RAGAM BAHASA
Tugas ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: St. Rahmi Lestari
Di susun oleh :
Kelompok I
1. Nur Amntillah 15410036
2. Anisah Solihati 15410185
3. Rois Syaifullah 15410195
4. Anis sella Sulistiyana 15410142
5. Suryana 15410105
6. Ahmad Amirul Wildan 15410193
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Ragam Bahasa”.
Makalah ini kami susun dengan bantuan beberapa pihak sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu, kami sebagai penyusun mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami mengajak pembaca untuk memberikan
kritik dan saran agar makalah ini bisa tersusun lebih sempurna.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta, 13 Maret 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I...4
PENDAHULUAN...4
A. Latar belakang...4
B. Rumusan masalah...5
C. Tujuan...5
BAB II...6
PEMBAHASAN...6
A. Pengertian Ragam Bahasa...6
B. Penyebab Timbulnya Ragam Bahasa...6
C. Jenis Ragam Bahasa...8
Ragam Bahasa Nonresmi...12
D. Ragam Bahasa Baku...16
E. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar...22
BAB III...25
PENUTUP...25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa dari bangsa kita yang sudah
dipakai oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala sebelum Belanda menjajah
Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau
aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu
sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk
mempelajari bahasa Indonesia dan bisa diterapkan dengan baik sehingga
identitas kita sebagai warga negara Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari tidak hanya oleh kalangan pelajar
dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajarinya.
Dalam bahasa Indonesia ada yang disebut ragam bahasa dimana ragam
bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada
ragam bahasa lisan ada juga ragam bahasa tulisan.
Seiring berkembangnya zaman dan sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor,
situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Dan memang pada dasarnya bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu
yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Untuk itulah
pembedaan penggunaan bahasa oleh faktor-faktor tertentu, seperti situasi
resmi dan takresmi akan dibicarakan di bawah ini supaya kita dapat
membeda-bedakan pemakaian bahasa sesuai dengan tuntutan ragamnya.
B. Rumusan masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ragam bahasa?
2. Apa penyebab timbulnya ragam bahasa? 3. Apa saja jenis ragam bahasa?
4. Bagaimana ragam bahasa baku? 5. Bagaimana ragam bahasa ilmu?
6. Bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar?
C. Tujuan
Adapaun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami macam-macam ragam bahasa
2. Mahasiswa dapat memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di
dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana
resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.1
Pengertian itu menyiratkan adanya ragam bahasa Indonesia yang
bermacam-macam. Namun, pada pokoknya ragam bahsa itu ada dua macam,
yaitu ragam lisan atau ujaran dan ragam tulisan. David Crystal (1983)
mengatakan bahwa variasi bahasa itu merupakan bentuk yang digunakan
sebagai alternatif untuk menggantikan yang asli, yang awal, atau yang baku.2
B. Penyebab Timbulnya Ragam Bahasa
Mengingat sifat bahasa merupakan simbol bunyi arbitrer dan
konvensional maka di dunia ini tidak ada bahasa yang yang sama. Artinya,
bahasa memiliki variasi.3 Joshua A. Fishman (1972) dan Suwito (1985)
menegaskan bahwa berkomunikasi dengan bahasa bukan hanya ditentukan
1 https://sarahfaradita.wordpress.com/2015/10/27/makalah-ragam-bahasa/Diakses pada hari, Jumat 26 Februari 2016 pada pukul 09.52
2 Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hlm 13.
oleh faktor linguistik, melainkan juga ditentukan oleh faktor
nonlinguistik,4seperti faktor budaya, situasional, dan sosial. Faktor budaya
meliputi budaya, adat istiadat, dan daerah hidup yang berbeda di berbagai
wilayah di Indonesia sehingga menimbulkan bahasa yang berbeda. Kemudian
faktor situasional yaitu meliputi siapa yang berbicara, dengan bahasa apa,
kepada siapa, bagaimana, dimana, dan masalah apa yang dibicarakan.
Sementara faktor sosial meliputi status sosial, usia, tingkat pendidikan,
tingkat ekonomi, dan jenis kelamin.
Disamping faktor-faktor di atas, ada hal lain yang ikut berpengaruh
dalam keberagaman bahasa Indonesia yaitu sikap panutur. Sikap tersebut
sering disebut gaya yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kedudukan,
usia, tujuan penyampaian informasi, dan pokok persoalan yang dibicarakan.
Ragam bahasa menurut sikap tersebut akan memunculkan pemilihan bentuk
bahasa yang dapat menggambarkan sikap kita yang hambar, dingin, hangat,
sopan, resmi, kaku, santai, atau akrab. Contoh dari penjelasan tersebut dapat
kita amati dari bahasa seseorang yang sedang marah, menyapa teman di jalan,
menulis surat resmi, atau memberikan laporan kepada atasan.
Dalam praktik kehidupan sehari-hati kita sering menemui peristiwa
atau kejadian yang lebih mudah jika dijabarkan dalam ragam yang satu
dibandingkan dengan ragam lainnya. Contohnya laporan suatu kegiatan yang
berisi struktur panitia, hal-hal teknis yang berkenaan dengan kegiatan,
pengeluaran biaya, dan yang lainnya tersebut akan lebih mudah dibaca
dengan ragam tulisan. Sementara laporan pertandingan olahraga yang
diperoleh dari laporan pandangan mata akan lebih dinikmati dengan ragam
lisan dibandingkan dengan bentuk tulisan.
C. Jenis Ragam Bahasa 1. Penutur
a. Daerah
Seperti yang telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai wilayah yang tersebar luas dari Sabang hingga Merauke. Seperti
halnya bangsa Indonesia, bahasa Indonesia pun tersebar ke berbagai
pelosok Nusantara. Luasnya penyebaran bahasa Indonesia di Nusantara
dan banyaknya masyarakat di Indonesia maka terciptalah idiolek dan
dialek.
Idiolek adalah variasi bahasa dari perseorangan. Seseorang akan
memiliki kekhasan bahasa tersendiri dibandingkan dengan orang lain. Jika
kita membandingkan bahasa seseorang dengan yang lain maka akan
tampak bahwa setiap orang memiliki beberapa ciri khas atau keistimewaan
yang tidak dimiliki orang lain, walaupun mereka sama-sama anggota
dalam suatu masyarakat bahasa. Idiolek berhubungan dengan pilihan kata,
gaya bahasa, warna suara, pilihan kata, susunan kalimat, dan sebagainya.5
Contohnya adalah ketika si A dalam berbicara selalu menyisipkan kata
”ya” di setiap kalimat yang diucapkan, sementara si B, teman dari si A
tidak suka melakukan pengulangan kata ”ya” saat berbicara. Namun yang
paling dominan dari idiolek adalah warna suara, sehingga jika kita sudah
mengenal dekat dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara
bicaranya tanpa melihat orangnya, kita langsung dapat mengenalinya.
Lalu jika setiap orang memiliki idioleknya masing-masing, artinya
bila ada 100 orang penutur, maka akan ada 100 idiolek dengan cirinya
masing-masing yang meskipun sangat kecil atau sedikit cirinya, tetapi
masih tetap menunjukkan idioleknya. Jadi, tutur kata setiap anggota
masyarakat bahasa yang ditandai perbedaan-perbedaan kecil semacam itu
disebut idiolek.
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu
(menurut Abdul Chaer). Sedangkan kan menurut bahasa Yunani dialek
disebut dialektos yang berarti varian dari sebuah bahasa menurut pemakai.
Pemberian dialek berdasarkan faktor geografi dan sosial. Dialek dibedakan
berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika pembedaannya
hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen.6 Dialek dalam istilah
lama disebut dengan logat.
Logat yang paling tampak dan paling mudah untuk diamati ialah
lafal. Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada
posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,
mBangkalan, mBogor, dan mBesuk, atau realisasi pelafalan kata
seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat bahasa orang Bali
dan Aceh akan tampak dalam realisasi pelafalan /t/ sebagai retrofleks,
seperti tampak pada thetapi, canthik, dan kitha. Logat orang Tapanuli
realiasi pelafalan /e/ dengan tekanan kata yang amat jelas, seperti tamak
dalam kata-kata sementara, sewenang-wenang, lebaran, dan gelang,
ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang
pendeknya bunyi bahasa membentuk aksen yang berbeda-beda.7
a. Penutur
Orang yang berbicara, bertutur kata, atau orang yang mengucapkan
adalah penutur. Penutur dibagi menjadi dua, yaitu cendekia dan
noncendekia. 1) Cendekia
Yang dimaksud ragam bahasa cendekia adalah ragam bahasa baku
yang dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini
adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pengajaran dan pengembangan bahasa yang lebih banyak lewat
jalur pendidikan formal (sekolah). Contohnya seperti, kompleks,
November, film, membawa, dan lain sebagainya. 2) Noncendekia
Yang dimaksud ragam bahasa noncendekia adalah ragam bahasa
tidak baku yang di pakai dalam situasi tertentu. Pewujud ragam
bahasa tersebut adalah orang awan yang biasanya belum atau telah
mengenyam bangku sekolah namun belum cukup baik. Bahasa
noncendekia akan tampak kurang terpelihara. Contohnya seperti,
komplek, nopember, pilm, mbawa, dan lain sebagainya. 3) Sikap
Merupakan sikap seseorang dalam memunculkan pemilihan bentuk
bahasa yang dapat menggambarkan sikapnya, seperti hambar, dingin,
hangat, sopan, kaku, ramah, dan sebagainya. b. Suasana
Resmi atau tidaknya penggunaan bahasa oleh penutur bergantung kepada
situasi ataupun suasana yang sedang dialami. Suasana tersebut terbagi
menjadi dua, yaitu resmi dan nonresmi. Ragam Bahasa Resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi,
seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan
undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten 2) Menggunakan imbuhan secara lengkap
3) Menggunakan kata ganti resmi 4) Menggunakan kata baku 5) Menggunakan EYD
6) Menghindari unsur kedaerahan8
Contoh dari bahasa resmi, seperti mencari, melihat, tidak, saya beri
tahu, dan mengapa.
Ragam Bahasa Nonresmi
Ragam nonresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi
takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam
pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam
bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam
bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang
tidak normal.9 Contoh dari bahasa nonresmi, seperti nyari, ngeliat, nggak,
tak bilangin, dan kenapa.
Tingkat kebakuan atau resmi tidaknya dari bahasa yang digunakan
ditentukan oleh seberapa jauh atau dekatnya penutur dan kawan bicara
8 https://sarahfaradita.wordpress.com/2015/10/27/makalah-ragam-bahasa/Diakses pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 09.34
atau penulis dan pembaca. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara,
akan makin resmi, dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.10
c. Topik yang Dibicarakan
menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan
tulis.
Terikat situasi, kondisi, ruang, dan
waktu
d. Tidak terikat 11
10 Ngalimun Syahroni, M.Pd.,dkk., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 18.
Yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa lisan adalah lafal dan
tata bahasa. Sementara dalam ragam bahasa tulis adalah kosa kata, ejaan,
dan tata bahasa. Dalam ragam lisan penutur dapat memanfaatkan
peragaan, seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah, suara atau
tekanan, untuk membantu kepahaman pengungkapan diri, ide, gagasan,
pengalaman, sikap, dan rasa, sedangkan dalam ragam bahasa tulis,
peragaan seperti itu tidak dapat digambarkan atau dilambangkan dengan
tulisan. Oleh karena itu, dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa, baik bentuk kata maupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, dan ketepatan penerapan kaidah ejaan, serta
pungtuasi (tanda baca) untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke
dalam bentuk ragam bahasa tulis. 12
Dalam praktik kehidupan sehari-hari, ragam bahasa lisan dan tulis
masing-masing terbagi dua macam, yaitu resmi dan nonresmi. Ragam
bahasa lisan resmi contohnya dalam diskusi, presentasi, ceramah, dan
pembelajaran. Sementara ragam bahasa lisan nonresmi contohnya dalam
berbicara sehari-hari, bercerita, bergosip, dan mengobrol. Kemudian
ragam bahasa tulis resmi contohnya ada pada makalah, artikel, proposal,
karya tulis ilmiah, ataupun surat dinas. Dan ragam bahasa tulis nonresmi
contohnya ada pada surat pribadi, sms, catatan atau buku harian, maupun
media sosial.
Ragam bahasa nonresmi dari lisan dan tulis disini memiliki andil
yang besar dalam menciptakan berbagai macam kosakata di kalangan para
pemuda saat ini yang sering kita sebut dengan “bahasa alay”. Dari bahasa
berbicara sehari-hari banyak pemuda atau pun remaja yang
mempergunakan bahasa-bahasa baru ciptaan mereka yang dampaknya
akan menyebar luas dengan cepat kepada orang lain di berbagai pelosok
negeri atau biasanya hanya akan digunakan oleh kalangan masyarakat
bahasa tertentu. Kemudian bahasa sms atau media sosial pun muncul
banyak bahasa baru, singkatan, dan akronim untuk mempermudah atau
pun mengefisienkan waktu serta jumlah karakter yang akan ditulis dalam
berkomunikasi. Bahasa nonresmi dari lisan dan tulis yang sering
bermunculan, seperti ciyus (serius), miapah (demi apa), maacih (makasih),
gaje (nggak jelas), cumi (cuma minjem), PHP (pemberi harapan palsu),
dan lain sebagainya.
Untuk lebih memahami perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulis, contohnya adalah sebagai berikut.
Segi tata bahasa
a. Ragam bahasa lisan
1) Diva sedang baca novel.
2) Ifa mau nggambar pemandangan. 3) Tapi kau tak boleh nolak lamaran.
b. Ragam bahasa tulis
1) Diva sedang membaca novel.
2) Ifa mau menggambar pemandangan.
Segi kosakata
a. Ragam bahasa lisan
1) Amin bilang kalau kita harus belajar. 2) Kita harus bikin makalah.
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Bu b. Ragam bahasa tulisan
1) Amin mengatakan bahwa kita harus belajar.
2) Kita harus membuat makalah.
3) Rasanya masih telalu muda bagi saya, Bu.
D. Ragam Bahasa Baku
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa
resmi dan sebagai rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Adapun fungsi ragam baku adalah sebagai berikut.
1. Alat pemersatu masyarakat diglosia (masyarakat yang menggunakan satu
bahasa dengan beberapa variasi) 2. Pemberi kekhasan
3. Pemberi kewibawaan 4. Kerangka acuan
Ragam bahasa baku digunakan dalam :
1. Alat komunikasi resmi (undang-undang, surat resmi, dokumen resmi) 2. Bahasa wacana ( laporan)
3. Alat pembicaraan di depan umum
4. Alat pembicaraan dengan orang yang dihormati13
Ragam bahasa baku memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1. Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau kata rasa
dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa.
Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu,
menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi
perajin, bukan pengrajin . kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata
pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku, terbuka pada perubahan
sesuatu kata sehingga dapat digunakan sesuai konteks yang ada . Kata
langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan
toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan
orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.14
2. Cendekia
Cendekia dapar berarti terpelajar, logis, dan pikiran. Ragam baku
bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi.
Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini
dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih
banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan
gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya,
ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar
atau pembaca.
Berikut adalah contoh kalimat tidak cendekia.
Mobil mahasiswa yang aneh akan dijual
Frase mobil mahasiswa yang aneh mengandung konsep ganda,
yaitu mobilnya yang aneh atau mahasiswanya yang aneh. Agar kalimat
tersebut menjadi cendekia, seharusnya diperbaiki sebagai berikut.
a. Mobil aneh milik mahasiswa itu akan dijual
b. Mobil milik mahasiswa yang aneh itu akan dijual15
3. Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan
bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan
kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan
pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal
terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata
itu menjadi ragam baku.
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini
tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan
ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul
ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam
yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku
ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis
secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan
bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku
lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar
dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau
dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek
daerahnya.16
1. Ragam Bahasa Ilmu
Ragam bahasa ilmu adalah ragam bahasa yang digunakan dalam lingkup
pendidikan atau ragam ilmiah. Ciri-ciri ragam bahasa ilmu adalah sebagai
berikut.
a. Baku/sesuai dengan EYD b. Kata-kata denotatif
c. Lebih mengutamakan pikiran daripada perasaan d. Koheren, kohesif, dan konsisten
e. Lebih mengutamakan kalimat pasif karena kalimat pasif lebih
mengutamakan peristiwa daripada pelakunya.
Contoh Ragam Baku/ Pendidikan
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era
globalisasi, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan
nyata di lapangan. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah
memprogramkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau
Competency Based Curriculum sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan
pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan
(pendidikan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan.17
Contoh Ragam Baku/ Iptek
Komputer dahulu termasuk jenis peralatan yang sangat canggih,
dimana hanya orang-orang tertentu yang mampu membelinya apalagi
menggunakannya. Namun seiring dengan perkembangan iptek, peralatan
elektronik seperti komputer, internet, dan handphone (Hp) sudah menjadi
benda yang menjamur.18
Contoh Ragam Baku/Kesehatan
Penanggung jawab resistensi antimikroba WHO Indonesia, Dr
Dewi Indriani mengatakan pekan kepedulian ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran bahaya kekebalan antibiotik dan menggalakkan
praktek yang baik pada masyarakat, petugas kesehatan dan pembuat
kebijakan.19
Contoh Ragam Nonbaku/Sastra (Cerpen)
Senja hangat nan elok, bersinar kerlap-kerlip di air laut. Berderai
indah seroja-seroja putihku yang ku pegang di tanganku. Warnanya putih,
17 Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hlm. 16-17.
18 http://www.kompasiana.com/nenene/perkembangan-iptek-di-indonesia/ Diakes pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.05
karena semua warna dari serojaku sedang berada bersamanya, bersama
seseorang yang berada di seberang pulau.20
Contoh Ragam Nonilmiah/Jurnalistik
Telisik punya telisik, ternyata di ruang percetakan itu tidak hanya
mencetak koran Kendari Post namun juga beberapa koran lokal lainnya
sebut saja koran Kendari Exspres. Hariono Usman, salah seorang
mahasiswa yang sempat mengadakan semacam wawancara dadakan
dengan penulis mengakatan ia merasa sangat senang dengan kegiatan
kunjungan lapangan seperti ini. Di awal, saat mengikuti seminar ia
mengaku kurang tertarik namun setelah ia mengunjungi bagian produksi
dan ruang percetakan ia merasa sangat senang dan lebih-lebih ia tidak
merasa rugi telah mengikuti kegiatan ini dan berharap akan ada lagi
kunjungan-kunjungan ke tempat lainnya.21
E. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Ungkapan gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah
menjadi slogan yang sudah tersebar di masyarakat, baik dari jasa guru
dalam lingkungan sekolah, jasa media massa, ataupun media elektronik. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya,
dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat
20 http://ewhynurma.blogspot.co.id/2011/12/laporan-jurnalistik-hasil-pengamatan/Diakses pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.45
arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia
yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indoneia yang berlaku.
Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi (fonologi), tata bahasa
(kata dan kalimat), kosakata (termasuk istilah), ejaan, dan makna.
Jadi, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa
Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yang
berlaku atau sesuai situasi serta fungsi, dan sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Indonesia.
Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian
renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil membimbing
anak-anak belajar berenang. Sangat lucu jika menghadiri acara dengar
pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan
yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi
di DPR harus berpakaian rapi.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan
sehari-hari dengan bahasa baku , contohnya ketika dalam dialog antara
seorang guru dengan seorang siswa :
Bu Guru : Vina, apakah kamu sudah mengumpulkan tugas ?
Vina : Sudah saya kerjakan, Bu.
Bu Guru : Baiklah kalau begitu, segera kumpulkan di atas meja.
Kata yang digunakan sesuai lingkungan sosial. Namun akan sangat
ganjil bila dalam tawar -menawar dengan tukang sayur atau tukang becak
kita memakai bahasa baku seperti ini.
1. Berapakah Bapak mau menjual ikan ini?
2. Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Ambarukmo Plaza
dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan
benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi
pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3)
dan (4) berikut akan lebih tepat. 3. Berapa nih, Pak, ikannya?
4. Ke Ambarukmo Plaza, Bang. Berapa?
Kemudian salah satu yang terpenting dari pedoman bahasa yang
baik dan benar adalah penulisan karangan ilmiah seperti makalah, laporan
akhir, dan skripsi yang biasanya dikerjakan oleh para mahasiswa. Baik
artinya bahasa yang digunakan harus sesuai dengan suasana (resmi),
sarana (tulisan), penutur (cendekia/mahasiswa), dan topik pembicaraan
(sesuai dengan jurusan/ keahlian). Benar artinya menaati kaidah tata
bahasa Indonesia (pembentukan dan pilihan kata, kalimat efektif, paragraf
kohesi-koherensi, dan teks yang terbaca/ disunting. 22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan
ejaan bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan ragam bahasa
lisan diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan memakai
bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Rokhmi Lestari,Siti dan Eva Dwi Kurniawan.2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta : Edukasi Pustaka.
Syahroni,Ngalimun,Dwi Wahyuni dan Mahmudi.2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
https://sarahfaradita.wordpress.com/2015/10/27/makalah-ragam-bahasa/Diakses pada hari, Jumat 26 Februari 2016 pada pukul 09.52
http://mouzena20.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dialek-dan-idiolek/ Diakses pada hari, Sabtu 5 Maret 2016 pada pukul 12.16
http://www.kompasiana.com/nenene/perkembangan-iptek-di-indonesia/ Diakes pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.05
http://health.liputan6.com/read/2364098/who-canangkan-pekan-peduli-antibiotik-sedunia/Diakses pada hari, Minggu 6 Maret 2016 pada pukul 10.21