BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pelaksanaan operasional suatu perusahaan harus berpedoman pada rencana
kerja yang telah ditetapkan oleh kebijakan manajemen perusahaan tersebut, baik
mengenai pengolahan maupun pengadaan. Dengan demikian kelangsungan
perusahaan tersebut dimasa yang akan datang lebih terjamin. Oleh karena itu
beberapa faktor yang membantu pencapai tujuan perusahaan harus dilaksanakan
dengan baik. Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah keadaan keuangan
suatu perusahaan tersebut.
.Gejolak krisis moneter yang menimpa Indonesia di pertengahan tahun
1998 membuat kondisi perekonomian kita berada dalam posisi yang lemah.
Angka pertumbuhan ekonomi mengalami kemerosotan yang cukup tajam.
Melonjaknya laju inflasi yang diperburuk oleh kondisi politik yang mengalami
kekacauan berpengaruh terhadap angka indeks harga saham gabungan di bursa
efek. Jatuhnya angka indeks harga saham gabungan di bursa saham membuat
banyak investor mengalami kerugian, sehingga sebagian besar dari mereka
menarik modalnya dari bursa saham.
Disamping itu banyak perusahaan yang terdaftar di bursa saham
mengalami kerugian dan terancam bangkrut. Hal itu membuat calon investor
enggan untuk menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia. Setelah
mulai membaik. Dengan dikeluarkannya sejumlah kebijakan di bidang ekonomi
oleh pemerintahan baru yang bertujuan untuk perbaikan ekonomi membawa angin
segar bagi kehidupan pasar modal. Kinerja pasar modal mulai kembali bergairah
seiring dengan membaiknya kondisi perusahaan yang tergabung di bursa efek. Hal
itu membuka peluang bagi investor untuk dapat kembali meraih keuntungan atas
modal yang ditanamkannya di bursa saham. Sehingga perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan kinerja perusahaannya secara optimal karena dengan adanya
peningkatan kinerja tersebut, diharapkan dapat meningkatkan arah perusahaaan
pada tujuannya. Salah satu hal penting dilihat dari kacamata manajemen keuangan
adalah tujuan perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat
diukur dari meningkatnya kemakmuran pemiliknya yaitu pemegang saham (share
holders) atau nilai saham dari perusahaan tersebut (Samsi, 2006). Penciptaaan
nilai perusahaan akan dapat dicapai jika para manajer mampu mengelola
perusahaan secara efektif dan efisien. Semakin berhasil suatu perusahaan
memaksimalkan nilainya maka mutu dan jumlah keuntungan yang dihasilkan juga
akan semakin baik.
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
perlu diperhatikan oleh investor karena Return On Equity (ROE) merupakan
indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka melakukan
tugasnya yaitu menghasilkan keuntungan (return) yang maksimal bagi para
investor. Semakin besar nilai Return On Equity (ROE) suatu perusahaan berakibat
pada kenaikan harga saham suatu perusahaan tersebut, dengan naiknya harga
meningkat. Besarnya Return On Equity (ROE) suatu perusahaan dipengaruhi oleh
nilai Return On Assets (ROA) yang tinggi atau leverage yang disesuaikan tinggi.
Return on equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On Common
Equity, dalam bahasa Indonesia istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai
Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal Sendiri). Investor yang akan
membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari
total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Seperti diketahui,
pemegang saham mempunyai klaim residual (sisa) atas keuntungan yang
diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk
membayar hutang bunga, kemudian saham preferen, baru kemudian (kalau ada
sisa) diberikan kepada pemegang saham biasa.Syamsuddin (2007:64)
mendefinisikan Return On Equity (ROE) :
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Pada dasarnya setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh
perusahaan selalu memerlukan dana baik untuk biaya kegiatan operasional sehari
hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjang. Dana yang digunakan
untuk melangsungkan kegiatan sehari- hari disebut modal kerja.Modal kerja
dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui
hasil penjualan produksinya.
Dalam dunia usaha, peningkatan kegiatan usaha selalu menghadapi
berbagai masalah-masalah. Salah satu masalah utama yang dihadapi pemilik
usaha adalah untuk menyediaan modal kerja yang diperuntukkan untuk
menunjang kegiatan.Pimpinan perusahaan harus selalu aktif meneliti
sumber-sumber dan penggunaan modal kerja agar perusahaan selalu tercukupi. Modal
kerja dapat diperoleh dari hasil operasi perusahaan maupun luar . Kegagalan
memperoleh modal kerja akan menimbulkan hambatan, meski hal itu turut
dipengaruhi oleh factor pengolahan dalam meningkatkan mutu produksi dan
faktor lain yang sifatnya eksternal.Peranan modal kerja sangat penting bagi setiap
perusahaan, walaupun peranan tersebut selalu berbeda pada masing-masing
perusahaan. Dalam perusahaan industri misalnya, salah satu peranan modal kerja
adalah menjamin kontinuitas perusahaan. Namun pada daasarnya modal kerja dan
modal memiliki hubungan yang sangat erat. Modal, disamping kontinuitas, juga
menjaga likuiditas perusahaan.
Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari- hari yang selalu berputar
dalam periode tertentu (H.indriyo dan H.basri,2002). Sedangkan menurut Riyanto
(2001), modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan
uang kas dan digunakan perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk
membayar gaji pegawai, pembelian bahan mentah, membayar ongkos angkutan,
terdiri dari 2 yaitu (1) Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu
modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan
baik dalam suatu periode akuntansi. (2) Modal kerja variabel (Variabel working
capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat- saat tertentu dengan jumlah yang
berubah- ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode.
Modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang berasal dari luar atau
ekstern dapat dibelanjai dari kombinasi sumber dana jangka panjang, menengah
dan jangka pendek. Menghubungkan salah satu unsur dari modal kerja dengan
salah satu bentuk sumber dana harus dilakukan dengan sangat hati- hati. Hal ini
dapat dilihat ketika perusahaan mengeluarkan obligasi pada pasar modal maka
obligasi tersebut mungkin kita gunakan untuk berbagai keperluan baik uang kas,
piutang dagang maupun persediaan bahan baku dan tidak untuk salah satu jenis
unsur kebutuhan modal kerja saja. Oleh karena itu sumber dana tersebut
membentuk suatu kesatuan sumber dana yang digunakan untuk satu kesatuan
kebutuhan modal kerja.
Modal kerja dalam suatu perusahaan adalah sejumlah dana yang harus
berputar secara tetap atau permanen. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi
akan menyenangkan kreditor jangka pendek karena mereka memperoleh kepastian
bahwa modal kerja berputar dengan kecepatan yang tinggi dan utang akan segera
dapat dibayar meski dalam kondisi operasi yang sulit. Dalam perusahaan tingkat
perputaran modal kerja yang tinggi akibat adanya jumlah modal yang cukup
dengan tingkat penjualan yang tinggi sehingga modal cepat kembali kebentuk
tinggi akibat perusahaan kekurangan modal kerja sedangkan tingkat penjualan
dalam perusahaan tersebut juga tinggi.sedangkan tingkat perputaran modal kerja
yang rendah disebabkan karena banyaknya dana yang tidak dimanfaatkan dalam
operasi perusahaan secara efektif dan efisien dengan tingkat penjualan yang
rendah.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat diambil suatu cara dimana modal
kerja yang sifatnya permanen sebaiknya dibiayai dengan menggunakan kredit
jangka panjang sedangkan modal kerja yang berubah- ubah dibiayai dengan kredit
jangka pendek. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal bagi suatu perusahaan
pengelolaan modal kerja harus digunakan secara efektif dan efisien. Modal kerja
tersebut harus cukup jumlahnya atau harus mampu membiayai pengeluaran-
pengeluaran perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari- hari. Dengan
adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, karena
disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan
efisien perusahaan juga tidak mengalami kekurangan atau masalah keuangan.
Pengelolaan keuangan yang baik dapat dilihat dari ketepatan penggunaannya,
adapun penggunaan modal kerja adalah untuk: (1) Pembelian aktiva tetap, (2)
Pembayaran utang dan pembelian saham, (3) Pembayaran Deviden dan (4)
Pembayaran beban atau biaya- biaya.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu Hutahaen (2006) yang berjudul “ Pengaruh Manajemen Modal
Kerja dan Hubungannya terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PTP.Nusantara I-
Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas baik secara parsial maupun
simultan dan mempunyai hubungan yang sangat lemah. Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005) yang berjudul “ Pengaruh Modal
Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity (ROE) pada
Perusahaan Makanan dan Minuman go public di Bursa Efek Jakarta Studi empiris
tahun 2000 sampai dengan 2003. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
bahwa Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja secara signifikan berpengaruh
terhadap Return On Equity (ROE). Untuk membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah objek penelitiannya dimana pada penelitian yang
sebelumnya perusahaan yang diteliti adalah perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di bursa efek jakarta sedangkan penelitian sekarang perusahaan
yang bergerak di sektor perkebunan, dan juga periode tahun penelitian dimana
pada penelitian sebelumnya periode penelitian yang diteliti adalah dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2003, sedangkan periode tahun penelitian sekarang adalah
periode tahun 2008 sampai 2012. Sedangkan yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian Hutahaen (2006) adalah variabel independen yang
mempengaruhi variabel depennya dan objek atau data penelitian yang dilakukan.
Sehubungan dengan uraian latar belakang diatas dan juga melihat kembali
dari penelitian terdahulu bahwa perusahaan sektor perkebunan sangat jarang
digunakan sebagai bahan atau data penelitian maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal
Kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan Perkebunan yang
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja
berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan secara parsial?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh
Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return On Equity (ROE) pada
perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan
dan secara parsial.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk sebagai bahan masukan atau
bahan pertimbangan untuk melihat aplikasi yang diterapkan dalam lapangan
dengan teori yang dipelajari peneliti.
2. bagi peneliti,sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan khusunya
tentang Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja dan implikasinya terhadap
Return On Equity ( Pengembalian Modal).
3. bagi perusahaan, manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan atau evaluasi
bagi kebijakan dalam memahami kinerja suatu perusahaan dalam
4. bagi investor atau calon investor manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan
untuk menilai kredibilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
khususnya sektor perkebunan dan pembuatan kebijakan- kebijakan di Bursa
Efek Indonesia tersebut.
5. untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk