BAB II
FAKTOR PENYEBAB TERBENTUKNYA KENAKALAN ANAK JALANAN
Kenakalan dalam diri seorang anak merupakan perkara yang lazim terjadi.
Tidak seorangpun yang tidak melewati tahap/fase negrif ini atau sama sekali tidak
melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya menimpa beberapa
golongan anak jalanan di suatu daerah tertentu saja. Keadaan ini terjadi di setiap
tempat, lapisan dan kawasan masyarakat. Bentuk kenakalan anak jalanan terbagi
mengikuti 3 kriteria, yaitu : 23
“Kebetulan, kadang-kadang, dan sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan tingkat titik patahan yang tinggi, medium dan rendah. Klasifikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan Tripartite, yaitu : historis,instinktual, dan mental. Semua itu dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan demgan sebab-musabab terjadinya kenakalan insktiktual bisa dilihat dari aspek keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali anomali dalam dorongan berkelompok”.
Kenakalan terjadi akibat adanya dua unsur yang bertemu, diantaranya
yaitu niat untuk melakukan suatu pelanggaran dan kesempatan untuk
melaksanakan niat tersebut sehingga jika ada salah satu dari kedua unsur tersebut
yang tidak lengkap maka tidak akan terjadi apa-apa. Bila seseorang memiliki niat
untuk melakukan suatu pelanggaran, tetapi dikarenakan tidak adanya kesempatan
untuk melaksanakan niat tersebut maka tidak akan terjadi suatu pelanggaran.
Sebaliknya walaupun ada kesempatan untuk melakukan suatu pelanggaran tetapi
23
niat untuk melakukan suatu pelanggaran tidak ada maka juga tidak akan terjadi
pelanggaran tersebut. Kedua unsur niat dan kesempatan adalah hal yang sangat
penting dalam hal terjadinya kenakalan anak jalanan.24
1. Teori Biologis
Adapun teori perilaku
kenakalan anak jalanan yang dapat ditinjau dari aspek kriminologi adalah sebagai
berikut:
Tingkah laku kenakalan pada anak dan dapat muncul karena faktor-faktor
fisiologi atau struktur jasmaniah seseorang, juga dapat oleh cacat jasmaniah yang
dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung:
a. Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, dapat juga
disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan
penyimpangan tingkah-laku, dan anak menjadi nakal secara potensial.
b. Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal),
sehingga membuahkan tingkah laku yang nakal.
c. Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang
menimbulkan tingkah laku yang nakal.
2. Teori Psikologis
Teori ini menekankan sebab tingkah laku anak yang nakal dari aspek
psikologis antara lain ciri kepribadian, motivasi, fantasi, rasionalisasi dan
lain-lain. Anak nakal biasa berasal dari kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak
beruntung sehingga dapat membuahkan masalah psikologis personal dan
penyesuaian diri yang terganggu pada diri anak. Anak akan mencari kompensasi
24
di luar lingkungan keluarga untuk memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk
perilaku kenakalan. Kenakalan anak merupakan reaksi terhadap masalah psikis
anak itu sendiri.
Anak nakal ini melakukan banyak kejahatan didorong oleh konflik batin
sendiri. Jadi mereka mempraktekkan konflik batinnya untuk mengurangi beban
tekanan jiwa sendiri lewat tingkah laku agresif, impulsif dan primitif. Tingkah
laku yang dilakukan anak biasanya tidak memperdulikan hasil dari kejahatan
tersebut dan tidak menghindarkan diri untuk dikenali oleh orang luar. Jadi mereka
secara kasar dan terang-terangan melakukan tindak kriminal di luar seperti di
jalanan.
3. Teori Sosiogenis
Penyebab tingkah laku yang nakal pada anak adalah murni sosiologis yang
disebabkan oleh pengaruh peranan sosial dan internalisasi yang keliru. Maka
faktor sosial itu sangat mempengaruhi bahkan mendominasi peranan sosial setiap
individu di tengah masyarakat, status individu di tengah kelompoknya partisipasi
sosial dan pendefinisian diri.
