• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIAL BAGIAN II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIAL BAGIAN II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

M ANUAL CSL IV

SISTEM NEUROPSIKIATRI

PEM ERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIAL BAGIAN II

PENYUSUN:

dr. Ashari Bahar, M .Kes, Sp.S, FINS

dr. Devi W uysang, M .Si, Sp.S

DEPARTEM EN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

M AKASSAR

(2)

PENDAHULUAN

Ket erampilan medik adalah ket erampilan mot orik yang harus dikuasai oleh seorang t enaga medik agar dapat m elaksanakan t ugasnya dengan sebaik-baiknya. M elalui fasilit as berupa skill lab mahasiswa dapat berlat ih ket erampilan– ket erampilan medik yang m ereka perlukan dalam sit uasi lat ihan di laborat orium, bukan dalam suasana kont ak ant ara dokt er-pasien di rumah sakit . Lat ihan ket erampilan klinik ini mengajar mahasisw a agar dapat berlat ih secara t rial and error, dapat m engulang-ulang kegiat an at au t indakan yang sam a (dengan kadang-kadang melakukan kekeliruan) sampai bet ul-bet ul t erampil. Keadaan sepert i ini hampir tidak mungkin dilakukan pada penderit a yang sedang diraw at di rumah sakit .

Apabila keterampilan mot orik sudah dikuasai, dilanjut kan dengan lat ihan yang mengandung unsur emosi. Lat ihan ini diteruskan sampai menjadi suatu rangkaian ket erampilan medik yang kompleks.

(3)

TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)

SEBELUM PELATIHAN

M embaca penuntun belajar (manual) ket erampilan Klinik Sist em Neuropsikiat ri dan bahan bacaan rujukan t ent ang ket erampilan yang akan dilakukan.

SETELAH PELATIHAN

1. Dat ang 15 menit sebelum CSL dimulai

2. Wajib mengikuti seluruh kegiat an CSL sesuai dengan jadw al rot asi yang t elah dit ent ukan.

3. M engenakan jas laborat orium yang bersih dan dikancing rapi pada set iap kegiat an CSL.

4. M emakai at ribut / nama yang dit empelkan pada jas laboratorium 5. Berpart isipasi akt if pada semua kegiat an latihan

6. Bagi kegiat an yang menggunakan model memperlakukan model t ersebut sepert i manusia at au bagian tubuh manusia.

7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil at au meminjam t anpa ijin setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.

8. Set iap selesai kegiat an CSL mahasisw a harus merapikan kembali alat dan bahan yang t elah digunakan.

9. Bagi mahasisw a yang kehadirannya kurang dari 100 % maka w ajib hadir pada saat review CSL

PADA SAAT UJIAN CSL

1. Ujian dapat diikut i apabila kehadiran pada kegiat an CSL minimal 100%. 2. M embaw a kart u kont rol yang t elah dit andatangani oleh koordinat or

inst ruktur CSL.

3. Bagi yang t idak ikut ujian karena sakit diw ajibkan m embaw a ket erangan bukti diagnosis dari dokt er paling lambat 3 hari set elah t anggal sakit .

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL

1. Bagi mahasisw a yang mengikuti kegiat an CSL tidak sesuai dengan jadw al rot asinya dianggap t idak hadir.

(4)

DAFTAR ISI

NEUROLOGI

CSL NO. KETERAM PILAN

PEM ERIKSAAN FISIK

TINGKAT KETERAM PILAN

I. PEM ERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIAL BAGIAN II 1 Penilaian kesimet risan

w ajah

4A

2 Penilaian kekuat an ot ot t emporal dan masset er

4A

3 Penilaian sensasi w ajah 4A 4 Penilaian pergerakan w ajah 4A 5 Penilaian indra pengecapan 4A 6 Penilaian indra

pendengaran (lat eralisasi, konduksi udara dan tulang)

4A

7 Penilaian kemampuan menelan

4A

8 Inspeksi palatum 4A

9 Pem eriksaan refleks Gag 3 10 Penilaian otot

st ernomast oid dan t rapezius

4A

11 Lidah, inspeksi saat ist irahat 4A 12 Lidah, inspeksi dan

penilaian sist em motot rik (misalnya dengan dijulurkan keluar)

(5)

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan W aktu Deskripsi

1. Pengant ar 5 menit Pengant ar 2. Bermain Peran

Tanya & Jaw ab

20 menit

1. M engat ur posisi duduk mahasiswa 2. Dua orang dosen memberikan cont oh

bagaimana cara m elakukan pemeriksaan neurologis.

