BAB. 19
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
Nama mata pelajaran : Manajemen sumberdaya manusia
Kelas /semester : XII/6
Standar kompetensi : Mengelola SDM
Kompetensi dasar : Menghitung kebutuhan
Menyeleksi karyawan
Membina karyawan
Memahami hubungan kerja
Alokasi waktu : 34 jam
Kegiatan
Pemelajaran Indikator Penilaian Alokasi WaktuTM PS PI Sumber Belajar Menganalisis
Kebutuhan Tenaga Kerja
Tersesusunnya Analisis Kebutuhan Staff
Tes Tertulis, Penugasan
4 Modul
Simulasi Menyeleksi Karyawan
Latihan Simulasi Terlaksana
Evaluasi Tertulis, Tugas
5 5 Modul, Buku
Latihan Membina
Karyawan Memiliki Kemampuan Membina Staf
Testertulis,
Penugasan 10 Modul, Buku
Memahami Hubungan Karyawan Dan Manjikan
Siswa Memahami Hubungan Karyawan Dan Majikan
Skala usaha ternak uanggas sangat bervariasi, dari pemeliharaan 5000 – jutaan ekor. Pada skala kecil peternak dengan dibantu keluarganya mampu mengelola sendiri. Semakin besar usaha peternakan semakin banyak memerlukan tenaga kerja untuk membantu mengelola. Tenaga kerja tersebut perlu dikelola agar
produktifitas baik dan usaha kita menjadi menguntungkan.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Langkah-langkah pengelolaan sumberdaya manusia sebagai berikut:
1. Menghitung Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan sumber daya manusia pada suatu usaha
peternakan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut meliputi tingkat teknologi yang dipakai, skala usaha, sistem logistik, jumlah ternak yang diperlihara. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1.1.
Tingkat Teknologi
Teknologi dapat membantu
meningkatkan produktifitas sumber daya manusia (SDM). Penggunaan teknologi tentunya
mempertimbangkan fakor ekonomi dan hukum. Dari segi hukum
otomatisasi teknologi dibatasi dengan tersedianya tenaga kerja dalam jumlah banyak. Semakin banyak menggunaakan alat dan mesin akan mengurangi kebutuhan SDM,
sehingga angka pengangguran makin tinggi. Pembelian peralatan
dipertimbangkan dengan upah tenaga kerja lokal. Pada kondisi upah buruh yang murah penggunaan teknologi sering terkendala dengan harga alat dan mesin yang mahal. Sehingga seringkali perusahaan harus memutuskan menambah SDM daripada membeli mesin baru. Penambahan alat dan mesin juga memerlukan investasi yang lebih besar, sehingga keterbatasan modal sering menjadi faktor pembatas dalam mekanisasi peternakan.
Misalnya pada perusahaan ayam skala besar penggunaan mesin pencampur pakan, tempat minum nipple, tempat pakan otomatis, dan kendaraan transportasi dalam farm sangat membantu meingkatkan produktifitas.
1.2.
Sistem Logistik
Sistem logistik yang penting adalah pengadaan sarana produksi konsentrat dan obat-obatan. Bahan tersebut apakan membeli jadi atau membuat pakan sendiri. Pembuatan pakan akan mempengaruhi
kebutuhan SDM
1.3.
Jumlah Ternak
Semakin banyak ternak yang dipelihara maka semakin banyak SDM yang dibutuhkan. Missal untuk ayam broiler 1 oarang dapat
memelihara 3000-5000 ekor ayam
2. Job Analisis
Stephen Robbin (1993)
jabatan, penentuan hubungan dari satu jabatan dengan jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan karyawan untuk melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif.
Analisis jabatan merupakan hal mendasar dalam proses
pengembangan sumber daya manusia. Tanpa adanya data yang akurat tentang profil dari masing-masing jabatan, jenis-jenis
kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman dan pendidikan yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut, maka proses pengembangan sumber daya manusia akan menjadi sulit.
Rekrutmen, seleksi dan penempatan akan timpang karena tidak diimbangi informasi yang memadai dan akurat, pengembangan dan pelatihan
mungkin tidak dapat mencapai tujuan, begitu juga halnya dengan
manajemen penilaian kinerja.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis jabatan merupakan suatu proses
pengumpulan dan pencatatan informasi terpercaya dan sahih dengan suatu prosedur tertentu terhadap suatu jabatan tertentu dan persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki oleh si pemegang jabatan.
3. Rekrutmen
Stoner, dkk (1995) mendefinisikan rekrutmen sebagai suatu proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk
menduduki suatu jabatan tertentu. Tujuan dari rekrutmen adalah mendapatkan calon karyawan sebanyak mungkin sehingga
memungkinkan pihak manajemen
(recruiter) untuk memilih atau menyeleksi calon sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Semakin banyak calon yang berhasil dikumpulkan maka akan semakin baik karena kemungkinan untuk mendapatkan calon terbaik akan semakin besar. Proses pemilihan atau penyeleksian karyawan/pegawai disebut dengan proses seleksi
Untuk mendapatkan calon pelamar, perusahaan dapat melaporkan ke kantor departemen tenaga kerja setempat, melalui promosi lowongan pekerjaan pada media masa,
mengirim surat ke sekolah (SMK dan SLA) ,atau melalui biro pencari tenaga kerja.
Sebelum karyawan dapat direkrut untuk mengisi suatu jabatan tertentu,
recruiter harus memiliki gambaran yang jelas tentang tugas-tugas dan kewajiban yang dipersyaratkan untuk mengisi jabatan yang ditawarkan. Oleh sebab itu analisis jabatan merupakan langkah pertama dalam proses rekrutmen dan seleksi. Sekali suatu jabatan telah dianalisis, maka uraian atau pernyataan tertulis tentang jabatan dan posisi jabatan tersebut dalam
perusahaan/organisasi akan tertuang dengan jelas. Uraian atau pernyataan tertulis tersebut dinamakan uraian jabatan (Job Description). Jika uraian jabatan telah tersusun dengan baik, maka spesifikasi jabatan akan mulai dikembangkan. Spesifikasi jabatan didefinisikan sebagai suatu uraian tertulis tentang pendidikan,
inilah yang seharusnya dijadikan informasi dasar untuk memulai proses rekrutmen dan seleksi dan
penempatan.
4. Seleks
i
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup /cv/
curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal
memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, tes performansi,
wawancara kerja/interview dan proses seleksi lainnya.
Proses seleksi bisa dilakukan sendiri oleh perusahaan atau menggunakan biro jasa seleksi. Untuk jabatan level manager biasanya menggunakan jasa agen rekrutmen, sedang level
pelaksana dilakukan sendiri oleh perusahaan.
ada saat seleksi wawancara dilakukan negosiasi gaji, serta penjelasan aturan personalia perusahaan. Pelamar yang terpilih akan masuk tahap percobaan selama 2-3 bulan. Masa percobaan ini memberi peluang kepada supervisor tanggung jawab untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja pekerja baru tersebut. Pegawai yang kinerjanya kurang bagus dapat diberhentikan, dan diganti dengan tenaga kerja yang lain.
Faktor lain yang dipertimbangkan pada seleksi disamping kualifikasi dan kompetensi adalah sikap dari calon
pelamar. Sikap yang harus dimiliki adalah suka terhadap dunia
peternakan sapi. Lokasi peternakan sapi berada jauh dari pemukiman penduduk, pegawai yang bekerja dipeternakan akan menghadapi kesepian. Untuk itu calon pegawai harus tahan pada atmosfer
peternakan. Untuk level pelaksana diperlukan tenaga yang tidak terlalu kreatif, karena sifat pekerjaan yang rutin dan monoton memerlukan orang dengan sifat suka mengerjakan pekerjaan yang monoton.
Tujuan dari rekrutment, seleksi dan penempatan adalah mencocokkan (to match) antara karakteristik individu (pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, dan lain-lain) dengan persyaratan jabatan yang harus dimiliki individu tersebut dalam
memegang suatu jabatan. Kegagalan dalam mencocokkan kedua hal tersebut dapat menyebabkan kinerja karyawan tidak optimal dan kepuasan kerja sangat rendah, sehingga tidak jarang hal ini membuat individu dan organisasi menjadi frustrasi. Dalam usaha mencari individu yang tepat dan sesuai untuk jabatan tertentu maka pihak manajemen harus melakukan pengukuran (assessment)
terhadap tuntutan-tuntutan (demands)
dan persyaratan-persyaratan
(requirements) dari jabatan tersebut. Proses pengukuran kegiatan-kegiatan yang ada dalam suatu jabatan
tersebut dinamakan Analisis Jabatan (Robbin, 1993).
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi. Langkah pengembangan mulai dari orientasi, peningkatan kompetensi SDM. Masing-masing diuraikan sebagai berikut:
5.1.
Orientasi Pegawai Baru
Orientasi merupakan proses dimana para pekerja baru dan perusahaan menjelaskan persepsi dan harapan masing-masing. Kejelasan hubungan antara manajer dan para pekerja akan merupakan dasar bagi produktifitas perusahaan.
Dari sudut pegawai orientasi memberikan kesempatan untuk mengetahui harapan-harapan kerja dan organisasi dan mempelajari lingkungan kerja secara keseluruhan. Dari sudut pandang manager,
orientasi memberikan kesempatan untuk menjelaskan struktur
organisasi, fungsi, hubungan kerja dan harapan dari organisasi.
Masa orientasi pegawai baru
diperlukan untuk memahami struktur organisasi, uraian tugas masing-masing staf, rencana strategis perusahaan dan hak serta kewajiban pegawai sesuai tertuang dalam aturan perusahaan. Kewajiban staf antara lain jam kerja, disiplin, tanggung jawab dll. Hak pekerja adalah imbalan upah, layanan kesehatan, cuti dll.
Orientasi dilakukan secara formal dan informal. Orientasi formal
menjelaskan rencana startegik perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan, sedangkan orientasi informal dilakukan oleh pekerja dengan mempelajari sendiri lingkungan kerjanya, mengamati rekan-rekan kerja lainnya dll.
5.2.
Peningkatan Kompetensi
Peningkatan kinerja organisasi ditentukan oleh peningkatan kinerja SDM didalamnya. Ada beberapa hal yang mendorong peningkatan kinerja SDM diantaranya peningkatan motivasi dan peningkatan kompetensi SDM. Peningkatan motivasi
berkorelasi positif dengan beberapa faktor seperti gaji/kompensasi, kesempatan pengembangan karir, lingkungan kerja organisasi, serta komunikasi dan hubungan kerja antar individu. Peningkatan kinerja SDM ditentukan pula oleh kompetensi SDM. Hal ini menggabarkan bahwa SDM yang mempunyai kompetensi akan memiliki kinerja yang lebih baik dibanding SDM lain yang tidak memiliki kompetensi dibidang tersebut. Peningkatan kinerja tentunya harus dimulai dengan peningkatan kompetensi SDM-nya yang dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pengembangan kompetensi seperti pelatihan, workshop atau studi lainnya
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki kinerja pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
karyawan tersebut berdasarkan faktor etos kerjanya dan faktor lainnya. Agar mereka dapat melaksanakan
tugasnya maka perlu training (pelatihan). Disamping pelatihan teknis peternakan mereka juga menerima pelatihan prosedur
pemeliharaan sapi yang diterapkan di perusahaan.
Karyawan pada posisi yang lain jika berdasarkan hasil evaluasi
kompetensinya (Kertampilan,
pengetahuan dan sikap) kurang maka perlu pelatihan tambahan untuk meningkatkan kompetensinya. Pelaksanaan pelatihan bisa dilakukan ditempat pelatihan atau perusahaan tempat kerja (on the job training). Pelatihan ditempat kerja lebih efektif karena kompetensi yang dipelajari lebih aplikatif di perusahaan tersebut.
Bagi karyawan yang sudah lama bekerja di perusahaan, pemberian pelathian dilakukan untuk
meningkatkan kinerja, penyegaran, ada teknologi (alat-mesin) baru, perusahaan menerapkan prosedur baru, terjadi masalah yang perlu dipecahkan.
6.
Pembentukan
Team Work
Kesuksesan sebuah organisasi tidak terlepas dari kerja sama tim. Namun demikian, membangun kerja tim bukan merupakan pekerjaan sederhana. Dibutuhkan sejumlah teknik untuk mampu menggerakkan kerja sama tim. Langkah awal pembentukan tim adalah dengan mengenali karakter anggota tim.
6.1.
Kenali Karakter Anggota
6.1.1. Mengemukakan, Mendiskusikan, dan Membuat Keputusan. Tiga proses ini selalu ada dalam sebuah pertemuan. Jika ingin sukses, sebuah tim mesti mampu
mengkolaborasikan ketiga fungsi tersebut.
6.1.2. Kesamaan Kesempatan. Setiap anggota tim harus mendapat kesempatan yang sama untuk ikut terlibat proses pemecahan masalah. Partisipasi tersebut akan membangun rasa memilik, tanggung jawab dan komitmen setiap anggota.
6.1.3. Komunikasi Yang Menyeluruh. Setiap perubahan mesti
dikomunikasikan kepada seluruh anggota tim. Setiap anggota tim mesti mengetahui setiap perkembangan yang berlangsung dalam tim.
6.1.4. Menyatukan Tujuan. Luangkan waktu untuk merancang tujuan yang ingin diperjuangkan oleh tim. Pastikan bahwa seluruh anggota tim sepakat terhadap tujuan tersebut. Kesuksesan tim sangat tergantung pada kejelasan tujuan yang ingin dicapai.
6.1.5. Proses yang Jelas. Sebuah tim harus memiliki proses pemunculan ide, pembuatan
keputusan, penyelesaian konflik, dan pemecahan masalah yang jelas bagi seluruh anggota tim.
6.1.6. Catatlah Setiap Ide,
Keputusan, Dan Hasil Kerja Tim.
ini juga dapat memberikan fokus visual kepada tim.
6.1.7. Menerima Perbedaan. Setiap anggota tim mesti terbiasa
dengan perbedaan pengetahuan, ide, dan gaya. Anggota tim mesti mampu menerima pendapat yang tidak sesuai dengan pendapatnya. Ide hebat sering muncul dari perbedaan.
6.1.8. Buat Peraturan yang Jelas. Sebuah tim harus memiliki peraturan yang mengatur interaksi antar
anggota tim. Peraturan tersebut harus diberlakukan untuk semua anggota, sering para manager melanggar dan seolah-olah peraturan tersebut hanya untuk staf saja.
6.1.9. Toleran Terhadap Konflik. Secara alami konflik akan selalu muncul pada sebuah tim. Karena itu, anggota tim mesti toleran terhadap konflik.
6.1.10.Berikan Perayaan Sebagai Tanda.
Pada setiap akhir langkah atau proyek, berikan sebuah perayaan sebagai tanda keberhasilan atau kegagalan proyek tersebut.
6.1.11. Evaluasi Terhadap Kerja Tim.
Luangkan waktu untuk melakukan evaluasi terhadap kerja tim. Tujuan tim juga perlu mendapat evaluasi.
6.1.12. Kenali Karakter Setiap Anggota Tim.
Tiap anggota tim memiliki karakter yang berbeda. Kenali karakter mereka, lalu lakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter tersebut.
6.1.13. Gerakan Tim Mesti Terkendali
Sebuah tim jangan bergerak terlalu cepat, dan jangan bergerak terlalu lamban. Gerak sebuah tim mesti elastis mengikuti perkembangan situasi.
6.1.14. Lakukan Pemanasan . Buat sejumlah kegiatan sebagai langkah pemanasan tim. Dengan ini tim akan mendapat darah segar untuk kembali melangkah mencapai tujuan.
6.2.
Membangun Tim
Petunjuk-petunjuk berikut ini sangat ideal untuk tahap-tahap awal
pembangunan sebuah tim. Mungkin beberapa hanya untuk sekedar membangun hubungan antar tim yang baik, sementara yang lain akan memberikan jalan keluar untuk membangun hubungan jangka panjang yangernilai. Inilah sembilan petunjuk bagaimana membangun sebuah tim yang hebat.
6.2.1. Bekerjasama dalam Sebuah Kegiatan Jangka Pendek.
Mungkin dalam hal yang tidak berhubungan dengan tugas utama seperti mengedarkan brosur sponsor bersama atau mengecat rumah perkumpulan. Proses mengerjakan sebuah tugas bersama-sama memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk saling bercakap-cakap, membangun sebuah
hubungan dan mencapai kesuksesan awal.
6.2.2. Pertemuan di Tempat yang Jauh dari Rumah
6.2.3. Bergembiralah
Acara kumpul-kumpul, pesta,
camping atau apa saja bisa menjadi cara yang luar biasa untuk membuat orang saling mengenal satu sama lain tanpa tekanan untuk menyelesaikan sebuah tugas.
6.2.4. Melihat Contoh- Tim Sukses
Perluas jangkauan untuk mengamati kelompok-kelompok olahraga, pengusaha dan juga orang-orang yang sukses. Pikirkan lebih jauh bagaimana ciri-ciri utama yang mereka punyai dapat diterapkan dalam kelompok anda. Anda bahkan bisa bersama-sama pergi melihat sebuah pertandingan atau
berbincang-bincang dengan kelompok pengusaha.
6.2.5. Berdoa Bersama.
Berdoa bersama untuk keberhasilan tim dan masing-masing anggota adalah cara yang hebat dalam mendukung satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilakukan bersama dengan semua kelompok atau dengan membuat tiap-tiap anggota tim didoakan paling tidak dua atau tiga anggota tim yang lain.
6.2.5. Berbagi Pengalaman dan Harapan
Setiap orang mendapatkan waktu 5-10 menit untuk memaparkan kenapa mereka ingin bergabung dalam tim, apa yang mereka miliki yang relevan dengan alasan itu, apa yang mereka harap untuk dapatkan. Tidak boleh ada yang menyela selama mereka berbicara tapi pertanyaan boleh disampaikan setelahnya. (Kegiatan ini akan menjadi sangat baik jika semua anggota tim merasa nyaman dalam untuk partisipasi)
6.2.7. Saling Berkenalan
Tiap-tiap anggota diberikan kartu dalam jumlah yang sama dengan jumlah anggota tim dikurangi satu. Setiap orang lalu menuliskan tiap nama dari anggota tim yang lain di bagian atas kartu-kartu itu, kemudian menuliskan secara singkat satu kualitas, kelebihan atau sifat yang mereka hargai dari orang itu. Hal yang sama dilakukan untuk setiap anggota yang lain sampai setiap anggota mendapat bagian. Semua kartu kemudian dikumpulkan bersama lalu dibagikan kepada nama-nama anggota yang bersangkutan. Identitas si penulis harus tetap dirahasiakan. Sementara para partisipan harus diberi penjelasan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk
perkembangan kelompok yakni untuk memberikan tujuan yang jelas.
6.3.
Peran Dan Tugas
Semua anggota tim menjabarkan tugas dan peran yang akan
dibutuhkan untuk mencapai sebuah misi dan membagikan setiap peran ke masing-masing anggota. Sebuah diskusi kemudian dibuka untuk mencari tahu apa saja yang akan dikerjakan secara perseorangan dan yang akan dikerjakan bersama-sama.
Petunjuk-petunjuk di atas dibutuhkan agar sebuah tim dapat memanfaatkan waktu dengan baik sehingga mereka dapat bekerja dengan efektif dan merasa nyaman dengan anggota tim yang lain. Pemanfaatan waktu yang baik saat ini akan dapat membawa hasil yang baik di esok hari.
2.4. Supervisi Staff
Proses kegiatan mengawasi untuk membimbing secara langsung pelaksanaan program kerja atau tugas yang diselenggarakan oleh para pelaksana. Sasaran supervisi adalah para pelaksana yang mengerjakan tugas atau pekerjaannya. Kegiatan supervisi bersifat membimbing dan mengarahkan agar program kerja atau tugas yang dilaksanakan berhasil.
6.4.2. Monitoring
Kegiatan mengikuti perkembangan suatu proses kegiatan yang sedang berlangsung dengan cara-cara tertentu sehingga mendapat gambaran dari kegiatan dimaksud.
6.4.3. Evaluasi
Proses kegiatan menilai hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu rencana kegiatan. Evaluasi selalu berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai dari suatu kegiatan atau program yang dibandingkan dengan hasil pelaksanaan di lapangan. Evaluasi dilakukan terhadap semua aspek yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan atau program, sehingga dapat diukur tingkat keberhasilan suatu rencana atau program menurut patokan (indikator) yang ditetapkan.
6.4.4. Ciri-Ciri Supervisi Efektif
Untuk melakukan supervisi efektif, terlebih dahulu seorang supervisor perlu mengetahui ciri-ciri dari
supervisi yang efektif. Karena ciri-ciri inilah yang akan dijadikan panduan dalam mengembangkan keterampilan supervisi, dan dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan tugas-tugas supervisi seorang pemimpin.
6.4.5. Delegasi
Seorang manajer, supervisor atau pimpinan unit, ia harus bisa
membawa timnya ke target yang telah ditetapkan. Dengan keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih efektif jika kita mendelegasikan sebagian tugas-tugas, terutama yang bersifat teknis lapangan kepada anak buah. Jadi, tugas-tugas lapangan lainnya, perlu didelegasikan kepada anggota tim.
6.4.6. Keseimbangan
Contoh.”Example is the best policy.” Mungkin prinsip inilah yang penting untuk diterapkan dalam melakukan tindakan supervisi. Seringkali kata-kata saja kurang efektif sulit untuk dimengerti, maka dalam kondisi seperti ini tindakan yang paling tepat adalah dengan memberikan contoh konkret bagaimana bersikap dan bagaimana melakukan suatu tugas. Supervisor juga harus menyadari bahwa anak buah akan melihat dan mengamati tingkah laku pimpinan mereka sebagai pedoman tingkah laku di tempat kerja. Jadi jika manajer atau supervisor menginginkan anak buah untuk disiplin dalam waktu, sang pimpinan pun harus memperlihatkan contoh konkret dalam menerapkan disiplin waktu, misalnya tidak datang terlambat, menyelesaikan tugas sesuai batas waktu (deadline), atau jika mungkin sebelum deadline.
6.4.7. Jembatan.
Seorang supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka pimpin dengan manajemen puncak. Jadi ia harus bisa
menyampaikan keinginan, usulan karyawan pada pihak manajemen. Sebaliknya, ia pun harus bisa menyampaikan visi dan misi yang telah ditetapkan, serta keputusan-keputusan lain yang telah dibuat orang manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota timnya. Kondisi seperti ini sering memojokkan sang manajer, baik dari segi karyawan maupun manajemen. Untuk itu, manajer atau supervisor harus bisa menerapkan prinsip keseimbangan dalam bersikap dan mengambil keputusan agar adil dan bisa ”menemukan” kepentingan staf dan juga pimpinan.
