• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL BERBASIS PENGENALAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG: Studi pada LSM IABRI (Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia) Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL BERBASIS PENGENALAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG: Studi pada LSM IABRI (Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia) Bandung."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL BERBASIS PENGENALAN DIRI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU

KEWIRAUSAHAAN ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

Studi pada LSM IABRI (Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia) Bandung

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

Enjang Mulyana

NIM 1004663

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul; Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Vokasional Berbasis Pengenalan Diri untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaa Anak Jalanan di Kota Bandung; Studi pada LSM IABRI (Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia) Bandung ini, beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya bersedia menanggung resiko yang akan dijatuhkan kepada saya, apabila ternyata di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau adanya klaim dari pihak-pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, November 2013 Yang membuat pernyataan,

(3)

Mengetahui dan menyetujui pembimbing:

Promotor,

Prof.Dr.Mustofa Kamil, M.Pd.

Ko-Promotor,

Prof.Dr.Sutaryat Trisnamansyah, M.A.

Anggota,

(4)

Abstrak

Penelitian ini bertolak dari permasalahan pokok bahwa dalam kenyataan sampai saat ini belum ditemukan model pelatihan kecakapan yang mampu memberikan kebermaknaan dalam rangka meningkatkan kemandirian anak jalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan di Kota Bandung.

Landasan teoretik yang digunakan mengacu kepada konsep-konsep dan teori-teori yang relevan mengenai pelatihan kecakapan vokasional, perilaku kewirausahaan, pengenalan diri dan sikap wirausaha, pendekatan andragogi, dan sifat-sifat wirausaha.

Prosedur penelitian menggunakan model pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development, R&D), yang dilaksanakan melalui dua bentuk kegiatan, yaitu: (1) kegiatan eksplorasi yang bersifat kualitatif, dan (2) kegiatan eksperimen dengan menggunakan analisis kuantitatif. Eksplorasi kualitatif dilakukan untuk menggambarkan kondisi subjek penelitian. Selanjutnya pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengujicobakan model konseptual pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri sehingga dapat mencapai kelayakan sebagai model empiris. Untuk menguji apakah model berfungsi efektif, penulis mengembangkan skala sikap untuk mengukur perilaku kewirausahaan anak jalanan peserta pelatihan melalui kuesioner. Ujicoba dalam rangka implementasi model dilakukan sebanyak dua kali. Skala sikap diujikan kepada pelaku anak jalanan peserta pelatihan sebelum dan sesudah implementasi model. Data diolah dengan menggunakan statistik uji Wilcoxon. Setelah hasilnya dianalisis, ditemukan: perilaku kewirausahaan anak jalanan peserta pelatihan antara sebelum dan sesudah implementasi model berbeda (meningkat) secara signifikan. Temuan ini didukung oleh hasil pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 0,025. Skor rata-rata hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan. Artinya, semakin intens implementasi model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri, semakin meningkat perilaku kewirausahaan anak jalanan.

(5)

Abstract

The study was based on the fundamental problems that it has not yet found a model That is able to provide skill training model in order to enhance the meaningfulness of street children. This study aims at developing model in a vocational skill training based on self knowledge in improving the entrepreneurial behavior of street children in the city of Bandung.

The theoretical foundation is referred to the relevant concepts and theories to the vocational skill training, entrepreneurial behavior, self knowledge and an entrepreneurial attitude, Andragogy approach and entrepreneurial traits.

The procedure research uses a model approach of research and development (R & D), which is implemented through two types of activities, which are : (1) a qualitative exploration activities, and (2) experimental activities use quantitative analyzed. Exploration qualitative research was done to describe the condition of the subject. Experimental activities was done to test vocational skills conceptual model training based on self-knowledge so that it can reach viability as an empirical model.

(6)

DAFTAR ISI

A. Pelatihan Kecakapan Vokasional dan Perilaku Kewirausahaan... 1. Konsep Dasar Pelatihan... 2. Pelatihan Kecakapan Vokasional... 3. Perilaku Kewirausahaan………... 4. Pengenalan Diri dan Sikap Wirausaha……….. B. Fenomena Anak Jalanan dan Penangananannya... 1. Pengertian dan Karakteristik Anak Jalanan... 2. Faktor-faktor Penyebab Timbul dan Tumbuhnya Gejala Anak Jalanan... 3. Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan... 4. Model Penanganan Anak Jalanan... C. Pelatihan Kecakapan Vokasional sebagai Bentuk

(7)

2. Model Pelatihan Kecakapan Vokasional Menurut Pendekatan Pendidikan Humanis...

3 Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Vokasional

Berdasarkan Konsep andragogi………

A. Pendekatan dan Metode Penelitian... B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... C. Desain dan Langkah-langkah Penelitian... D. Subjek Penelitian... E. Pengolahan dan Teknik Analisis Data...

87 1. Gambaran Penanganan Anak Jalanan di Kota Bandung.. 2. Model Konseptual Pelatihan Keterampilan Vokasional Berbasis Pengenalan Diri untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan Anak Jalanan………... 3. Validasi dan Revisi Model Konseptual... 4. Implementasi Model... B. Pembahasan Hasil Penelitian... 1. Gambaran Kondisi Obyektif Pelatihan Keterampilan

Vokasional pada LSM IABRI Bandung………

2. Model Konseptual Pelatihan Keterampilan Vokasional Berbasis Pengenalan Diri untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan Anak Jalanan………... 3. Implementasi Model Pelatihan Kecakapan Vokasional Berbasis Pengenalan Diri untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan Anak Jalanan... ………...

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

A. Kesimpulan... B. Saran...

204 204 205

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN... RIWAYAT HIDUP...

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan faktor utama yang bertanggung jawab bagi keberhasilan individu sekaligus bagi pengokohan dan kemajuan masyarakat. Substansi ini bukan saja diakui oleh semua aliran pemikiran, melainkan juga telah terbukti dalam praktek kehidupan manusia. Ia telah tampak sejak awal pada ajaran yang dibawa para nabi agama langit sampai pada pandangan klasik yang dikembangkan dari Plato, Aristoteles, dan Santo Thomas Aquinas. Dari pandangan yang lebih modern pada realisme dan idealisme tradisional, kemudian pada pragmatisme, sampai pada titik pandang ”sosiologi pendidikan” yang banyak dihubungkan dengan gagasan-gagasan Karl Mark dan Mannheim. Ia diakui, walau dengan penjelasan yang berbeda-beda, dalam fundamentalisme, intelektualisme, konservatisme, liberalisme, liberasionisme, dan dalam radikalisme serta anarkisme pendidikan (O’neil, 1981; Naomi, 2001).

(10)

Manusia pada tahap awal kehidupannya dihubungkan dengan kekuatan-kekuatan fisik dan tujuan-tujuan natural. Ketika pendidikan dijalankan, dan aktivitas belajar dilakukan, maka ia menjadi kekuatan. Kekuatan pendorong atau pengembang kemampuan-kemampuan yang ada baik pada individu maupun dalam masyarakat. Ketika kekuatan pendidikan dan aktivitas belajar ini bekerja pada individu, fenomena ini antara lain tampak nyata dalam perilaku seseorang yang berusaha dengan gigih dan ulet untuk mencapai cita-cita atau keinginannya melalui cara-cara yang tepat dan benar.

Ketika seseorang ingin mencapai keberhasilan, sebuah eksistensi yang gemilang, apakah dengan bakat biasa atau dengan kreativitas dan kecerdasan yang tinggi, ia harus melatih diri dengan kesabaran dan berbagai sikap serta keterampilan dengan mengambil inspirasi dan pelajaran dari dunia kerja dan sistem usaha. Sebagaimana dikemukakan oleh Lari (2003:191-192), perbedaan mendasar antara mereka yang berhasil dan mereka yang gagal atau tertinggal itu ada dalam kualitas usaha mereka dan ketegaran dalam menghadapi faktor-faktor penderitaan hidup.

Pendidikan juga semakin memainkan peranan yang sentral dan menentukan dalam konstelasi sekarang serta di masa depan. Pada tataran yang mendasar, hubungan-hubungan manusia yang mengglobal semakin ditandai oleh aspirasi yang bersumber pada nilai-nilai budaya dan peradaban modern. Sementara pada tataran teknis, kegiatan-kegiatan manusia semakin didasarkan pada kekuatan pemikiran atau intelektualitas. Rose dkk dalam Semiawan (1998:37) mengatakan bahwa the welth of our nation is the sum of the brain of its people, … their creativity and skills in their

words, or best asset is the collective ability to learn fast and adapt thoughfully to

(11)

berusaha menciptakan gagasan-gagasan baru dan menguasai pemecahan masalah dapat memperbaiki atau meningkatkan mutu kehidupannya dan mencapai kebahagiaan secara proporsional sebagai hasil belajar.

Telah diakui secara luas bahwa manusia merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan. Galileo Galilei, Thomas Alva Edison, Alexander Graham Bell, Abraham Lincoln, Mozart, Benjamin Franklin, Einstein, Ki Hajar Dewantoro, K.H.Agus Salim, dan Buya Hamka merupakan contoh orang-orang yang pada awalnya dipandang gagal dalam sekolah atau dalam kiprahnya. Tetapi karena mereka memiliki mentalitas dan kepribadian yang kuat, kreatif, dan pantang menyerah, mereka berhasil menjadi orang-orang hebat dan namanya terabadikan dalam sejarah. Untuk menuju ke arah capaian tersebut maka pendidikan harus mampu mereposisi dan merekonstruksi diri dengan paradigma pemberdayaan. Pendidikan sebagai pemberdayaan bertolak dari inner initiative, curiosity, and motivation. Lewat paradigma pendidikan ini berarti Bangsa Indonesia dapat melaksanakan fungsi pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

(12)

Pembangunan watak sendiri diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat. Untuk itu perlu dijalankan animating, self-expressing self-renewing, and self-directing. Pendidikan berfungsi sebagai pembangunan dan pengembangan diri pada aspek-aspek mental dan fisik, sosial, ekonomi, dan politik sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang dapat memenuhi kebutuhan diri dan merespon lingkungan secara proaktif . Kindervatter (1979) melihat pemberdayaan sebagai instrumen untuk mendorong tumbuhnya people gaining, understanding, and controlling over, social, economic, or political forces in order to improve their standing in society. Proses pemberdayaan itu dapat dilakukan melalui community organization, self-management and collabaoration, participation approaches, and education for the oppressor and

injustice. Pendidikan sebagai proses pemberdayaan merupakan sarana strategis untuk mengangkat individu dan masyarakat dari keterpurukan dan mengarahkan mereka kepada usaha (belajar) yang dapat membawa mereka ke situasi yang lebih baik. Komitmen pendidikan untuk semua (education for all) di Amman Jordania 1996 (dalam Depdiknas, 2009:12) menegaskan :

Education is empowerment, the key to establishing and reinforcing democracy, to sustainable and human development and to peace founded upon mutual respect and social justice. Indeed, in a word in which creativity and knowledge play an ever greater role, the right to education is nothing less than the right to participate in the life of the modern world.

Pendidikan sebagai pemberdayaan dapat mengarah pada pengembangan sikap managing that involving persuing opportunity without regard to the resources

(13)

usaha dan memobilisasi sumber-sumber daya dengan kemampuan manajemen untuk mencapai tujuan (Kao, 1991).

Dari sudut pandang kewirausahaan (entrepreneurship), pendidikan berarti mengembangkan diri secara optimal dari dalam diri sendiri. Pendidikan berarti pula mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan dalam menyongsong masa depan. Pendidikan yang memiliki nilai tertinggi adalah belajar secara mandiri. Penggalian paling dalam adalah mencari dan menemukan diri sendiri. Tujuan pendidikan terbaik adalah untuk dapat bertindak bijaksana dalam usaha setiap hari (Riyanto,2000).

Dalam kaitan dengan fenomena teresebut, sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Aktivitas belajar dan pembelajaran dalam kerangka pendidikan nonformal dan informal memiliki keterkaitan yang lebih dekat, bahkan sering bersifat langsung, dengan kehidupan nyata. Aktivitas belajar dan pembelajaran demikian bertolak dari dan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan belajar yang berkembang di masyarakat. Dalam kaitan ini sebagaimana diketahui, terdapat berbagai kebutuhan pendidikan dan kebutuhan belajar yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, lembaga penyelenggara pendidikan ini berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Program-programnya dapat disusun secara bervariasi sesuai dengan keragaman kebutuhan.

(14)

maupun perempuan, anak masih balita ataupun masih remaja, bekerja untuk membantu orang tuanya atau menghidupi diri sendiri.

Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak jalanan merupakan warga negara serta masa depan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga anak jalanan berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindakan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan, sehingga perlu sekali untuk dididik, dirawat dan dilindungi. Menurut REPUBLIKA.CO.ID, 24 Juli 2010 -Anak-anak kerap menjadi objek dan korban kekerasan. Bahkan, di Jawa Barat kasus kekerasan, khususnya kekerasan seksual, memiliki jumlah kasus yang terbesar di Indonesia.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP dan PA) pada 2009, terdapat 1998 orang anak yang menjadi korban kekerasan di Indonesia dan sekitar 65 persen di antaranya menjadi korban kekerasan seksual. Di antara jumlah kasus tersebut, Jabar merupakan daerah dengan kasus kekerasan anak terbesar, yaitu 680 kasus dan 51 persen adalah kekerasan seksual. Masih menurut REPUBLIKA.CO.ID, 28 Juli 2010, informasi dari Kepala Dinas Sosial Jawa Barat (Dinsos Jabar), Enny Heryani Ratnasari, khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan akibat program pembersihan anak jalanan (anjal) 2011 yang dicanangkan DKI Jakarta. Dia justru takut Jabar akan menjadi daerah pelarian dari anak jalanan yang selama ini tinggal di Jakarta.

(15)

“Kita harus mengantisipasi serbuan anjal dari Jakarta ke Jabar. Kami tengah menyusun proposal antisipasinya kepada Kemensos RI,”

Hasil Monitoring dan Evaluasi Program Pekerja Anak 0rganisasi Buruh Internasional (ILO) yang dirilis REPUBLIKA.CO.ID, 3 Mei 2011, Abdul Hakim mengatakan, anak jalanan sulit mendapatkan akses ke pendidikan formal. "Mereka sulit mengakses ke lembaga pendidikan formal karena tidak ada

data,sebab sebagian berasal dari luar daerah," Abdul Hakim juga mengatakan, selain ketiadaan data, usia anak jalanan terkadang tidak sesuai lagi dengan jenjang pendidikan yang pernah ditinggalkannya. Itu membuat mereka sulit untuk kembali ke sekolah.

Menurut data Dinas Sosial Kota Bandung tahun 2012, jumlah anak jalanan di Kota Bandung cukup besar, yakni 4.821orang. Dari berbagai program dan implementasi kebijakan perlindungan anak di Kota Bandung terlihat bahwa Pemerintah sudah berupaya mengimplementasikan kebijakan mengenai perlindungan anak, utamanya bagi anak-anak dari keluarga miskin.

(16)

Berdasarkan pra penelitian melalui wawancara dengan narasumber LSM IABRI (Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia) Bandung, diperoleh informasi bahwa fenomena anak jalanan tidak terlepas dari faktor-faktor ekonomi, disorganisasi keluarga, pendidikan dan keterampilan yang tidak memadai. Faktor ekonomi merupakan faktor yang signifikan dengan persentase sebesar 75% dan selebihnya 25% untuk faktor disorganissi keluarga dan urbanisasi penyebab maraknya fenomena anak jalanan yang dibina di LSM tersebut. Himpitan ekonomi seperti melambungnya harga sembako serta maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), dan mahalnya biaya pendidikan menyebabkan meningkatnya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Hal tersebut yang memaksa anak-anak untuk turut serta membantu mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dengan terjun langsung ke jalanan untuk bekerja secara informal, seperti menjadi pengamen, membersihkan kaca dan menjual koran. Selanjutnya, faktor disorganisasi keluarga atau perpecahan keluarga juga merupakan alasan mereka untuk turun ke jalanan, dengan situasi keluarga yang tidak harmonis membuat seorang anak tidak nyaman berada di rumahnya sendiri dan hal tersebut lah yang menggiring anak-anak tersebut untuk memutuskan hubungan dengan keluarga.

Seiring dengan maraknya anak jalanan tersebut, maka muncul kepedulian dari masyarakat akan nasib dan masa depan anak jalanan. Kepedulian tersebut diwujudkan dengan mendirikan sebuah wadah yang menaungi anak jalanan yang berbentuk sebuah lembaga yang peduli terhadap masalah sosial yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat.

(17)

dalam memobilisasi sumber daya lokal dan meningkatkan peranan masyarakat; merangsang terjadinya perubahan sikap dan persepsi tentang rasa kepemilikan masyarakat terhadap satuan pendidikan; mendukung prakarsa pemerintah dalam meningkatkan dukungan masyarakat; mendukung peranan masyarakat untuk mengembangkan inovasi kelembagaan; dan membantu mengatasi putus sekolah (Tim Peneliti Lemlit UPI, 2006).

Tidak dipungkiri bahwa pada hakekatnya setiap anak memiliki potensi yang bisa dikembangkan dalam dirinya dan anak jalanan pun sama dengan anak pada umumnya. Dengan kata lain, mereka berhak mendapat fasilitas layanan pendidikan. Layanan pendidikan merupakan cara dalam mengembangkan potensi mereka sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti di LSM IABRI (Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia) Bandung yang mengembangkan potensi kewirausahaan serta memberikan pelatihan keterampilan, seperti kerajinan tangan, keterampilan las, keterampilan bubut, menjahit, dan sebagainya.

Dengan begitu, diharapkan anak jalanan setelah dibina oleh LSM dalam pengembangan kewirausahaannya bisa menjadi warga Negara yang lebih produktif dan dengan begitu mereka mampu menjawab tantangan kerja pada saat ini, sehingga hal tersebut bisa menekan maraknya anak jalanan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, secara empirik beberapa permasalahan anak jalanan dari aspek pendidikan dan pelatihan dapat diidenfikasikan sebagai berikut.

(18)

 Jumlah anak jalanan semakin besar beberapa kasus kekerasan, eksploitasi dan penyimpangan lainnya.

 Kehadiran anak jalanan bersifat dilematis. Pada satu sisi mereka mencari nafkah untuk hidup, namun pada sisi lain tidak jarang merugikan orang lain dan mengganggu ketertiban umum.

 Ada image negatif masyarakat terhadap pemerintah mengenai penanganan anak jalanan, seperti kesan kurang serius dan lainnya.

 Strategi intervensi maupun indikator keberhasilan penanganan anak jalanan masih jarang dilakukan secara holistik mengacu kepada visi atau grand design pembangunan kesejahteraan dengan memperhatikan karakteristik anak jalanan, fungsi dan model penanganan yang diterapkan.

 Penanganan anak jalanan tidak jarang dilakukan dengan cara sederhana melalui operasi penjaringan dan pemberian pelatihan keterampilan tanpa memperhatikan potensi dan kebutuhan riil anak jalanan.

 Berbagai pelatihan bagi anak jalanan sering berhenti pada pemberian pengetahuan dan keterampilan tertentu, tidak berlanjut pada upaya untuk melihat perilaku anak jalanan pasca pelatihan.

Proses pelatihan bagi anak jalanan dapat terlaksana bila didukung oleh ketersediaan SDM yang berkualitas baik yang berasal dari internal Lembaga Swadaya Masyarakat maupun instansi terkait. Dukungan yang diberikan dalam arti untuk mendampingi serta mampu berperan baik sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator selama pelatihan berlangsung.

(19)

menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut; mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien, mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli; dan menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.

Namun dalam kenyataan sampai saat ini belum ditemukan model pelatihan kecakapan yang mampu memberikan kebermaknaan dalam rangka meningkatkan kemandirian anak jalanan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian ini dengan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan di Kota Bandung”.

Permasalahan umum tersebut diselidiki dengan fokus pada aspek pembelajaran pelatihan, dan selanjutnya diuraikan menjadi masalah-masalah yang lebih khusus diformulasikan dalam bentuk pertanyan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gambaran program pelatihan vokasional untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan?

2. Bagaimanakah konstruksi model konseptual pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatan perilaku kewirausahaan anak jalanan? 3. Bagaimanakah implementasi model pelatihan kecakapan vokasional berbasis

pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan?

4. Bagaimanakah efektivitas model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan?

(20)

Mengacu pada perumusan masalah, penelitian ini secara umum memiliki tujuan untuk menemukan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan yang lebih efektif sehingga anak jalanan dapat memiliki kecakapan vokasional yang berguna dalam bermasyarakat. Sedangkan yang menjadi tujuan khususnya adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran program pelatihan vokasional dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan.

2. Mengembangkan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengeanalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan.

3. Mengetahui efektivitas model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan.

4. Mendapatkan model akhir pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan.

D. Manfaat Penelitian

(21)

lahirnya model-model pelatihan baru dalam konsep pendidikan luar sekolah yang lebih adaptif dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan akan peningkatan kapasitas pengetahuan, sikap, dan keterampilan wirausaha anak jalanan.

Secara praktis temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Membantu memberikan gambaran dan alternatif kepada pembina pelayanan pelatihan dan bimbingan rehabilitasi sosial anak jalanan di panti-panti sosial bagi anak jalanan, dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan anak..

2. Mengintensifkan berbagai kegiatan yang aplikatif yang dilandasi oleh kebutuhan belajar yang difokuskan pada life skills praktis sehingga warga belajar dapat memiliki perilaku kewirausahaan, baik secara ekonomi maupun secara sosial 3.Memberikan masukan dan alternatif kepada pemerintah mengenai pola dan upaya

pembinaan penyelenggaraan model dan proses pembelajaran dalam pelatihan kecakapan vokasional pada lembaga seadaya masyarakat (LSM) saat ini sebagai sarana penyebarluasan penerapan model pada program-program pendidikan luar sekolah lainnya.

4. Memotivasi anak jalanan untuk menciptakan atau menangkap peluang-peluang berusaha dan bekerja baru dalam bidang usaha ekonomi dalam skala yang memungkinkan sehingga mereka dapat menolong diri sendiri.

(22)

6. Menyediakan sebagian bahan dan titik masuk bagi penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan, khususnya dalam rangka mengembangkan perilaku wirausaha anak jalanan.

E. Sistematika Penulisan Disertasi

Disertasi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II tinjauan pustaka, bab III metodologi penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V kesimpulan dan saran.

Pada bab I pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang penelitian ini, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan . sistematika penulisan. .

Pada bab II, kajian pustaka, diuraikan konsep-konsep dan teori-teori mengenai pelatihan kecakapan vokasional dan perilaku kewirausahaan, fenomena anak jalanan dan penangananannya, pelatihan kecakapan vokasional sebagai bentuk pendidikan luar sekolah, penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka pemikiran.

Pada bab III, metode penelitian, diuraikan mengenai pendekatan dan metode penelitian, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data, Desain dan Langkah-langkah Penelitian, Subjek Penelitian, dan Pengolahan serta Teknik Analisis Data..

(23)
(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian Pengembangan” (Research and Development). Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”.

Kadang-kadang penelitian ini juga disebut „research based development‟yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui „basic research‟, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui „applied research‟, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Dalam penelitian ini Research and Development dimanfaatkan untuk menghasilkan model pelatihan keterampilan kecakapan vokasional sebagai upaya pemberdayaan, sehingga kemampuan anak jalanan dalam berusaha dapat berkembang.

Kegiatan mengembangkan, memvalidasi hasil-hasil dan meningkatkan praktik-praktik pelatihan kecakapan vokasional anak jalanan dalam penelitian ini dilaksanakan melalui pelatihan. Kegiatan pelatihan dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan untuk menemukan keterampilan baru yang dapat dijadikan sebagai keterampilan tambahan bagi anak jalanan.

(25)

sedang dihadapi anak jalanan, serta untuk meningkatkan kinerja dalam bentuk praktik di lapangan. Dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan LSM, skema atau program penelitiannya berisi outline tentang apa yang harus dilakukan si peneliti, mulai dari pertanyaan dalam mengeksplorasi data sampai pada analisis data finalnya. Struktur data lebih spesifik, yang memuat skema, paradigma-paradigma variabel operasional, dan melihat keterkaitan beberapa domain sehingga membangun suatu skema struktural sebagai tujuan penelitian.

Perolehan data dapat dilakukan melalui eksplorasi, yaitu dengan cara menelusuri secara cermat berbagai dokumen yang terkait dengan fokus penelitian, wawancara yang bersifat luas dan mendalam, serta melakukan pengamatan mengenai aktivitas anak jalanan di LSM IABRI di kota Bandung. Atas dasar itu disusunlah konsep strategis bagi pengembangan studi yang dilakukan, yaitu melalui sebuah model pelatihan keterampilan vokasional berbasis pengenalan diri sehingga mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi anak jalanan melalui penelitian ini.

B.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pengamatan partisipatif, wawancara, angket pre test dan post test, dan studi dokumentasi. Teknik penilaian digunakan dengan memberikan penilaian awal sebelum pelatihan dan sesudah kegiatan pelatihan secara keseluruhan.

(26)

sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh; (6) hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; dan (7) manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, dan menyimpang justru diberi perhatian.

a. Observasi Partisipatif

Dalam penelitian sosial dan penelitian pendidikan, observasi sangat lazim digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai perilaku individu atau interaksi dalam kelompok. Kegiatan observasi ditekankan untuk membuat makna atas peristiwa atau kejadian dari situasi yang tampak dan memungkinkan untuk direfleksikan.

Observasi naturalistik memungkinkan peneliti mendapatkan informasi dalam kaitannya dengan konteks sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkannya. Sebagaimana dikemukakan Spradley (1980: 58-62) dan Nasution (2003: 61-62), bahwa menurut intensitasnya, partisipasi pengamat dapat dilakukan pada lima tingkatan, yaitu partisipasi nihil (non participation), partisipasi pasif (pasive participation), partisipasi sedang (moderate participation), partisipasi aktif (active participation), sampai pada partisipasi penuh (complete participation).

(27)

berlangsung untuk mencermati beragam fenomena sejak tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian, implementasi, sampai evaluasi hasil. Observasi partisipan juga dilakukan terutama pada saat studi pendahuluan (eksplorasi) dan selama proses uji coba berlangsung, dan yang diobservasi adalah mekanisme yang telah ditetapkan dalam prosedur sistem implementasi.

Pada tahap pendahuluan observasi dilakukan untuk pengenalan dan pengumpulan informasi tentang aktivitas pelatihan untuk anak jalanan. Pada tahap pengembangan model, melalui observasi peneliti memperhatikan dengan cermat terutama sikap dan perilaku peserta pelatihan, seperti melalui pernyataan, pembicaraan, roman muka, gerak-gerik, dan interpretasi terhadap situasi dan interaksi sosial anak jalanan. Untuk melengkapi hasil kuesioner dan hasil tes, melalui observasi ini peneliti mengungkap fenomena yang ditunjukkan anak jalanan tentang: (a) konsistensi dalam memelihara nilai-nilai dan semangat usaha dan prinsip bisnis; dan (b) konsistensi dalam merancang dan menjalankan usaha, berani mengambil risiko, pantang menyerah, dan belajar dari kesalahan.

b. Wawancara

Hal-hal atau gejala-gejala yang bersifat sangat pribadi, perbuatan-perbuatan atau peristiwa-peristiwa masa lalu, dan rencana-rencana kegiatan di masa depan tidak dapat diungkap melalui observasi. Untuk memperoleh data seperti itu antara lain digunakan wawancara. Sebagai teknik pengumpulan data melalui tanya-jawab sepihak, wawancara dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian. Wawancara ini dimaksudkan untuk merekonstruksi mengenai kejadian atau situasi psikologis maupun sosial yang dialami anak jalanan.

(28)

berdiri sendiri, melainkan juga sebagai teknik penyerta pada saat melakukan observasi dan analisis dokumen (Bogdan dan Biklen, 1982). Terkait dengan ini pula, dalam penggunaan teknik wawancara, dalam penelitian naturalistik peneliti harus berusaha mengetahui bagaimana responden memandang persoalan atau situasi dari segi perspektifnya, menurut pemikiran dan perasaan, yakni informasi “emic” (Nasution, 2003:71).

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur. Dalam tipe wawancara ini peneliti menyediakan pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya pedoman tersebut tidak terlalu mengikat.

Faktor-faktor yang diungkap oleh peneliti melalui wawancara ini adalah sebagaimana yang diungkap sekaligus untuk melengkapi data yang diperoleh dari, observasi dan hasil tes.

c. Angket

Angket atau kuesoner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket pre test dan post tes jenis kuesioner tertutup. Pemberian pre-test dan post-test bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan individu peserta pelatihan dalam kelompok antara sebelum dengan sesudah pembelajaran pelatihan. Pada akhir eksperimen dilakukan post-test melalui kuesioner yang sama untuk mengetahui seberapa jauh keefektifan model yang dikembangkan. Data post-test dibandingkan dengan data pre-test, kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi dari pelaksanaan pembelajaran.

(29)

pilihannya adalah berupa pilihan dengan banyak alternatif (multiple choice) dengan menggunakan skala likert. Komposisi isi angket yang mengukur perilaku kewirausahaan anak jalanan peserta pelatihan ini adalah sesuai dengan pembagian ranah atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dimaksudkan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang dianalisis atau dipelajari untuk memperoleh jawaban yang memuaskan. Termasuk ke dalam teknik ini adalah penggunaan peralatan audiovisual yang dapat membantu untuk melihat gambaran yang nyata. Untuk menentukan bobot data dilakukan telaah internal dari segi keaslian dan telaah eksternal dari segi kredibilitas terhadap dokumen-dokumen yang ada. Bahan-bahan dokumen yang dipelajari antara lain berupa dokumen resmi, foto, rekaman peristiwa/kegiatan, dan lainnya. Banyak hal yang dapat digali dari bahan-bahan tersebut. Dengan dianalisis secara cermat dokumen-dokumen tersebut dapat menambah kelengkapan dan keutuhan informasi.

C. Desain dan Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan vokasional ini secara visual dilukiskan sebagaimana pada gambar 3.1.

(30)

Ennang Mulyana, 2013

model konseptual kepada para ahli atau praktisi; 5) melakukan ujicoba tahap I terhadap model awal; 6) merevisi model awal, berdasarkan hasil ujicoba dan analisis data, 7) melakukan ujicoba tahap II; 8) melakukan revisi akhir atau penghalusan

Tahap I

---

Tahap II

--- STUDI PENDAHULUAN

MODEL PELATIHAN KECAKAPAN VOKASIONAL

BERBASIS PENGENALAN DIRI

PENYUSUNANMODEL KONSEPTUAL

Teoretik: Studi literatur

Empirik: Eksplorasi

(31)

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Penelitian

Dengan ini maka penelitian dan pengembangan model pelatihan kecakapan vokasional ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) meneliti dan model, apabila peneliti dan pihak terkait menilai proses dan produk yang dihasilkan model belum memuaskan, dan 9) membuat laporan penelitian

Dari sembilan langkah tersebut, agar lebih efektif dan efisien, maka pelaksanaan penelitian dibagi dalam empat tahap berikut.

1. Studi Pendahuluan

VALIDASI DAN REVISI MODEL KONSEPTUAL

IMPLEMENTASI MODEL Persiapan Pelaksanaan

Evaluasi

MODEL AKHIR DAN LAPORAN HASIL STUDI

Teoritis Praktisi

Uji-coba Tahap I

(32)

Pada studi pendahuluan peneliti melakukan pengumpulan data tentang profil Lembaga Swadaya Masyarakat Insan Abadi Bangsa Republik Indonesia ( LSM IABRI ) dan kebutuhan model pelatihan kecakapan vokasional bagi anak jalanan. Pengumpulan data dan informasi tentang profil LSM IABRI dilakukan dengan penelusuran data tentang LSM tersebut. Kemudian profil anak jalanan yang menjadi peserta binaan dilihat terutama dari apek-aspek sikap dan perilaku usaha anak jalanan.

Dalam menganalisis kebutuhan akan model pelatihan, peneliti mengeksplorasi fakta mengenai dimensi untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan; berangkat ke lapangan, berkunjung ke lokasi untuk mengamati secara langsung aktivitas dan mencermati kegiatan pelatihan bagi anak jalanan di LSM IABRI. Penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mempelajari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan aktivitas tersebut. Dalam eksplorasi ini penulis mencari dan menemukan model empirik di lapangan mengenai model pelatihan bagi anak jalanan, sehingga dapat dideskripsikan:

1) kegiatan pelatihan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan; 2) sistem pelatihan yang diterapkan pada LSM IABRI mulai dari kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, sampai pada kegiatan evaluasi

Seiring dengan kegiatan ekplorasi juga dilakukan kajian kepustakaan sesuai dengan topik yang akan diteliti, seperti mengkaji, memilih, dan menetapkan: 1) teori umum (grand theory) sebagai dasar dalam pengembangan pendidikan luar sekolah; 2) konsep dan teori-teori pokok sebagai landasan pengembangan model, meliputi teori andragogi, kewirausahaan, teori belajar, dan teori evaluasi; dan 3) konsep dan teori-teori pendukung yang relevan dengan pengembangan model.

(33)

IABRI, serta melakukan pengamatan secara umum terhadap berbagai permasalahan dan kebutuhan pelatihan bagi anak jalanan di lapangan.

Kegiatan ekplorasi dalam studi pendahuluan ini dibagi menjadi tiga tahapan berikut.

a. Persiapan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengadakan studi pendahuluan seperti pengurusan surat izin ke lapangan, dan berbagai instrumen yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Pada tahap persiapan juga dilakukan pengembangan instrumen identifikasi seperti pedoman wawancara dan daftar isian. Daftar isian diberikan untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dengan identitas diri, karakteristik anak jalanan seperti ;minat, bakat, keterampilan, masalah, serta kebutuhan pelatihan/belajar anak jalanan calon sasaran program. Selain itu juga pedoman wawancara untuk lembaga. Instrumen yang dibuat kemudian dikonsultasikan dan direvisi berdasarkan masukan dari dosen pembimbing.

b. Survey pendalaman

Pada kegiatan survey pendalaman peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan kondisi obyek penelitian, mengidentifikasi masalah, melakukan survey kebutuhan pelatihan dan konfirmasi hasil survey dengan calon instruktur pelatihan atau dan dengan pimpinan LSM IABRI. Tujuan survey pendalaman adalah untuk mengumpulkan dan memeriksa secara sistematis data mengenai kondisi objek penelitian. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan ditafsirkan untuk memperbaiki kondisi yang telah ada. Setelah hasil survey mengenai gambaran umum kondisi anak jalanan diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan interview terhadap beberapa pejabat dan staf di lingkungan lembaga.

(34)

Analisis kebutuhan dilakukan untuk menemukan kebutuhan pelatihan yang efektif untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan. Kegiatan analisis kebutuhan dilakukan sebelum menentukan model pelatihan, yaitu dengan membahas hasil kegiatan wawancara dengan anak jalanan calon peserta, dan diperkuat dengan masukan dari hasil wawancara dengan pelatih atau instruktur. Kegiatan analisis meliputi: (a) analisis kemampuan yang telah dimiliki anak jalanan saat ini, (b) analisis masalah dan kebutuhan yang diharapkan dalam pembelajaran pelatihan, dan (c) analisis potensi yang dapat dikembangkan. Dari hasil analisis atau pengkajian tersebut peneliti dapat menentukan model pelatihan yang dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan dan perilaku kewirausahaan anak jalanan.

2. Penyusunan Disain Model Konseptual

Bogdonis dan Salisburry dalam Hidayanto (1998:105) mengemukakan tiga model pengembangan dalam pembelajaran pelatihan, yaitu model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural, disebut juga model deskriptif, menampilkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghasilkan sebuah produk. Model konseptual, yaitu model yang bersifat menganalisis komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antar komponen-komponen. Model teoritik, yaitu model yang menunjukan hubungan perubahan antar peristiwa.

(35)

pengelolaan program pelatihan kecakapan vokasional untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan. Sementara secara teoretis uji-coba ini pun berguna untuk memperoleh temuan akademik bagi pengembangan keilmuan pendidikan luar sekolah.

Pembelajaran dalam pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri berbertujuan untuk memenuhi kebutuhan anak jalanan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian secara berkesinambungan hasil pelatihan akan dapat dirasakan anak jalanan dengan meningkatnya kemampuan dan keberhasilan usaha mereka. Oleh karena itu untuk pelaksanaan pembelajaran dalam pelatihan kecakapan vokasional selain diperlukan pengelolaan yang baik, juga perlu didukung berbagai faktor seperti, kemampuan pelatih atau instruktur atau nara sumber teknis, kurikulum yang tepat, sarana prasarana.

Penyusunan disain model konseptual pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan. Disain model dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

a. Melakukan analisis komparasi antara kerangka teoretik dengan temuan model di lapangan.

b. Mengembangkan kerangka teoretik ke dalam model yang akan dikembangkan. c. Menetapkan fokus kajian pengembangan model, yang meliputi sistem

pembelajaran pelatihan usaha, manajemen pengembangan model dan strategi dalam pelatihan kecakapan vokasional, dan pola evaluasi pembelajaran dalam model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diril.

d. Menyusun kerangka acuan model konseptual pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri..

(36)

f. Menyusun dan menetapkan kerangka model analisis dalam rangka penelitian dan pengembangan.

3. Verifikasi Model Konseptual

Verifikasi model konseptual dilakukan dengan pokok-pokok kegiatan sebagai berikut ;

a. Melakukan validasi teoritis konseptual kepada para ahli

b. Melakukan kelayakan model konseptual kepada para ahli dan praktisi dari lembaga/dinas terkait.

c. Melakukan uji coba terbatas, mengenai terapan perangkat model yang representatif untuk diimplentasikan. Ujicoba dilakukan tanpa acara seremonial pembukaan. Pelatih atau instruktur dan peserta melakukan diskusi dan wawancara untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal dari peserta.

d. Melakukan analisis prediktif dan sistemik terhadap hasil uji coba terbatas, sehingga dapat diuji mengenai kelayakan model yang akan diterapkan, kelayakan fokus kajian, kelayakan kerangka model, dan kelayakan instrumen penelitian serta pengembangan model. Dari hasil kegiatan verifikasi oleh para pakar (akademisi dan praktisi), dan uji coba terbatas, dilakukan revisi yang antara lain berkenaan dengan cakupan dan relevansi isi model dengan praktik penyelenggaraan pelatihan.

4. Tahap Implementasi Model.

(37)

dikembangkan sehingga dapat menjadi model empirik atau model yang layak diterapkan.

Rumusan disain yang digunakan untuk menguji keefektifan model adalah dengan mengunakan disain penelitian. “One-Group Pretest-Posttest Design”. Dalam disain ini dilakukan pembandingan antara hasil pre-test dengan hasil post-test ujicoba pada kelompok yang diujicobakan. Secara visual, model ekperimen yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.2.

O1 X O2

Observasi/tes

sebelum perlakuan

Perlakuan Observasi/tes

sesudah perlakuan

Gambar 3.2: One-Group Pretest-Posttest Design

Eksperimen terhadap kelompok sasaran anak jalanan sebagai peserta pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan tiga tahapan berikut.

a. Perencanaan dan persiapan

(38)

selama pelaksanaan eksperimen, dan (e) gambaran awal tentang kejelasan data yang akan dikumpulkan.

b. Pelaksanaan dan observasi

Pada tahap pelaksanaan dan observasi, kegiatan pre-test diberikan saat peserta pelatihan belum memulai kegiatan pelatihan. Jenis kuesioner yang diberikan kepada peserta pelatihan adalah berupa kuesioner tertutup. Hasil pretest ditabulasikan dan diolah untuk diketahui kemampuan dari tiap-tiap individu dan hasil secara kelompok.

Selanjutnya pelatihan kecakapan vokasional dilaksanakan dan implementasi pengembangan model pembelajaran pelatihan dilakukan selama proses pelatihan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman terhadap peserta pembelajaran pelatihan dalam pengimplementasian prinsip-prinsip, strategi pendekatan, dan langkah-langkah pelatihan baik selama maupun setelah ekperimen atau uji-coba dilakukan. Pada fase ini peneliti berperan; (a) berkomunikasi dan berdiskusi dengan peserta pelatihan dan nara sumber yang bertujuan untuk memperoleh kesepakatan dan pengertian mengenai eksperimen yang akan dilakukan, (b) memotivasi semua komponen yang terkait dengan pelaksanaan pelatihan.

(39)

Pada akhir eksperimen dilakukan post-test melalui kuesioner yang sama untuk mengetahui seberapa jauh keefektifan model yang dikembangkan. Data post-test dibandingkan dengan data pre-test, kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi dari pelaksanaan pembelajaran. Pemberian pre-test dan post-test juga bertujuan untuk melihat perbedaan kemampuan individu peserta pelatihan dalam kelompok antara sebelum dengan sesudah pembelajaran pelatihan.

Terhadap hasil eksperimen ini selanjutuya dilakukan revisi untuk menghasilkan model yang teruji. Observasi atau pemantauan dilakukan selama kegiatan eksperimen atau uji-coba berjalan. Kegiatan pemantauan dilakukan secara langsung dengan menggunakan bantuan lembaran observasi, baik dalam bentuk terstrukur maupun yang bersifat terbuka terhadap fenomena yang bersifat menghambat keefektifan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan pada kelompok tunggal mulai sebelum pelatihan hingga sesudah pelatihan. Obsevasi bertujuan untuk melihat segala aktivitas dan akibat atau perubahan yang dialami peserta pelatihan setelah diberikan perlakuan.

c. Evaluasi

(40)

pembelajaran pelatihan, keaktifan peserta selama mengikuti pembelajaran pelatihan, serta dukungan staf manajemen pelatihan lembaga.

Dari hasil evaluasi, setelah direvisi kemudian ditarik kesimpulan, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan atau menetapkan kembali eksperimen berikutnya. Bentuk revisi yang disarankan diantaranya: (a) uraian langkah-langkah kegiatan pelatihan lebih diperjelas dan (b) prinsip pembelajaran pelatihan harus mempertimbangkan sumber-sumber yang ada. Hasil revisi ini merupakan model jadi sebagai inovasi untuk digunakan meningkatkan kemampuan dan perilaku kewirausahaan anak jalanan yang siap untuk di rekomendasikan dan didesiminasikan. Pelaksanaan pembelajaran pelatihan tidak terpaku pada jumlah jam, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan. Penentuan peserta ditetapkan sesuai persyaratan yang ada, dan pemilihannya dilakukan secara purposif. Tenaga pelatih teknis berasal dari LSM IABRI ditambah beberapa tenaga pelatih non teknis dari beberapa lembaga terkait.

D.Subjek Penelitian

(41)

E. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Sesuai model analisis data kualitatif, langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

a. Reduction data, yaitu pemilahan data sedemikian rupa mulai dari editing, koding, dan tabulasi data, termasuk mengikhtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilahnya ke dalam satuan konsep, kategori, atau tema tertentu untuk memahami substansi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pelaku ekonomi kreatif dan pelatihan kecakapan vokasional..

b. Display data, yaitu pengorganisasian seperangkat hasil reduksi ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Hal ini dapat berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, network, atau chart.

c. Pengambilan keputusan dan verifikasi, yaitu pemaparan kesimpulan yang diperoleh dari display data. Hal ini penting mengingat data tidak akan memiliki makna apapun tanpa diinterpretasi. Menginterpretasi berarti memberikan makna terhadap temuan dan hasil analisis, menjelaskan pola-pola urutan, dan mengungkapkan hubungan-hubungan antar dimensi dari substansi yang diuraikan.

d. Triangulasi data, yaitu pengumpulan dan pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh dari pihak lain. Proses ini dimaksudkan untuk mencek kebenaran data dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Sebagai ilustrasi, hasil wawancara dengan pelaku ekonomi kreatif dibandingkan dengan informasi mengenai hal yang sama yang diperoleh dari nara sumber teknis pelatihan.

(42)

diperlukan dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi proses penarikan kesimpulan. Kegiatan mereduksi data pada penelitian ini diupayakan melalui langkah memilih dan memilah data pokok dan data pelengkap yang sesuai atau bertentangan dengan fokus penelitian. Selain itu, juga digunakan teknik saturasi (kecukupan data) dan triangulasi, dengan tujuan untuk menguji apakah model yang diajukan layak untuk di implementasikan dan untuk menjaga keobjektifan temuan. Untuk menjaga validitas, reliabilitas dan objektifitas temuan, dapat dilakukan melalui pengujian: empat kriteria, yakni; credibility, dependability, confirmability dan transferability.

(43)

kebenaran, kepercayaan proses dan hasil penelitian ini diupayakan tidak manipulatif dalam arti mengungkapkan yang sesungguhnya.

Kriteria dependabilitas dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diandalkan (reabilitas). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan langkah kegiatan penelitian dengan tetap mempertahankan secara konsisten teknik pengumpulan data, dan konsistensi penggunaan konsep, proposisi dan teori selama penelitian dilaksanakan termasuk pada tahap proses penafsiran dan penarikan kesimpulan.

Kriteria konfirmabilitas dari hasil penelitian ini merupakan upaya meningkatkan keyakinan akan data penelitian yang diperoleh. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan diskusi dengan teman sejawat tentang temuan dan draft hasil penelitian. Disamping itu, melakukan audit trial ke berbagai pihak termasuk kepada promotor, melakukan kerja secara sistematis dan melakukan pemeriksaaan secara teliti setiap langkah penelitian.

Kriteria transferabilitas dari hasil penelitian ini dilihat dari apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan langkah penyesuaian karakteristik agar sama atau setidaknya mirip dengan situasi penelitian serta penyesuaian asumsi-asumsi yang digunakan. Validitas eksternal dalam penelitian ini tidak akan terukur dalam bentuk perhitungan statistika, melainkan dalam bentuk deskripsi sesuai dengan konteks waktu. Dengan demikian, validitas eksternal dalam penelitian ini sangat tergantung pada identifikasi dan deskripsi dari aspek-aspek yang dominan dari suatu fenomena untuk dibandingkan dengan penelitian lain yang sejenis (Fraenkel dan Wallen, 1993: 399-403).

(44)

antara sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran pelatihan. Kedua nilai, yaitu sebelum dan sesudah pelatihan dibandingkan dan dianalisis. Temuan dari perbandingan dua sampel yang berhubungan, diartikan sebagai sebuah sampel subjek yang sama yaitu peserta sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran pelatihan.

Penggunaan teknik statistik ini didasarkan atas pertimbangan : (1) sampel penelitian tidak berasal dari populasi yang diambil secara acak atau sampel penelitiannya diambil secara purposive, (2) sampel ujicoba relatif kecil, sehingga dengan menggunakan uji wilcoxon diharapkan dapat diketahui dampak dari pelatihan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari peserta pelatihan, yang hasilnya akan ditemukan dalam pembahasan.

Hasil pengujian ini kemudian disimpulkan untuk membuktikan keefektifan dari model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri yang telah disusun. Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu mentransformasikan data kualitatif yang berbentuk skala likert kedalam kuantitatif. Alasan penggunaan dengan teknik uji wilcoxon dari pada uji yang lain dalam non parametrik adalah: selain melihat perubahan tanda (+) dan (-), juga jenjang atau rangking dari masing-masing responden ikut diperhatikan, sedangkan pada alat uji yang lain hanya pada tandanya saja.

Berdasarkan seluruh uraian diatas, melalui rumusan hipotesis yang digunakan, diduga akan terdapat dampak positif yang signifikan dari kegiatan pembelajaran pelatihan terhadap kemampuan peserta. Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis pengujian efektivitas pelatihan dilakukan dengan melihat pada aspek yang diuji terhadap peserta, yang rumusannya sebagai berikut.

(45)

Ha: Terdapat perbedaan perilaku kewirausahaan peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

Hasil observasi sebelum perlakuan dan hasil observasi sesudah perlakuan dibandingkan untuk melihat perbedaan kedua nilai tersebut. Perbedaan dihitung menggunakan uji dengan rumus berikut.

dimana :

T = Jumlah jenjang/ranking yang terkecil

Kriteria pengujian: Terima Ho bila harga jumlah jenjang yang terkecil T dari perhitungan lebih besar dari T tabel.

T

μ T

Z =

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertolak dari hasil penelitian dan pembahasan, berikut ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai konklusi, dan rekomendasi kepada berbagai pihak terkait dengan hasil penelitian.

Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuannya, yakni menghasilkan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan. Perilaku kewirausahaan yang ditunjukkan oleh aktivitas yang dilandasi dengan motivasi dan komitmen untuk berhasil; konsistensi dalam memelihara semangat dan perilaku pribadi yang mendukung kegiatan usaha ekonomi dan prinsip bisnis melalui penyadaran akan kebutuhan dan potensi, merancang usaha, dan membangkitkan semangat dalam menjalankan usaha.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, dikaitkan dengan hasil penelitian dan pembahasannya, maka secara garis besar dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelatihan kecakapan vokasional yang dilakukan oleh LSM IABRI Bandung sebelum dilakukan intervensi dengan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri belum berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku anak jalanan peserta pelatihan. Hal ini ditandai terutama dengan kembalinya anak jalanan alumni pelatihan melakukan aktivitas di jalanan dan tidak melakukan aktivitas dengan mengembangkan usaha ekonomis produktif. Kurikulum pelatihan, fasilitator atau pelatih, media dan sarana prasarana pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran belum memberikan dukungan yang optimal terhadap proses pembelajaran.

(47)

dikembangkan untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan mencakup komponen:-komponen rasional, tujuan, tahapan model, produk model, dan kriteria keberhasilan pengembangan model. Kerjasama antara peneliti, fasilitator, dan anak jalanan peserta pelatihan yang dilakukan dalam pengembangan model telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam menguatkan kelayakan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri.

3. Model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri yang dikembangkan dapat diimplementasikan dalam meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan peserta pelatihan, dan telah teruji kelayakannya melalui teknik penilaian ahli dan uji lapangan. Model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri yang dikembangkan telah menghasilkan hubungan yang selaras antar komponen model. memiliki isi yang tepat, dan mudah diimplementasikan di lapangan.

4. Model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri yang dikembangkan ternyata efektif untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan anak jalanan. Dari pengujian dengan menggunakan Wilcoxon Pairs Test dapat disimpulkan bahwa pembelajaran andragogis dalam pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan perilaku kewirausahaan anak jalanan. Secara nyata dapat dilihat adanya peningkatan perilaku kewirausahaan peserta pelatihan (penguasaan materi) sesudah penerapan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri.

B.Saran

(48)

dikemukakan beberapa saran untuk penerapan model temuan dan untuk penelitian lebih lanjut.

1. Rekomendasi untuk Penerapan Model

Hendaknya diupayakan penyebarluasan dalam rangka penerapan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri pada program-program pendidikan luar sekolah lainnya yang bercorak sama. Idealnya model ini diterapkan pada sasaran anak jalanan atau subjek lain yang benar-benar membutuhkan, sehingga validitas eksternalnya tinggi. Penerapan model ini menuntut pengelola program dan fasilitator mempelajari langkah-langkah praktis dan alasan-alasan filosofis yang melandasinya. Hal ini karena substansi model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri sebagai sebuah model pembelajaran pelatihan memiliki ciri khas yang berbeda dari kelompok model pelatihan lainnya. Ciri utama model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri adalah bahwa model ini menekankan pada proses eksplorasi dan pengungkapan kebutuhan dan potensi diri, motivasi, sikap, dan perilaku usaha yang diposisikan sebagai dasar atau sumber pokok bagi kegiatan pelatihan yang mengarah pada upaya peningkatan perilaku kewirausahaan anak jalanan.

Oleh karena itu sebelum melakukan penerapan model, terlebih dahulu perlu diperhatikan beberapa prinsip dan karaketristik teknis penerapan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri sebagai berikut ;

1) Fungsionalisasi kegiatan perencanaan pembelajaran pelatihan yang dikembangkan perlu didukung oleh analisis kebutuhan belajar bagi peningkatan perilaku kewirausahaan, seperti perilaku kewirausahaan anak jalanan.

(49)

3) Pelaksanaan pembelajaran memerlukan dukungan yang memadai dari aspek startegi pendekatan maupun teknik bagi partisipasi dan eksplorasi kebutuhan dan potensi diri peserta belajar secara optimal.

4) Pelaksanaan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri memerlukan pengupayaan atau adaptasi teknis, teutama dalam hal waktu yang cukup leluasa bagi pelaksanaan langkah-langkah pokok pembelajaran (penyadaran akan kebutuhan dan potensi, perancangan usaha, dan pengembangan semangat) serta peralatan yang mendukung kegiatan belajar.

5) Evaluasi pembelajaran diarahkan untuk mengukur peningkatan perilaku kewirausahaan , atau jiwa kewirausahaan, dengan kriteria utama pada aspek sikap dan motivasi.

Hasil-hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pengembangan pendidikan luar sekolah tidak harus selalu diorientasikan pada kelembagaan ataupun program, melainkan juga perlu dilakukan melalui upaya-upaya pengayaan, pencerahan, atau pengembangan model-model pembelajaran pada konteks pendidikan luar sekolah, khususnya pada lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan bagi peningkatan kompetensi kerja atau berusaha. Pemerintah, dalam hal ini Kemensos, Kemenkop dan UKM, Kemendiknas, Kemenaker, dinas-dinas yang relevan, dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang menyelenggarakan fungsi penidikan dan pelatihan usaha, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya hendaknya terus melakukan pembinaan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan luar sekolah, antara lain dengan menerapkan dan mengembangkan model pelatihan kecakapan vokasional berbasis pengenalan diri dalam program-program pelatihan yang diselenggarakan.

(50)

kemampuan dan keterampilan usaha anak jalanan melalui pelatihan maupun kegiatan lain yang sejenis, hendaknya terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dalam program-program pelatihannya, baik pengembangan model pembelajaran maupun strategi dan pendekatan pembelajaran, dengan tidak hanya membina program-program pelatihan yang bercorak lebih menekankan pada penguasaan pengetahuan atau keterampilan semata, melainkan juga mengembangkan model pelatihan atau pembelajaran yang relevan untuk menumbuhkembangkan sikap dan motivasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: (1) mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan masyarakat akan program-program pelatihan peningkatan sikap dan motivasi usaha dan (2) mengembangkan mdel pengelolaan pembelajaran atau pelatihan yang berorientasi penguasaan sikap dan perilaku usaha berdasarkan pengenalan atas kebutuhan dan potensi diri.

2. Rekomendasi untuk Peneliti Lain

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adiprigandari, S.A.S. (2006). Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal di Jakarta. Dalam Galang Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani Vol.1. No.2 Jakarta: PIRAC.

Agustin, N. (2002). Alternatif Kebijakan Untuk Penanganan Anak Jalanan Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Tesis Tidak Dipublikasikan.

Amstrong, M. (2003). Strategic Human Resource Management. A Guide to Action. Jakarta: PT. Gramedia.

Anwar. (2003). Pengembangan Model Pengelolaan Pembelajaran Keterampilan Berbasis Sosial Budaya bagi Perempuan Nelayan. (Studi Perubahan Sosial melalui Introduksi Teknologi pada Keluarga Nelayan Suku Bajo di Kabupaten Kendari). Disertasi SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan Ariyanto. N. (2003). PLS Strategis Tumbuhkan Semangat Kewirausahaan.

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0308/07/dikbud/480144. Atmodiwirio, S. (2005). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadiya Jaya.

Badan Kesejahteraan Sosial Nasional. (2000) Modul Pelatihan PimpinanRumah Singgah,), Jakarta: Departemen Sosial

Bambang,B.S. (1993) Meninos de Ruas dan Kemiskinan, Child Labour Corner Newsletter

Borg and Gall. (1989). Educational Research, New York :Pinancing. Washington: The Word Bank.

Bogdan, R.C., Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and Method. Boston :Allyn and Bacon, Inc.

Botkin, J.W.Dkk. (1984). No Limits to Learning. Bridging The Gaps. Oxford Pergamon Press.

(53)

Covey, S.R. (1991). The 7 Habbits of Highly Effective People . New York: A Fireside Book.

Dalimunthe, K.L. (2009). Kota Bandung dan Perkembangan Anak. Makalah. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Danandjaja, A, A. (1986). Sistem Nilai Manajer Indonesia; Tinjauan Kritis Berdasar Penelitian. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo.

Danim, S. (1998). Model Pengelolaan Terpadu Systim Tenaga Kependidikan di Tingkat Wilayah. Disertasi Doktor PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Darkenwald, G. D., and Merriam, S.B. (1982). Adult Education: Foundation of

Practic. New York : Harper and Row, Publisher.

Darlan. N (2002). Pengembangan Model Pelatihan. Keterampilan bagi Masyarakat Desa Tertinggal Kawasan Pantai,. Disertasi. Bandung. SPS UPI Bandung. Tidak dipublikasikan

Darwis, R. (1993). Transformasi NIlai-nilai Tradisi Kekeluargaan dalam Pendidikan Kewiraswastaan. Disertasi pada PPS IKIP Bandung .Tidak Dipublikasikan.

Departemen Perdagangan.RI (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025; Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 – 2015. Jakarta

Departemen Sosial RI, (2005). Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan. Jakarta: Depsos.

Depdiknas. (2001). Kep Mendiknas RI No. 053/U/2001. Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

---. (2003). Undang-Undang R.l No 20 Tahun 2003,tentang Pendidikan Naional, Jakarat: Depdiknas.

---, (2009), Rencana Strategis Departemen Pendiikan Nasional , Tahun 2010

(54)

Dessler, G, (1997), Manajemen Personalia. ALih Bahasa Agus Darma. Jakarta: Erlangga.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan (2010). Jiwa Kewirausahaan.. Jakarta: Kemdiknas.

Djojonegoro, W. (2007). Peningkatan Kualitas SDM untuk Pembangunan, Jakarta: Depdikbud.

--- (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Jakarta: P.T. Jayakarta Agung Offset

Drucker, P. F. (1996). Inovasi dan Kewiraswastaan. Praktek dan Dasar-dasar. Alih Bahasa: Naib, R. Jakarta: Erlangga.

Edratna, W. (2007). Karakteristik Pewirausaha Sukses. Jakarta: Intermedia

Evans, Rupert N., dan Edwin, Lewis H., (1978). Foundation of Vocational Education, Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company.. Finch, & Crunkilton. (1992). Curriculum Development in Vocational and Technical

Education. Planning, Content and Implementation. Fourth edition. Virginia: Polytechnic Institute and State University.

Finch,C.R. and Mc.Gaugh, R.L.. (1982). Administering and Supervising Occupational Education. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.

Flippo, E.B. (1990). Principles of Personnel Management. Tokyo: McGaw-Hill Kogakusha, Ltd.

Fraenkel. J.R.(1993). How To Design and Evaluate Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.

Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg, W.R. (2003). Educational Research An Introduction. 7th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Gibb, A. (2007). “Mendidik Pengusaha Masa Depan”. Jurnal Reformasi

Ekonomi”..8, (1), 77-88.

Gambar

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Penelitian
Gambar 3.2: One-Group Pretest-Posttest Design

Referensi

Dokumen terkait

7 Mukhtar Hanafi, S.T., M.Cs Teknik Informatika Perancangan Antarmuka website Sistem Informasi Perwalian Berbasis Usability Aspect (Studi Kasus Program Studi

Manfaat hasil belajar “pengetahuan bahan makanan” pada praktik “pembuatan main course dari seafood”. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Manfaat hasil belajar “pengetahuan bahan makanan” pada praktik “pembuatan main course dari seafood”. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

The Geographic information system is one of the systems that is needed nowadays, because it serves as a foundation in supporting variety of applications in various sectors, one of

Rancang Bangun Sensor ion fosfat di dalam tanah untuk bidang pertanian. Penggunaan Zeolit Alam yang Telah Diaktivasi

Berdasarkan dua pendapat diatas serta kajian dari permasalahan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas

13 Tambahan No.. 12