BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (psychobiological cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Suandi, 2004). Kegemukan (Overweight) dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweigh adalah kelebihan berat badan, akan tetapi sebenarnya memiliki arti yang
berbeda. Obesitas (kegemukan) adalah ketidak seimbangan antara jumlah makanan yang masuk dibanding pengeluaran energi tubuh. Orang yang kegemukan biasanya memiliki berat badan yang berlebihan yang diakibatkan oleh penimbunan lemak yang berlebihan didalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) (Misnandiarly, 2007).
Angka kejadian obesitas pada anak yang semula sekitar 10-30% dari obesitas dewasa di negara-negara maju ditengarai terus bertambah. Menurut Weil BW pada tahun 1991, angka kejadian di Amerika meningkat sampai 40% (dari 15% menjadi 21%). Data pada tahun 1996 menyebutkan, anak Amerika yang obesitas sekitar 27% dan pada remajanya sekitar 21% (usia 12-17 tahun). Bila dihitung dalam dua dekade yang telah berjalan, anak yang obesitas meningkat menjadi 54% dan remaja obesitas ditemukan meningkat 39% (Seogih& Wiramihardja, 2009).
dari jenis kelamin, suku bangsa, riwayat keluarga dan aktivitas fisiknya). Hampir 70% dari mereka akan tetap obesitas ketika dewasa; tetapi selebihnya overweight stadium berat. Data tentang anak atau remaja obesitas (Suandi, 2004). Obesitas pada anak merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi obesitas 6-12 tahun ditemukan sekitar 4%, pada remaja 12-18 tahhun ditemukan 6,2% , dan umur 17-18 tahun terdapat 11,4 %. Kasus obesitas lebih sering dijumpai pada remaja wanita (10,2%) dibanding laki-laki (3,1%) (Ratna, 2010).
dimana Sjarif dkk 2005 dalam penelitian mendapatkan prevalensi terbesar terdapat pada kota Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan (17,7%) dan Palembang (13,2%). Seseorang yang berat badannya 20% lebih tinggi berat badan normal dianggap mengalami obesitas (Adiseno, 2010).
Prevalensi Obesitas Angka kejadian obesitas di berbagai negara terus meningkat. Prevalensi obesitas di Inggris pada tahun 1980 hanya 7%, lalu terus meningkat menjadi 23% pada tahun 2005 (Seogih& Wiramihardja, 2009).
Survei Depkes RI tahun 1996-1997 di 26 kota besar menunjukkan bahwa 17,5% penduduk overweight dan 4,75 mengalami obesitas. Dan obesitas pada survey waktu itu adalah indek massa tubuh (IMT) 25-30 kg/m2 untuk overweight dan >30 kg/m2 untuk obesitas. Perhimpunan Studi Obesitas Indonesia pada tahun 2004 melaporkan bahwa 49,5% dewasa umur > 20 tahun yang tertinggal di 7 kota besar Indonesia (Seogih& Wiramihardja, 2009).
tahun anak mulai bersekolah dan tentu saja harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan baru dilingkungan sekolah selain dari lingkungan didalam keluarga. Dengan bersekolah anak mengembangkan hubungan interpersonal terutama dengan teman sebaya, berkesempatan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya dan orang tua tidak lagi menjadi satu-satunya sumber identifikasi anak (Aryani, 2009).
Apabila lingkungan tidak menghargai usaha anak, maka anak dapat mengalami ketidakpuasan dalam bekerja dan diliputi perasaan kurang atau tidak mampu dan inferior. Yang dimaksud inferior yaitu ketidak mampuan menyelesaikan tugas dengan tuntas, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, tidak mampu mengatur tugas atau pekerjaan. Dan pada usia 12-20 tahun perubahan fisik dan jiwa terjadi begitu cepat, sehingga dapat mengganggu perkembangan fisik dan kejiwaan remaja (Aryani, 2009).
Secara biologis kemampuan remaja sama dengan orang dewasa namun secara psikososial belum dapat dipergunakan. Mereka dianggap tidak pantas berperilaku seperti anak-anak, tetapi lingkungan juga tidak memberi kesempatan untuk berperilaku sebagai orang dewasa. Pada usia ini remaja berusaha mempunyai identitas diri baik dalam seksual, umur dan pekerjaan, ini penting dalam usaha adaptasi dilingkungan masyarakat selanjutnya (Aryani, 2009).
Masa remaja merupakan periode perkembangan yang krisis, sikap orang tua sangat mempengaruhi apakah nantinya remaja mempunyai identitas yang jelas atau akan mengalami kebingungan peran, sikap, menghargai pendapat dan pikiran remaja (Aryani, 2009).
sehingga tidak berdaya. Kalau berlarut-larut mungkin justru menjadi agresif, membunuh atau bunuh diri. Dan mempunyai sifat iri yaitu reaksi dari gabungan atau paduan antara berbagai emosi. Terkandung sikap membandingkan antara dirinya dengan keadaan orang lain. Dirinya merasa kurang dan merasa kalah ( Siti, 2005). B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengangkat kasus tentang Hubungan Obesitas dengan Peran Diri pada Remaja di Yayasan Nurul Hasanah
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan peran diri pada remaja di Yayasan Nurul Hasanah Medan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran peran diri siswa yang mengalami obesitas di Yayasan Nurul Hasanah Medan
b. Untuk mengetahui gambaran obesitas pada siswa yang mengalami obesitas di Yayasan Nurul Hasanah Medan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Yayasan Nurul Hasanah Medan
2. Bagi Penelitian
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan khususnya pada siswa di Yayasan Nurul Hasanah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya