KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Bahaya Perkawinan di Usia Muda” dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Makalah yang merupakan tugas semester genap kelas XII IPS ini dapat terselesaikan dengan baik tentu berkat keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Drs. Hj. N. Djadja selaku guru mata pelajaran sosilogi yang telah berkenan memberikan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis selama penyusunan hasil penelitian.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan hasil penelitian.
Kami mengharapkan kritik dan saran mengenai materi dan cara penyajian yang sifatnya membangun guna meningkatkan mutu makalah ini, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Aamiin.
Majalengka, Januari 2015
BAHAYA PERKAWINAN DI USIA MUDA
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara yang di tandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI 2001)
Keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan oleh penurunan angka kematian ibu dan kematian parinatal,sedangkan kesejahteraanya ditentukan oleh penerimaan gerakan KB,selain itu disebutkan bahwa peranan wanita dalam pembangunan perlu terus di tingkatkan dan di arahkan sehingga kaum wanita dapat member sumbangan sesuai dengan kodrat dan harkatnya sebagai wanita (Ida Bagus Manuba:1998).
Walaupun peraturan perundang–undangan sudah maju,namun dalam kenyataanya banyak hambatan yang memungkinkan kaum wanita integrasi sepenuhnya dalam aspek kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini.Usia rata-rata pada perkawinan pertama telah meningkat,tetaoi pada tahun 1985 persentase wanita yang menikah sebelum umur 16 tahun masih tinggi yaitu 19 persen di daerah perkotaan .Hal ini berarti bahwa diantara wanita yang pernah menikah di bawa umur 35 tahun pada tahun 1985,hamper 4 juta,atau lebih dari satu diantara setiap 5 orang sudah menikah sebelum mencapai umur 16 tahun. (Iskandar,1997).
Usia pada waktu menikah memberikan dampak terhadap kesehatan mereka sendiri serta anak- anak dan keluarganya.menikah pada usia muda menjadikan mereka paling rawan terhadap resiko-resiko komplikasi pada waktu melahirkan.Kematian pada waktu melahirkan (Motalitas internal) diantara wanita di bawah 20 tahun adalah 60% lebih tinggi dibandingkan dengan dengan mereka yang berusia 20-29 tahun .Wanita yang menikah pada usia muda adalah juga paling besar kemungkinannya melahirkan banyak anak.hasil menunjukan angka kematian bayi meningkat dengan lebih dari 50% dan angka kematian ibu waktu melahirkan meningkat dengan 100% di kalangan wanita yang melahirkan di bandingkan dengan para ibu yang prioritasnya rendah.Demikian pula, umur pada waktu perkawinan pertama erat hubungannya dengan pencapaian tingkat pendidikan bagi wanita (Daniel,1989).
angka kematian khususnya ketian anak di bawa usia lima tahun melalui program pelayanan kesehatan terpadu serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia dan kesejahteraan. Perlunya penundaan usia kawin pertama dapat di lihat dari segi yaitu segi kesejahteraan keluarga bahwa pekawinan yang dilaksanakan dalam suatu masyrakat pada usia muda mempunyai pengaruh negative terhadap kesehatan ibu dan anak serta dari segi deemografi, perkawinan pada usia muda mempunyai masa untuk melahirkan yang cukup panjang sehingga mengarah pada jumlah produktifitas atau tingkat kelahiran yang tinggi (Hanafi Hartono,1996:26).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di kemukakan bahwa penundaan usia kawin pertama perlu mendapat perhatian yang sungguh- sungguh dari semua pihak.Dengan kata lain perlu adanya penanganan yang serius mengenai penundaan usia kawin pertama.di desa-desa, merupakan bagian integral dari Negara Republik Indonesia yang perlu mendapat perhatian yang sungguh- sungguh ,mengingat masyarakat di daerah ini ini belum mengerti manfaat penundaan usia kawin pertama. Hal ini ditunjukan oleh adanya pasangan suami istri yang relative kawin kawin pada usia muda,dimana berdasrkan pengamatan penulis dari 220 KK penduduk setempak terdapat 60 atau 27,27% adlah merupakan pasangan usia perkawinan muda usia lebih muda. Berdasarkan uraian tersebut ,maka peneliti tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih lanjut dengan suatu penelitian yang berjudul:”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan dan Bahaya Kehamilan Pada Usia Muda.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dapat diidentifikasi yaitu apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda?
