pasal 92 ayat:

(1) Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

(2) Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada

ayat(1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang

ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar.

(6) Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak menetapkan,

pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan

keputusan Direksi.

4. Pasal 97 ayat :

(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 92 ayat (1).

81Ibid.

(13)

(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap

anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.

(3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian

Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung

jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng

bagi setiap anggota Direksi.

Asas itikad baik yang terdapat pada pasal 97 ayat (1) diatas sesungguhnnya

berasal dari hukum Romawi. Di dalam hukum Romawi asas ini disebut asas

Bonafides. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menggunakan istilah itikad baik

dalam 2 pengertian. Pengertian itikad baik yang pertama adalah pengertian itikad

baik dalam arti subjektif, di dalam bahasa Indonesia, itikad baik dalam arti subjektif

itu disebut kejujuran.82 Pengertian itikad baik yang kedua dalam artian objektif. Di

dalam bahasa Indonesia pengertian itikad baik dalam artian objektif disebut juga

dengan istilah kepatutan.83

82

Siti Ismijati Jenie, Itikad Baik, Perkembangan dari Asas Hukum Khusus Menjadi Asas Hukum Umum di Indonesia, (Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum UGM, 2007), hal. 3.

83Ibid. , hal.4.

Tanggung jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan wajib

menanggung segala sesuatunya. Maksudnya adalah Direksi dalam menjalankan

tugasnya kepengurusannya wajib dilaksanakan dengan kejujuran dan kepatutan

serta menerima semua akibat hukum yang timbul dari perbuatan hukum yang

(14)

Menurut pasal 97 ayat (3) Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas

kerugian dialami Perseroan jika Direksi bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

Perbedaan antara bersalah dengan lalai pada pasal 97 tersebut adalah: disebut

bersalah jika Direksi dengan sengaja melakukan sesuatu hal yang menyebabkan

Perseroan merugi. Adanya unsur kesengajaan (opzet) pada perbuatan yang

dilakukan Direksi. Sedangkan lalai dapat diartikan sebagai kesalahan pada

umumnya. Kesalahan Direksi dalam konteks ini tidak seberat kesengajaan, yaitu

timbul karena kurang berhati-hati sehingga akibatnya tidak disengaja terjadi.84

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

Namun menurut pasal 97 ayat (5) UU No.40 Tahun 2007, Anggota Direksi

tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) apabila dapat membuktikan:

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung

atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian;

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian

tersebut.

Pada dasarnya, business judgment rule dimaksudkan untuk melindungi

direksi dan karyawan, yang beritikad baik, dari pertanggungjawaban secara

pribadi akibat keputusan bisnis yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.85

84

http://hukumonline.com/klinik/detail/lt51679bf2636df/hubungan-asas-culpabilitas-dengan-asas-praduga-tak-bersalah , diakses tanggal 13 Juni 2013.

85

Frans Satrio Wicaksono, Op.cit., hal. 125.

Dalam pengelolaan Perseroan atau perusahaan, para anggota Direksi dan

(15)

pemegang amanah (fiduciary) yang harus berprilaku sebagaimana layaknya

pemegang kepercayaan. Direksi memiliki posisi fiducia dalam pengurusan

Perseroan dan mekanisme hubungannya harus secara fair. 86

Menurut pengalaman common law hubungan itu dapat didasarkan pada teori

fiduciary duty. Hubungan fiduciary duty tersebut didasarkan atas kepercayaan dan

kerahasiaan (trust and confidence) yang dalam peran ini meliputi ketelitian

(scrupulous), itikad baik (good faith), dan keterusterangan (candor). Dalam

memahami hubungan pemegang kepercayaan (fiduciary relationship) tersebut,

common law mengakui bahwa orang yang memegang kepercayaan (fiduciary)

secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya. Oleh

sebab itu hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus didasarkan kepada

standar yang tinggi.87

Kewajiban utama dari direksi adalah kepada perusahaan secara keseluruhan

bukan kepada pemegang saham baik secara individu maupun kelompok. Sesuai

dengan posisi seorang Direksi sebagai sebuah trustee dalam perusahaan. Posisi ini

mengharuskan seorang Direksi untuk tidak ceroboh dalam melakukan tugasnya

(duty of care). Selain itu dalam melakukan tugasnya tersebut seorang Direksi

tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas perusahaan (duty of

loyality). Pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebutdalam hubungannya dengan

Fiduciary Duty dapat menyebabkan Direksi untuk dimintai pertanggungjawaban

hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan yang dilakukannya.88

5. Pasal 98 ayat :

(1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

86

http://bismar.wordpress.com/, diakses tanggal 13 Juni 2013. 87Ibid.

(16)

(2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang

mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain

dalam anggaran dasar.

(2) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam

undang-undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

(3) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan

dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar Perseroan.89

a. Direksi wajib : membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan

risalah rapat Direksi ; membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan Perseroan;

Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan.

Ada beberapa kewajiban Direksi yang ditetapkan oleh UU No.40 Tahun

2007, antara lain sebagai berikut:

90

b. Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang

dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam Perseroan

dan Perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota Direksi

yang tidak melaksanakan kewajiban dimaksud dan menimbulkan kerugian bagi

Perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut.91

c. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan Perseroan

atau menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, yang merupakan lebih dari

50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu) transaksi

atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.92

89

Try Widiyono, Op.cit.,hal.42-43. 90

Pasal 100 ayat (1) UU N0.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 91

Pasal 101 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 92

(17)

d. Direksi wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan, seperti berikut:

i. Akta Pendirian beserta surat pengesahan Menteri Hukum dan HAM.

ii. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri Hukum dan

HAM (untuk perubahan yang bersifat mendasar).

iii. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta pemberitahuan kepada Menteri Hukum

dan HAM (untuk perubahan lainnya).93

Peran Direksi dalam penggunaan laba Perseroan cukup signifikan. Mulai dari

pembuatan laporan tahunan dan dokumen keuangan yang akan dipertanggungjawabkan

kepada RUPS.Laporan tahunan tersebut harus memuat: laporan keuangan; laporan

mengenai kegiatan perseroan; laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan; rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi

kegiatan usaha Perseroan; laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan

oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; nama anggota direksi dan

anggota Dewan Komisaris; dan gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau

honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang

baru lampau.94

Direksi diwajibkan untuk menyelenggarakan RUPS tahunan paling lambat

dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir. Penyelenggaraan

RUPS harus didahului dengan pemanggilan RUPS oleh Direksi kepada para pemegang Laporan tahunan dan dokumen keuangan tersebut akan dijadikan suatu

bahan pertimbangan oleh para pemegang saham untuk menentukan segala kebijakan

untuk tahun buku selanjutnya termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan

dan mengenai pembagian dividen kepada para pemegang saham. Hasil dari keputusan

RUPS akan dicatat di dalam risalah RUPS yang dibuat oleh Direksi.

93

Mulhadi, Op.cit., hal.105. 94

(18)

saham. Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari

sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan

dan tanggal RUPS.95 Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat Tercatat dan, atau

dengan iklan dalam Surat Kabar.96 Dalam panggilan RUPS dicantumkan tanggal,

waktu, tempat, dan mata acara rapat disertai pemberitahuan bahwa bahan yang akan

dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor Perseroan sejak tanggal dilakukan

pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.97

2. Peran Komisaris Dalam Penggunaan Laba Perseroan

Direksi juga berwenang memutuskan untuk membagikan dividen interim

setelah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris asalkan pembagian tersebut

tidak mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya

pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan. Dalam hal setelah tahun buku

berakhir ternyata Perseroan mengalami kerugian maka dividen interim yang telah

dibagikan wajib dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Direksi dan

Dewan Komisari bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan,

dalam hal pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah

diambil.

Ketentuan yang berkaitan dengan Dewan Komisaris diatur dalam Pasal 1 ayat

(6), Pasal 108 s/d Pasal 121 UU No.40 Tahun 2007. Secara umum Komisaris

mempunyai dua tugas pokok. Yang pertama Komisaris itu mempunyai tugas untuk

mengawasi kebijakan Direksi. Yang kedua untuk memberikan nasihat kepada Direksi.98

95

Pasal 82 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 96

Pasal 82 ayat (2) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 97

Pasal 82 ayat (3) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 98

(19)

Pengawasan dan pemberian nasihat dari Dewan Komisaris dilakukan untuk kepentingan

Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

Pengaturan mengenai tugas pokok dari Dewan Komisaris dapat ditemukan di

dalam Pasal 108 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 yang berbunyi : “Dewan Komisaris

melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada

umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat

kepada Direksi.”99

Perseroan dapat mempunyai Dewan Komisaris yang terdiri hanya dari satu

orang, tetapi dapat pula lebih dari satu orang. Disebut Dewan Komisaris manakalah

terdiri lebih dari satu orang.100

Perseroan memiliki Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan

dalam anggaran dasar. Perseron yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat,

Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang, atau Perseroan terbuka wajib

memiliki paling sedikit dua orang Komisaris. Jika terdapat lebih dari satu orang

Komisaris, mereka merupakan suatu majelis. Komisaris diangkat oleh RUPS. Untuk

pertama kali, pengangkatan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan dan

nama Komisaris dalam akta pendirian.101

Dipertegas dalam Pasal 108 ayat (4) UU No.40 Tahun 2007, bahwa dalam hal

Dewan Komisaris terdiri atas lebih dari satu orang, maka mereka itu merupakan majelis

dan ssetiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan

harus berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Dengan kata lain dalam hal diperlukan

99

Pasal 108 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 100

Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 31. 101

(20)

putusan Dewan Komisaris, maka harus semua anggota Dewan Komisaris dilibatkan.

Tetapi dalam hal ini, bukan berarti semua anggota Komisaris harus setuju.102

Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan

diangkat kembali. Tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian Komisaris

diatur dalam anggaran dasar Perseroan. Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah

orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah

dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah

menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum

karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dalam waktu lima

tahun sebelum pengangkatan.103

Fungsi pengawasan oleh Komisaris kepada Direksi dilakukan dengan

beberapa cara. Cara yang pertama dengan jalan Undang-Undang atau anggaran dasar

mensyaratkan sebelum Direksi menjalankan suatu perbuatan tertentu, harus terlebih

dahulu mendapatkan persetujuan Komisaris.atau dengan cara, dokumen yang

bersangkutan selain ditandatangani oleh Direksi, ikut pula ditandatangani oleh

Komisaris. Atau dengan cara ketiga, yaitu Komisaris menerbitkan Surat Persetujuan

tersendiri.104

a. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinan rapat Dewan

Komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat

tersebut. Sedangkan yang dimaksud salinannya adalah salinan risalah rapat Dewan

Komisaris karena risalah asli tersebut dipelihara Direksi.

Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh Dewan Komisaris, yaitu

sebagai berikut:

102Ibid.

, hal.33. 103Ibid.

hal.29. 104

(21)

b. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan saham atau keluarganya pada

Perseroan tersebut dan Perseroan lain. Demikian juga dengan setiap perubahan

dalam kepemilikan saham tersebut wajib juga dilaporkan.

c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun

buku yang baru lampau kepada RUPS.105

Dalam pasal 106 UU No.40 Tahun 2007, diberikan wewenang kepada

Komisaris untuk melakukan schorsing kepada Direksi, yaitu memberhentikan secara

sementara. Pemberhentian tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota direksi

yang bersanngkutan disertai dengan alasan. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakannya RUPS.

Dalam hal pejabat Direksi lowong, maka untuk sementara dapatlah Komisaris

menjalankan pengurusan.

