• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Filosofi Bushidou Di Dalam Sikap Aikidouka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Makna Filosofi Bushidou Di Dalam Sikap Aikidouka"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA

3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu

jasmani dan jiwa. Jiwa berhubungan erat dengan pikiran egois, hati, perasaan,

kehendak, emosi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut.

Penguasaan gi menjadi penekanan utama dibandingkan dengan penguasaan teknik.

Penguasaan teknik hanyalah sarana untuk mencapai penguasaan gi. Dalam jalan

aikidou pelaku harus menyatukan pikiran dan tubuh dengan gi sebagai

penghubungnya. Aikidou bukanlah seni beladiri yang mengandalkan otot, karena

gerakannya enggak menangkis serangan atau melawan kekuatan dengan kekuatan.

Prinsipnya adalah meredam serangan agar tidak berdampak buruk bagi yang diserang

maupun penyerangan. Aikidou merupakan cara pembelaan diri dimana tenaga

penyerang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk melawan dirinya sendiri. Fokus

utama aikidou adalah netralisasi terhadap bagian tubuh penyerang yang digunakan

sebagai alat penyerangan, bukan serangan balik terhadap tubuh penyerang. Cara

pembelaan diri seperti ini secara fisik tidak akan terlalu menguras tenaga pembelaan

diri dalam menghadapi penyerang, sehingga hal ini dapat dilakukan semua orang baik

pria maupun wanita dalam berbagai usia. Konsep teknis non fisik beladiri aikidou

adalah penggunaan energi gi bersama dengan teknik fisik pembelaan diri, energi gi

(2)

semua potensi manusia baik jasmani maupun rohani terintegrasi dalam suatu

koordinasi pembelaan diri. Saat mendalami aikidou akan diajarkan cara jatuh yang

benar untuk menghindari cedera parah. Resiko luka parah saat jatuh dari bus,

tergelincir di jalan, atau kecelakaan lainnya bisa kita hindari. Aikidou juga

menekankan harmonisasi jasmani dan jiwa dengan alam semesta. Sehingga pikiran

jadi lebih tenang dan mampu menahan emosi (bedaliac7.blogspot.co.id).

3.2 Filosofi Meiyo (Menghormati dan Kehormatan) di dalam Sikap

Aikidouka

Sikap menghormati merupakan sifat yang sangat lekat dengan karakter

budaya masyarakat Jepang. Hal ini dapat kita lihat dari budaya “REI”, yaitu

membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam Bushidou

sikap menghormati seperti ini merupakan gambaran nilai kehormatan bagi seorang

samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah

kehormatan dalam dirinya, bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain.

Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan

benar dan baik khususnya terhadap orang-orang yang statusnya berada di atas kita,

seperti kepada orang tua kita, guru dan atasan. Di dalam sikap aikidouka sebelum

pertandingan dimulai, aikidouka harus saling membungkukkan badan sebagai tanda

menghormati satu dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa aikidouka

memiliki rasa menghormati orang lain yang tinggi sesuai nilai moral cara bersikap

(3)

menghormati guru atau sensei mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut “Sensei”.

Artinya orang yang terlahir lebih dahulu, dan lebih lanjut memiliki pemahaman

sebagai orang yang memiliki pengetahuan & kebijaksanaan tentang kehidupan lebih

mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar atau

bertanya, sekalipun usianya mungkin lebih muda dari kita. Dalam aikidou guru atau

sensei diibaratkan sebagai orang tua kedua setelah kedua orang tua kita. Hal ini

disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang

tua kita.

3.3 Filosofi Makoto (Kejujuran dan Ketulusan) di dalam Sikap Aikidouka

Kejujuran dalam tutur kata dan ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang

esensial dalam Bushidou. Apabila kita bertutur kata, maka katakanlah yang

sebenarnya, yang ada dalam hati dan pikiran kita dengan cara yang baik dan

terhormat. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang

memiliki keberanian dalam jiwa mereka. “Makoto” adalah kesempurnaan tertinggi

bagi bushidou, yang artinya jujur kepada diri sendiri dan orang lain. Sifat ini adalah

sumbernya aiki (keselarasan dan keteraturan alam semesta). Agar dapat menetapkan

makoto kita perlu menitik beratkan pikiran kita pada saat ini, bukan ke masa lalu

maupun masa depan. Ini berarti masa depan itu tidak penting. Masa depan jelas

penting, tetapi titik berat perhatian kita seharusnya bukanlah ke masa depan

melainkan ke saat ini. Di dalam sikap aikidouka hal ini juga tercermin. Para

aikidouka harus memiliki sifat jujur dan tulus terhadap diri sendiri , orang lain dan

(4)

mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan

dan kebenaran sehingga para aikidouka menjaga ucapannya, dan bertindak benar

secara moral dan membentuk sikap tulus dalam menghadapi masalah dalam

kehidupan sehari-hari, kecendrungan berprasangka buruk terhadap masalah yang di

hadapi dapat tergantikan dengan kewaspadaan dan kesiapan bertindak yang

proporsional.

3.4 Filosofi Chugi (Kesetiaan) di dalam sikap Aikidouka

Kesetiaan adalah suatu sikap yang terhormat, sedangkan penghianatan

adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang bushidou akan menjaga kesetiaannya

bahkan apabila harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Bushidou pada jaman

dahulu rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya.

Di dalam sikap aikidouka hal ini juga tercermin. Para aikidouka selalu menjaga

kesetiaan terhadap guru atau sensei, setia dengan aturan-aturan yang diajarkan oleh

guru, setia menjaga nama perguruannya (dojo). Hal ini menunjukkan bahwa konsep

bushidou telah tercermin di dalam sikap aikidouka yang merupakan sikap sangat

mulia.

3.5 Filosofi Rei (Sopan Santun) di dalam Sikap Aikidouka

Sopan santun adalah bagian yang integral dalam Bushidou. Tanpa sikap dan

tata kesopanan yang baik dan benar, maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai

bushidou sekalipun ia sangat mahir dalam pertempuran. Sikap Rei adalah sebuah

(5)

merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Di dalam

sikap aikidouka hal ini juga tercermin. Seperti ketika memasuki atau meninggalkan

dojo, yang tepat adalah menunduk ke arah sensei, kamiza atau bagian depan dojo.

tidak ada sepatu di atas matras. Jika aikidouka harus meninggalkan dojo atau matras

untuk alasan apa pun selama ada kelas, datangi instruktur aikidou dan meminta izin.

Dan di mohon untuk tetap sedikit bicara selama ada latihan, apabila ada percakapan

harus di batasi pada satu topik yaitu aikidou. Sering kali hal seperti ini dianggap

remeh karena tidak memahami semangat dari latihan. Perlu diingat bahwa kita

berlatih bukan sebatas untuk olahraga atau sekadar berlatih untuk bertarung namun

diharapkan latihan aikidou dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang

aikidouka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan

sehari-hari.

3.6 Filosofi Jin (Kemurahan Hati dan Memiliki Sifat Kasih Sayang) di

dalam Sikap Aikidouka

Bushidou memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminim

(yang). Jin mewakili sifat feminim yaitu mencintai. Meski berlatih ilmu pedang dan

strategi berperang sekalipun, para samurai harus memiliki sifat mencintai sesama

manusia, kasih sayang dan peduli terhadap manusia. Kasih sayang dan kepedulian

tidak hanya ditujukan pada atasan dan pimpinan namun pada kemanusiaan. Sikap ini

harus tetap ditunjukkan baik di siang hari yang terang benderang maupun di

(6)

Di dalam sikap aikidouka hal ini juga tercermin. Para praktisi atau pemain

aikidouka diajarkan tentang hal memaafkan, kasih sayang dan melatih kemampuan

hati, diri, pikiran, dan tubuh secara bersungguh-sungguh untuk mencari nilai

kebenaran tertinggi dalam aikidouka

(www.apakabardunia.com/2011/09/8-kode-etik-para-samurai-yang-patut-dicontoh.html)

3.7 Filosofi Yuuki (Keberanian) di dalam Sikap Aikidouka

Keberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 prinsip bushidou,

karena keberanian hanya dapat diperoleh setelah seseorang mampu memahami dan

menjalani ke 6 prinsip sebelumnya. Keberanian dalam diri seorang kesatria

merupakan pancaran dan sifat-sifat serta akhlak yang mulia. keberanian yang

dilandasi pemahaman terhadap nilai-nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan

keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan

orang lain. Oleh sebab itu seorang aikidouka harus memastikan dirinya selalu

berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertandingan yang pertama dapat

menjadi pertandingan terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk

bertanding maka ia tidak akan mundur atau lari. Aikidouka tidak pernah menyesal

dengan keputusan yang diambil, sekalipun ia harus kehilangan juaranya. Hal ini

disebabkan aikidouka tahu bahwa ia berada dalam kebenaran. Nilai keberanian adalah

hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan akhlak, sehingga dalam

pertandingan yang sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar

dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani. Di

(7)

kandungan yang tetap memiliki esensi yang sama, yaitu mengenai ajaran moral,

mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang aikidouka. Berdasarkan nilai-nilai

yang telah dijelaskan di atas, maka diharapkan para aikidouka, khususnya para

yudansha dapat mengerti atau memahami secara mendalam dan mengamalkannya

dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama

murid-muridnya, sebagai sebuah tanggung jawab dari yang telah dipahami dan dipelajari

