• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) = The Effect of Coconut Water’s Concentration on Growth and Yield of White Oyst

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) = The Effect of Coconut Water’s Concentration on Growth and Yield of White Oyst"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini meliputi pengamatan selintas dan pengamatan utama.

4.1 Pengamatan Selintas

Pengamatan selintas adalah pengamatan yang hasilnya tidak diuji secara statistik dan pengamatan ini digunakan untuk mendukung hasil dari pengamatan utama. Pengamatan selintas pada penelitian ini meliputi suhu, kelembaban, hama, penyakit, dan hari muncul tubuh buah pertama.

4.1.1 Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban pada penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu pada tahap miselium dan tubuh buah. Pengamatan selintas ini dilakukan didalam kumbung jamur tiram yang berbeda per tahapnya. Rata-rata suhu dan kelembaban pada tahap miselium dapat dilihat dalam tabel 4.1 dan rata-rata suhu dan kelembaban pada tahap tubuh buah dapat dilihat dalam tabel 4.2

Tabel 4.1 Suhu dan Kelembaban pada Tahap Miselium Tahun 2016

(2)

21 Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban pada Tahap Tubuh Buah

Tahun 2016

Keterangan: Pengamatan selintas pada bulan September berlangsung pada tanggal 17 September 2016 hingga 30 September 2016 dan pada bulan November berlangsung pada tanggal 1 November 2016 hingga 30 November 2016. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada tahap miselium, untuk suhu udara yaitu suhu maksimal 29,02°Cdan suhu minimal25,79 °C, sedangkan kelembaban yaitu 65,44 %. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwapada tahap tubuh buah, untuk suhu udara maksimal berkisar antara 28,42 °C hingga 29,31 °Cdan suhu udara minimal berkisar antara 24,86 °C hingga 25,38 °C, sedangkan kelembaban berkisar antara 81,33% hingga 81,80 %. Menurut Djarijah dan Djarijah (2001), pertumbuhan tubuh buah dari sebagian besar species jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18°C hingga 20°C dengan kelembaban 80% hingga 85%, sehingga pada tahap tubuh buah kondisi suhu kurang sesuai dengan pembentukan tubuh buah dari jamur tiram yang optimal.

(3)

22 4.1.2 Hama dan Penyakit

Hama dijumpai pada kumbung tahap miselium dan tubuh buah. Hama yang ditemui didalam penelitian ini pada tahap miselium adalah laba-laba dan semut, sedangkanpada tahap tubuh buah antara lain kumbang, laba-laba, semut, ulat,rayap, dan tungau. Berikut rincian dari hama yang menyerang jamur tiram selama penelitian berlangsung:

1. Kumbang:

Hama ini sering dijumpai dibagian bawah tudung jamur, sela-sela antar tangkai jamur, dan lamela jamur. Kumbang ini merusak tudung jamur dengan memakan sedikit bagian dari tudung jamur, dimana hal ini mengakibatkan tudung jamur berlubang atau tidak membentuk suatu tudung jamur yang utuh. Berdasarkan dari hasil penelitian di Natural History, London, hama ini dapat mengakibatkan kerusakan secara langsung pada tubuhbuah jamur tiram, karena baik imago maupun larva kumbang tersebut merupakanpemakan jamur yang aktif (Pakki et al., 2001 lihatSianipar, M. S, 2006).Menurut Gemalasari (2002), kumbang sering masuk kedalam bag log hingga kedalaman beberapa sentimeter untuk berpupa. Pengendalian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengumpulkan kumbang tersebutke luar kumbung dengan cara memasukannya ke dalam kantong plastik agar tidak terbang dan kemudian membunuhnya hingga mati.

(4)

23 2. Laba-laba:

Hama ini dijumpai diatas dan disekitar rak jamur yang kemudian laba-laba ini membuat sarangyang menempel di antar rak. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B. (2001), laba- laba dapat memakan dan merusak miselium serta tubuh buah, hama ini sering ditemukan pada sela-sela dan media tumbuh bag log jamur yang tidak disiapkan secara cermat dan terkontrol. Laba-laba dapat menularkan spora jamur saprofit dan parasit. Pengendalian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu merusak sarang dengan tongkat dan membunuh laba-laba tersebut hingga mati.

3. Semut:

(5)

24 4. Lalat:

Lalat merupakan perantara penularan hama dan penyakit atau spora jamur parasit atau saprofit (Djarijah dan Djarijah, 2001). Diduga lalat pada saat stadia larva juga menyerang jamur tiram saat penelitian. Hal ini diperkuat oleh Rajesha (2016), larva dapat menyerang jamur tiram putih, salah satunya adalah larva dari Megaselia halterata. Larva ini sering terdapat pada tudung jamur khususnya bagian lipatan-lipatan lamela jamur dan bersembunyi di sela-sela bagian lamela dan juga di pangkal batang jamur. Larva ini akan terlihat pada saat pemanenan yaitu pada lamela tudung dan permukaan baglog bekas panenan. Pencegahan yang dilakukan pada penelitian ini adalah jamur yang dipanen benar-benar dipanen dengan bersih hingga ke akar jamur, tidak ada bagian jamur yang tertinggal di dalam baglog karena akan menyebabkan busuk yang kemudian ulat tersebut akan bersarang pada baglog.

Gambar 4.2Larva lalat yang menyerang jamur tiram saat penelitian

5. Rayap:

Hama ini muncul dengan membentuk sarang di bagian rak kayu.Kumbung jamur tiram ini mengundang rayap untuk membentuk sarang akibat dari rak-rak jamur yang terbuat dari kayu. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B. (2001), rayap masuk kekumbung jamur yaitu dengan cara menembus dinding atau melalui permukaan lantai tanah. Pengendalian yang dilakukan didalam penelitian ini yaitu dengan merusak sarang rayap, mengumpulkan rayap menggunakan sapu untuk dibawa keluar kumbung kemudian membunuh rayap hingga mati.

6. Tungau:

(6)

25 Penyakit yang dijumpai ada pada tahap tubuh buah yaitu Black Pin Moulds, Agent Orange, Penyakit yang disebabkan oleh Penicillium spp, dan Brown Blotch. Berikut rincian dari penyakit yang menyerang jamur tiram selama penelitian berlangsung:

Terlihat noda berwarna hitam pada permukaan baglog. Diduga baglog terserang penyakit Black Pin Moulds. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B (2001), penyakit Black Pin Mouldsdisebabkan oleh Mucor spp, dimana gejala yang ditimbulkan adalah tumbuh noda hitam pada permukaan media tumbuh atau baglog. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu ruangan rumah jamur dengan membuka dan mengatur lubang ventilasi atau sirkulasi udara.

Gambar 4.3 Baglog yang diduga mengalami penyakit Black Pin Moulds saat

penelitian

Terlihat noda berwarna orange pada permukaan baglog. Diduga baglog terserang penyakit Agent Orange. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B (2001), penyakit Agent Orangedisebabkan oleh Neurospora spp, dimana gejala yang ditimbulkan adalah terdapat tepung berwarna orange pada permukan kapas penyumbat media tumbuh. Efek serangan yang dihasilkan adalah menghambat pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur tiram. Pengendalian dari penyakit ini adalah menutup kapas sumbatan dengan kantong plastik saat sterilisasi (Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B, 2001).

(7)

26 Terlihat noda berwarna coklat pada permukaan baglog. Diduga baglog terserang Penicillium spp. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B (2001), Penyakit yang terserang Penicillium spp, menimbulkan gejala yaitu tumbuh miselium berwarna coklat. Pengendalian dari penyakit ini adalah menjaga kebersihan ruang dan membuang media tumbuh yang terkontaminasi (Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B, 2001). Pada penelitian ini, Penicillium spp yang menyerang baglog tersebut membentuk tubuh buah yang kecil dan banyak yaitu pada depan baglog dan pada sekitar plastik bagian depan baglog.

(a) (b)

Gambar 4.5 Penicillium spp yang diduga menyerang saat penelitian dan

membentuk tubuh buah yang kecil dan banyak: (a) Depan baglog. (b) Sekitar

plastik bagian depan baglog

(8)

27 4.1.3 Waktu Muncul Tubuh Buah Pertama

Pada pengamatan selintas waktu muncul tubuh pertama dihitung mulai dari awal penyobekan baglog yaitu pada saat setelah penyuntikan air kelapa hingga muncul tunas. Hasil pengamatan selintas untuk waktu muncul tubuh buah pertama disajikan dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 4.7 Waktu Muncul Tubuh Buah Pertama

Pada gambar 4.7 menunjukan hasil yang berbeda pada masing-masing tingkatan konsentrasi air kelapa pada waktu munculnya tubuh buah pertama. Rata-rata saat muncul tubuh pertama berkisar antara 8,2 hari hingga 12,8 hari setelah awal penyobekan baglog. Rata-rata munculnya tubuh buah tercepat dihasilkan pada media baglog yang dilakukan penyuntikan air kelapa dengan konsentrasi 10% yaitu 8,2 hari setelah penyobekan baglog. Sedangkan media baglog yang dilakukan penyuntikan air kelapa dengan konsentrasi 0% yaitu dengan waktu rata-rata 12,85 hari merupakan waktu munculnya tubuh buah paling lambat.

(9)

28 4.2 Pengamatan Utama

Pengamatan utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah umur panen per panen, interval panen,diameter tudung, panjang tangkai tudung, dan bobot segar per baglog.

4.2.1 Umur Panenper Panen

Tabel 4.3Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Umur Panen per Panen Konsentrasi Air Kelapa

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan hasil yangtidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.

Hasil analisis statistik mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap umur panen per panen dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian air kelapa pada konsentrasi 10%memberikan hasil umur panen per panen yang lebih cepat secara nyata dibandingkan pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 0% atau kontrol. Selanjutnya pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 20% dan 30% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 40% dan 50% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dibanding dengan kontrol.

(10)

29 yang rendah (Gardner, 1991).Auksin adalah hormon yang dapat meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel serta pembentukan akar adventif (Pierik, 1997 lihat Zulkarnain, 2009). Menurut Salisbury dan Ross (1995), auksin mengakibatkan pengenduran atau sifat plastis pada dinding sel.Fungsi auksin berperan dalam kegiatan pembelahan sel dan juga dalam pengembangan sel-sel yaitu dengan mempengaruhi pengembangan dinding sel. Pengembangan dinding sel yang terjadi akan mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel pada protoplas sehingga protoplas akan mendapatkan kesempatan untuk meresap air-air dari sel. Dengan adanya hal tersebut maka diperoleh sel yang panjang-panjang dengan vakuola yang besar (Dwidjoseputro, 1989).Mekanisme kerja auksin yaitu dengan pembentangan sel. Pembentangan sel tersebut dengan cara memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel (Fahmi, 2014). Ion H akan menurunkan pH sehingga akan terjadi pengenduran dinding dan pertumbuhan yang cepat. pH yang rendah ini bekerja dengan cara mengaktifkan enzim perusak dinding. Enzim tersebut memutuskan ikatan pada polisakarida dinding sel, sehingga memungkinkan dinding sel untuk lebih mudah merenggang (Salisbury dan Ross, 1995).

Sitokinin adalah senyawa yang dapatmengatur pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan pembelahan sel, sedangkan dalam pengaturan pembelahan sel, pemanjangan sel, diferensiasi sel, dan pembentukan organ adalah peran dari auksin dan sitokinin (Zulkarnain, 2009). Menurut Abidin (1983), sitokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang berperan dalam proses pembelahan sel dan fungsi dari sitokinin yaitu untuk sitokinensis atau pembelahan sel. Akibat dari adanya pembelahan sel yang begitu cepat mengakibatkan tudung dari tubuh buah cepat berkembang dan lekas mencapai masak sehingga akan lebih cepat dalam pemanenan.

Selain hormon auksin dan sitokinin, didalam air kelapa juga mengandung karbohidrat. Menurut Sutonodkk (2015), air kelapa pada kelapa tua mengandung karbohidrat sebesar 4,60%, dimana dengan penambahan air kelapa pada baglog jamur tiram berfungsi juga untuk menambah karbohidrat sebagai sumber energi bagi pertumbuhan misellium sampai terbentuknya tubuh buah dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tubuh buah sampai tubuh buah jamur mencapai pertumbuhan maksimal.

(11)

30 4.2.2 Interval Panen

Tabel 4.4 Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Interval Panen Konsentrasi Air Kelapa tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.

Hasil analisis statistik mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap interval panen dapat dilihat pada tabel 4.4. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian air kelapa pada konsentrasi 10% memberikan hasil interval panen yang lebih cepat secara nyata dibandingkan pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 0% atau kontrol. Selanjutnya pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 20% dan 30% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 40% dan 50% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pada penelitian ini, perlakuan pemberian air kelapa 10% juga sudah mampu mempercepat interval panen. Hal ini diduga karena pada perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 10%, waktu muncul tunas pertama (lihat gambar 4.7) lebih cepat daripada perlakuan konsentrasi lainnya.

(12)

31 Sitokinin bersama dengan auksin mengambil bagian dalam regulasi sel pada sel tumbuhan (George dkk, 2008). Sitokinin dapat meningkatkan tingkat pembelahan sel dengan menginduksi dari CycD3 yang mengkode D-type cyclin yang memainkan peran dalam transisi dari fase G1 ke mitosis dari siklus sel (D’Agostino dan Kieber, 1999). Sitokinin bersama auksin mengambil bagian dalam regulasi siklus sel pada sel tumbuhan, mereka menginduksi CycD3 untuk merangsang perkembangan siklus sel dari G1 ke S dan juga G2 ke M melalui induksi ekspresi cdc2 untuk histon H1-kinase dan stimulasi defosforilisasinya oleh cdc25 (George, 2008).