Anggaran dasar Perseroan juga dapat mengatur adanya satu orang atau lebih

Komisaris Independen dan satu orang Komisaris Utusan. Komisaris Independen

diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham utama, anggota direksi, dan/ atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

Komisaris utusan merupakan anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan

keputuran rapat Dewan Komisaris. Tugas dan wewenang Komisaris utusan ditetapkan

dalam anggaran dasar Perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan

wewenang Dewan Komisaris dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan

Direksi. Dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

108, Dewan Komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih

105

(22)

anggota Dewan Komisaris, yang komite tersebut bertanggung jawab kepada Dewan

Komisaris.106

Seperti dalam laporan tahunan yang dibuat oleh Direksi, campur tangan dari

Dewan Komisaris hanya sekedar memberi masukan kepada Direksi dan bila Dewan

Komisaris telah menyetujui isi dari laporan tahunan tersebut maka akan ditandatangani

oleh semua anggota Direksi dan semua Dewan Komisaris yang menjabat pada tahun

buku yang bersangkutan. Dalam hal terdapat anggota Direksi atau anggota Dewan

Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan tersebut, yang bersangkutan

harus menyebutkan alasannya secara tertulis, atau alasan tersebut dinyatakan oleh

Direksi dalam surat tersendiri yang dilekatkan dalam laporan tahunan. Dan bila anggota Di dalam Pasal 109 UU No.40 Tahun 2007 disebutkan bahwa suatu Perseroan

yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan

Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah

terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi

Majelis Ulama Indonesia. Dewan Pengawas Syariah tersebut bertugas memberikan

nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai

dengan prinsip syariah.

Peran Dewan Komisaris dalam penggunaan laba Perseroan tidaklah terlalu

dominan jika dibandingkan dengan peran organ Perseroan yang lain. Sesuai dengan

tugas Dewan Komisaris yang diamanatkan oleh Undang-Undang yaitu mengawasi dan

memberi nasihat kepada Direksi, Dewan Komisaris hanya memberikan persetujuan

mengenai rencana kerja yang dibuat oleh Direksi. Fungsi Dewan Komisaris sekedar

mengesahkan saja.

106

(23)

Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan dan

tidak memberi alasan secara tertulis, yang bersangkutan dianggap telah menyetujui isi

laporan tahunan.

Setiap anggota Dewan Komisaris wajib itikad baik, kehati-hatian, dan

tanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada

Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

107

a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas

kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan

tugasnya. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2(dua) anggota Dewan Komisaris

atau lebih, tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan

Komisaris. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat mempertanggungjawabkan atas

kerugian apabila dapat membuktikan:

b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatka kerugian; dan

c. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut.108

Dalam pembagian dividen interim sebagaimana ditetapkan oleh direksi yang

harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris.

Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen

interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada

107

Sujud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia: Catatan atas UU Perseroan Terbatas,

(24)

Perseroan. Dewan Komisaris juga ikut bertanggung jawab dengan Direksi dalam hal

pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim yang telah diambil.

3. Peran Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Dalam Penggunaan Laba Perseroan

Pada hakikatnya pengurusan sehari-hari Perseroan diselenggarakan oleh suatu

organ yang dinamakan “Direksi”. Untuk menduduki jabatan Direksi ini dalam

prinsipnya bukanlah karena ia tau mereka pemegang saham. Bahkan secara

konsepsional menurut hukum Perseroan, cenderung diarahkan kepada kemampuan

manager professional. Dalam pada itu dirasakan sebagai kebutuhan adanya organ yang

mengawasi tindak-tanduk Direksi itu, organ inilah yang dinamakan Dewan Komisaris.

Sebagaimana pada organ Direksi, untuk menduduki jabatan Komisaris dalam konsepnya

bukan karena ia atau mereka pemegang saham, melainkan cenderung disediakan kepada

mereka yang professional. Lalu jika keadaannya demikian, bagaimana dengan

Pemegang Saham. Bukankah pemegang saham, yang paling berkepentingan dengan

berhasil atau ketidakberhasilan Perseroan. Mereka akan merugi jika Perseroan tidak

berhasil mendatangkan keuntungan, hingga akibatnya Pemegang Saham tidak akan

memperoleh pembagian keuntungan yang dinamakan “dividen”. Bahkan kemungkinan

Perseroan rugi. Dalam hubungan inilah, maka dalam filosofinya dirasakan perlu

diciptakan adanya wadah di mana para pemegang saham dapat menyalurkan

kepentingannya. Wadah inilah yang kita namakan “Rapat Umum Pemegang Saham”

yang disingkat “RUPS”.109

109

(25)

RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

atau Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan dan

anggaran dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan

kepentingan Perseroan dari Direksi dan/ atau Komisaris. RUPS diadakan di tempat

kedudukan Perseroan atau tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya, kecuali

ditentukan lain dalam anggaran dasar, tempat tersebut harus terletak di wilayah Negara

Republik Indonesia.110

RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan diadakan

dalam waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku. Dalam RUPS tahunan harus

diajukan semua dokumen Perseroan. RUPS lainnya dapat dapat diadakan

sewaktu-waktu, berdasarkan kebutuhan. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk

kepentingan Perseroan berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Penyelenggaraan

RUPS dapat dilakukan atas permintaan satu pemegang saham atau lebih yang

bersama-sama mewakili 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau

suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan

yang bersangkutan. Permintaan penyelenggaraan RUPS tersebut harus diajukan kepada

Direksi atau Komisaris dengan surat tercatat disertai alasannya.111

Surat tercatat sebagaimana dimaksud di atas tembusannya disampaikan

kepada Dewan Komisaris. Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka

waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan

penyelenggaraan RUPS diterima.112

Dalam hal Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS, permintaam

penyelenggaraan RUPS diajukan kembali kepada Dewan Komisaris. Dewan Komisaris

110

Fran Satrio Wicaksono, Op.cit., hal.21. 111Ibid.

112

(26)

wajib melakukan pemanggilan RUPS tersebut dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari

terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima.

RUPS yang diselenggarakan oleh Direksi berdasarkan panggilan RUPS

membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan dilakukan RUPS berdasarkan

permintaan satu pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 bagian

dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih

kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan yang bersangkutan atau

atas permintaan Dewan Komisaris dan membicarakan mata acara rapat lainnya yang

dipandang perlu oleh Direksi. Sedangkan RUPS yang diselenggarakan Dewan

Komisaris berdasarkan panggilan RUPS yang dilakukan oleh Dewan Komisaris itu

sendiri hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan dimintakannya

RUPS.

Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan

RUPS dalam jangka waktu yang telah ditentukan, pemegang saham yang meminta

penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan

Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan

pemberian izin kepada pemohon melakukan pemanggilan RUPS tersebut.

Jika pemohon secara sumir telah membuktikan bahwa persyaratan dipenuhi

dan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk mengadakan RUPS, maka

Ketua Pengadilan Negeri akan menetapkan pemberian izin untuk menyelenggarakan

RUPS yang juga memuat ketentuan mengenai:

a. Bentuk RUPS, mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang saham,

jangka waktu pemanggilan RUPS, kuorum kehadiran, dan/ atau ketentuan tentang

(27)

dengan atau tanpa terikat pada ketentuan Undang-Undang atau anggaran dasar; dan/

atau

b. Perintah yang mewajibkan Direksi dan/ atau Dewan Komisaris untuk hadir dalam

RUPS.113

Di dalam Perseroan dikenal yang dinamakan dengan “anggaran dasar”.

Anggaran dasar itu pada hakikatnya adalah aturan yang mengatur bagaimana aturan

permainan dalam suatu persekutuan.114

i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

Dengan kata lain, selain ketentuan dalam

Undang-Undang Perseroan yang ada, anggaran dasar juga menjadi payung hukum

dalam Perseroan.

Menurut Pasal 15 UU No.40 Tahun 2007, Anggaran dasar memuat

sekurang-kurangnya:

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

c. jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap

klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan

Komisaris;

115

113

Pasal 82 ayat (3) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 114

Rudhi Prasetya, Op.cit., hal.48. 115

(28)

Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.116

Tugas lain dari RUPS adalah meliputi tugas pengendalian terhadap kerja

Direksi, sebagaimana diatur dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 69 UU No.40 Tahun

2007. Menurut Pasal 63 merupakan kewajiban dari Direksi menyusun rencana kerja

tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan dating. Menurut Pasal 64 rencana

kerja ini harus disampaikan kepada RUPS untuk disetujui oleh RUPS, kecuali menurut

anggaran dasar tugas ini dilimpahakan kepada Dewan Komisaris. Demikian RUPS sejak

awal tahun buku sudah dapat mengendalikan kebijaksanaan-kebijaksanaan Direksi. Oleh karena itu RUPS memiliki

peranan yang besar dalam hal penentuan tata cara penggunaan laba dan pembagian

dividen.

117

Kemudian manakala RUPS menerima baik Laporan keuangan Direksi, RUPS

berapat untuk menentukan apakah yang akan dilakukan pembagian keuntungan kepada

para pemegang saham berikut besarnya dividen yang akan dibagikan.118

Selain penyisihan untuk cadangan dan pembagian dividen, laba bersih dapat

juga digunakan untuk pembagian tantieme untuk anggota Direksi dan Dewan Komisaris

serta bonus untuk karyawan. Berdasarkan keputusan RUPS tersebut dapat ditetapkan

sebagian atau seluruh laba bersih digunakan untuk pembagian dividen kepada

pemegang saham, cadangan, dan/atau pembagian lain seperti tansiem (tantieme) untuk

anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta bonus untuk karyawan. Pemberian tansiem Sebelum dibagikannya dividen, RUPS akan menentukan jumlah penyisihan

untuk cadangan sebagaimana yang diwajibkan oleh Undang-Undang. Kewajiban

menyisihkan dana cadangan tersebut menjadi wajib sampai tercapai kumulatif

sekurang-kurangnya 20% dari modal yang ditempatkan dan disetor.

116

Pasal 19 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 117

Rudhi Prasetya, Op.cit., hal 49. 118Ibid.

(29)

dan bonus yang dikaitkan dengan kinerja Perseroan telah dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya.119 Maksud dari telah dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya adalah Perseroan harus mengakui biaya tantiem dan bonus sebagai beban

pada tahun berjalan dimana kewajiban konstruktif tersebut telah timbul dan dapat

diestimasi secara andal.120 Pemberian tantiem dan bonus dianggap sebagai beban pada

tahun berjalan dan bukan sebagai distribusi laba bersih. Pembebanan tersebut disajikan

pada laporan laba rugi dan diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.121

Tantieme ini adalah sebenarnya bagian dari keuntungan dan sifatnya adalah gratifikasi.

Pada galibnya tantieme diberikan setahun sekali dan berbentuk suatu presentase tetap

dari keuntungan bersih yang didapat dalam tahun baru silam. Jika tidak diperoleh

keuntungan maka tantieme pun tidak diberikan.122

119

Penjelasan Pasal 71 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 120

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/BAS/bas.htm, diakses tanggal 10 Juli 2013.

121Ibid . 122

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah (1) bagaimana kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru PAI dalam praktikum materi ibadah praktis, (2)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 28 orang (93,3%) sedangkan responden yang paling sedikit adalah ibu

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Locus of Control ( LOC ) dari mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar,

Masukkan file lewat Browse dan berikan nama file kemudian Upload.. Untuk format file

is 10 percent or more of the greater, in absolute amount, of (a) the combined reported profit of all operating segments that reported a profit or (b) the combined reported loss

 those skills that allow a written message to be decoded into speech in order to ascertain its meaning.  those skills that allow a spoken message to be encoded in writing,

KOMPETENSI PROFESIONAL & PEDAGOGIS GURU BAHASA INGGRIS DALAM BERBAGAI TUNTUTAN PROFESI.. Tim Pengabdian pada Masyarakat PPs Pendidikan Bahasa

1) Guru menampilkan berbagai jenis undangan yang berbeda dan peserta didik mengamati gambar tersebut. 2) Peserta didik melihat berbagai contoh gambar kartu undangan