(www.iaisteven dojo perwira.blogspot.co.id/2014/02/7-pilar-budou-1.html)

Jadi tujuan aikidou bukanlah untuk menguasai teknik mengunci atau

membanting lawan, melainkan untuk meningkatkan spritualitas kita dan

mematangkan sisi emosi kita. Dengan hasil-hasil itu kita dapat meningkatkan

kemampuan untuk bersikap selaras dengan sekeliling kita dalam arti luas, yakni

mencakup keluarga, perusahaan, dan masyarakat kita dan bersikap selaras pula

dengan alam.

Dapat disimpulkan bahwa aikidou adalah jalan keselarasan: keselarasan

antara pikiran dan tubuh, keselarasan antara diri sendiri dan orang lain, keselarasan

antara diri sendiri dengan lingkungan serta alam semesta.

(8)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melihat penulisan skripsi ini secara menyeluruh maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Di dalam makna filosofi bushidou ada 7 prinsip yang harus dimiliki oleh aikidouka

yaitu gi, meiyo, makoto, chugi, rei, jin dan yuuki.

2. Filosofi Gi di dalam sikap aikidouka, gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu

jasmani dan jiwa. Jiwa berhubungan erat dengan dengan pikiran, egois, hati, perasaan,

kehendak, emosi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut.

Penguasaan gi menjadi penekanan utama dibandingkan dengan penguasaan teknik.

3. Filosofi Meiyo di dalam sikap aikidouka, sikap menghormati merupakan sifat yang

sangat lekat dengan karakter budaya masyarakat jepang. Hal ini dapat kita lihat dari

budaya rei yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang.

4. Filosofi Makoto di dalam sikap aikidouka yaitu kejujuran dalam tutur kata dan

ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam bushidou. Apabila kita

bertutur kata, maka katakanlah yang sebenarnya, yang ada dalam hati dan pikiran kita

dengan cara yang baik dan hormat.

5. Filosofi Chugi di dalam sikap aikidouka yaitu kesetiaan adalah suatu sikap yang

(9)

akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa mereka

sekalipun.

6. Filosofi Rei di dalam sikap aikidouka yaitu sopan santun adalah bagian yang

integral dalam bushidou. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar, maka

seseorang tidak dapat dikatakan sebagai bushidou sekalipun ia sangat mahir dalam

pertempuran.

7. Filosofi Jin di dalam sikap aikidouka, yaitu bushidou memiliki aspek

keseimbangan antara maskulin dan feminim. Jin mewakili sifat feminim yaitu

mencintai. Meskipun berlatih ilmu pedang dan strategi berperang sekalipun, para

bushidou harus memiliki sifat mencintai sesama manusia, kasih sayang, dan peduli

terhadap manusia.

8. Filosofi yuuki di dalam sikap aikidouka adalah keberanian dalam diri seorang

kesatria merupakan pancaran dan sifat-sifat serta akhlak yang mulia. keberanian yang

dilandasi pemahaman terhadap nilai-nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan

keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan

orang lain.

(10)

4.2 Saran

Melalui penulisan skripsi ini, diharapkan para pembelajar kebudayaan

Jepang dapat lebih memahami mengenai aikidou, yang mana aikidou bukanlah

sekedar olahraga beladiri yang mengutamakan teknik gerakan, melainkan filosofi dan

keadaan mental seseorang juga diuji dan dilatih, serta tujuan dari aikido adalah

mencapai pemahaman dimana manusia mengenal siapa dirinya & mampu

menempatkan diri dengan tepat secara fisik, mental, spiritual dalam kondisi dan

situasi apapun. kita juga dapat turut mempelajari olahraga beladiri tradisional Jepang

khususnya aikidou yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Jepang.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian

National Household Health Survey (NHHS) 1995, and extended analysis of data Core and Module National Socio Economy Survey (SUSENAS) 1998. The information was about

Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber, tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al- qur’an dan

Beberapa artefak yang ditemukan baik dari hasil penggalian maupun yang sudah berada di permukaan tanah yaitu batu-batu berbentuk kala; makara; batu berelief guirlande, gapa, pilar

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

Media pembelajaran dapat membantu menggeneralisasi materi pembelajaran dan permainan yang diberikan kepada anak sebelum guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

( 2 ) Dengan melihat hasil koefesien Variable Independen Indeks Harga Saham Gabungan (X1), Produk Domestik Regional Bruto (X2),Tingkat Suku Bunga (X3) maka dapat disimpulkan