C. Pembatasan Masalah
Karena cakupan orang yang melakukan pernikahan muda begitu luas, maka kami membataskan penelitian hanya dari satu desa, yaitu perempuan yang berusia 15 tahun.
D. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya aspek permaasalahan seperti pada identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini di rumuskan massalahnya sebagai berikut:
“Apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan dan bahaya kehamilan di usia muda?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian
2. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut : a) Untuk mengetahui usia perkawinan muda.
b) Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda. c) Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda. d) Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan pada pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam upaya pengedalian perkawinan dan bahaya kehamilan pada usia muda.
2) Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan khasana ilmu dan pemahaman yang obyektif terhadap hubungan antara usia perkawinan dan bahaya kehamilan di usia muda.
3) Melatih diri penulis untuk mengemukan pendapat dan buah pikiran serta menyusunnya dalam suatu rangkaian kalimat secara teratur sebagai mana layaknya suatu karya ilmiah.
4) Dapat di jadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian-penelitian berikutnya, khususnya yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.
BAB II
1. Pengkajian Teori
A. Perkawinan usia kawin pertama
Usia kawin adalah usia ketika seseorang memulai atau melangsungkan perkawinan (perkawinan pertama). Masalah perkawinan adalah merupakan salah satu bagian dari masalah kependidikan yang perlu di tangani secara serius, hal ini di sebabkan karena perkawinan akan menimbulkan masalah baru di bidang kependudukan yang pada gilirannya akan menghambat
pembangunan.
Upaya untuk pendewasaan usia kawin dapat din tempuh melalui kesempatan memperoleh pendidikan formal dan non formal, mengubah pandangan terhadap nilai anak, peningkatan aktifitas olahraga dan kesenian, peningkatan peranan wanita dalam pengambilan keputusan keluarga, penetapan dan peningkatan pelaksanaan Undang-Undangn yang mendukung pendewasaan usia kawin dan peningkatan pendidikan agama (Anomin,1988:45).
bahwa kebanyakan penduduk akan melangsungkan perkawinan.sala satu cirri perkawinan Indonesia adalah pelaksanaan terjadi pada usia yang masih cukup muda terutama bagi wanita di pedesaan.
Faktor biologis dan budaya dalam masyarakat yang mempengaruhi kesejahteraan ibu yakni kawin hamil dan bersalin dalam usia muda kurang dari 20 tahun sebanyak 14% (Ida Bagus
Gde Manuba:1998:29).
Usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang masa untuk
melahirkan.Seorang wanita mempunyai masa subur pad usia 15-49 tahun. Wanita yang kawin pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur 20-an, cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang kawin pada usia muda (Anomin.1995:25).
Hampir semua Negara berkembang telah mengalami penurunan produktifitas dan juga kenaikan yang mencolok dalam usia kawin wanita. Hal ini menimbulkan kesan bahwa yang meningkat merupakan prasyarat penting untuk diterimanya metode modern dalam membatasi produktifitas selama hidup perkawinan. Usia kawin tua dapat mempengaruhi produktifitas secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh singkatnya adalah semakin singkatnya seseorang wanita mengalami resiko untuk melahirkan, sedangkan pengaruh yang tidak langsung disebabkan karena sesorang wanita kawin pada usia yang lebih tua akan dapat membatasi kelshiran anaknya
(anonym,1988:29). Kawin pada usia lanjut aknn mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk karena jangka waktu untuk melhirkan menjadi lebih singkat dan jarak antatara generasi menjadi semakin panjang.
Menurut pengamatan para ahli kedokteran, mulai periode menstruasi hingga monopause bagi seorang wanita dapat melahirkan sebanyak 27 kali meskipun kenyataan ini jarang terjadi, hal ini disebabkan :
a. Usia subur pada usia manusia tidak tepat dengan pasangan usia subur (PUS) b. Sistam kalender sering terjadi tanpa di sengaja
c. Kegagalan Zygote d. Abortus
B. Perkawinan Usia Muda
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang wanita atau pria yang belum kawin untuk mempercepat atau menunda usia kawinnya sampai batas tertentu antara lain :
a) Keadaan sosial budaya dan adat istiadat
motivasi seseorang untuk beranak banyak atau sedikit.hal ini dapat di tunjukan konsep-konsep yang berlaku di masyarakat,misalnya banyak anak banyak rejeki sendiri-sendiri,garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin tertentu (Anomin,1988:32).
Konsep tentang garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin tertentu, akan mendorong untuk beranak banyak. Adanya pandangan masyarakat yang tidak cukup jika hanya memperoleh anak laki-laki atau anak perempuan saja telah mendorong pasangan suami istri untuk melahirkan lagi. Untuk mengantipasi hal tersebut, program Keluarga Berencana Nasional telah melaksanakan slogan norma Keluarga Kecil Sejahtera (NKKBS) dan dua anak cukup, laki-laki
dan perempuan sama saja. pelambangan slogan yang menggebu-gebu dan dibarengi dengan pelaksanaan program Keluarga Berencana yang begitu intensif sehingga dapat merubah pandangan masyarakat tentang besarnya keluarga, hal tersebut ditunjukan oleh makin kecilnya jumlah reproduksi selama dasawarsa 1970-an yaitu dari 5,5% turun menjadi 4,7% (Anomin,1988:40).
Dari berbagai suku bangsa di Indonesia yang kurang lebih 500 suku bangsa mempunyai adat dan aturan yang berbeda-beda, yang secara tidak langsung dapat menunda atau mempercepat perkawinan, misalnya adat jawa yang mengisyaratkan bahwa adik tidak boleh kawin terlebih dahulu dari kakaknya. Begitu pula dalam ajaran agama islam dianjurkan agar setiap orang siap terlebih dahulu, baik fisik maupun mental baru mamasuki jenjang pekawinan. Menurut Hanafi Harto (1992:30), menyatakan bahwa nikah merupakan suatu perbuatan yang terpuji bagi orang yang berkebutuhan dan mempunyai kesanggupan fisik maupun materi yang dapat menjamin kebutuhan keluarganya selanjutnya.
Mulia Kusuma (1991:37), mengklasifikasikan usia pekawinan kedalam 4 golongan yaitu sebagai berikut:
1) Umur rata-rata perkawinan pertama < 17 tahun disebut perkawinan anak-anak (Chall Marigae)
2) Umur 18-19 tahun disebut pekawinan berusia muda (Early Marigae) 3) Umur 20-21 tahun disebut perkawinan pada usia dewasa (Immaturity Marigae)
4) Umur >22 tahun disebut perkawinan pada usia lanjut (Late Marigae). b). Pendidikan
sekurang-kurangnya ia kawin pada usia di atas 16 tahun ke atas,bila kawin di usia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila kawin setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di aytas 22 tahun (Hanafi Hartono,1996:20).
Dari uraian tersebut di atas, telah menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi prilaku manusia dalam suatu masyarakat shingga dapat merubah kebiasaan-kebiasaan tradisional secara bertahap termaksut kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan kawin pada usia muda. Keadaan semacam ini sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, misalnya dalam kehidupa sehari-hari sering kita mendengar wanita atau gadis yang akan di kawinkan dengan alasan ingin melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu. Pada keadaan lain, seorang wanita yang sudah dipinang dapat menunda perkawinannya alas an masih sekolah.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam berfikir, menelaah suatu masalah,
bersikap dan berbuat. Hamper dapat dipastikan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin luas luas pula ruang lingkup jangkauan berfikirnya, muda menentukan sikap, mengambil langkah-langkah mengenai hal-hal yang sedang di hadapi dan alternative lain yang di temukannya.
Sebaliknya seorang yang tidak berpendidikan akan sulit mengembangkan dirinya, baik dalam
berfikir maupun bertindak.
Demikian pula halnya dengan besarnya keluarga seseorang yang mempunyai pedidikan yang lebih tinggi akan berpikir lebih realities dalam menentukan jumblah anaknya, dan telah merencanakan masa depan anak sebaik-baiknya agar menjadi anak yang berguna bagi keluarga, agama, nusa, dan bangsanya. Terlebih lagi seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi telah merencanakan dan mempersiapkan anak-anaknya agar di kemudian hari dapat lebih baik dari orang tuanya lebih, darih segi pendidikan maupun dari keadaan sosial ekonominya. c). Lingkungan Sosial
Manusia sebagai mahluk social dalam menentuksn sikap dan melangsungkan hidupnya tak akan dapat melepaskan diri dari lingkunga masyarakat. Manusia tidak akan dapat mengatasi segala macam kesulitan dan bahaya yang mengancam semasa hidupnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan orang lain.
dikategorikan menjadi keluarga pekerja pada orang lain pekerja bebas (anonym,1988:34).
C. Pengaruh Kehamilan dan Resikonya Bagi Remaja 1. Pengaruh kehamilan terhadap remaja
Kehamilan yang disebabkan karena pemikiran maupun akibat pergaulan bebas, yang jika itu dialami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap fisik,mental,sosial dan ekonomi.
Dari segi fisik,alat reproduksi remaja belum matang dan belum siap untuk di buahi,sehingga dapat merugikan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila di tambah dengan tekanan(stress) psikologis,sosial dan ekonomi. Oleh karena itu masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20-30 tahun (manuaba,1998).
Masalah ketidaknyamanan yang umum ditemukan pada kehamilan seperti mual, konstipasi, insomnia, dan nyeri punggung juga sering terjadi akibat perubahan fisiologis. Citra tubuh merupakan aspek lain kehamilan yang memerlukan waktu sebelum wanita beradaptasi.perubahan pada ukuran tubuh,bentuk payudara dan perut,penimbunan lemak, pigmentasi kulit,serta tanda regangan pada kulit yang secara keseluruhan membuat tubuh wanita tersebut tampak jelek memberikan pengaruh berarti bagi wanita yang ingin menjaga bentuk tubuh dan penampilannya (Mochtar,1998).
Dari segi mental,emosi remaja belum stabil.Kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24 tahun. Karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa.Usia 20-40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka kalau pernikahan dilakukan dibawa 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya (Gemari, 2002).
Setiap indifidu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian orang tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah direncanakan, namun bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi peristiwa yang mengejutkan dan bahkan menimbulkan persepsi karena mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah sosial serta financial yang harus ditanggungnya.
peran social orang dewasa lebih dini (Bobak, 2004).
Masalah ekonomi, kehamilan pada usia remaja sejak lama merupakan penyebab utama remaja putri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan dengan pengangguran dan kemiskinan. Akibatnya, orang tua remaja ini sering gagal menyelesaikan pendidikan Dasar mereka, memiliki sedikit kesempatan untuk bekerja dan meningkatkan karier, dan berpotensi memiliki penghasilan yang terbatas (Bobak, 2004).
2. Resiko Kehamilaan Bagi Remaja
Kehamilan dan persalinan pada remaja dianggap sebagai suatu situasi yang beresiko tinggi, baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-anak yang dilahirkannya, karena remaja dilihat dari umurnya dianggap belum matang secara optimal baik fisik maupun psikologis.
Menurut Bobak (2004) secara medis, kehamilan diusia remaja membawa dampak yang buruk. Dampak buruk itu antara lain, kemungkinan terjadinya “kemacetan persalinan” akibat tidak seimbangnya antara panggul ibu dan janinnya.
Pada wanita yang masih muda usianya, panggulnya belum berkembang sempurna. Selain itu kehamilan di usia remaja juga dapat mengakibatkan :
1. Bagi ibu: pendarahan pada kehamilan maupun pasca persalinan, hipertensi selama kehamilan, solution plasenta, dan resiko tinggi meninggal akibat pendarahan.
2. Bagi bayi: kehamilan belum waktunya (Prematur), pertumbuhan janin terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan, kemungkinan lahir dengan berat badan dibawah normal, dan meninggal 28 hari pertama kehidupannya.
Secara Psikologis Emosi Remaja masih labil, mereka ingin bersenang-senang dengan dunianya dan masih mencari jati dirinya. Bayangkan kalau orang seperti itu menikah, ada anak, si istri harus melayani Suami dan Suami tidak bisa kemana-mana karena harus bekerja untuk belajar tanggung jawab terhadap masa depan keluarga. Ini yang menyebabkan gejolak dalam Rumah Tangga sehingga terjadi perceraian, pisah rumah, bahkan bisa mengalami depresi berat. Depresi berat atau Neoritis Depresi akibat pernikahan dini, bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi Introfert (tertutup) akan membuat Remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizophrenia atau dalam bahasa awam dikenal dengan orang Gila. Sedang Depresi Berat pada Pribadi Ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si Remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti memecah piring, anak di cekik, dll (Gemari, 2002).
memunculkan konsekuensi tuntutan tanggungjawab membesarkan anak dan menafkahi istri.
D. Remaja dan Persepsinya 1. Remaja
Istilah Adolescen (Remaja) berasal dari bahas latin adalascare yang berarti “bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial dan psikologis bergabung untuk menciptakan karasteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, 2004).
Usia 10 –20 tahun sebagai batasan Usia Remaja dan membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu : Remaja awal 10-14 tahun dan Remaja Akhir 15 – 20 tahun. Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan Usia 11 -24 tahun dan belum menikah. Awal masa remaja diebut sebagai masa puber atau Pubertas atau masa akil baligh (Sarwono, 2001).
Menurut Bobak (2004) masa Remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran, karena selama periode ini Indifidu mempunyai tugas perkembangan sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai budaya individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas Perkembangan ini terdiri dari:
Menerima citra tubuh Menerima identitas seksual
Mengembangkan system nilai personal Membuat persiapan untuk hidup mandiri Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan Mengembangkan identitas seorang dewasa
Salah satu tugas penting remaja ialah mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Keputusan yang berkenan dengan aktifitas seksual kehamilan, dan menjadi orang tua.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan Pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sebsoris stumuli) (Rahmat, 2000).
tersebut mempengaruhi perilaku kita (Muliana, 2004).
Untuk lebih memahami Persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi lainnya, yang dikutip dari Muliana (2004); Brian fellows, Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti persepsi. Persepsi menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Muliana, 2004). Semakin tinggi derajat kesamaan persesi antar Individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk Budaya atau kelompok identitas. Jadi Persepsi merupakan suatu tahapan yang sudah dicapai pengertian tentang hal-hal yang sudah kita kenal yaitu kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, menginterprestasikan, meramalkan, dan mengeksplorasikan. Perilaku terbentuk menakala seorang individu sudah melampaui proses pemahaman dimana didalamnya terdapat komponen pengetahuan dan sikap individu itu sendiri. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa (Purwanto, 1998). Masa dan proses perkembangan tidak sama bagi semua remaja, antar remaja pria dan wanita terdapat perbedaan mencolok (Gunarsa, 2001). Satu tugas penting yang harus dijalani oleh setiap remaja ialah mengembangkan Pengetahuan, sehingga memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan (Bobak, 2004).
Pengambilan keputusan, dalam hal ini masalah seksual pada Remaja sangat dipengaruhi oleh Persepsi Remaja. Bagaimana ia memandang seksual itu sendiri. Apakah ia akan menjadi seorang yang aktif secara seksual atau tidak,dengan satu pasangan atau lebih. Jika terjadi kehamilan,bagaimanakah pendapatnya tentang bayi yang ada dalam kandunganya.Tingkat perkembangan kognitif remaja,system nilai persepsi tentang control eksternal,dan identitas diri secara keseluruhan mempengaruhi pengambilan keputusan.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi remaja tentang kehamilan pada usia remaja antara; kepercayaan, sikap, pendidikan, pelayanan kesehatan, lingkungan, budaya, dan ekonomi.
1. Kepercayaan
memilih menikah untuk menghindari perbuatan zinah. 2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi Objek, Ide, Situasi, atau Nilai (Rahmat, 2000). Sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap obyek sikap. Sikap menentukan apakah seseorang akan menentukan Pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan; mengensampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (sheriff dan sheriff, 1956; di kutip dari Rahmat, 2000). Bila sikap seorang Remaja tidak setuju terhadap seks bebas, maka Ia akan setuju pada program Pemberantasan Pelacuran, berharap agar semua pihak membantu Pihak tersebut dan menghindari orang- orang yang berperilaku seks bebas.
3. Pendidikan (Pengetahuan)
Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rahmat 2000). Pengetahuan berhubungn dengan jumlah informasi yng dimiliki seseorang,dalam hal ini informasi tentang Kesehatan Produksi. Karena minimnya Pengetahuan tentang kesehatan Produksi ini, tidak sedikit remaja yang melakukan seks bebas, akibatnya muncul penyakit Menular Seksual, seperti HIV / AIDS, kehamilan diluar nikah, aborsi dll. Pendidikan akan menyebabkan remaja putri memiliki keinginn untuk menunda perkawinan dan melahirkan anak (Sanfield A, 2006). 4. Pelayanan Kesehatan
Terlepas dari aktivitas seksual atau status melahirkan anak, semua remaja putri memerlukan layanan kesehatan produksi antara lain; pendidikan seksualtas, pelayanan kontrasepsi, pengobatan dan skrening PMS, perawatan prenatal, pelayanan kelahiran, dan program untuk para pelajar dan para ibu-ibu yang hamil (Sanfiel A, 2006). Pelayanan-pelayanan tersebut harus bisa mereka peroleh dengan mempertimbngkan terbatasnya transportasi dan tipisnya sumber keuangan mereka. Perawatan yang diberikan dapat membantu remaja putri untuk memahami kesehatan produksi dan membantu mereka untuk menunda kehamilan berikutnya.
5. Lingkungan
Persepsi kita tantang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam persepsi lazim disebut sebagai iklim (Rahmat, 2000). Iklim yang kondusif dan diwarnai oleh kehidupan keagamaan dapat membantu mengalami masalah seksual pada remaja.
6. Budaya
7. Ekonomi
Kemiskinan yang dialami masyarakat bisa mendorong masalah kesehatan reproduksi berada di ujung tanduk. Akibat kemiskinan seseorang bisa melakukan apa saja agar bias bertahan hidup, termasuk hal-hal yang secara langsung beresiko terhadap kesehatan reproduksi seperti pelacuran. Karena kemiskinan pula mendorong tingginya angka pernikahan usia remaja di Indonesia. Pernikahan di usia remaja dinilai sebagai penyebab tingginya kehamilan beresiko, baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-anak yang dilahirkannya. Kemiskinan orang tua menyebabkan anak terpaksa menikah pada usia yang masih muda dan tidak dapat melanjutkan sekolah.
2. Pembahasan Penelitian
Pewawancara : “Betulkah anda sudah menikah?” Responden : “Ya”
Pewawancara : “pada usia berapa anda menikah?” Responden : “15 tahun. Masih sangat muda”
Pewawancara : “Mengapa anda menikah diusia muda?”