M ahasisw a mengam at i peragaan dengan menggunakan Penuntun Belajar. 3. M emberikan kesempat an kepada

mahasisw a unt uk bert anya dan dosen memberikan penjelasan t ent ang aspek-aspek yang pent ing

3. Prakt ek bermain peran dengan Umpan Balik

70 menit

1. M ahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Diperlukan minimal seorang Inst rukt ur unt uk mengam at i set iap langkah yang dilakukan oleh paling banyak 4 pasangan.

2. Set iap pasangan berprakt ek melakukan langkah-langkah pemeriksaan neurologis secara serent ak 3. Inst rukt ur berkeliling diant ara ma-hasisw a dan melakukan supervisi menggunakan check list .

4. Inst rukt ur memberikan pert anyaan dan umpan balik kepada set iap pasangan

4. Curah Pendapat / Diskusi

10 menit

1. Curah Pendapat / Diskusi : Apa yang dirasakan mudah? Apa yang sulit ? M enanyakan bagaimana perasaan mahasisw a yang pada saat melakukan pemeri ksaan Apa yang dapat dilakukan oleh dokt er agar klien merasa lebih nyaman?

2. Inst rukt ur membuat kesimpulan dengan menjawab pert anyaan t erakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengert i

(6)

NERVI KRANIALIS

PENGERTIAN

Nervus Kranialis (saraf kranialis / Nervi Craniales) adalah saraf-saraf yang keluar langsung dari ot ak dan batang ot ak. Pada manusia, t erdapat 12 pasang Nervus Kranialis, yait u:

DASAR TEORI

Gambar 1. Nervi kranialis

Tabel 1. Nervi kranialis dan fungsinya

No. Name

Sensory, motor, or both

Origin/ Target Funct ion

I Olfactory Pur ely sensory Telencephalon Transmits t he sense of smell from t he nasal cavit y.[13] Located in t he olf act ory foramina in t he cribriform plat e of t he et hmoid bone.

II Opt ic Sensory Ret i nal ganglion cells

(7)

III Oculomot or M ainly mot or Ant erior aspect of M idbrain

Innervates t he levat or palpebrae super ioris, superior rect us, medial rectus, inf erior rectus, and inf erior oblique, w hich

collectively perform most eye movem ents. Also innervates the sphinct er pupillae and t he muscles of the ciliary body. Locat ed in t he super ior orbit al f issure.

IV Trochlear mot or Dorsal aspect of M idbrain

Innervates t he superior oblique muscle, which depresses, rotates lat er ally, and int ort s t he eyeball. Locat ed in t he super ior orbit al f issure.

V Trigeminal Bot h sensory and motor

Pons Receives sensation from t he face and innervates t he muscles of mast icat ion. Locat ed in the; super ior orbit al fissur e

(opht halmic nerve - V1), for amen

rotundum (maxillar y ner ve -V2),foramen ovale (mandibular

nerve - V3).

VI Abducens M ainly mot or Nuclei lying under t he floor of t he fourth ventricle Pons

Innervates t he lateral rectus, w hich abduct s t he eye. Locat ed in the superior orbit al fissur e.

VII Facial Bot h sensory and motor

Pons

(cerebellopont ine angle) above olive

Provides mot or innervat ion t o t he muscles of facial expr ession, post erior belly of the digast r ic muscle, st ylohyoid muscle, and st apedius muscle. Also receives t he special sense of t ast e fr om the ant erior 2/ 3 of t he tongue and provides

secret omot orinnervat ion t o t he salivary glands (except par otid) and t he lacrimal gland. Locat ed in and runs through the int er nal acoust ic canal t o the facial canal and exit s at t he st ylomast oid

M ediates sensation of sound, rot at ion, and gravit y (essential f or balance and movem ent). M ore specifically, t he vest ibular branch car ries impulses for equilibrium and t he cochlear branch car ries impulses for hearing. Locat ed in t he inter nal acoust ic canal.