6.4.8. Komunikasi.
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif adalah kemampuan komunikasi. Komunikasi di sini bukanlah
komunikasi satu arah (memberikan tugas-tugas saja), tetapi yang terlebih utama adalah komunikasi multiarah, yang juga mencakup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan, dan pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan tugas-tugas, supervisor perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan tugas tersebut, bahasa yang sejajar dengan kemampuan dan cara berpikir anak buah.
7.
Evaluasi Kinerja Staff
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau
organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.
Kinerja individu adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja
seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja perusahaan atau organisasi adalah tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan tersebut dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, evaluasi kinerja berarti memberi nilai atas pekerjaan yang di lakukan oleh seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi atau
Setiap orang pada umumnya ingin berprestasi dan mengharapkan prestasinya diketahui dan dihargai orang lain. Orang yang berprestasi dan memperoleh penghargaan dari atasan atau masyarakat cenderung untuk mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi tersebut. Untuk itu perlu standar pengukuran, supaya dapat secara objektif dan adil membedakan pekerja yang
berprestasi tinggi dan pekerja yang mempunyai kinerja rendah.
Memang masih banyak pekerja yang enggan menghadapi evaluasi kinerja, karena mereka melihatnya sebagai alat pimpinan untuk memberikan hukuman.
Evaluasi kinerja atau yang dapat pula disebut penilaian prestasi kerja merupakan bagian dari fungsi manajemen yang penting yaitu evaluasi dan pengawasan (evaluating and controlling).
Evaluasi kinerja sekarang ini merupakan keharusan, dan sudah terus menerus dilakukan, terutama dengan melibatkan para pelanggan. Para pelanggan sering di minta memberikan evaluasi misalnya terhadap kualitas barang yang di jual, kualitas pelayanan yang diberikan, sikap karyawan yang melayani, dan lain-lain. Oleh sebab itu tidak perlu ditakutkan bahkan harus disambut baik.
Sebagai bagian dari fungsi
manajemen, proses evaluasi kinerja mengikuti tahapan perencanaan, pembinaan, dan pelaksanaan evaluasi.
7.1.
Tujuan Evaluasi
Kinerja
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan, terutama bila terjadi kelambatan atau penyimpangan.
Bila terjadi kelambatan, harus segera di cari penyebabnya, diupayakan mengatasinya, dan dilakukan
percepatan. Demikian juga bila terjadi penyimpangan, harus segera di cari penyebabnya untuk diatasi dan diluruskan atau diperbaiki sehingga dapat mencapai sasaran dan tujuan sebagaimana direncanakan semula.
Kinerja perusahaan merupakan akumulasi kinerja unit-unit organisasi dan kinerja unit-unit organisasi dan kinerja semua individu mulai dari pekerja operasional hingga
manajemen. Oleh sebab itu evaluasi kinerja perorangan perlu dilakukan supaya dapat mengetahui simpul-simpul keterlambatan dan atau penyimpangan untuk kemudian diatasi dan diperbaiki.
Evaluasi kinerja perusahaan
dimaksudkan untuk mengetahui posisi dan tingkat pencapaian sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi kelambatan atau penyimpangan supaya segera di perbaiki, sehingga sasaran atau tujuan dapat tercapai. Hasil evaluasi kinerja perusahaan juga digunakan untuk menyusun rencana kerja perusahaan selanjutnya.
terdapat penyimpangan dan
keterlambatan, serta sebagai untuk memodifikasi rencana yang sedang berjalan dan atau sebagai bahan perencanaan ke depan.
Evaluasi kinerja merupakan tahap akhir dari siklus manajemen kinerja. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rencana kinerja. Evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembinaan kinerja telah dicapai. Evaluasi kinerja tersebut sekaligus harus mampu
mengindikasikan masalah-masalah yang telah dicapai. Evaluasi kinerja tersebut sekaligus harus mampu mengindikasikan masalah-masalah yang telah dihadapi. Semuanya digunakan untuk penyusunan rencana kerja tahap berikutnya.
7.2.
Manfaat Evaluasi
Kinerja (EK)
7.2.1. Peningkatan Kinerja
Terutama bila hasil EK menunjukkan kinerja seseorang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan, maka orang yang bersangkutan dan atasannya akan segera membuat segala upaya untuk meningkatkan kinerja tersebut, misalnya dengan bekerja lebih keras dan tekun. Untuk itu, setiap pekerja perlu menyadari dan memiliki :
Kemampuan tertentu sebagai dasar untuk mengembangkan diri lebih lanjut.
Keinginan untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan kerja
Sikap tertarik pada pekerjaan dan etos kerja yang tinggi
Keyakinan untuk berhasil.
7.2.2. Pengembangan SDM
EK sekaligus mengidenfikasi kekuatan dan kelemahan setiap
individu, serta potensi yang dimilikinya. Dengan demikian manajemen dan individu dimaksud dapat mengoptimalkan pemanfaatan keunggulan dan potensi individu yang bersangkutan, serta mengatasi dan mengkompensasi kelemahan-kelemahannya melalui program pelatihan. Manajemen dan individu, baik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau organisasi, maupun dalam rangka pengembangan karier mereka masing-masing.
7.2.3. Pemberian Kompensasi
Melalui EK individu,dapat diketahui siapa yang memberikan kontribusi kecil dalam pencapaian hasil akhir organisasi atau perusahaan.
Pemberian imbalan atau kompensasi yang adil haruslah didasarkan kepada kinerja atau kontribusi setiap orang kepada perusahaan. Pekerja yang menampilkan EK yang tinggi patut diberi kompensasi, antara lain berupa: pemberian penghargaan dan atau uang; pemberian bonus yang lebih besar daripada pekerja lain, dan atau percepatan kenaikan pangkat dan gaji.
7.2.4. Program Peningkatan Produktivitas
Dengan mengetahui kinerja masing-masing individu, kekuatan dan kelemahan masing-masing serta potensi yang mereka miliki
manajemen dapat menyusun program peningkatan produktivitas
perusahaan.
7.2.5. Program Kepegawaian
7.2.6. Menghindari Perlakuan Diskriminasi
EK dapat menghindari perlakuan diskriminasi dan kolusi, karena setiap tindakan kepegawaian akan
didasarkan kepada kriteria obyektif, yaitu hasil evaluasi kinerja.
7.3.
Sistem Pendukung
Evaluasi Kinerja
Pelaksanaan evaluasi kinerja perlu didukung oleh beberapa sistem. System tersebut antara lain:
7.3.1. Metode Pengukuran
Perlu metode atau cara pengukuran, pelaksana, dan waktu pengukuran EK.
7.3.2. Standar
Pengukuran tersebut perlu ditentukan standar atau tolok ukur sebagai bahan pembanding atau terhadap mana pencapaian individu, unit kerja, atau pencapaian organisasi
dibandingkan. Standar kinerja untuk beberapa jabatan tertentu, terutama yang menghasilkan barang yang bersifat fisik, biasanya dapat mudah ditentukan. Namun bagi jabatan lain yang menghasilkan jasa, kinerja seseorang hanya dapat dibandingkan terhadap uraian jabatannya. Sebab itu sistim pendukung yang ketiga.
7.3.3. Uraian Tugas.
Setiap individu harus mempunyai uraian jabatan yang jelas. Uraian jabatan perlu dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah diukur secara kuantitatif.
7.3.4.Uraian Jabatan
Uraian jabatan dapat dirumuskan sebagai hasil dari analisis jabatan.
Dengan kata lain, analisis jabatan merupakan sistim pendukung EK yang penting.
8.
Kebermaknaan Evaluasi
Evaluasi kinerja dirasakan bermakna bila hasilnya dapat dimanfaatkan. Sebagaimana dikemukakan di atas, hasil EK dapat dimanfaatkan untuk beberapa tujuan. Untuk itu perlu dipersiapkan atau disusun sarana atau sistim pendukung.
8.1.
Sistim Promosi dan
Mutasi
Tenaga yang berhasil mencapai kinerja yang prima, potensial untuk dibebani tanggung jawab yang lebih besar melalui promosi, atau diberi kesempatan memperkaya
pengalaman melalui mutasi.
8.2.
Sistim Pemberian Imbalan
atau Kompensasi
Orang yang berprestasi memberikan kontribusi yang lebih besar, wajar memperoleh imbalan yang lebih besar.
8.3.
Perencanaan karier
.Setiap orang akan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya bila hal itu membuka peluang untuk
meningkatkan kariernya.
8.4.
Peningkatan Kompetensi
Terutama bagi pekerja yang
mempunyai kinerja di bawah standar perlu ditingkatkan kemampuan dan kompetensinya, baik melalui program pendidikan dan pelatihan maupun melalui pemberdayaan serta
8.5. Perbaikan Sistem
Tingkat kinerja individu dan kinerja perusahaan yang rendah menuntut supaya di perusahaan disusun program peningkatan produktivitas yang menyeluruh dan terintegrasi.
Hal ini dapat di lakukan antara lain dengan perbaikan sistim kerja dan manajemen, penerapan teknologi tepat guna, serta peningkatan kompetensi dan profesionalisme sumberdaya manusia.
9. Tolok Ukur
Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas seseorang atau evaluasi kinerja kelompok atau evaluasi kinerja perusahaan membutuhkan tolok ukur sebagai alat pembanding atau alat ukur. Tolok ukur dapat berbeda sesuai dengan sifat pekerjaan atau jabatan masing-masing.Beberapa jenis tolok ukur diuraikan di bawah ini.
Sasaran, adalah sasaran atau target sebagaimana telah dirumuskan atau dinyatakan dalam rencana kerja misalnya:
Satu orang menangani 25-30 ekor sapi
Memerah 400 sapi dalam waktu 2 jam
Mencampur pakan 2 ton perjam
Dan lain-lain
Standar umum, baik yang ditetapkan sebagai ketentuan atau pedoman oleh instansi resmi, maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional atau internasional. Misal Kualitas susu : Lemak 4%, Bahan kering tanpa lemak 8% atau Total Solid (TS) 12%, dan Jumlah bakteri pencemar kurang dari 1 juta.
Misi dan atau tugas pokok organisasi atau unit organisasi menggambarkan apa yang harus dicapai oleh
organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Misal target
perusahaan memasarkan 750 ekor sapi perbulan.
Masing-masing tolok ukur tersebut pada dasarnya mempunyai dimensi kuantitas, kualitas, waktu dan
kecepatan, nilai dan biaya, persentasi dan indeks yang menggunakan sistim pembobotan. Pencapaian sasaran atau target dalam kuantitas dapat di ukur secara absolut, dalam
persentase atau indeks. Kualitas bersifat relatif, sehingga tidak mudah diukur, dan sangat tergantung pada selera konsumen.
Kualitas dapat mencakup daya tahan atau usia penggunaan, disain, dan kenyamanan menggunakannya. Kualitas dapat dirasakan, dilihat atau diraba. Produk-produk berkualitas tinggi dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Setiap pelaksanaan tugas selalu membutuhkan waktu sebagai masukan. Waktu merupakan
sumberdaya yang mahal, karena dia terbatas, tidak dapat disimpan atau ditunda. Oleh sebab itu, setiap waktu harus digunakan secepat mungkin dan secara optimal. Penundaan penggunaan waktu dapat
berbeda dengan signifikan atau bahkan hanya sama atau justru lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, hasil kinerja juga menjadi kurang bermakna.
10. Pelaku Evaluasi Kinerja
Yang melakukan evaluasi kinerja karyawan biasanya adalah atasan langsung. Evaluasi kinerja unit atau bagian organisasi adalah Kepala unit itu sendiri. Alasan langsung pada umumnya mempunyai kesempatan dan akses yang luas untuk
mengamati dan menilai prestasi kerja bawahannya. Namun, penilaian oleh atasan langsung sering dianggap kurang obyektif.
Setiap pekerja atau karyawan pada dasarnya merupakan orang yang paling mengetahui apa yang dia lakukan sendiri. Oleh sebab itu, masing-masing individu dapat diminta mengevaluasi kinerjanya sendiri, baik secara tidak langsung melalui
laporan, maupun secara langsung sesuai dengan permintaan dan petunjuk. Setiap individu melaporkan hasil yang dicapai dan
mengemukakan alasan-alasan bila tidak mampu mencapai hasil yang ditargetkan.
Untuk lebih menjamin obyektivitas penilaian, perusahaan atau organisasi dapat pula membentuk Tim Evaluasi Kinerja yang dianggap dapat obyektif baik untuk
mengevaluasi kinerja individu maupun untuk mengevalusi kinerja kelompok dan unit atau bagian organisasi.
Sebagai bahan pelengkap penilaian, akhir-akhir ini sudah mulai banyak perusahaan yang juga meminta bawahan memberikan penilaian
kepada atasannya. Demikian juga dalam rangka meningkatkan pelayanan atau guna semaksimal mungkin membeli kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat pada umumnya, mereka diminta memberikan penilaian atas
pelayanan yang diberikan penilaian atas pelayanan yang di berikan oleh perusahaan, unit kerja dan atau individu. Beberapa perusahaan melakukan EK dengan melakukan kombinasi dua atau lebih cara yang dikemukakan di atas.
11. Waktu Pelaksanaan
Evaluasi kinerja dapat di lakukan sesuai dengan kebutuhan atau menurut kondisi pekerjaan atau kondisi perusahaan. Pertama, bagi pekerjaan yang bersifat sementara atau harus diselesaikan dalam waktu yang relatif pendek, evaluasi kinerja dilakukan menjelang atau segera setelah pekerjaan itu diselesaikan.
Kedua, untuk pekerjaan dalam jangka lama, seperti unit-unit dalam satu perusahaan atau organisasi, evaluasi kinerja dilakukan secara rutin periodik. Evaluasi tersebut dapat dilakukan setiap akhir minggu, setiap akhir kuartal, setiap akhir semester atau setiap akhir tahun. Ketiga, evaluasi kinerja dapat dilakukan secara khusus pada saat tertentu bila dirasakan timbul masalah atau penyimpangan sehingga perlu melakukan tindakan korektif.
Keempat, evaluasi kinerja diperlukan untuk atau dalam rangka program organisasi dan kepegawaian, seperti indentifikasi kebutuhan latihan, perencanaan karier, pemberian penghargaan, rotasi dan promosi, penyusunan skala upah,
perencanaan karier, analisis jabatan, dan lain-lain.
12. Masalah Pelaksanaan
Pelaksanaan dan penggunaan hasil evaluasi kinerja kadang-kadang menghadapi masalah, antara lain sebagai berlikut :
12.1.
Obyektivitas
Hasil evaluasi kinerja sering tidak objektif baik karena tidak ada atau tidak didasarkan pada standar prestasi kerja yang baku, ataupun karena atasan yang melakukan penilaian lebih menonjolkan subyektivitasnya.
12.2.
Ganjaran dan Hukuman
Atasan sering mengutamakan hasil evaluasi kinerja untuk memberikan ganjaran atau hukuman, kurang dikaitkan dengan pemberian kompensasi dan atau program pemberdayaan dan pembekalan, sehingga kurang mendapat dukungan dari bawahan.
12.3.
Promosi
Sesuai dengan peningkatan mobilitas pejabat untuk promosi atau rotasi, hubungan atasan dengan bawahan menjadi relatif singkat, kontinuitas atasan mengikuti perkembangan bawahan menjadi terganggu. Demikian juga sebagai akibat penggunaan relatif singkat, kontak pribadi antara atasan dan bawahan relatif menjadi berkurang.
12.4.
Banyak Atasan
Banyak pekerja sekarang ini yang mempunyai lebih dari satu orang
atasan yang memberikan perintah dan penugasan untuk dilaksanakan. Penilaian yang diberikan para atasan tersebut dapat berbeda.
13. Motivasi
13.1.
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang memunculkan,
mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan kata lain menurut Kartini Kartono adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan: desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk
mempertahankan hidup.
Sedangkan menurut Muslimin
motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan
mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga
menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau
berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh organisasi.
Untuk menghindarkan kekurang tepatan penggunaan istilah motivasi ini, perlu dipahami pendapat M. Manullang tentang adanya istilah-istilah yang mirip dan sering
dikacaukan tentang motivasi tersebut antara lain: motif, motivasi, motivasi kerja, dan insentif.
13.2.
Motif
alasan dan driving force. Motif adalah daya pendorong atau tenaga
pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia yang
menyebabkan manusia bertindak. Dikatakan bahwa rumusan yang berbunyi motive are the way of behaviour adalah tepat. Artinya, mengapa timbul tingkah laku seseorang, itulah motive.
13.3. Motivasi
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action
atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun
mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.
13.4. Motivasi Kerja
Bertolak dari arti kata motivasi tadi, maka yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang
menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja menurut Ravianto adalah: atasan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan
non uang, jenis pekerjaan dan tantangan. Jadi motivasi individu untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya.
13.5. Insentif
Istilah insentif (incentive) dapat diganti dengan kata: alat motivasi, sarana motivasi, sarana penimbulan motive atau sarana yang menimbulkan dorongan. Dengan pembatasan-pembatasan penggantian istilah-istilah tersebut diatas, dapatlah dihindari pengkacaubalauan
penggunaan istilah yang menyangkut motivasi tersebut.
13.6. Memotivasi
Ada banyak cara untuk memotivasi orang lain mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapinya. Salah satu
karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan atau misi dari organisasinya. Seorang pemimpin yang tidak mampu
memotivasi orang-orangnya, tidak lebih dari seorang penunjuk jalan, yang tahu ke mana harus pergi tetapi sepenuhnya tidak dapat
mengendalikan mereka yang dipandunya.
Factor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah factor individu dan factor perusahaan. Factor individu meliputi kebutuhan-kebutuhan, tujuan, sikap, dan
kemampuan-kemampuan. Sedangkan factor perusahaan berupa
pekerja, pengawasan, pujian, dan pekerjaan itu sendiri.
Strategi kunci pemimpin untuk memotivasi staffnya adalah:
Memberikan Gaya Kepemimpinan Yang Mendukung
Para pengikut mengatakan mengadaptasi gaya
kepemimpinan pemimpin karena melihat adanya gaya
kepemimpinan yang tidak fleksibel di sekitar mereka. Para pemimpin akan merasa nyaman dengan gaya kepemimpinan yang sudah ada atau dengan melakukan kombinasi dari berbagai gaya.
Mendelegasikan
Alasan pemimpin tidak dapat mendelegasikan adalah kurangnya waktu, keyakinan hanya mereka yang paling kompeten melaksanakan tugas, kurang yakin kemampuan pengikut, takut jika
mendelegasikan mereka tidak punya pekerjaan lagi.
Pengikut menginginkan pekerjaan yang lebih menantang dan
memberikan stimulasi sehingga dapat memikul tanggung jawab yang lebih besar, mencapai hal yang lebih besar, tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Apabila pemimpin menyadari pengikutnya memiliki potensi untuk berkembang dan memberi
pendelegasian yang terencana, maka ketegangan semua pihak yang terlibat akan menurun.
Membiarkan pengambilan resiko
Banyak pemimpin yang menyalahkan jika terjadi kesalahan sehingga
memadamkan keinginan untuk mengambil resiko. Kunci sukses
adalah mengelola resiko. Dalam kaitannya dengan latihan kerja yang efektif dan proses
penelaahan, apa saja resiko yang boleh diambil dapat disepakati.
Melatih dan mengembangkan
Proses pengembangan dan pelatihan harus berjalan efektif. Apabila pekerja para pekerja dapat menentukan dan memilih latihan yang akan mereka peroleh, akan jauh lebih efektif daripada jika pelatihan itu diperlakukan sebagai untuk memperbaiki keadaan yang buruk
Membangun harapan yang tinggi
Suatu organisasi yang stafnya harus menentukan target masing-masing dan tidak memberikan mandat untuk mereka ternyata mereka mempunyai target dan motivasi yang tinggi.
Menyediakan tujuan
Tujuan harus jelas, suatu
organisasi tidak akan berjalan jika tidak memiliki tujuan.
Menghargai prestasi
Sepatah kata pujian atau penghargaan memberikan lebih banyak motivasi daripada seribu kalimat menyalahkan.
Feinberg menjabarkan beberapa tindakan yang tidak memotivasi orang lain. Tindakan tersebut antara lain:
meremehkan bawahan, yang akan membunuh rasa percaya diri dan inisiatif karyawan
Mengkritik karyawan didepan karyawan lain, yang akan merusak hubungan yang sudah terbina dengan baik
Memberi perhatian setengah-setengah atau tidak
memperhatikan karyawan akan meurunkan rasa percaya diri karyawan
karyawan untuk kepentingannya sendiri.
Menganak emaskan sesorang karyawan bisa merusak moral karyawan yang lain
Tidak mendorong karyawan untuk berkembang, jika ada peluang berikan kesempatan karyawan untuk berkembang
Tidak memperhatikan hal-hal kecil, hal yang kecil menurut pimpinan bisa penting untuk karyawan
Merendahkan karyawan yang kurang trampil, seorang pemimpin wajib mentolelir ketidakmampuan karyawannya, namun harus hati-hati dalam menangani
permasalahan yang ditimbulkan agar tidak mempermalukan karyawannya.
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan yang akan
menyebabkan kebimbangan seluruh perusahaan.
14. Hadiah Dan Hukuman
Pada dasarnya manusia akan dengan senang hati menerima penghargaan dan akan menolak apabila menerima hukuman, oleh karena itu alangkah baiknya apabila seorang pimpinan akan memberikan penghargaan kepada karyawan sebaiknya dapat diberikan dengan sesegera mungkin dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dari karyawan yang akan mendapatkan penghargaan.
14.1.
Tujuan Penghargaan
Tujuan yang paling penting dalam pemberian penghargaan adalah terciptanya suatu sistem yang adil dalam pemberian bentuk kompensasi. Keadilan yang diharapkan dapat dinilai paling tidak dari tiga dimensi yaitu :
14.1.1. Keadilan Internal
Keadilan Internal yaitu keadilan yang dipandang dari nilai relatif setiap jabatan terhadap sebuah organisasi apakah tingkat imbalan yang
diberikan sudah adil untuk setiap jabatan yang ada di dalam organisasi.
14.1.2. Keadilan Eksternal
Keadilan Eksternal yaitu keadilan yang dipandang dari apakah imbalan yang diberikan kepada karyawan oleh suatu organisasi sudah adil bila dibandingkan dengan imbalan yang diberikan oleh organisasi lain sejenis.