Responden : “Karena saya tidak melanjutkan sekolah, saya juga tidak bekerja. Jadi, daripada bingung melakukan sesuatu, lebih baik menikah”
Pewawancara : “Oh. Sudah berapa lamakah anda menikah? Apakah anda sudah mempunyai anak?”
Responden : “Kurang lebih sudah 2 tahun. Ya, saya sudah punya anak, umurnya satu setengah tahun.”
Pewawancara : “Apa yang anda rasakan memiliki anak diusia muda?”
Responden : “Awalnya cemas, saya takut tidak bisa mengurusi anak saya. Tapi seiring
berjalannya waktu dan atas bantuan orang tua, saya sudah terbiasa” Pewawancara : “Apakah keluarga anda hidup sejahtera?”
Responden : “Yang penting kami bisa makan setiap hari, bagi kami hal tersebut sudah
sejahtera”
Pewawancara : “Apakah anda berniat untuk menyekolahkan anak anda?”
Responden : “Tentu, kami akan berusaha. Kami tidak ingin anak kami menikah diusia
muda juga karena usia muda itu seharusnya mencari pengalaman hidup, menimba ilmu sebanyak-banyaknya, dan bekerja”
3. Penyusunan Kerangka Berfikir
dan bahaya untuk kesehatannya, sehingga banyak di temukan kehamilan pada remaja yang di sebabkan karena pernikahan yang terlalu dini maupun akibat pergaulan bebas,jika itu di alami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap fisik, mental, sosial, dan ekonomi.
4. Perumusan Hipotesa
Adapun hipotesa yang di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Ada pengaruh perkawinan di usia muda terhadap kehamilan di desa Pinangraja Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, yaitu makin muda usia kawin muda maka semakin tinggi tingkat bahaya”
BAB III
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda. 2. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut : e) Untuk mengetahui usia perkawinan muda.
f) Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda. g) Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda. h) Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Makalah ini ditulis di kediaman Wike Kusmayanti Lingkungan Sungkawiluya RT.07 RW.04, Kelurahan Cigasong, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, Indonesia pada hari Kamis 08 Januari 2015.
Sedangkan makalah ini diteliti di Desa Pinangraja, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Dimulai dari pengumpulan data hingga penulisan akhir makalah.
C. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusun mempergunakan metode wawancara dengan seorang perempuan berusia 15 tahun. Kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media massa dan internet.
Definisi: populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang harus diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini kami menggunakan populasi dari desa Pinangraja.
E. Teknik Pengambilan Sample
Definisi: sample yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Berhubung jumlah populasi relatif sedikit, praktis dapat dijangkau secara keseluruhan, teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu dari keseluruhan responden langsung dijadikan sampel oleh karena itu sampel dalam penelitian ini berjumlah 1 orang. Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut :
Kriteria inklusi
Pasangan usia subur yang kawin mudah ( di bawah 20 tahun ) yang berdomisili diwilayah Desa Pinangraja Kecamatan Jatiwangi dan bersedia diteliti.
F. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu : 1) Wawancara yaitu pengamatan langsung pada desa yang menjadi sasaran
pengambilan.
2) Teknik ini di maksudkan guna memperoleh imformasi yang berhubumgan dengan data yang akan di kumpulkan.
BAB IV
A. Variabel Dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan rancangan “retropective study “ (trohoc), yaitu rancangan yang berusaha melihat apakah ada dua variabel atau lebih yang berhubung.
Adapun bentuk rancangannya adalah sebagai berikut : X Y
Variabel bebas variabel terikat Di mana :
X = usia perkawinan
Y = tingkat bahaya di usia mudah B. Teknik Pengelolaan Data
Data yang terkumpul di olah dan dianalisa dengan uji deskriptif dan uji inverensial. Uji deskriptif karakterisasi hasil temuan setiap varibel yang diteliti yaitu uji rata-rata, modus, median dan presentase. Sedangkan uji intervensial menggunakan korelasi prodak moment, dengan pertimbangsn karena data variabel bebas dan variabel terikat bersekala interval,. Koefisien korelasi, di hitung dengan menggunakan rumus :
n∑XY - ∑X∑Y
r =√{∑X ² – (∑∑X²}{∑X ² –(∑∑Y²} sudjana, (1984 : 354)
Untuk test signifikan nilai r prodak moment tersebut di lakukan dengan menggunakan uji t dengan rumus :
Keterangan :
r = koefisien korelasi n = jumlah sampel (sudjana, 1984 :354)
Kriteria pengujiannya adalah membandingkan nilai t hitung ddengan t tabel pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan derajat bebas ( db ) = ( n-2). Jika nilai thitung > tabel berarti korelasi antara ke-2 variabel tersebut signifikan. Jika nilai hitung < table berarti korelasi kedua variabel tersebut tidak signifikan. Pengujian keberartian keeratan hubungan digunakan criteria sebagai berikut :
Pada dasarnya koefisien korelasi bervariasi dari -1 dan 0 sehingga +1, artinya : 1) Bila koefisien korelasi = -1 atau mendekati -1 maka hubungan kedua varibel di
katakana negatif, sangat kuat kenaikan dan penurunan independensi variabel tidak searah
2) Bila koefisien korelasi = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara ke-dua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
3) Bila koefien korelasi = +1 atau mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan positif dan kenaikan serta penurunan independensi varibel bersifat searah.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa orang yang masih berusia muda memutuskan untuk menikah. Ada alasan tertentu mereka melakukan pernikahan tersebut, dintaranya karena, kesepakatan kedua belah pihak, tidak melanjutkan sekolah.
B. Saran
Berpikiralah secara matang sebelum melangkah jauh kejenjang pernikah. Dan mampukah anda membangun rumah tangga diusia yang masih muda?
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Paradigma Sehat 2010 . Jakarta : Depkes RI_______, 2005. Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta : BKKBN_______, 2005. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta : Departemen Agama
Badudu Zain, 2004. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Harapan Daniel JB. Soekirman, Dkk, 2009.
Rangkuma Analisis Situasi Anak dan Wanita Indonesia. Jakarta : CV. Meditama Indah Depkes RI, 2001. Lokakarya Nasional Tentang Perawinan Usia Muda . Jakarta
Djoko Prakoso, Dkk. 2007. Asas-asas Perkawinan di Indonesia. Jakarta : Bina Aksara Fitrah Puspita, 2006. Skripsi : Faktor Pendorong Pernikahan Usia Muda dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Anak. Semarang : UNNES
Harapan Ida Bagus Gde, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Universitas Indonesia Iskandar, Dkk. 2007. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia . Jakarta : Universitas Trisakti
K. Wantjik Saleh, 2005. Hukum perkawinan di Indonesia. Jakarta : Ghalia Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta Suharjo, 2006. Aspek Sosial dalam Pernikahan . Jakarta : Media Cipta.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHN PENGUJI ...i KATA PENGANTAR ...ii DAFTAR ISI ...iii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...
1.2 Identifikasi Masalah ...
1.3 Pembatasn Maslah ... 1.4 Rumusan Masalah... 1.5 Tujuan Penelitian ... 1.6 Manfaat penelitian ...
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengkajian Teori
A. Perkawinan Usia
Pertama...
B. Perkawinan Usia
Muda...
C. Pengaruh Kehamilan dan Resikonya Bagi
Remaja...
D. Remaja Dan
Presepsinya...
3.1 Tujuan
Penelitian ...
3.2 Tempat Dan Waktu
Penelitian... 3.3 Metode
Penelitian... 3.4 Teknik Pengambilan Populasi... 3.5 Teknik Pengumpulan Data... BAB IV
4.1 Variabel Dan Rancangan Penelitian... 4.2 Teknik Pengolahan Data... BAB V PENUTUP