Ketidakharmonisan sosial di kota-kota yang berkembang pesat dan
membuahkan banyak tingkah laku yang nakal dan pola kriminal pada anak. Jadi
sebab kejahatan pada anak tidak hanya terletak pada lingkungan keluarga saja
tetapi terutama sekali pada konteks sosialnya. Maka kenakalan anak yang dipupuk
oleh lingkungan sekitar yang buruk dan jahat ditambah dengan kondisi sekolah
yang kurang menarik bagi anak bahkan merugikan perkembangan pribadi anak
Teori Sutherland menyatakan bahwa anak menjadi nakal disebabkan oleh
partisipasinya di tengah-tengah suatu lingkungan sosial, yang ide dan teknik nakal
tertentu dijadikan sarana yang efisien untuk mengatasi kesulitan hidupnya. Karena
itu, semakin lama anak bergaul dan semakin intensif relasinya dengan anak nakal
di jalanan, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya proses
identifikasi diri yang negatif. Jadi teori Sutherland menekankan hal-hal yang
dipelajari atau proses pengkondisian terhadap individu anak, serta tipe
kepribadian anak (biasanya dengan mental yang lemah dan tidak terdidik dengan
baik) yang menjalani proses pengkondisian tadi. Khususnya proses pengkondisian
tersebut sangat mudah berlangsung pada anak yang memiliki struktur kejiwaan
yang sangat labil pada periode perkembangan sifatnya.
4. Teori Sub-Kultur Delikuen
Tiga teori yang terdahulu (biologis, psikogenis dan sosiogenis) sangat
populer sampai tahun 50-an. Sejak 1950 ke atas banyak terdapat perhatian pada
aktivitas-aktivitas kelompok yang teroganisir dengan sub-kultur yang disebabkan
oleh:
a. Bertambahnya dengan cepat jumlah kenakalan, dan meningkatnya kualitas
kekerasan serta kekejaman yang dilakukan oleh anak yang memiliki subkultur
yang menyimpang.
b. Meningkatnya jumlah kriminalitas mengakibatnya sangat besarnya kerugian
dan kerusakan secara universal, terutama terdapat di negara-negara industri
Kultur atau kebudayaan dalam hal ini menyangkut satu kumpulan nilai dan
norma yang menuntut bentuk tingkah laku responsif sendiri yang khas pada
anggota kelompok tadi. Istilah sub mengidentifikasikan bahwa bentuk budaya tadi
bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya.
Menurut teori sub-kultur ini, sumber kenakalan adalah sifat-sifat suatu
struktur sosial dengan pola budaya (sub-kultur) yang khas dari lingkungan
keluarga, tetangga dan masyarakat yang dialami oleh para anak yang nakal
tersebut. Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain adalah:
a) Punya populasi yang padat,
b) Status sosial-ekonomis penghuninya rendah,
c) Kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk,
d) Banyak disorganisasi keluarga dan sosial bertingkat tinggi.
Sumber utama kemunculan kenakalan anak adalah subkultur-subkultur
yang menyimpang dalam konteks yang lebih luas dari kehidupan masyarakat.25
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga puluh anak jalanan di Medan Amplas
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:26
1. Mengempeskan ban angkutan kota (angkot) apabila tidak diberikan imbalan
setelah membersihkan angkot. Berdasarkan hasil wawancara dengan tujuh
anak jalanan yang bekerja sebagai penyapu angkot.
25
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak Jalanan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 25
26
2. Ngelem ketika tidak sedang bekerja dan berkumpul bersama teman-teman
yang juga ngelem. Berdasarkan hasil wawancara dengan lima anak jalanan
yang bekerja sebagai pemulung.
3. Mengejek dan menyoraki penumpang yang berada di dalam angkutan kota
(angkot) jika tidak diberi uang dari hasil mengamen. Berdasarkan hasil
wawancara dengan delapan anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen.
4. Berjudi di Terminal Amplas ketika sedang mengisi waktu luang istirahat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan enam anak jalanan yang bekerja sebagai
pedagang asongan.
5. Merusak atau menggores cat mobil ketika tidak diberi uang saat meminta di
jalanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan empat anak jalanan yang
bekerja sebagai pengemis.
