• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam Potensial Untuk Tanaman Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam Potensial Untuk Tanaman Padi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sulfat Masam

Endapan marine yang membentuk tanah sulfat masam, kaya akan pirit dan

miskin kalium. Oleh karena itu sifat dan ciri tanah sulfat masam sangat ditentukan

oleh keadaan pembentukan serta oksidasi daripada pirit. Daerah estuari adalah

daerah yang mengalami interaksi antara air sungai dengan air laut, merupakan

daerah pertanian yang potensial, tapi sayangnya daerah ini merupakan tempat

pembentukan sulfida-sulfida. Faktor vegetasi, fisiografi, iklim dan fauna turut

mempengaruhi pembentukan pirit. Vegetasi mempunyai peranan penting dalam

pembentukan pirit. Untuk mereduksi sulfat diperlukan bahan organik sebagai

elektron donor (Noor, 2004).

Bahan organik merupakan substrat bagi mikroorganisme anaerob dan

akibatnya terjadi deplesi oksigen sehingga menyebabkan penurunan redoks

potensial dan peningkatan pH (Hanum, 2004).

Tanah sulfat masam dicirikan oleh tingginya kandungan sulphur (0.4-3%

S) dan rendahnya pH ketika dalam kondisi kering. pH tanah ini juga bisa tetap

pada tingkat yang rendah dalam jangka waktu perendaman tertentu. Dalam

percobaan reklamasi tanah sulfat masam tergenang dengan atau tanpa

penambahan bahan organik akan terjadi perubahan pada pH2S, pH dan konsentrasi

Fe+3. Konsentrasi H2S meningkat pesat setelah satu hari perendaman, terutama

ketika bahan organik ditambahkan. Konsentrasi mencapai nilai puncak pada hari

ketiga dan kemudian menurun lagi. Nilai puncak konsentrasi H2S untuk perlakuan

(2)

Penurunan konsentrasi H2S setelah nilai puncak paralel dengan peningkatan pH

tetapi tidak dengan penurunan Fe+2 konsentrasi (Tian-ren, 1985).

Bila tanah digenangi, persediaan oksigen menurun sampai mencapai nol

dalam waktu kurang dari sehari. Laju difusi oksigen udara melalui lapisan air atau

pori yang berisi air, 10.000 kali lebih lambat daripada melalui udara atau pori

yang berisi udara. Jasad renik aerob dengan cepat menghabiskan udara yang

tersisa dan menjadi tak aktif lagi atau mati. Bakteri anaerob atau anaerob fakultatif

berkembangbiak dengan cepat dan mengambil alih proses perebutan bahan

organik tanpa menggunakan oksigen, dan sebagai gantinya menggunakan

komponen tanah yang teroksidasi sebagai penangkap elektron. Hasil ini direduksi

menurut tuntunan termodinamika sebagai berikut: nitrat, senyawa mangan,

senyawa feri, senyawa antara dari pereputan bahan organik, sulfat, dan sulfit

(Sanchez, 1993).

Iklim mungkin berperanan dalam pembentukan pirit dalam hubungannya

dengan produksi bahan organik. Tanah-tanah sulfat masam didaerah tropis

biasanya terdapat di daerah iklim musiman, dengan demikian dapat tercipta

keadaan aerobik dan menghasilkan tanah-tanah yang kaya sulfat masam dengan

pH rendah (Noor, 2004).

Senyawa-senyawa belerang yang banyak dijumpai di daerah pasang surut

berasal dari laut. Kandungan unsur ini di dalam air laut sangat tinggi, berkisar

antara 885 ppm, kurang lebih 4 kali kadarnya di dalam kerak bumi, granit, basalt

ataupun shale. Proses pembentukan sulfida dimulai dari akumulasi sulfat yang

timbul oleh proses-proses reduksi menjadi sulfida-sulfida dan S elementer. Proses

(3)

suasana reduksi pada pH 7.0 – 8.5 dan kehadiran bahan organik.

Tanaman-tanaman daerah tropik seperti Rizopora recemora, Nipa fructicans, dan Avicenia

sp. merupakan sumber-sumber bahan organik yang diperlukan oleh bakteri-bakteri

tersebut (Noor, 2004).

Taraf selanjutnya pirit terbentuk dari reaksi antara FeS dan H2S yang

berlangsung disekitar daerah kontak antara sedimen dan genangan air diatasnya.

Reaksinya sebagai berikut:

Pembentukan pirit:

FeS + S FeS2

2FeS + 2H2S + O2 FeS2 + 2H2O

Reaksi senyawa pirit, FeS2, merupakan contoh klasik dalam

menggambarkan reaksi redoks pembentukan senyawa ini adalah reaksi/kombinasi

antara unsur Fe yang berikatan dengan S dan keduanya dalam kondisi tereduksi.

Di alam pirit dijumpai dalam bentuk deposit mineral, dibawah lapisan permukaan

tanah yang terus menerus tergenang dan tergantung pada kekayaan unsur besi dan

sulfur. Tanah yang mengandung pirit umumnya ditemukan di wilayah pantai,

pada pertemuan antara limpasan air yang mengandung sulfur dan air laut yang

kaya besi (Lahuddin, 2011).

Tanah yang kaya pirit disebut tanah potensial sulfat masam. Bahan pirit

bila terekspos udara akan terjadi oksidasi pirit yang dibantu oleh bakteri sebagai

katalisator, reaksinya sebagai berikut:

(4)

Pada reaksi diatas kelihatan bahwa Fe+2 teroksidasi menjadi Fe+3 dan S-2 menjadi

S+6, dan kelihatan pula terbebasnya H+ yang berpotensi mengasamkan tanah

(Lahuddin, 2011).

Pada kondisi anaerob atau tergenang, pirit dalam keadaan stabil.

Sebaliknya dalam keadaan aerob, pirit mudah mengalami oksidasi, terbentuk asam

sulfat. Bila karena drainase alami atau buatan, muka air tanah sampai ke lapisan

pirit, maka tanah sulfat masam potensial berubah menjadi tanah sulfat masam

aktual (Putu dan Adhi, 1990).

Padi Sawah

Dari bukti-bukti arkeologi, berdasarkan sejarah padi di masa purbakala

ditemukan dari Ampur Non Nok Tha di provinsi Korn Kaen, padi ditanam

sebelum 5.500 tahun yang lalu (sekitar 2960 SM). Hal ini bahkan lebih awal dari

Cina (sekitar 2737 SM) dan di India (sekitar 1957 SM). Selanjutnya,

gambar-gambar orang kuno di Pha Taem di provinsi Ubon Rajathanee bahwa pada 6.000

tahun lalu menunjukkan adanya tanaman padi (Gomez, 2001).

Produktivitas padi di lahan pasang surut adalah berkisar dari 4-5

ton/Ha yang lebih rendah dari hasil di sawah irigasi yaitu 8 ton/Ha. Rendahnya

produktivitas padi di lahan pasang surut disebabkan oleh rendahnya kesuburan

tanah, yang dicirikan oleh kahat hara terutama fosfat, kemasaman yang tinggi,

keracunan alumunium, besi dan pirit. Varietas Indra giri, Punggur, Marta pura,

Mendawan, Mergasari, Siak raya, dan Tenggulang merupakan varietas padi yang

toleran di lahan masam (Suwandi, dkk. 2012).

Budidaya padi menggunakan sejumlah besar air biasanya dalam kondisi

(5)

melalui irigasi, meliputi setengah dari sekitar areal sawah di seluruh dunia, dan

menghasilkan tiga-empat dari total produksi beras dunia (Nakano, 2004).

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman

pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan

subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang

(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan

di Hastinapur Utara Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,

beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos,

Vietnam (Prihatman, 2000).

Indonesia merupakan produsen padi terbesar ketiga di dunia setelah

Negara Cina dan India. Menurut data BPS pada tahun 2009, produksi padi

Indonesia mencapai 64.398.890 ton dan mengalami peningkatan produksi pada

tahun 2010 menjadi 66.411.469 ton. Seiring dengan semakin bertambahnya

jumlah penduduk dan berkurangnya jumlah lahan produktif membuat kebutuhan

padi semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan

produktivitas pertanian (Rusd, 2011).

Unsur Hara P

Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Sumber fosfor di

dalam tanah terdiri dari bentuk organik dan anorganik. Anion-anion fosfat yang

dapat larut menjadi bentuk yang tidak tersedia Karena terikat dengan

logam-logam seperti Al, Fe dan Mn, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Sebagai

akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat di dalam larutan tanah adalah

(6)

Ketersediaan fosfat meningkat setelah penggenangan, terutama karena

reduksi feri (Fe3+) fosfat menjadi fero (Fe2+) fosfat, meskipun terjadi

perubahan-perubahan yang lain, seperti hidrolisis dari aluminium fosfat dan larutan kalsium

fosfat. Mekanisme perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Reduksi feri (Fe3+) fosfat menjadi fero (Fe2+) fosfat melepaskan P, walaupun

sejumlah P yang dilepaskan akan diserap kembali

2. Pelepasan occluded P akibat feri oksida yang menyeliputi P menjadi fero

oksida yang lebih larut selama penggenangan. Penyelimutan P oleh feri oksida

berada dalam liat dan zarah liat membentuk occluded P

3. Peningkatan pH tanah masam akibat penggenangan meningkatkan kelarutan

strengit dan variscit, selanjutnya terjadi peningkatan ketersediaan P

4. Dekomposisi bahan organik pada kondisi tanah anaerob meningkatkan

kelarutan dari senyawa Ca-P maupun Fe-P dan Al-P melalui proses khelasi.

Pengeringan tanah setelah penggenangan umumnya menurunkan kelarutan fosfor

yang berasal dari tanah maupun pupuk dan meningkatkan fiksasi fosfor sehingga

menurunkan kelarutan fosfor. Diantara berbagai fraksi fosfat, fosfat yang

diselimuti oksida besi yang berkadar air (occluded phosfat) adalah sangat

menarik karena tidak tersedia pada tanah yang tidak tergenang

(Setyorini dan Abdulrachman, 2009).

Bentuk P di dalam tanah selain dibedakan berdasarkan ketersediaannya,

beberapa ahli juga membedakan P berdasarkan P-labil dan P-non labil. Seperti

telah dijelaskan diatas bawa P-larut didalam tanah apabila hilang (diserap

tanaman) akan segera cepat diganti oleh bentuk labil (sebagian bentuk

(7)

dengan P-larut membutuhkan waktu sekitar 24 hingga 48 jam. Sedangkan apabila

waktu yang dibutuhkan lebih lama maka P tersebut berasal dari bentuk P-non labil

(Winarso, 2005).

Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion

ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat

sekunder (HPO4-2). Kemasaman tanah sangat besar pengaruhnya terhadap

perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu makin masam kadar H2PO4- makin

besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan HPO4-2.

Pada pH tanah sekitar 7,22 konsentrasi H2PO4- dan HPO4-2 setimbang. Oleh

karena sebagian besar tanah mempunyai pH dibawah 7, maka sebagian besar

tanah mempunyai konsetrasi H2PO4- lebih besar atau dominan dibandingkan

dengan HPO4-2. Hal inilah salah satu faktor yang menyebabkan tanaman lebih

banyak menyerap bentuk ion ortofosfat primer dibandingkan dengan bentuk ion

ortofosfat sekunder (Winarso, 2005).

Serapan hara P saat fase vegetative yaitu mulai perkecambahan hingga

akan berbunga (umur 51 hari) total serapan tidak lebih dari 10%. Sehingga 90%

unsur hara P selama pertumbuhannya diserap saat fase generative. Sedangkan

apabila dihitung berdasarkan kecepatan serapan P setiap harinya menunjukkan

bahwa kecepatan serapan P per hari pada fase generative bisa mencapai hamper

16 kali apabila dibandingkan dengan fase vegetative. Kadar P pada bagian

generative tanaman (khususnya biji) lebih tinggi dibandingkan dengan

bagian-bagian lainnya. Pada jerami padi kadar P adalah 0.09% dan pada biji padi kadar P

(8)

Fiksasi fosfor berlangsung cepat pada tanah tergenang yang bereaksi

masam atau netral. Fiksasi tersebut jauh lebih lemah pada tanah bereaksi agak

alkali. Tanah yang mengandung oksida besi dan aluminium, halosit, dan alofan

memfiksasi fosfor dalam keadaan tergenang maupun tanah kering

(Setyorini dan Abdulrachman, 2009).

Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion H2PO4- atau ion HPO-24.

Spesies ion yang merajai tergantung pada pH sistem tanah-pupuk tanaman, yang

mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5.5-7.0. Kepekatan H2PO4-yang tinggi

dalam larutan memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar,

karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali loka penyerapan

untuk H2PO4- dibandingkan untuk HPO-24 (Mas’ud, 1992).

Serapan hara P yang cukup akan menjamin tanaman tumbuh dengan baik.

Oleh karenanya pemupukan P pada lahan sulfat masam adalah komponen

teknologi yang harus mendapat prioritas. Pengapuran untuk mengurangi

kemasaman tanah dan unsur beracun dan pemupukan P untuk mengurangi kahat P

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam. Dalam kaitan

dengan pemanfaatan fosfat alam, lahan sulfat masam memiliki nilai tambah

karena dengan tingkat kemasaman yang tinggi maka kelarutan fosfat alam akan

lebih cepat. Karena sebagian kandungan fosfat alam adalah CaCO3, maka

pemanfaatan fosfat alam akan mampu mengurangi tingkat kemasaman tanah

sehingga membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman (Subiksa dan Diah,

(9)

Pupuk Fosfat Alam

Fosfat alam adalah mineral apatit yang umumnya memiliki kelarutan yang

rendah, sehingga ketersediaannya untuk tanaman sangat rendah. Untuk

meningkatkan kelarutannya, dalam proses pembuatan pupuk P komersial seperti

SSP, TSP, SP-36 dan pupuk fosfat mudah larut lainnya, fosfat alam diasamkan

dengan menambahkan asam kuat seperti asam sulfat atau asam fosfat

(Subiksa dan Diah, 2009).

Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

Ca10(PO4)6CO3 + 7 H2SO4 + 3H2O 3Ca(H2PO4)2H2O + 7 CaSO4 + H2CO3

Penambahan asam dimaksudkan untuk menghancurkan mineral apatit agar fosfat

membentuk ikatan yang lebih lemah sehingga mudah larut dan pada akhirnya

lebih tersedia bagi tanaman. Lahan sulfat masam dalam proses pembentukannya

menghasilkan asam sulfat sehingga membentuk reaksi sangat masam dalam

lingkungan tanah. Oleh karenanya fosfat alam yang diberikan pada tanah sulfat

masam akan mengalami peningkatan kelarutan yang sangat signifikan, sehingga

dapat dikatakan lahan sulfat masam adalah “pabrik pupuk alami”

(Subiksa dan Diah, 2009).

Fosfat alam merupakan salah satu pupuk fosfat alami karena berasal dari

bahan tambang, sehingga kandungan P sangat bervariasi. Efektivitas fosfat alam

pada lahan sulfat masam dipengaruhi oleh kualitas fosfat alam dan tingkat

kehalusan butir. Fosfat alam yang bagus mengandung fosfat alam (P2O5) lebih

dari 25% (Subiksa dan Diah, 2009).

Kelemahan dari perubahan bentuk pupuk tunggal menjadi pupuk majemuk

(10)

menggunakan pupuk secara spesifik lokasi, karena kalau jerami atau sisa tanaman

dikembalikan ke dalam tanah maka tanah tidak lagi memerlukan pupuk P dan K

dengan takaran tinggi (Zaini, 2013).

Metode Analisis P

Analisis tanah merupakan cara yang cepat dan ekonomis untuk

menentukan status fosfor suatu tanah. ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

ketersediaan fosfor, beberapa di antaranya dapat diubah atau dikendalikan oleh

petani. faktor-faktor yang mendukung ketersediaan fosfor yang lebih tinggi yaitu

(a) pH 6.5-7.5, (b) tingkat fosfor tinggi dalam tanah, (c) pasokan bahan organik

terurai dalam tanah, (d) tingkat kelembaban tinggi tanah, dan (e) kandungan

seskuioksida bebas yang rendah di fraksi liat (Thompson, 1957).

Analisis tanah sangat mempengaruhi respon tanah terhadap pupuk P.

Hubungan keduanya bersifat berbanding terbalik, artinya disaat analisis tanah

menunjukkan tingkat yang rendah maka respon tanah terhadap pupuk akan tinggi.

Begitu juga sebaliknya. Hal ini terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara analisis tanah dengan respon terhadap Pupuk P

Analisis tanah lbs.P/acre Kg P/ha

Kemungkinan respon terhadap pupuk P

Sangat rendah 0-10 0-11 Sangat tinggi

Rendah 11-25 12-28 Tinggi

Sedang 26-50 29-56 Sedang

Tinggi 51-100 57-112 Rendah

Sangat tinggi > 101 > 113 Sangat rendah

Sumber: Foth, dkk., 1982.

Ekstraksi Fosfat dengan metode Bray telah menunjukkan korelasi yang

baik dengan hasil tanaman pada tanah-tanah masam dan netral di beberapa daerah.

Untuk tanah masam, fluoride di ekstraktan bray dapat meningkatkan pelepasan P

(11)

pembentukan berbagai kompleks Al-F. Fluoride juga efektif menekan readsorpsi

dari dilarutkannya P oleh koloid tanah. Sifat asam ekstraktan tersebut (pH 2,6)

juga berkontribusi terhadap pelepasan P tersedia dari Al, Ca, Fe dan bentuk-terikat

di sebagian besar tanah. Metode Bray tidak cocok untuk tanah liat dengan tingkat

kejenuhan basa yang cukup tinggi, lempung liat berlumpur atau tanah bertekstur

lebih halus yang berkapur atau memiliki nilai pH yang tinggi (pH> 6,8) atau

memiliki tingkat kejenuhan basa tinggi, tanah dengan karbonat kalsium setara>

7% dari kejenuhan basa, atau tanah dengan jumlah kapur yang tinggi (> 2%

CaCO3) (Sims, 2000).

Prinsip kerja dari analisis P tersedia metode Bray II yaitu P tersedia tanah

diekstrak oleh NH4F dan HCl, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam

akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Perkembangan warna

biru diukur sebagai kadar P secara spektrometri (Mukhlis, 2007).

Prinsip kerja dari analisis P tersedia metode Truog yaitu dimana P tersedia

tanah diekstrak oleh NH4SO4, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam

akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Perkembangan warna

biru diukur sebagai kadar P secara spektrometri (Mukhlis, 2007).

Analisis tanaman didasarkan pada anggapan bahwa jumlah elemen tertentu

dalam tanaman merupakan indikasi pasokan nutrisi yang tertentu dan dengan

demikian secara langsung berkaitan dengan kuantitas nya di dalam tanah. Karena

kekurangan elemen akan membatasi pertumbuhan, elemen lain mungkin

terakumulasi dalam sel getah dan menunjukkan tes "tinggi" tanpa pasokan.

(12)

ini ada indikasi, bahwa jika nitrogen yang memadai diterapkan pada jagung

pasokan fosfor akan cukup (Tisdale dan Nelson, 1961).

Untuk kemudahan dalam analisis tanaman sering dipilih organ tanaman

berupa daun, sehingga dikenal sebagai foliar analysis. Daun yang dianggap cocok

untuk dianalisis yang memenuhi persyaratan a). Pertumbuhan organ tersebut telah

cukup, b). Tidak terlalu muda (pucuk) atau terlalu tua, dan c). Sebaiknya sebelum

fase generatif. Daun yang dianggap baik sebagai contoh untuk dianalisis disebut

daun indikator (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kegunaan analisis (baik analisis tanah maupun analisis tanaman) adalah

sebagai berikut:

- untuk mengetahui status hara dalam tanah dan dalam tanaman

- untuk kelestarian kesuburan tanah dan produktivitas lahan; dengan

mengetahui kadar hara dalam tanah dan produksi tanaman, maka kehilangan

hara dari tanah karena panen dapat dihitung

- menduga produksi tanaman dan menghitung keuntungan apabila dilakukan

pemupukan

- untuk mengetahui hara yang menjadi faktor pembatas yang harus diperbaiki

dan membuat rekomendasi pemupukan

- untuk menilai lahan secara ekonomis, misalnya harga tanah, pajak dan

sebagainya.

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Besarnya nilai kebutuhan fosfat standar (KFS) adalah jumlah fosfat yang

harus ke sistem koloid larutan agar konsentrasi P larutan setimbang. Penentuan

(13)

kebutuhan P anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman didalam tanah sehingga

(14)

Batas Kritis Hara P

Setiap nutrisi esensial memiliki fungsi spesifik untuk menjalani perannya

dalam tubuh tumbuhan dan kehadiran mereka diatas batas kritis adalah suatu

keharusan agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya. Batas kritis / level

yang cukup sering digunakan untuk berbagai macam tanah dan tanaman,

meskipun batas kritis mungkin berbeda tidak hanya untuk spesies tanaman, tanah,

tetapi juga untuk varietas yang berbeda dari tanaman (Subbarayappa .dkk, 2009).

Batas kritis P tersedia tanah ditentukan oleh Bray Persen Hasil diplot

terhadap P tersedia tanah masing-masing. Demikian pula batas kritis P pada daun

yang ditentukan dengan memplot bahan kering daun terhadap P tersedia daun

masing-masing dengan menggunakan diagram pencar dan statistik seperti yang

dijelaskan oleh Cate dan Nelson (1971) (Subbarayappa .dkk, 2009).

Analisa korelasi sederhana meneliti hubungan dan bagaimana eratnya

hubungan itu, tanpa melihat bentuk hubungan. Dalam analisa korelasi sederhana

variabel yang digunakan semua random dan kedua-duanya “bivariate normal”.

Jika kenaikan di dalam satu variabel diikuti dengan kenaikan didalam variabel

yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai

korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan di dalam satu variabel diikuti oleh

penurunan didalam variabel yang lain maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel

tersebut mempunyai korelasi negative. Dan jika tidak ada perubahan pada satu

variabel walaupun variabel lainnya berubah, maka dikatakan bahwa kedua

Gambar

Tabel 1. Hubungan antara analisis tanah dengan respon terhadap Pupuk P

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporans kripsi

terlihat pada keaktifan mereka dalam mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di madrasah seperti pertemuan rutin wali murid setiap salapanan (5 minggu sekali),

Cita rasa yag terdapat pada ikan roa asap dapat dikembangkan menjadi olahan seperti bumbu penyedap masakanCita rasa dan aroma yang khas pada ikan roa asap disebabkan oleh

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis struktur komunitas yang meliputi kepadatan, kepadatan relatif, dominansi jenis, keanekaragaman dan kemeratan jenis rumput laut di

Program “ Mindful Parenting ” dalam penelitian ini terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif bagi partisipan, sehingga intervensi ini dapat digunakan oleh para

Hasil penelitian yang kedua berhasil mendukung hipotesis kedua seperti pada hipotesis pertama yaitu bahwa variabel kualitas layanan dan kepuasan secara parsial mempunyai pengaruh

Keadaan ini dapat digunakan untuk mempelajari bagaimana pengaruh massa dan posisi sebuah komet terhadap perilaku lintasan yang dihasilkan dengan pengaruh delapan

Pada masa mendatang, secara umum Pemerintah memfokuskan pelaksanaan kebijakan untuk meningkatkan rasa percaya dan harmonisasi antarkelompok masyarakat melalui beberapa hal