(8)

ngeal and motor 1/ 3 of the tongue, provides secret omot or inner vat ion t o t he parotid gland, and provides mot or innervat ion t o t he st ylopharyngeus. Some sensat ion is also relayed t o the br ain from t he palat ine t onsils. Locat ed in t he jugular foramen. This nerve is involved toget her wit h the vagus nerve in t he gag r ef lex.

X Vagus Bot h sensory and motor

Posterolat eral sulcus of M edulla

Supplies

branchiomot orinnervat ion t o most laryngeal and pharyngeal muscles (except t he

st ylopharyngeus, w hich is innervat ed by t he

glossopharyngeal). Also provides parasympat het ic fibers t o nearly all t horacic and abdominal viscera down t o t he spl enic f lexure. Receives t he special sense of t ast e from t he epiglot t is. A major funct ion: cont rols muscles for voice and resonance and t he soft palat e. Sympt oms of damage:dysphagia (swallowing problems), velopharyngeal insufficiency. Locat ed in t he jugular foramen. This nerve is involved (t ogether w it h ner ve IX) in t he pharyngeal reflex orgag reflex.

XI Accessory M ainly mot or Cranial and Spi nal Root s

Cont rols t he st ernocleidomast oid and trapezius muscles, and overlaps w ith functions of the vagus ner ve (CN X). Sympt oms of damage: inability to shrug, weak head movement . Locat ed in t he jugular foramen.

XII Hypoglossal M ainly mot or M edulla Provides mot or innervat ion t o

(9)

SASARAN BELAJAR

Set elah mengikut i proses belajar ini mahasisw a diharapkan mampu mengident ifikasi gangguan saraf kranialis, melakukan pemeriksaan dan memberikan int erpret asi t erhadap hasil pemeriksaan.

TUJUAN PEM BELAJARAN

1. M ahasiw a memiliki ket erampilan mengenai cara pemeriksaaan saraf kranialis (Nervi Craniales).

2. Dapat mengindent ifikasi adanya gangguan saraf kranialis dan menentukan lokasi kelainan (diagnosis t opis), dan melakukan penanganan at aupun merujuk ke Spesialis bila diperlukan.

M EDIA DAN ALAT BANTU

Penunt un Belajar.

STRATEGI DAN CARA PELATIHAN

(10)

PENUNTUN PEM BELAJARAN

KETERAM PILAN PEM ERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIALIS

NO LANGKAH/ KEGIATAN KASUS

I. PENILAIAN KESIM ETRISAN W AJAH

(NERVUS CRANIALIS VII: NERVUS FASIALIS M OTORIK)

1 2 3

1 M enerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.

2 Perhat ikan muka penderit a : simet ris at au t idak. Perhat ikan kerut an dahi, pejaman mata, sulcus nasolabialis, dan sudut mulut .

3 M emint a penderit a mengangkat alis dan mengerut kan dahi. Perhat ikan simet ris at au t idak. Kerut an dahi menghilang pada sisi yang lumpuh.

4 M emint a penderit a memejam kan mat a dan kem udian pemeriksa m encoba membuka mat a penderit a. Pada sisi yang lumpuh, penderit a t idak dapat / sulit mem ejamkan mat a (lagopt halmus) dan lebih mudah dibuka oleh pemeriksa.

5 M emint a penderit a menyeringai at au menunjukkan gigi, mencucurkan bibir at au bersiul, dan mengembungkan pipi. Perhat ikan sulcus nasolabialis akan mendat ar, sudut mulut menjadi lebih rendah, dan t idak dapat mengembungkan pipi pada sisi lumpuh. 6 INTERPRETASI:

Bedakan kelumpuhan nervus VII t ipe UM N dan tipe LM N. Tipe UM N, bila kelumpuhan hanya t erdapat pada daerah mulut (m. orbicularis oris). Tipe LM N, bila kelumpuhan t erjadi baik pada daerah mulut maupun pada mat a (m. orbicularis oculi) dan dahi (m. frontalis).

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

(11)

Gambar Persarafan otot w ajah

Paresis otot w ajah disebabkan oleh lesi UM N dan LM N nervus VII

(Arsiran: daerah yang lumpuh)

II. PENILAIAN KEKUATAN OTOT TEM PORAL DAN M ASSETER

(NERVUS KRANIALIS V: NERVUS TRIGEM INUS M OTORIK)

1 2 3

1 M enerangkan tujuan pem eriksaan kepada klien. 2 Klien disuruh merapat kan giginya sekuat mungkin. 3 Pem eriksa meraba m. masset er dan m. t emporalis. 4 Perhat ikan besar, t onus, sert a kont ur (bent uk) ot ot

t ersebut .

5 Kemudian pasien dimint a membuka mulut . 6 Perhat ikan apakah ada deviasi rahang baw ah. 7 INTERPRETASI:

Bila ada paresis, m aka rahang baw ah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh.

Kadang-kadang sulit menet ukan adanya deviasi. M aka diperlukan alt ernat if lain.

1 Digunakan garis ant ara kedua gigi insisivus (gigi seri) sebagai patokan.

2 Perhat ikan kedudukan gigi insisivus at as dan bawah w akt u mulut t ert ut up, dan perhatikan kedudukannya w akt u mulut dibuka, apakah ada deviasi.

Hal ini perlu dilakukan bila t erdapat pula paresis nervus VII.

PEM ERIKSAAN ALTERNATIF 1:

(12)

dengan jalan menyuruh klien menggigit suatu benda, misalnya t ong spat el.

2 Pem eriksa menilai dengan menarik t ong spat el t ersebut .

3 Kemudian klien dimint a menggerakkan rahang baw ahnya ke samping (untuk menilai m. pt erigoideus lat eralis) kiri dan kanan.

4 INTERPRETASI:

Bila t erdapat paresis di seb elah kanan, rahang baw ah t idak dapat digerakkan ke samping kiri.

PEM ERIKSAAN ALTERNATIF 2:

1 Klien dimint a untuk mempert ahankan rahang baw ahnya ke samping

2 Pem eriksa memberi t ekanan unt uk mengembalikan rahang-baw ah ke posisi t engah.

UNTUK M ENENTUKAN ADANYA LESI SUPRANUKLEAR DIPERIKSA REFLEKS RAHANG (JAW REFLEKS)

1 Pem eriksaan menempat kan sat u jari melint ang dagu pasien.

2 Klien diminta membukakan mulutnya sedikit .

3 Pem eriksa menget ok jari t ersebut dengan palu refleks. 4 ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

5 INTERPRETASI:

Pada orang normal didapat kan hanya sedikit saja gerakan, malah kadang-kadang t idak ada.

Bila gerakannya hebat (yait u kont raksi m. m aset t er, m . t emporalis, m. pt erigoideus medialis yang menyebabkan mulut menut up) dikat akan refleks meninggi.

(13)

III. PENILAIAN SENSASI W AJAH

(NERVUS KRANIALIS V: NERVUS TRIGEM INUS SENSORIK)

1 2 3

1 M enerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.

2 Sensibilit as yang harus diperiksa ialah sensibilit as kulit dan mukosa dalam kaw asan nervus t rigeminus.

3 M odalit as sensorik yang diperiksa meliput i rasa nyeri, panas, dingin dan raba.

4 Dilakukan perbandingan di ant ara set iap cabang N. V yait u pada cabang oft almikus, maksillaris dan mandibula.

Dan membandingkannya dengan cabang N.V kont ralat eral.

CATATAN:

Pem eriksaan ini akan lebih jelas pada CSL pemeriksaan sensorik.

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

Lintasan sensorik nervus trigeminus

5 INTERPRETASI:

Hipest esia, parest esia dan anest esia harus diselidiki bat as-bat asnya dengan jelas.

(14)

IV. PENILAIAN PERGERAKAN W AJAH

(NERVUS KRANIALIS V dan VII: NERVUS TRIGEM INUS DAN FASIALIS M OTORIK)

1 M enerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien. CATATAN:

Pem eriksaan yang dilakukan pada sesi ini sama pada saat melakukan pemeriksaan kesimet risan w ajah dan penilaian kekuat an m. maset t er, m. t emporalis, m. pt erigoideus.

V. PENILAIAN INDRA PENGECAPAN (NERVUS KRANIALIS VII DAN IX: NERVUS FASIALIS SENSORIK DAN NERVUS GLOSOFARINGEUS SENSORIK)

1 2 3

1 M enjelaskan penderit a t ent ang pemeriksaan fungsi pengecapan.

2 Pem eriksa m enulis rasa larut an yang disediakan. 3 M emint a penderit a menjulurkan lidah.

4 M engeringkan lidah dengan t issue.

5 M emint a penderit a t ut up mat a dan menet eskan larut an yang t elah disediakan.

Larut a yang diberikan yaitu gula, kina, asam sit rat at au garam .

6 M emint a penderit a buka mat a, t et ap m enjulurkan lidah, dan menunjuk rasa larut an yang t elah t ert ulis di kert as.

7 INTERPRETASI

Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda t impani dapat menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/ 3 lidah bagian depan.

Kerusakan pada at au di at as nervus pet rosus m ajor dapat menyebabkan kurangnya produksi air mata, dan lesi khorda t impani dapat menyebabkan kurangnya produksi ludah.

CATATAN:

(15)

VI. PENILAIAN INDRA PENDENGARAN (LATERALISASI,KONDUKSI UDARA DAN TULANG)

(NERVUS KRANIALIS VIII: NERVUS KOKHLEARIS)

1 2 3

CATATAN:

Secara kasar (rut in) ket ajaman pendengaran dit ent ukan dengan jalan menyuruh klien mendengarkan suara bisikan pada jarak t ert ent u dan membandingkannya dengan orang normal.

Perhat ikan pula apa ada perbedaan ant ara ket ajaman pendengaran t elinga kanan dan kiri. Beda ini pent ing art inya dit injau dari sudut pat ologis.

I. TEST SCHW ABACH

1 M enerangkan tujuan pem eriksaan kepada klien.

Pada t es ini pendengaran klien dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yang dianggap normal)

2 Klien diminta untuk duduk dengan t enang

3 Garpu t ala dibunyikan dan kemudian dit empatkan di dekat t elinga klien.

4 Set elah klien t idak mendengarkan bunyi lagi, garpu t ala t er sebut dit empat kan di dekat t elinga pemeriksa. 5 INTERPRETASI:

Bila masih t erdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikat akan bahwa Schw abach lebih pendek (unt uk konduksi udara)

6 Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang m astoid klien.

7 Set elah klien t idak mendengar lagi, garpu t ala t ersebut ditempatkan pada tulang m astoid pemeriksa.

8 INTERPRETASI:

Bila pemeriksa m asih mendengarkan bunyinya maka dikat akan bahw a schw abach (unt uk konduksi t ulang) lebih pendek.

II. TES RINNE

1 M enerangkan tujuan pem eriksaan kepada klien. Pem eriksaan ini bert ujuan membandingkan ant ara konduksi tulang dengan konduksi udara.

Garpu t ala yang diapakai adalah yang berfrekuensi 128, 156 at au 512 Hz.

2 Garpu t ala dibunyikan dan pangkalnya dit ekankan pada t ulang mast oid klien dan dimint a untuk mendengarkan bunyinya.

(16)

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

A. Konduksi tulang B. Konduksi udara 4 INTERPRETASI:

Jika set elah didekat kan pada t elinga dan bunyi masih t erdengar maka konduksi udara lebih baik dari pada konduksi tulang, dan dalam hal ini dikat akan Rinne posit if.

Bila tidak t erdengar lagi set elah garpu t ala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat t elinga,berart i Rinne negat if.

Pada orang normal, konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang, demikian juga pada tuli saraf.

Pada tuli kondukt if, konduksi t ulang lebih baik dari konduksi udara.

III. TES W EBER

1 M enerangkan tujuan pem eriksaan kepada klien.

2 Garpu t ala yang dibunyikan dit ekankan pangkalnya pada dahi klien, t epat dipert engahan.

3 Klien dimint a mendengarkan bunyinya dan menent ukan pada t elinga mana bunyi lebih keras t erdengar.

(17)

Cara tes W eber

Garpu t ala yang dibunyikan dit ekankan pangkalnya pada pert engahan kepala (dahi; vert eks)

5 INTERPRETASI:

Hasil t es Weber

A B C

A. Pada orang normal: kerasnya bunyi suara sama pada t elinga kiri dan kanan

B. Tuli kondukt if: Pada tuli kondukt if bunyi lebih kuat pada telinga yang tuli

C. Tuli persept if (t uli saraf): Pada tuli persept if bunyi lebih kuat pada t elinga yang sehat

CATATAN:

Bahwa pada tuli perseptif (tuli saraf), pendengaran berkurang, Rinne positif dan W eber berlateralisasi ke telinga yang sehat.

Pada tuli konduktif, pendengaran berkurang, Rinne negatif dan W eber berlateralisasi ke telinga yang tuli.

VII. PENILAIAN KEM AM PUAN M ENELAN (NERVUS KRANIALIS IX, DAN X)

1 2 3

1 M enerangkan tujuan pem eriksaan kepada klien. 2 Klien diminta untuk duduk at au baring dengan posisi

kepala minimal ditinggikan sekit ar 45 derajat .

3 Klien dimint a memakan makanan padat , lunak dan menelan air.

4 Perhatikan apakah ada salah t elan (keselak, disfagia) 5 INTERPRETASI:

Kelum puhan N IX dan X dapat m enyebabkan disfagia. Sering dijumpai pada hemiparesis dupleks, yang disebut juga sebagai kelumpuhan pseudo-bulber.

(18)

VIII. INSPEKSI PALATUM (NERVUS KRANIALIS IX, DAN X)

1 2 3

1 M enerangkan t ujuan pemeriksaan kepada klien. 2 Klien diminta membuka mulut.

3 Perhat ikan falat um molle dan faring.

4 Bagaimana sikap palatum molle, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat.

5 Dan bagaim ana pula bila bergerak, m isalnya w akt u bernafas at au bersuara (suruh penderit a menyebut : aaaaa)

6 INTERPRETASI:

Bila t erdapat paresis ot ot -ot ot faring dan falatum molle, maka palatum molle, uvula, dan arkus fari ng sisi yang lumpuh let aknya lebih rendah daripada yang sehat dan bila bergerak, uvula dan arkus seolah-olah t ert arik ke bagian yang sehat . Bila t erdapat parese di kedua belah pihak, maka tidak didapat kan gerakan dan posisi uvula dan arkus faring lebih rendah.

IX. PEM ERIKSAAN REFLEKS GAG (NERVUS KRANIALIS IX, DAN X)

1 2 3

1 M enerangkan t ujuan pemeriksaan pada klien 2 Klien diminta membuka mulut.

3 Sent uh dinding belakang farings dengan spat el

4 Perhat ikan uvula: akan t erangkat ket ika dilakukan st imulus

5 Dilakukan stimulus pada kedua sisi dan dibandingkan keduanya.

6 INTERPRETASI:

Uvula akan bergerak ke salah sat u sisi: jika t erdapat kelumpuhan UM N at au LM N pada sisi yang lain.

Uvula t idak bergerak ket ika dimint a pada klien unt uk menyebut AHH at au GAG: kedua ot ot palat um paresis. Uvula bergerak ket ika m enyebut AHH, t et api t idak pada saat menyebut GAG, dengan penurunan senasi pada farings: kelumpuhan N. IX (jarang)

X. PENILAIAN OTOT STERNOKLEIDOM ASTOID DAN TRAPEZIUS (N. KRANIALIS XI: N. AKSESORIUS)

1 2 3

I. OTOT STERNOKLEIDOM ASTOIDEUS

1 M enerangkan tujuan pemeriksaan pada klien

2 Perhat ikan keadaan ot ot st ernokleidom ast oideus dalam keadaan ist irahat dan bergerak.

(19)

Bila t erdapat paresis perif er akan dijumpai adanya at rofi.

Pada lesi nuklear (misalnya pada ALS) bisa didapatkan adanya fasikulasi (kedut an).

3 Lakukan palpasi dan ot ot t ersebut .

Pada miositis dapat dit emukan adanya nyeri t ekan. 4. Nilai kekuat an otot dengan:

1. Klien dimint a unt uk menggerakkan bagian badan (persendian) yang digerakkan oleh ot ot yang ingin diperiksa, pemeriksa menahan gerakan ini.

2. Gerakkan bagian badan klien dan suruh untuk menahannya. Dengan demikian dapat diperoleh kesan mengenai kekuat an ot ot .

Di klinik biasanya cara (1) yang sering dilakukan.

5 Unt uk megukur t enaga ot ot st erno kleidom ast oideus dapat dilakukan dengan:

M emint a klien menoleh misalnya ke kanan, kem udian pemeriksa m enahan dengan t angan yang dit em pat kan pada dagu. Dengan demikian dapat dinilai kekuat an ot ot st ernokleidomast oideus kiri.

6 Bandingkan kekuat an otot kiri dengan kanan.

II.OTOT TRAPEZIUS

1 M enerangkan t ujuan pemeriksaan pada klien.

2 Perhat ikan keadaan ot ot ini dalam keadaan ist irahat dan bergerak. Apakah ada at rofi at au fasikulasi? Bagaimana kontur otot ?

3 Bagaimana posisi bahu, apakah lebih rendah?

Pada kelumpuhan ot ot t rapezius bahu sisi yang sakit lebih rendah daripada sisi yang sehat .

Skapula juga beranjak ke lat eral dan tampak agak menonjol.

4 Palpasi otot t rapezius untuk melihat konsist ensinya, adanya nyeri t ekan (m iosit is) sert a adanya hipot oni. 5 Periksa tenaga otot, dengan jalan:

Tempatkan t angan pemeriksa di at as bahu klien. Kemudian klien dimint a mengangkat bahunya, dan pemeriksa menahan.

Dengan demikian dapat dinilai kekuat an ot ot t ersebut . 6 Tenaga ot ot yang kiri dan kanan dibandingkan.

7 Nilai kontur ot ot dan perkembangan ot ot .

Klien dimint a untuk mengeskst ensikan kepalanya, dan gerakan ini dit ahan oleh pemeriksa.

(20)

t idak dapat dit arik ke sisi t ersebut , bahu t idak dapat diangkat dan lengant idak dapat dielevasi ke at as dari posisi horizont al.

Pada kelumpuhan kedua otot ini kepala cenderung jat uh ke depan, dan penderit a t idak dapat mengangkat dagunya.

XI. PEM ERIKSAAN LIDAH PADA SAAT ISTIRAHAT

XII.PEM ERIKSAAN LIDAH PADA SAAT DIJULURKAN (N. KRANIALIS XII: N. HIPOGLOSSUS)

1 M enerangkan tujuan pemeriksaan pada klien.

2 Klien disuruh membuka mulut dan perhat ikan lidah dalam keadaan istirahat : besar lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan, at rofi, berkerut , dan fasikulasi.

3 Klien disuruh menjulurkan lidah unt uk memeriksa adanya paresis:

1. Perhat ikan apakah ada t remor dan fasikulasi.

2. Perhat ikan apakah ada deviasi lidah ke sat u sisi. Sebagai patokan dapat dipakai garis diant ara kedua seri (incisivus). Bila ada paresis sat u sisi, lidah berdeviasi ke sisi paresis.

3. M emint a klien menyent uhkan lidah ke pipi kiri dan kanan. Saat bersamaan, t angan pemeriksa dit empat kan di pipi sisi luar unt uk merasakan kekuat an sentuhan lidah penderit a.

Gambar

Tabel 1. Nervi kranialis dan fungsinya
Gambar Bagan Nervus Fasialis
Gambar Persarafan otot wajah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu saudara diwajibkan membawa data-data perusahaan yang asli untuk dilakukan pembuktian dengan dokumen kualifikasi yang saudara ajukan. Demikian kami sampaikan

Berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi maka dengan ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I pada Bagian Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunung Mas

Barisan aritmetika bertingkat adalah barisan bilangan yang tidak memiliki beda tetap, tetapi apabila beda itu dijadikan barisan bilangan, demikian seterusnya maka pada suatu saat

Itulah sebabnya, tugas pembimbing dalam sanggar sastra, dapat dirinci lebih luas lagi, antara lain: (1) mampu menjalin komunikasi optimal dengan subjek didik, (2) menciptakan

Lexicographic probabilities and choice under uncertainty, Econometrica 59, 61–79.] are used to characterize preferences which: (i) reveal unique non-Archimedean subjective

[r]

[r]

[r]