(13)

32 Pada gambar 4.7, pada fase G1 sitokinin meginduksiCycD3. CycD3 akan berikatandengancdc4/6. CAK (cdk activating kinase) akan mengaktifkan kompleks tersebut. Pada fase G2, sitokinin mensintesis cdc2 yang kemudian akan bergabung dengan Cyclin B. CAK juga akan mengaktifkan kompleks tersebut, namun protein Wee1 menonaktifkan cdc2.Sitokinin mensintesis cdc25 yang kemudian cdc25 tersebut akan mendefosforalisasi pada situs tersebut sehingga cdc2akan aktif kembali dan siklus sel tetap berlangsung. Aplikasi dari sitokinin eksogen ini akan menaikan transkripsi dari cdc2 dan CycD3.

4.2.3Diameter Tudung dan Panjang Tangkai Tudung

Tabel 4.5Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Diameter Tudung dan Panjang Tangkai Tudung tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.

(14)

33 maka akan mempengaruhi panjang diameter tudungdan panjang tangkai tudung dari jamur tiram.

Selain itu, juga diduga akibat dari sirkulasi udara yang kurang lancar. Pada kumbung penelitian digunakan penutup dinding kumbung berupa sebagian paranet dan sebagian besar plastik yang diberi lubang pada bagian atas agar terdapat sirkulasi udara. Hal ini diduga kurang banyaknya sirkulasi udara yang dibentuk, dimana lubang yang dibuat hanya pada bagian atas karena didalam kumbung ini diberikan alat penambah kelembaban agar lebih efektif dalam penggunaan untuk mencapai kelembaban yang dikehendaki maka bagian bawah tidak diberi lubang. Hal ini diperkuat oleh Djarijah dan Djarijah (2001), jamur tiram merupakan jamur semi anaerob yang membutuhkan oksigen sebagai senyawa pertumbuhan, dimana dengan sirkulasi udara yang lancar akan menjamin pasokan oksigen dan terbatasnya oksigen akan mengakibatkan pembentukan tubuh buah yang kecil dan abnormal. Sehingga dengan adanya sirkulasi udara yang kurang lancar mempengaruhi panjang diameter tudung dan panjang tangkai tudung jamur tiram.

(15)

34 4.2.5Bobot Segarper Baglog

Tabel 4.7 Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Bobot Segar per Baglog Konsentrasi Air Kelapa tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.

Pemanenan dilakukan saat tudung jamur mendatar, yang dimulai rata-rata 10 hari setelah dilakukan penyobekan baglog atau miselium sudah memenuhi baglog. Data tersebut adalah hasil panen dengan rata-rata 4 kali pemanenan. Hasil analisis statistik mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap bobot segar per baglog dapat dilihat pada tabel 4.7. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa bahwa konsentrasi air kelapa tidak berbeda nyata terhadap bobot segar per baglog. Hal ini diduga karena pada parameter diameter tudung dan panjang tangkai tudung tidak berbeda nyata, dimana pada bobot segar jamur tiram per baglog dipengaruhi oleh diameter tudung dan panjang tangkai tudung.

Gambar

Tabel 4.1 Suhu dan Kelembaban pada Tahap Miselium
Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban pada Tahap Tubuh Buah
Gambar 4.1 Kumbang yang merusak tubuh buah jamur saat penelitian
Gambar 4.2Larva lalat yang menyerang jamur tiram saat penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Post Hoc Scheffe dan ujian korelasi.. Namun begitu, tahap kepuasan pula berada pada tahap sederhana tinggi mengikut kesemua responden. Terdapat perbezaan min yang signifikan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah limbah asal tanaman jagung, yaitu janggel, tumpi dan jerami jagung (termasuk klobot) yang diambil di Desa Braja

Ini boleh menjejaskan kepada industri pelancongan di Malaysia sekiranya tenaga-tenaga sumber manusia yang diambil untuk bekeija di dalam sektor pelancongan seperti hotel,

[r]

Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen yang terdiri dari pelayanan purna jual, motivasi, dan sikap terhadap keputusan pembelian konsumen sepeda motor

Mengijinkan Skripsi Teknik Informatika ini disimpan di Perpustakaan Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus dengan syarat-syarat kegunaan

Contoh kasus Lia Eden yang menawarkan aliran baru dalam lingkup agama Islam bahwa Lia Aminudin mengaku mendapatkan bimbingan gaib tentang Ketuhanan dengan nama

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan dimana hasil menunjukan bahwa perusahaan mengeluarkan dana dalam laporan CSR