Adapun hal yang melatarbelakangi anak turun ke jalanan adalah sebagai
berikut:
C. Faktor Internal
Faktor penyebab kenakalan anak jalanan yaitu karena kehidupannya di
jalanan yang membuat hidupnya seperti tidak layak, dan merasa terasing apabila
dibandingkan dengan kehidupan anak-anak lainnya. Faktor internal atau faktor
endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak
sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Tingkah laku mereka itu merupakan
reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar, dalam bentuk
ketidakmampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
pembelaan diri yang salah atau tidak rasional dalam wujud kebiasaan mal-adaptif,
agresi dan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan hukum formal,
diwujudkan dalam bentuk kejahatan, kekerasan, kebiasaan berkelahi massal dan
sebagainya.27
Faktor-faktor internal penyebab terbentuknya kenakalan anak jalanan
adalah sebagai berikut:
1. Usia
Faktor usia menjadi faktor internal karena usia memiliki hubungan atau
keterkaitan antara kemampuan berpikir dan bertindak bahkan sering pula
menghendaki adanya suatu perlakuan yang berlainan. Sehubungan dengan itu
ada pendapat yang mengatakan bahwa, usia seseorang adalah faktor yang
penting dalam penyebab timbulnya kenakalan: “age is an importance factor in
the causation of crime”. Usia seseorang anak di dalam suatu kehidupan
tertentu, membawa gejala-gejala perbuatan tertentu pula.
2. Jenis Kelamin
Kenakalan anak jalanan dapat dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun oleh
anak perempuan, sekalipun dalam prakteknya jumlah anak laki-laki yang
melakukan kenakalan jauh lebih banyak daripada anak perempuan pada batas
usia tertentu. Adanya perbedaan jenis kelamin, seperti juga halnya dengan
perbedaan usia menimbulkan perbedaan sifat dan perbedaan tersebut
27
mengakibatkan pula perbedaan, tidak hanya dalam jumlah kenakalan
semata-mata akan tetapi juga dalam jenis kenalakannya.28
3. Konflik Batiniah
Konflik batiniah adalah pertentangan antara dorongan infantil
kekanak-kanakan melawan pertimbangan yang lebih rasional. Kemudian terjadilah
banyak ketegangan jiwa dan kecemasan, sehingga menghambat atau
membelokkan adaptasi anak terhadap tuntutan lingkungan sehingga membuat
anak-anak lebih sering di jalanan.
4. Pemasukan Intrapsikis yang Keliru
Pemasukan intrapsikis yang keliru terhadap segala pengalaman, sehingga
terjadi harapan palsu, fantasi, ilusi, kecemasan (sifatnya semu, tetapi dihayati
oleh anak sebagai kenyataan). Sebagai akibatnya, anak mereaksi dengan pola
tingkah laku yang salah seperti apatisme, putus asa dan pelarian diri keluar
dari rumah di jalanan.
5. Reaksi Frustasi Negatif
Menggunakan reaksi frustasi negatif yaitu dengan menggunakan mekanisme
pelarian dan pembelaan diri yang salah, lewat cara-cara penyelesaian yang
tidak rasional. Anak mencoba membela diri dan kelemahan sendiri dengan
menggunakan bermacam-macam reaksi dan perilaku tidak wajar.
6. Gangguan Berpikir
Berpikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi
memecahkan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Anak yang sehat
dalam berpikir pasti mampu memperbaiki kekeliruan sendiri dengan jalan
berpikir logis dan mampu membedakan fantasi dari kenyataan sehingga tidak
menimbulkan reaksi dan tingkah laku yang bisa menjadi liar tidak terkendali
dimana saja begitu juga di jalanan.
7. Gangguan Perasaan/Emosional
Perasaan/emosional memberikan nilai pada situasi kehidupan, dan
menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan
bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan
manusia. Jika semua keinginan terpuaskan, anak merasakan senang dan
bahagian dan sebaliknya jika keinginan tidak terpenuhi maka anak akan
mengalami kekecewaan sehingga dapat melakukan tindak kenakalan.29
8. Impian Kebebasan
Berbagai masalah yang dihadapi anak di dalam keluarga dapat menimbulkan
pemberontakan di dalam dirinya dan berusaha mencari jalan keluar. Dunia
jalanan dianggap anak dapat menjadi alternatif termudah untuk mendapatkan
kebebasan. Ketika akhirnya mereka tiba di jalanan, bukan berarti mereka bisa
lepas dari masalahnya, justru berbagai masalah yang lebih berat harus mereka
hadapi.
9. Ingin memiliki Uang Sendiri
Alasan anak pergi ke jalanan juga karena ingin memiliki uang sendiri.
Berbeda dengan faktor dorongan dari orang tua, uang yang didapatkan oleh
29
anak biasanya digunakan untuk keperluan anak sendiri. Meskipun anak
memberikan sebagian uangnya kepada orangtua mereka, hal ini lebih bersifat
sukarela dan tidak memiliki dampak buruk terhadap anak apabila tidak
memberi sebagian uangnya kepada orangtua atau keluarga mereka.
D. Faktor Eksternal
Kenakalan anak jalanan yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah
suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan anak jalanan tersebut timbul karena
adanya beberapa sebab. Perbuatan tersebut menimbulkan keresahan sosial
sehingga mengganggu stabilitas lingkungan sekitarnya. Faktor eksternal atau
faktor eksogen adalah semua pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku
tertentu pada anak. Kelakuan anak jalanan yang melawan norma sosial dan
bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku dapat disebabkan beberapa
faktor dari luar diri anak tersebut yaitu:
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses
sosialisasi pribadi anak. Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak
baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak. Keluarga juga menjadi
tolak ukur menilai kepribadian dan keberadaan anak di luar lingkungan keluarga.
Di dalam keluarga, seorang anak belajar memegang peranan sebagai seorang
makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan tertentu di dalam
pergaulannya dengan masyarakat lingkungannya. Keluarga yang baik adalah
seseorang anak erat hubungannya dengan pengertian yang dimiliki oleh kedua
orang tuanya tentang makna hidup berkeluarga, terutama dalam hal pendidikan
bagi anak. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku anak oleh
keluarga:
a. Rumah tangga yang berantakan dan dipenuhi konflik yang serius membuat
keharmonisan menjadi pecah. Anak menjadi sangat bingung dan merasakan
ketidakpuasan emosional serta batin anak menjadi sangat tertekan, sangat
menderita, merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Kemudian banyak
konflik yang dilakukan anak karena ingin melampiaskan kemarahan dan
agresifitasnya keluar. Mereka menjadi nakal, urakan, berandalan dan tidak
mau mengenal lagi aturan dan norma sosial, bertingkah laku semau sendiri,
membuat onar di jalanan dan suka berkelahi.
b. Perlindungan yang berlebihan dari orang tua membuat anak selalu bergantung
pada bantuan orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu dan kepercayaan
dirinya tidak berkembang karena terlalu dimanjakan. Anak akan merasa
lemah, patah semangat, takut secara berlebihan dan tidak berani berbuat
sesuatu jika tanpa bantuan orang tuanya. Sebagai akibatnya, ada kalanya anak
melakukan identifikasi total terhadap kelompoknya dan secara tidak sadar
melakukan tindakan ‘ugal-ugalan’ serta suka berkelahi untuk
menyembunyikan kekerdilan hati dalam kondisi batin putus-asa.
c. Penolakan dari orang tua membuat timbulnya kekalutan jiwa pada diri anak.
Anak mengalami ketegangan batin, konflik yang terbuka maupun tertutup dan
jiwa-raga anak. Anak tidak pernah merasakan kasih sayang, perhatian dan
perlindungan orang tua. Akibatnya, anak akan melakukan semuanya sesuai
keinginannya sendiri sebagai bentuk kekesalan hati mereka bahkan ada di
antara mereka yang melakukan usaha bunuh diri.
d. Pengaruh buruk dari orang tua bisa memberikan pengaruh menular kepada
anak. Orang tua yang melakukan tindak kriminal (senang berjudi, sering
mabuk-mabukan, korupsi, bertingkah sewenang-wenang dan sebagainya) akan
membuat anak menjadi ikut-ikutan perilaku orang tuanya. Anak secara
otomatis dan tidak sadar akan menerima dan menyalurkan kebiasan dan
tingkah laku buruk orang tua kepada orang yang ada di dekatnya. Sehingga
anak menjadi sewenang-wenang, agresif, suka menggunakan kekerasan dan
perkelahian sebagai senjata penyelesaian.30
2. Faktor Sekolah
Sekolah adalah tempat anak mendapatkan pendidikan nasional secara
formal dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan tujuan
pendidikan. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bertanggung jawab dan
sehat secara jasmani serta rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal
dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya
diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
Dalam konteks ini sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua
setelah lingkungan keluarga bagi anak. Dalam masa di sekolah pada umumnya
anak akan berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi yang dilakukan di sekolah
sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi perkembangan mental
sehingga anak melakukan kenakalan. Anak-anak yang memasuki sekolah tidak
semua berwatak baik dan ada yang berasal dari keluarga yang kurang
memperhatikan kepentingan anak dalam belajar yang kerap kali berpengaruh pada
teman yang lain. Sesuai dengan keadaan seperti ini sekolah sebagai tempat
pendidikan anak-anak dapat menjadi sumber konflik-konflik psikologis yang pada
prinsipnya memudahkan anak menjadi nakal.
Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman/sanksi
yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tiada
putus-putusnya disertai disiplin yang terlalu ketat membuat ketidakharmonisan
antara guru dan anak didik. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi
perkembangan jiwa anak kerap kali memberi pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap anak di sekolah sehingga dapat menimbulkan kenakalan
anak.31
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas
sifatnya tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem salah satunya adalah
31
keluarga. Lingkungan masyarakat tidak selalu baik dan menguntungkan bagi
pendidikan dan perkembangan anak. Anak sebagai anggota masyarakat selalu
mendapat pengaruh dari keadaan lingkungan masyarakat baik secara langsung dan
tidak langsung. Lingkungan masyarakat adakalanya dihuni oleh orang dewasa
serta anak muda kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi
emosional buruk pada anak puber yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak
akan mudah terpengaruh oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial yang
dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. Pola hidup dan kebiasaan oleh kelompok
orang dewasa kriminal banyak ditirukan oleh anak muda berandalan, baik yang
masih bersekolah maupun yang putus sekolah.32
Pada dasarnya kondisi ekonomi global memiliki hubungan yang erat
dengan timbulnya kenakalan anak. Di dalam kehidupan sosial adanya kekayaan
dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa anak sebab akan
mempengaruhi keadaan jiwa anak. Dalam kenyataannya ada sebagian anak miskin
yang memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat sehingga anak tersebut
melakukan perbuatan melawan hukum terhadap hak milik orang lain dan biasanya
hasil perbuatan tersebut mereka gunakan untuk bersenang-senang.
Era globalisasi membawa nilai baru ke dalam kehidupan masyarakat kita
berupa kebebasan, pergeseran nilai-nilai moral dan semakin kompleksnya
tantangan kehidupan. Adanya perubahan nilai-nilai global yang negatif akan
mempengaruhi tingkah laku anak sehingga dapat menyebabkan anak melakukan
Persoalan anak jalanan memang sangat serius mengingat bahwa masalah
anak jalanan merupakan masalah kota yang harus ditangani bersamaan dengan
masalah sosial lainnya.33
Apa yang menyebabkan anak turun ke jalanan? Kepingin bebas, bosan di
rumah, nambah-nambah pergaulan, nambah uang jajan34
33
Sudarsono, Op.Cit., hal. 134
Kapan pertama kali anak
turun ke jalanan? Sewaktu SD umur 8 tahun sesudah putus sekolah. Siapa yang
mengajak anak turun ke jalanan? Yang mengajak adalah mama dengan alasan cari
uang biar ada untuk dimakan, dan lama-kelaman menjadi nyaman menjadi anak
jalanan, dan ikut-ikutan teman. Sudah berapa lama anak hidup di jalanan? Jawab :
Dari mulai kecil, 9 tahun sudah hidup dijalan dan di terminal Apakah anak jalanan
tersebut masih menjalani pendidikan formal? Tidak sekolah lagi, kelas 2 SD
sudah putus sekolah. Karena faktor tidak ada uang keluarga. Dan apabila
disekolahkan saya tidak mau lagi, karena sudah lebih enak hidup dijalan.
Bagaimana respon orang tua terhadap kelakuan anak yang turun ke jalanan?
Tidak marah dan biasa saja. Selama di jalanan, apa saja yang dilakukan anak
tersebut? Nyapu angkot, cuci angkot, dan saya tidak mengelem, saya orang
baik-baik bang, hanya nasib kehidupan saya aja yang tidak baik-baik. Apakah ada hasil yang
didapatkan dari kegiatan di jalanan dan jika ada diberikan kepada siapa? Hasil
yang didapat uang. Pendapatan tergantung (tidak menentu) Rp
2000-3000/Angkot. Kalau ditotal Rp 40.000/hari kadang-kadang lebih. Uang yang
didapat dari hasil nyapu diangkot sebagian diberikan kepada mama dan sisanya
saya habiskan diluar.
34
Bagaimana pandangan masyarakat sekitar tentang kehidupan anak
jalanan? Tidak marah tidur didepan rumahnya, asal tidak membuat onar. Dan
merasa aman-aman saja karena rumahnya dijaga. Apabila sudah bekerja menyapu
angkot tidak dikasi uang oleh supir angkot apa tindakan kalian lakukan ?
Memandanginya berharap dikasi uang, apabila sudah beberapa kali dibersihkan
angkotnya dan tidak diberi uang maka saya memakinya dan terkadang