14.1.3. Keadilan Individu
Keadilan Individu yaitu keadilan yang dipandang dari apakah imbalan yang diberikan kepada karyawan tersebut sudah adil bila dibandingkan dengan imbalan yang diberikan kepada orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama atau sejenis.
14.2. Prinsip Pemberian
Imbalan
14.2.1. Daya Tarik
Bahwa penghargaan harus merupakan suatu pemberian dari instansi/organisasi yang dapat menimbulkan kebanggaan bagi penerimanya. Bahwa penghargaan mempunyai daya tarik bagi pegawai yang dapat menimbulkan persaingan sehat diantara pegawai untuk
melakukan yang terbaik bagi organisasi.
14.2.2. Balasan atas Kontribusi
balasan atas kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi.
14.2.3.Bentuk Penghargaan
Penghargaan non material antara lain berupa: promosi jabatan, kenaikan pangkat istimewa, pemberian bea siswa, pemberian tugas, piagam penghargaan, dan imbalan bersama.
Sedangkan penghargaan non material antara lain berupa: pemberian insentif, pemberian
fasilitas, dan hadiah langsung berupa barang berharga.
14.2.4. Hukuman
Pengkajian lebih detail perlu dilakukan apabila ditemukan nilai kinerja
seseorang berada pada posisi kurang baik. Pengkajian ini untuk memastikan apakah memang betul bahwa
penyebab utama rendahnya kinerja seseorang adalah diakibatkan oleh malasnya atau kurang gesitnya karyawan yang bersangkutan atau disebabkan oleh faktor lain yang mengakibatkan rendahnya kinerja seseorang.
Apabila dalam pengkajian lebih mendalam ditemukan bahwa terdapat faktor lain yang sangat dominan sebagai penyebab rendahnya kinerja seseorang maka hukuman yang sudah direncanakan tersebut dapat dibatalkan sehingga karyawan yang bersangkutan terhindar dari efek buruk faktor lain yang menyebabkan buruknya kinerja organisasi.
Hukuman yang akan diterapkan disini merupakan hukuman yang bersifat pembinaan sedangkan hukuman yang bersifat pinalti akan tetap mengacu pada Peraturan perusahaan tempat
karyawan bekerja dan UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan.
Hukuman/punishmentadalah tindakan yang dijatuhkan kepada karyawan yang melanggar peraturan perusahaan. Jenis pelanggaran dan bentuk-bentuk sangsi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda.
15. Hubungan dan
Pemutusan Hubungan
Kerja
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan dengan pekerja berdasarkan Perjanjian Kerja. Dengan demikian, hubungan kerja tersebut adalah merupakan sesuatu yang abstrak, sedangkan perjanjian kerja adalah sesuatu yang konkrit, nyata. Dengan adanya perjanjian kerja, maka akan lahir perikatan. Dengan perkataan lain, perikatan yang lahir karena adanya perjanjian kerja inilah yang
merupakan hubungan kerja. Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, unsur-unsur hubungan kerja terdiri dari adanya pekerjaan, adanya perintah dan adanya upah. Sedangkan hubungan bisnis adalah hubungan yang
didasarkan pada hubungan kemitraan atau hubungan keperdataan.
15.1.
Perjanjian Kerja
adanya kesepakatan antara para pihak tidak ada paksaan,
penyesatan atau penipuan
pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk melakukan perbuatan unsur (cakap usia dan tidak dibawah perwalian/
pengampuan);
ada obyek pekerjaan yang diperjanjikan; dan
pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak-pihak tidak memenuhi 2 syarat awal sahnya sebagaimana tersebut yakni tidak ada kesepakatan dan ada pihak yang tidak cakap untuk bertindak, maka perjanjian kerja dapat dibatalkan. Sebaliknya apabila
perjanjian kerja dibuat tidak
memenuhi 2 syarat terakhir sahnya perjanjian kerja yakni obyek tidak jelas dan causanya tidak memenuhi ketentuan, maka perjanjiannya batal demi unsur.
Sebagai perbandingan, dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pengertian perjanjian kerja terdapat dalam Pasal 1601 a yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu-buruh, mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak yang lain majikan, selama waktu tertentu dengan menerima upah. Pengertian tersebut terkesan hanya sepihak saja, yaitu hanya buruh yang mengikatkan diri untuk bekerja pada majikan (pengusaha). Oleh karenanya, Prof Soepomo berpendapat bahwa perjanjian kerja seharusnya adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan diri untuk bekerja pada
pihak lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah dan pihak lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan
menerima upah dan pihak lain (majikan) mengikatkan diri untuk mempekerjakan pihak yang satu (buruh) dengan membayar upah.
Sementara Prof. Subekti memberikan pengertian, perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara seorang majikan yang ditandai dengan unsur-ciri adanya upah atau gaji tertentu, adanya suatu hubungan atas bawah yakni suatu hubungan atas dasar pihak yang satu, majikan berhak memberikan perintah yang harus ditaati oleh pihak lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian kerja,
setidak-tidaknya mengandung 4 unsur, yakni ada unsur pekerjaan, ada upah, dan ada perintah serta ada waktu tertentu.
15.2. Jenis Hubungan Kerja
Sesuai dengan kondisi dan sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu yang berbeda, jenis jenis pekerjaan dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yakni : pertama, pekerjaan yang dilakukan secara berulang atau pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang tidak tertentu, dan kedua, pekerjaanyang menurut sifat dan jenis serta tuntutan kegiatannya perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang relative pendek.
Pekerjaan seperti (jenis yang terakhir itu dapat dikelola sendiri atau
Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)*, PKWT ini dapat didasarkan atas, jangka waktu tertentu atau selesainya suatu (paket) pekerjaan tertentu.
Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Kedua jenis hubungan kerja ini akan dibahas pada bagian berikutnya.
15.3. Berakhirnya Perjanjian
Kerja
Perjanjian kerja berakhir karena :
pekerja/buruh meninggal.
berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian .
adanya putusan pengadilan dan atau putusan/penetapan lembaga pengadilan yang inkracht, atau
adanya keadaan atau kejadian tertentu yang tercantum dalam perjanjian kerja yang
menyebutkan berakhirnya hubungan kerja.
Perjanjian Kerja tidak berakhir (hubungan kerja tetap berlanjut) karena:
meninggalnya pengusaha : atau
beralihnya hak atas perusahaan: perubahan kepemilikan dari pengusaha lama ke pengusaha baru karena : penjualan,
pewarisan, atau hibah.
Lebih lanjut disebutkan bahwa apabila terjadi pengalihan perusahaan
sebagaimana tersebut maka hak-hak pekerja menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan tanpa mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
Dalam hal pengusaha yang meninggal adalah orang perseorangan, maka ahli waris pengusaha tersebut dapat mengakhiri hubungan perjanjian kerja dengan pekerja setelah melalui perundingan. Dengan kata lain, dalam konteks ini mutlak tidak berlaku bagi korporasi yang berbadan hukum. Persoalannya, apakah perlu ijin (penetapan)?
Menurut 154 huruf d, bila pekerja meninggal, tidak perlu ijin.
Sebaliknya dalam hal pekerja meninggal dunia, maka ahli waris pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau sesuai yang telah diatur dalam PK, PP atau PKB. Menurut pasal 166 bahwa apabila pekerja/buruh meninggal dunia, maka ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar
perhitungannya sama dengan perhitungan 2 kali uang pesangon 1 kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian.
15.4.
Pemutusan Hubungan
Kerja
Pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak-hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan pengusaha.
PHK merupakan suatu peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya,
khususnya dari pihak pekerja/buruh, karena dengan PHK tersebut, pekerja/buruh yang bersangkutan akan kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Oleh karenanya pihak-pihak yang terlihat dalam hubungan industrial (yakni pengusaha,
buruh, dan pemerintah) hendaknya mengusahakan dengan segala upaya agar jangan terjadi PHK. Walaupun demikian, apabila segala upaya telah dilakukan, dan PHK tidak dapat dihindari, maksud PHK tersebut wajib dirundingkan (membahas mengenai hak-hak atas PHK) oleh pengusaha dengan serikat pekerja/buruh yang bersangkutan (apabila tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh atau tidak ada SP/SB di perusahaan tersebut.). Setelah perundingan benar-benar tidak menghsilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja (PHK) setelah memperoleh penetapan (izin) dari lembaga pengadilan. Dengan kata lain, PHK yang tidak terdapat alasan dan normanya dalam undang undang tenaga kerja, dapat dilakukan dengan besaran hak-haknya harus disepakati melalui perundingan yang dituangkan dalam persetujuan.
15.4.1. Jenis PHK
Dalam literature hukum
ketenagakerjaan, dikenal adanya beberapa jenis pengakhiran hubungan kerja (PHK), yakni :
PHK oleh majikan/pengusaha
PHK oleh pekerja/buruh
PHK demi hukum
PHK oleh pengadilan
Pemutusan hubungan kerja (PHK) pada PKWT berakhir karena
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja yang telah disepakati. PHK pada PWKT ini termasuk jenis PHK yang terjadi demi hukum, yaitu PHK yang terjadi dengan sendirinya (secara otomatis) pada saat berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian kerja, kecuali dilakukan PHK karena adanya pengakhiran hubungan kerja oleh salah satu pihak. Namun pemutusan hubungan kerja (PHK) pada PKWTT dapat berakhir
karena berbagai macam sebab sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, sesuai dengan kelompok jenisnya.
15.4.2. Izin PHK
Pada prinsipnya PHK hanya dapat dilakukan setelah memperoleh penetapan (izin) dari lembaga pengadilan karena PHK tanpa izin adalah batal demi hukum . Namun terdapat beberapa macam PHK yang tidak memerlukan izin dimaksud, antara lain:
PHK bagi pekerja yang masih dalam masa percobaan bilamana (terlebih dahulu) telah
dipersyaratkan adanya masa percobaan tersebut secara tertulis.
PHK bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri (tertulis) atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekanan/intimidasi;
Pekerja/buruh mangkir yang dikualifikasikan sebagai mengundurkan diri
Berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan PKWT (dalam hal perjanjian-kerjanya untuk waktu tertentu);
Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketentuan Pekerja/buruh meninggal dunia
PHK bagi pekerja/buruh yang mengajukan kepada lembaga pengadilan dalam hal pengusaha melakukan kesalahan, namun tidak terbukti adanya kesalahan tersebut
Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
Pekerja/buruh melakukan tindak pidana di luar perusahaan setelah ditahan 6 bulan/lebih.
lembaga pengadilan, demikian juga PHK bukan karena alasan
pekerja/buruh yang mangkir, adalah
BATAL DEMI HUKUM (batal dengan sendirinya, dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali
pekerja/buruh yang bersangkutan serta membayar seluruh upah dan hak-hak seharusnya diterima. Kecuali jika PHK tersebut terhadap
pekerja/buruh karena alasan melakukan tindak pidana diluar perusahaan setelah 6 bulan ditahan, atau mengundurkan diri atas
kemauan sendiri atau karena
pekerja/buruh menuduh (tanpa dasar) kepada pengusaha melakukan kesalahan, dapat di-PHK TANPA IZIN dari lembaga pengadilan
15.4.3. Larangan PHK
Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan:
Pekerja sakit (sesuai surat keterangan dokter) selama 12 bulan secara terus terus menerus;
Pekerja memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pekerja menjalankan ibadah (tanpa pembatasan pelaksanaan ibadah yang keberapa, (biasanya
ibadah yang pertama upah dibayar penuh),
Pekerja menikah
Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandung, atau menyusui bayinya.
Pekerja mempunyai hubungan (pertalian) darah dan semenda, kecuali (terlebih dahulu) telah diatur dan ditentukan lain dalam perjanjian kerja
Pekerja mengadukan pengusaha (kepada yang berwajib) yang melaporkan mengenai suatu perbuatan tindak pidana kejahatan;
Adanya perbedaan faham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan (sp)
Pekerja cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja/hubungan kerja yang menurut keterangandokter jangka waktu penyembuhannya tidak dapat ditentukan.
PHK karena alasan-alasan
Tabel. 82 Penyebab PHK
1. PHK oleh majikan;
a. PHK karena pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
b. PHK karena pekerja/buruh (setelah) ditahan pihak berwajib selama 6 (bulan) berturut-turut disebabkan melakukan tindak pidana di luar perusahaan
c. PHK setelah melalui SP (surat peringatan) I, II, dan III d. PHK oleh pengusaha yang tidak bersedia lagi menerima
pekerja/buruh (melanjutkan hubungan kerja) karena adanya perubahan status, penggabungan dan peleburan perusahaan e. PHK karena perusahaan tutup (likuidasi) yang disebabkan bukan
karena perusahaan mengalami kerugian
f. PHK karena mangkir yang dikualifikasi mengundurkan diri
g. PHK atas pengaduan pekerja/buruh yang menuduh dan dilaporkan pengusaha (kepada pihak yang berwajib) melakukan "kesalahan" dan (ternyata) tidak benar
h. PHK karena pengusaha (orang-perorangan) meninggal dunia 2. PHK oleh pekerja/buruh;
a. PHK karena pekerja/buruh mengundurkan diri
b. PHK karena pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja disebabkan adanya perubahan status, penggabungan, peleburan dan perubahan kepemilikan perusahaan
c. PHK atas permohonan pekerja/buruh kepada lembaga pengadilan karena pengusaha melakukan "kesalahan" dan (ternyata) benar . d. PHK atas permohonan Pekerja karena sakit berkepanjangan,
mengalami cacat (total-tetap) akibat kecelakaan kerja 3. PHK demi hukum
a. PHK karena perusahaan tutup (likuidasi) yang disebabkan mengalami kerugian
a. PHK karena perusahaan pailit (berdasarkan putusan Pengadilan Niaga)
b. PHK terhadap anak yang tidak memenuhi syarat untuk bekerja yang digugat melalui lembaga pengadilan
c. PHK karena berakhirnya P
Lembar Aplikasi Konsep
Kunjungilah suatu peternakan ayam yang ada disekitar sekolah. Pasti akan dijumpai pekerja atau karyawan yang mengelola usaha tersebut. Cari informasi bagaimana proses seleksi karyawan, penggajian dan aturan perusahaan tersebut. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin
Lembar Pemecahan Masalah
Pada saat kita menerima pegawai baru, yang belum berpengalaman dan belum trampil maka kinerjanya akan rendah. Diskusikan dengan teman-teman bagaimana mengatasi karyawan tersebut, apa yang harus dilakukan perusahaan.
Lembar Pengayaan
1. UMR singkatan dari
a. Upah minimum regional, b. b. upah maksimum regional c. uang minimum regional
2. Mengum[pulkan calon tenaga kerja untuk dipilih menjadi tenaga kerja disebut:
a. Seleksi b. rekuritmen c. pemanggilan
3. Motivasi intrinsik adalah motivasi a. Dari diri sendiri
b. motivasi dari luar c. motivasi kesadaran diri
4. Pelanggaran peraturan perusahaan akan diberi
a. Hadiah b. b. hukuman c. c. banus gaji
5. Penghentian persetujuan
hubungan kerja antara buruh dan pemilih usaha disebut: