• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM BAHASA Rumusan masalah. docx (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RAGAM BAHASA Rumusan masalah. docx (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

RAGAM BAHASA

Tugas ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: St. Rahmi Lestari

Di susun oleh :

Kelompok I

1. Nur Amntillah 15410036

2. Anisah Solihati 15410185

3. Rois Syaifullah 15410195

4. Anis sella Sulistiyana 15410142

5. Suryana 15410105

6. Ahmad Amirul Wildan 15410193

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Ragam Bahasa”.

Makalah ini kami susun dengan bantuan beberapa pihak sehingga dapat

terselesaikan dengan baik. Untuk itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima

kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

makalah ini. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami mengajak pembaca untuk memberikan

kritik dan saran agar makalah ini bisa tersusun lebih sempurna.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan

bermanfaat bagi pembaca umumnya.

Yogyakarta, 13 Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

A. Latar belakang...4

B. Rumusan masalah...5

C. Tujuan...5

BAB II...6

PEMBAHASAN...6

A. Pengertian Ragam Bahasa...6

B. Penyebab Timbulnya Ragam Bahasa...6

C. Jenis Ragam Bahasa...8

Ragam Bahasa Nonresmi...12

D. Ragam Bahasa Baku...16

E. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar...22

BAB III...25

PENUTUP...25

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa dari bangsa kita yang sudah

dipakai oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala sebelum Belanda menjajah

Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau

aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu

sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk

mempelajari bahasa Indonesia dan bisa diterapkan dengan baik sehingga

identitas kita sebagai warga negara Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia wajib dipelajari tidak hanya oleh kalangan pelajar

dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajarinya.

Dalam bahasa Indonesia ada yang disebut ragam bahasa dimana ragam

bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada

ragam bahasa lisan ada juga ragam bahasa tulisan.

Seiring berkembangnya zaman dan sehubungan dengan pemakaian

bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan

bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor,

(5)

situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut

menggunakan bahasa baku.

Dan memang pada dasarnya bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu

yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk

mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk

mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi

tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Untuk itulah

pembedaan penggunaan bahasa oleh faktor-faktor tertentu, seperti situasi

resmi dan takresmi akan dibicarakan di bawah ini supaya kita dapat

membeda-bedakan pemakaian bahasa sesuai dengan tuntutan ragamnya.

B. Rumusan masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian ragam bahasa?

2. Apa penyebab timbulnya ragam bahasa? 3. Apa saja jenis ragam bahasa?

4. Bagaimana ragam bahasa baku? 5. Bagaimana ragam bahasa ilmu?

6. Bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar?

C. Tujuan

Adapaun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat memahami macam-macam ragam bahasa

2. Mahasiswa dapat memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar

(6)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang

berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,

kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik

(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di

dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana

resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam

bahasa baku atau ragam bahasa resmi.1

Pengertian itu menyiratkan adanya ragam bahasa Indonesia yang

bermacam-macam. Namun, pada pokoknya ragam bahsa itu ada dua macam,

yaitu ragam lisan atau ujaran dan ragam tulisan. David Crystal (1983)

mengatakan bahwa variasi bahasa itu merupakan bentuk yang digunakan

sebagai alternatif untuk menggantikan yang asli, yang awal, atau yang baku.2

B. Penyebab Timbulnya Ragam Bahasa

Mengingat sifat bahasa merupakan simbol bunyi arbitrer dan

konvensional maka di dunia ini tidak ada bahasa yang yang sama. Artinya,

bahasa memiliki variasi.3 Joshua A. Fishman (1972) dan Suwito (1985)

menegaskan bahwa berkomunikasi dengan bahasa bukan hanya ditentukan

1 https://sarahfaradita.wordpress.com/2015/10/27/makalah-ragam-bahasa/Diakses pada hari, Jumat 26 Februari 2016 pada pukul 09.52

2 Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hlm 13.

(7)

oleh faktor linguistik, melainkan juga ditentukan oleh faktor

nonlinguistik,4seperti faktor budaya, situasional, dan sosial. Faktor budaya

meliputi budaya, adat istiadat, dan daerah hidup yang berbeda di berbagai

wilayah di Indonesia sehingga menimbulkan bahasa yang berbeda. Kemudian

faktor situasional yaitu meliputi siapa yang berbicara, dengan bahasa apa,

kepada siapa, bagaimana, dimana, dan masalah apa yang dibicarakan.

Sementara faktor sosial meliputi status sosial, usia, tingkat pendidikan,

tingkat ekonomi, dan jenis kelamin.

Disamping faktor-faktor di atas, ada hal lain yang ikut berpengaruh

dalam keberagaman bahasa Indonesia yaitu sikap panutur. Sikap tersebut

sering disebut gaya yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kedudukan,

usia, tujuan penyampaian informasi, dan pokok persoalan yang dibicarakan.

Ragam bahasa menurut sikap tersebut akan memunculkan pemilihan bentuk

bahasa yang dapat menggambarkan sikap kita yang hambar, dingin, hangat,

sopan, resmi, kaku, santai, atau akrab. Contoh dari penjelasan tersebut dapat

kita amati dari bahasa seseorang yang sedang marah, menyapa teman di jalan,

menulis surat resmi, atau memberikan laporan kepada atasan.

Dalam praktik kehidupan sehari-hati kita sering menemui peristiwa

atau kejadian yang lebih mudah jika dijabarkan dalam ragam yang satu

dibandingkan dengan ragam lainnya. Contohnya laporan suatu kegiatan yang

berisi struktur panitia, hal-hal teknis yang berkenaan dengan kegiatan,

pengeluaran biaya, dan yang lainnya tersebut akan lebih mudah dibaca

dengan ragam tulisan. Sementara laporan pertandingan olahraga yang

(8)

diperoleh dari laporan pandangan mata akan lebih dinikmati dengan ragam

lisan dibandingkan dengan bentuk tulisan.

C. Jenis Ragam Bahasa 1. Penutur

a. Daerah

Seperti yang telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari

berbagai wilayah yang tersebar luas dari Sabang hingga Merauke. Seperti

halnya bangsa Indonesia, bahasa Indonesia pun tersebar ke berbagai

pelosok Nusantara. Luasnya penyebaran bahasa Indonesia di Nusantara

dan banyaknya masyarakat di Indonesia maka terciptalah idiolek dan

dialek.

Idiolek adalah variasi bahasa dari perseorangan. Seseorang akan

memiliki kekhasan bahasa tersendiri dibandingkan dengan orang lain. Jika

kita membandingkan bahasa seseorang dengan yang lain maka akan

tampak bahwa setiap orang memiliki beberapa ciri khas atau keistimewaan

yang tidak dimiliki orang lain, walaupun mereka sama-sama anggota

dalam suatu masyarakat bahasa. Idiolek berhubungan dengan pilihan kata,

gaya bahasa, warna suara, pilihan kata, susunan kalimat, dan sebagainya.5

Contohnya adalah ketika si A dalam berbicara selalu menyisipkan kata

”ya” di setiap kalimat yang diucapkan, sementara si B, teman dari si A

tidak suka melakukan pengulangan kata ”ya” saat berbicara. Namun yang

paling dominan dari idiolek adalah warna suara, sehingga jika kita sudah

mengenal dekat dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara

bicaranya tanpa melihat orangnya, kita langsung dapat mengenalinya.

(9)

Lalu jika setiap orang memiliki idioleknya masing-masing, artinya

bila ada 100 orang penutur, maka akan ada 100 idiolek dengan cirinya

masing-masing yang meskipun sangat kecil atau sedikit cirinya, tetapi

masih tetap menunjukkan idioleknya. Jadi, tutur kata setiap anggota

masyarakat bahasa yang ditandai perbedaan-perbedaan kecil semacam itu

disebut idiolek.

Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang

jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu

(menurut Abdul Chaer). Sedangkan kan menurut bahasa Yunani dialek

disebut dialektos yang berarti varian dari sebuah bahasa menurut pemakai.

Pemberian dialek berdasarkan faktor geografi dan sosial. Dialek dibedakan

berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika pembedaannya

hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen.6 Dialek dalam istilah

lama disebut dengan logat.

Logat yang paling tampak dan paling mudah untuk diamati ialah

lafal. Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada

posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,

mBangkalan, mBogor, dan mBesuk, atau realisasi pelafalan kata

seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat bahasa orang Bali

dan Aceh akan tampak dalam realisasi pelafalan /t/ sebagai retrofleks,

seperti tampak pada thetapi, canthik, dan kitha. Logat orang Tapanuli

realiasi pelafalan /e/ dengan tekanan kata yang amat jelas, seperti tamak

dalam kata-kata sementara, sewenang-wenang, lebaran, dan gelang,

(10)

ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang

pendeknya bunyi bahasa membentuk aksen yang berbeda-beda.7

a. Penutur

Orang yang berbicara, bertutur kata, atau orang yang mengucapkan

adalah penutur. Penutur dibagi menjadi dua, yaitu cendekia dan

noncendekia. 1) Cendekia

Yang dimaksud ragam bahasa cendekia adalah ragam bahasa baku

yang dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini

adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh

pengajaran dan pengembangan bahasa yang lebih banyak lewat

jalur pendidikan formal (sekolah). Contohnya seperti, kompleks,

November, film, membawa, dan lain sebagainya. 2) Noncendekia

Yang dimaksud ragam bahasa noncendekia adalah ragam bahasa

tidak baku yang di pakai dalam situasi tertentu. Pewujud ragam

bahasa tersebut adalah orang awan yang biasanya belum atau telah

mengenyam bangku sekolah namun belum cukup baik. Bahasa

noncendekia akan tampak kurang terpelihara. Contohnya seperti,

komplek, nopember, pilm, mbawa, dan lain sebagainya. 3) Sikap

Merupakan sikap seseorang dalam memunculkan pemilihan bentuk

bahasa yang dapat menggambarkan sikapnya, seperti hambar, dingin,

hangat, sopan, kaku, ramah, dan sebagainya. b. Suasana

(11)

Resmi atau tidaknya penggunaan bahasa oleh penutur bergantung kepada

situasi ataupun suasana yang sedang dialami. Suasana tersebut terbagi

menjadi dua, yaitu resmi dan nonresmi. Ragam Bahasa Resmi

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi,

seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan

undangan-undangan.

Ciri-ciri ragam bahasa resmi :

1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten 2) Menggunakan imbuhan secara lengkap

3) Menggunakan kata ganti resmi 4) Menggunakan kata baku 5) Menggunakan EYD

6) Menghindari unsur kedaerahan8

Contoh dari bahasa resmi, seperti mencari, melihat, tidak, saya beri

tahu, dan mengapa.

Ragam Bahasa Nonresmi

Ragam nonresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi

takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam

pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam

bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam

bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang

tidak normal.9 Contoh dari bahasa nonresmi, seperti nyari, ngeliat, nggak,

tak bilangin, dan kenapa.

Tingkat kebakuan atau resmi tidaknya dari bahasa yang digunakan

ditentukan oleh seberapa jauh atau dekatnya penutur dan kawan bicara

8 https://sarahfaradita.wordpress.com/2015/10/27/makalah-ragam-bahasa/Diakses pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 09.34

(12)

atau penulis dan pembaca. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara,

akan makin resmi, dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang

digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin

rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.10

c. Topik yang Dibicarakan

menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan

tulis.

Terikat situasi, kondisi, ruang, dan

waktu

d. Tidak terikat 11

10 Ngalimun Syahroni, M.Pd.,dkk., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 18.

(13)

Yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa lisan adalah lafal dan

tata bahasa. Sementara dalam ragam bahasa tulis adalah kosa kata, ejaan,

dan tata bahasa. Dalam ragam lisan penutur dapat memanfaatkan

peragaan, seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah, suara atau

tekanan, untuk membantu kepahaman pengungkapan diri, ide, gagasan,

pengalaman, sikap, dan rasa, sedangkan dalam ragam bahasa tulis,

peragaan seperti itu tidak dapat digambarkan atau dilambangkan dengan

tulisan. Oleh karena itu, dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya

kelengkapan unsur tata bahasa, baik bentuk kata maupun susunan kalimat,

ketepatan pilihan kata, dan ketepatan penerapan kaidah ejaan, serta

pungtuasi (tanda baca) untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke

dalam bentuk ragam bahasa tulis. 12

Dalam praktik kehidupan sehari-hari, ragam bahasa lisan dan tulis

masing-masing terbagi dua macam, yaitu resmi dan nonresmi. Ragam

bahasa lisan resmi contohnya dalam diskusi, presentasi, ceramah, dan

pembelajaran. Sementara ragam bahasa lisan nonresmi contohnya dalam

berbicara sehari-hari, bercerita, bergosip, dan mengobrol. Kemudian

ragam bahasa tulis resmi contohnya ada pada makalah, artikel, proposal,

karya tulis ilmiah, ataupun surat dinas. Dan ragam bahasa tulis nonresmi

contohnya ada pada surat pribadi, sms, catatan atau buku harian, maupun

media sosial.

(14)

Ragam bahasa nonresmi dari lisan dan tulis disini memiliki andil

yang besar dalam menciptakan berbagai macam kosakata di kalangan para

pemuda saat ini yang sering kita sebut dengan “bahasa alay”. Dari bahasa

berbicara sehari-hari banyak pemuda atau pun remaja yang

mempergunakan bahasa-bahasa baru ciptaan mereka yang dampaknya

akan menyebar luas dengan cepat kepada orang lain di berbagai pelosok

negeri atau biasanya hanya akan digunakan oleh kalangan masyarakat

bahasa tertentu. Kemudian bahasa sms atau media sosial pun muncul

banyak bahasa baru, singkatan, dan akronim untuk mempermudah atau

pun mengefisienkan waktu serta jumlah karakter yang akan ditulis dalam

berkomunikasi. Bahasa nonresmi dari lisan dan tulis yang sering

bermunculan, seperti ciyus (serius), miapah (demi apa), maacih (makasih),

gaje (nggak jelas), cumi (cuma minjem), PHP (pemberi harapan palsu),

dan lain sebagainya.

Untuk lebih memahami perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam

bahasa tulis, contohnya adalah sebagai berikut.

Segi tata bahasa

a. Ragam bahasa lisan

1) Diva sedang baca novel.

2) Ifa mau nggambar pemandangan. 3) Tapi kau tak boleh nolak lamaran.

b. Ragam bahasa tulis

1) Diva sedang membaca novel.

2) Ifa mau menggambar pemandangan.

(15)

Segi kosakata

a. Ragam bahasa lisan

1) Amin bilang kalau kita harus belajar. 2) Kita harus bikin makalah.

3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Bu b. Ragam bahasa tulisan

1) Amin mengatakan bahwa kita harus belajar.

2) Kita harus membuat makalah.

3) Rasanya masih telalu muda bagi saya, Bu.

D. Ragam Bahasa Baku

Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan

diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa

resmi dan sebagai rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Adapun fungsi ragam baku adalah sebagai berikut.

1. Alat pemersatu masyarakat diglosia (masyarakat yang menggunakan satu

bahasa dengan beberapa variasi) 2. Pemberi kekhasan

3. Pemberi kewibawaan 4. Kerangka acuan

Ragam bahasa baku digunakan dalam :

1. Alat komunikasi resmi (undang-undang, surat resmi, dokumen resmi) 2. Bahasa wacana ( laporan)

3. Alat pembicaraan di depan umum

4. Alat pembicaraan dengan orang yang dihormati13

(16)

Ragam bahasa baku memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Kemantapan dinamis

Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau kata rasa

dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa.

Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu,

menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi

perajin, bukan pengrajin . kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata

pengrajin tidak dapat kita terima.

Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku, terbuka pada perubahan

sesuatu kata sehingga dapat digunakan sesuai konteks yang ada . Kata

langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan

toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan

orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.14

2. Cendekia

Cendekia dapar berarti terpelajar, logis, dan pikiran. Ragam baku

bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi.

Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini

dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih

banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).

Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan

gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya,

ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar

atau pembaca.

Berikut adalah contoh kalimat tidak cendekia.

Mobil mahasiswa yang aneh akan dijual

(17)

Frase mobil mahasiswa yang aneh mengandung konsep ganda,

yaitu mobilnya yang aneh atau mahasiswanya yang aneh. Agar kalimat

tersebut menjadi cendekia, seharusnya diperbaiki sebagai berikut.

a. Mobil aneh milik mahasiswa itu akan dijual

b. Mobil milik mahasiswa yang aneh itu akan dijual15

3. Seragam

Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan

bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,

pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan

kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan

pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal

terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata

itu menjadi ragam baku.

Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini

tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat

ialahpramugara atau pramugari.

Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan

ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul

ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam

yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku

ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis

secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan

(18)

bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan

Bahasa yang Disempurnakan.

Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku

lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar

dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau

dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek

daerahnya.16

1. Ragam Bahasa Ilmu

Ragam bahasa ilmu adalah ragam bahasa yang digunakan dalam lingkup

pendidikan atau ragam ilmiah. Ciri-ciri ragam bahasa ilmu adalah sebagai

berikut.

a. Baku/sesuai dengan EYD b. Kata-kata denotatif

c. Lebih mengutamakan pikiran daripada perasaan d. Koheren, kohesif, dan konsisten

e. Lebih mengutamakan kalimat pasif karena kalimat pasif lebih

mengutamakan peristiwa daripada pelakunya.

Contoh Ragam Baku/ Pendidikan

Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era

globalisasi, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan

nyata di lapangan. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah

memprogramkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau

Competency Based Curriculum sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan

pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan

(19)

(pendidikan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur

pendidikan.17

Contoh Ragam Baku/ Iptek

Komputer dahulu termasuk jenis peralatan yang sangat canggih,

dimana hanya orang-orang tertentu yang mampu membelinya apalagi

menggunakannya. Namun seiring dengan perkembangan iptek, peralatan

elektronik seperti komputer, internet, dan handphone (Hp) sudah menjadi

benda yang menjamur.18

Contoh Ragam Baku/Kesehatan

Penanggung jawab resistensi antimikroba WHO Indonesia, Dr

Dewi Indriani mengatakan pekan kepedulian ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran bahaya kekebalan antibiotik dan menggalakkan

praktek yang baik pada masyarakat, petugas kesehatan dan pembuat

kebijakan.19

Contoh Ragam Nonbaku/Sastra (Cerpen)

Senja hangat nan elok, bersinar kerlap-kerlip di air laut. Berderai

indah seroja-seroja putihku yang ku pegang di tanganku. Warnanya putih,

17 Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hlm. 16-17.

18 http://www.kompasiana.com/nenene/perkembangan-iptek-di-indonesia/ Diakes pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.05

(20)

karena semua warna dari serojaku sedang berada bersamanya, bersama

seseorang yang berada di seberang pulau.20

Contoh Ragam Nonilmiah/Jurnalistik

Telisik punya telisik, ternyata di ruang percetakan itu tidak hanya

mencetak koran Kendari Post namun juga beberapa koran lokal lainnya

sebut saja koran Kendari Exspres. Hariono Usman, salah seorang

mahasiswa yang sempat mengadakan semacam wawancara dadakan

dengan penulis mengakatan ia merasa sangat senang dengan kegiatan

kunjungan lapangan seperti ini. Di awal, saat mengikuti seminar ia

mengaku kurang tertarik namun setelah ia mengunjungi bagian produksi

dan ruang percetakan ia merasa sangat senang dan lebih-lebih ia tidak

merasa rugi telah mengikuti kegiatan ini dan berharap akan ada lagi

kunjungan-kunjungan ke tempat lainnya.21

E. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Ungkapan gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah

menjadi slogan yang sudah tersebar di masyarakat, baik dari jasa guru

dalam lingkungan sekolah, jasa media massa, ataupun media elektronik. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang

digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya,

dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat

20 http://ewhynurma.blogspot.co.id/2011/12/laporan-jurnalistik-hasil-pengamatan/Diakses pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.45

(21)

arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia

yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan.

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang

digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indoneia yang berlaku.

Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi (fonologi), tata bahasa

(kata dan kalimat), kosakata (termasuk istilah), ejaan, dan makna.

Jadi, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa

Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yang

berlaku atau sesuai situasi serta fungsi, dan sesuai dengan kaidah-kaidah

bahasa Indonesia.

Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian

renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil membimbing

anak-anak belajar berenang. Sangat lucu jika menghadiri acara dengar

pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan

yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi

di DPR harus berpakaian rapi.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan

sehari-hari dengan bahasa baku , contohnya ketika dalam dialog antara

seorang guru dengan seorang siswa :

Bu Guru : Vina, apakah kamu sudah mengumpulkan tugas ?

Vina : Sudah saya kerjakan, Bu.

Bu Guru : Baiklah kalau begitu, segera kumpulkan di atas meja.

(22)

Kata yang digunakan sesuai lingkungan sosial. Namun akan sangat

ganjil bila dalam tawar -menawar dengan tukang sayur atau tukang becak

kita memakai bahasa baku seperti ini.

1. Berapakah Bapak mau menjual ikan ini?

2. Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Ambarukmo Plaza

dan berapa ongkosnya?

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan

benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi

pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3)

dan (4) berikut akan lebih tepat. 3. Berapa nih, Pak, ikannya?

4. Ke Ambarukmo Plaza, Bang. Berapa?

Kemudian salah satu yang terpenting dari pedoman bahasa yang

baik dan benar adalah penulisan karangan ilmiah seperti makalah, laporan

akhir, dan skripsi yang biasanya dikerjakan oleh para mahasiswa. Baik

artinya bahasa yang digunakan harus sesuai dengan suasana (resmi),

sarana (tulisan), penutur (cendekia/mahasiswa), dan topik pembicaraan

(sesuai dengan jurusan/ keahlian). Benar artinya menaati kaidah tata

bahasa Indonesia (pembentukan dan pilihan kata, kalimat efektif, paragraf

kohesi-koherensi, dan teks yang terbaca/ disunting. 22

BAB III

PENUTUP

(23)

Kesimpulan

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang

berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan

pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium

pembicara.

Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan

ejaan bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan ragam bahasa

lisan diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan memakai

bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Rokhmi Lestari,Siti dan Eva Dwi Kurniawan.2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta : Edukasi Pustaka.

Syahroni,Ngalimun,Dwi Wahyuni dan Mahmudi.2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

https://sarahfaradita.wordpress.com/2015/10/27/makalah-ragam-bahasa/Diakses pada hari, Jumat 26 Februari 2016 pada pukul 09.52

(24)

http://mouzena20.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dialek-dan-idiolek/ Diakses pada hari, Sabtu 5 Maret 2016 pada pukul 12.16

http://www.kompasiana.com/nenene/perkembangan-iptek-di-indonesia/ Diakes pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.05

http://health.liputan6.com/read/2364098/who-canangkan-pekan-peduli-antibiotik-sedunia/Diakses pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.21

Referensi

Dokumen terkait

Setelah Saudara mengumpulkan berbagai informasi penggunaan ragam bahasa resmi dan tak resmi cobalah buat kesimpulan tentang perbedaan bahasa resmi dan

Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana

pemakai bahasa Mandar ini adalah (1) fungsi bahasa Mandar dalam situasi resmi, misalnya di kantor, (2) fungsi bahasa Mandar dalam situasi tidak resmi, misalnya

bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.padahal sebaiknya

Dalam kaitannya dengan bahasa dan individu, maka kita mengenal istilah idiolek (gaya bahasa), yakni bahasa yang digunakan oleh seseorang atau individu dalam satu masyarakat

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam yang digunakan untuk merekam bahasa lisan partisipan pada situasi non formal yang berupa

Seseorang yang menggunakan bahasa baku dalam situasi resmi dan menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang

- Ragam bahasa nonformal digunakan dalam situasi komunikasi yang santai dan memiliki aturan yang lebih fleksibel.. - Bahasa nonformal menggunakan kata ganti orang yang tidak resmi,