• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Bahasa Indonesia produk. docx (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Bahasa Indonesia produk. docx (2)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Bahasa Indonesia

Nama : KHAIRIN NIKMAH

NPM

: 15.63.0544

Kelas

: Reguler 1B FTI

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY

(2)

DAFTAR ISI

Daftar isi...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1. Bahasa Resmi dan Tidak Resmi...1

1.1 Contohh Bahasa Resmi dan Tidak Resmi...1

2. Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis...2

2.1 Contoh Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis...3

3. Kata Denotasi dan Konotasi...4

3.1 Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi...4

4. Diksi...4

4.1 Syarat- Syarat Diksi...5

4.2 Fungsi Diksi...6

4.3 Contoh Kalimat Diksi...6

5. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung...7

5.1 Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung...7

6. Kalimat Efektif...7

6.1 Prinsip Kalimat Efektif...7

6.2 Contoh-Contoh Kalimat Efektif...9

BAB II PENUTUP...10

A. KESIMPULAN...10

(3)

BAB I

PEMBAHASAN

1. Bahasa Resmi dan Tidak Resmi

Bahasa resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti urusan surat-menyurat, bertutur dengan orang yang tidak kita kenal dekat atau lebih tinggi status dan pangkatnya. Adapun ciri-ciri bahasa formal adalah :

1. Mengguna kan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten; 2. Menggunakan imbukan secara lengkap;

3. Menggunakan kata ganti resmi; 4. Menggunakan kata baku; 5. Menggunakan EYD;

6. Menggunakan unsur kedaerahan.

Ragam bahasa tidak formal atau nonformal adalah bahasa yang digunakan pada situasi santai dan kepada orang yang sudah dikenal akrab. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana penggunaan bahasa tidak resmi juga. Kuantitas pemakaian bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa mengesampingkan pemakaian bahasa baku. Kaidah dan aturan dalam bahasa baku tidak lagi menjadi perhatian. Prinsif yang dipakai adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti. Situasi semacam ini dapat terjadi pada situasi komunkasi remaja di mal, interaksi antara penjual dan pembeli, dan lain-lain. Bahasa tidak resmi mempunyai sifat yang khas, yaitu :

 kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.

 Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.

Pada perkembangannya bahasa tidak resmi menciptakan ragam bahasa yang bervariatif berdasarkan pemakaiannya, seperti bahasa gaul pada remaja yang saat ini sedang digemari. Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi. Bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja. Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami makna bahasa gaul tersebut.

1.1

Contoh Bahasa Resmi dan Tidak Resmi

 Adapun contoh bahasa resmi, sebagai berikut :

1. Saya sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut.

2. Perilakunya benar-benar mengecewakan orang yang mengundang. 3. Beni pergi ke Bandung bersama keluarga

(4)

2. Setiap diundang rapat ia tidak pernah hadir. Benar-benar mengecewakan !

3. Beni pergi ke Bandung sama keluarga

2. Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis

Bahasa Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya :

1. Memerlukan kehadiran orang lain,

2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap, 3. Terikat ruang dan waktu dan

4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:

 Dapat disesuaikan dengan situasi.

 Faktor efisiensi.

 Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekan dan gerak anggota badan agar pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.

 Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.

 Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.

 Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.

Sedangkan kelemahan bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:

 Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.

 Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.

 Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik.

 Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan ragam tidak formal.

Bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut:

a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain. b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap. c. Tidak terikat ruang dan waktu

d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Sama halnya dengan ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis juga memiliki kelemmahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari ragam bahasa tulis diantaranya:

 Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.

 Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.

(5)

 Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.

Sedangkan kelemahan dari ragam bahasa tulis diantaranya sebagai berikut:

 Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

 Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.

 Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar. Berdasarkan beberapa ciri serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh Bahasa lisan maupun tulis, berikut ini dapat kita tarik beberapa perbedaan diantara kedua ragam bahasa tersebut.

Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistik.

 Bahasa tulis dapat menyimpan informasi tanpa bergantung pada ruang dan waktu.

 Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke bentuk visual, memungkinkan kata-kata lepas dari konteks aslinya.

 Sintaksis bahasa lisan kurang terstruktur dibandingkan dengan sintaksis bahasa tulis.

 Bahasa tulis banyak mengandung penanda metalingual yang menghubungkan antara frasa-klausa.

 Struktur bahasa tulis umumnya subjek-predikat, bahasa lisan memiliki struktur ‘topik-sebutan’ (topic-comment) (Givon).

 Bahasa lisan jarang menggunakan konstruksi pasif.

 Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis.

 Bahasa lisan dapat diperhalus sambil terus berbicara.

2.1

Contoh Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis

Contoh Bahasa Lisan

1. Enggak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka. 2. Semalam ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor. 3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.

4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami mengumpulkan tugas yang kemarin. 5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini disebabkan

oleh rusaknya jalan.

6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.

Contoh Bahasa Tulis

1. Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka. 2. Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak

motor.

3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.

4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang diberikan kemarin.

(6)

6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.

3. Kata Denotasi dan Konotasi

Kata denotasi merupakan makna yang sesuai dengan makna yang sebenarnya (denotatif) atau sesuai makna kamus (harfiah), biasanya disebut makna konseptual yakni makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, perabaan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman yang berkaitan dengan informasi faktual dan objektif. Makna denotasi seringkali dijumpai dalam penulisan karya ilmiah agar apa yang disampaikan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca dan dapat dengan mudah menangkap gagasan yang disampaikan penulis. Kata konotasi merupakan makna kiasan yang terbentuk dalam suatu kalimat atau yang mengandung makna yang bukan sebenarnya (konotatif) dengan mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Makna konotasi sering kali membingungkan para pembaca dalam menemukan makna dari suatu tulisan sehingga sangat jarang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Sebaliknya, makna konotasi sangat sering dijumpai dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain sebagainya. Makna konotasi dalam karya sastra membuat alur lebih hidup dan meningkatkan rasa ingin tahu pembaca.

3.1

Contoh Kalimat Konotasi dan Denotasi

Contoh Kalimat Konotasi

1. Anisa menjadi buah bibir semenjak sukses mendirikan toko kue ( buah bibir: pembicaraan orang banyak ).

2. Deni tidak terima kalau ia dijadikan kambing hitam atas masalah itu. ( kambing hitam : orang yang dipersalahkan ).

3. Caca naik pitam mendengar kata-kata yang diucapkan adiknya. ( naik

1. Diana menanam bunga dihalaman depan rumahnya.

2. Rizki mengerjakan pekerjaan rumahnya dalam waktu setengah jam. 3. Ibu sedang memasak sarapan pagi.

4. Sudah beberapa hari Maya tidak masuk sekolah karena sakit. 5. Aku dan Reno pergi berlibur ke Bali.

4.

Diksi

(7)

disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu.

4.1 Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi

Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:

1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.

2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.

3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.

5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. 6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). 7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.

Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :

1. Bahasa Standar dan Sub Standar

Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya. Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

2. Kata Ilmiah dan Kata Populer

Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah. Contoh:

 Kata populer kata ilmiah

(8)

perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

4. Kata Percakapan

kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau

tidak disenangi.

Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar.

5. Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.

6. Idiom

Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Contoh bahasa artifisial :

Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin kepada kemuning.

Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bima sakti yang jauh.

Biasa :

Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun. Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.

4.2 Fungsi Diksi

 Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.

 Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.

 Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.

 Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

(9)

1. Nenekku mampus tadi pagi (tidak tepat) Nenekku meninggal dunia tadi pagi (tepat)

5. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung

Kalimat Langsung yaitu kalimat yang mempergunakan tanda petik atau kalimat yang langsung diucapkan oleh yang mengucapkan, berseru atau bertanya atau mengucapkan sesuatu.

Sedangkan, kalimat tidak langsung adalah kalimat yang tidak menggunakan tanda petik dan bukan diucapkan secara langsung oleh yang mengucapkan atau yang mengatakan kalimat tersebut.

5.1 Contoh Kalimat Langsung dan Tidak Langsung

Contoh Kalimat Langsung

1. Ayah berkata : “Besok saya akan pergi”.

2. “Berapa harga buku itu ?” Tanya Tini kepada Tono

3. Pak lurah berkata. “Besok pada hari minggu pagi semua warga harus kerja bakti”.

4. “Dimana kamu tinggal ?” Tanya Budi.

Contoh Kalimat Tidak Langsung

1. Ayahku berkata bahwa aku haru rajin belajar. 2. Kemarin ibu berjanji akan membelikan baju baru.

3. Ali mengatakan kepada ibunya bahwa ia kemarin memenangkan pertandingan di sekolah.

6. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.

2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis. 3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya

dengan tepat.

4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

6.1

Prinsip Kalimat Efektif

Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

A. Kesepadanan Struktur

(10)

diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:

1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas Contoh:

 Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidakefektif)

 Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efektif)

Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.

2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal. Contoh:

 Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efektif)

 Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)

B. Kepararelan Bentuk

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina. Contoh:

 Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)

 Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Efektif)

C. Kehematan Kata

Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk Contoh:

3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak Contoh :

 Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)

 Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)

D. Kecermatan

Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda. Contoh:

 Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)

 Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)

(11)

Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat efektif.

1. Meletakan kata kunci di awal kalimat Contoh:

 Sudah saya baca buku itu. (Tidak efektif)

 Buku itu sudah saya baca. (Efektif)

Mengurutkan kata secara bertahap. Contoh:

 Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)

 Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)

F. Kepaduan

Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidakterpecah-pecah. Contoh:

 Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)

 Budi membicarak pengalaman liburannya. (Efektif)

G. Kelogisan

Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD. Contoh:

 Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)

 Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efekti)

Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau pembacanya.

6.2

Contoh-Contoh Kalimat Efektif:

1. Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke sekolah. 2. Dia memakai baju merah.

3. Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tugas itu bagi saya sangat mudah.

5. Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum tanggal 26 Februari 2015.

6. Saya sedang membuat nasi goreng.

(12)

BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://bl103.ilearning.me/materi-pembelajaran/pertemuan-3/

http://amifidi.blogspot.co.id/2010/05/bahasa-indonesia-baku-bahasa-indonesia.html

(Kamis 27 mei 2010)

http://www.slideshare.net/HIMTI/ragam-bahasa-25365773

(18 AGUSTUS

2013 )

Syamsuddin AR. 1992.

Studi Wacana

. 1992. Bandung: Mimbar Bahasa dan

Seni.

http://aryani89.blogspot.co.id/2009/11/contoh-kalimat-dalam-ragam-lisan-dan.html

( Selasa, 17 November 2009 )

http://www.e-sbmptn.com/2014/11/30-contoh-kalimat-konotasi-denotasi.html

http://www.smansax1-edu.com/2014/09/cara-mudah-memahami-makna-denotasi-dan.html

http://darmawanaditya-softskill.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-diksi-dan-contohnya.html

(Kamis, 10 Oktober 2013 )

http://jaddung.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-dan-contoh-diksi.html

Pamungkas.1994.

Inti Sari Kata Bahasa Indonesia.

Surabaya : APOLLO

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat Kampung Werbes tentang pentingnya melestarikan benda- benda peninggalan sejarah Perang Dunia II di Sausapor umumnya dan khususnya di Kampung Werbes (termasuk

Teman-teman khususnya Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Palangka Raya angkatan 2011 yang selalu selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis

dengan rentetan peristiwa yang terjadi / setelah masa sang sapurba // penulis memasukkan tokoh-tokoh dalam hikayat. hang tuah // hikayat hang tuah / yang merupakan cerita yang

pretest-postest control group design, bertujuan untuk mendeskripsikan profil pembelajaran menulis teks argumentasi peserta didik di kelas X SMA Negeri 1

Setelah POS terpasang di toko, tugas departemen visibility tidak langsung selesai, melainkan harus tetap memonitor & memastikan POS tetap terpasang dengan baik sampai dengan

Dari data yang dihasilkan dalam penelitian bahwa Sekalipun adanya alasan khusus yang diterapkan hakim dalam menentukan pertanggungjawaban hukum terhadap wanita

Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan

Syekh Siti Jenar (829-923 H/1348-1439 C/1426-1517 M), memiliki banyak nama : San Ali (nama kecil pemberian orangtua angkatnya, bukan Hasan Ali Anshar seperti banyak ditulis