• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITERIA TANAH TERLANTAR DALAM PERATURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KRITERIA TANAH TERLANTAR DALAM PERATURAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KRITERIA TANAH TERLANTAR

DALAM PERATURAN PERUNDANGAN INDONESIA

Supriyant o

Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o, Jawa Tengah

Abst r act

When t he St at e gr ant s t he per son or l egal ent i t y i s al ways accompanied by t he obl i gat i ons set f or t h i n t he BAL and t he deci sion let t er gr ant ing r i ght s. Ther ef or e pr ohi bi t ed f r om abandoning t heir l and r i ght s hol der s, and i f t he r i ght s hol der s t o abandon t heir l and, t he BAL has set t he l egal consequences of t he di sappear ance of t he r elevant l and r i ght s and l egal t er mi nat ion and af f ir med as t he soi l dir ect l y cont r ol l ed by t he St at e. Cr i t er i a f or det er mi ning t he l and has been abandoned, bot h under Cust omar y Law, Isl ami c Law, Agr ar i an Law, Gover nment Regul at ion No 36, 1998 and al so No. 11, 2010 i s subst ant i al l y t he same whi ch i ncl udes wast el and Obj ect l and r i ght s, l and r i ght s and management t hat have a basi c mast er y l and; These l ands ar e not cul t i vat ed, not ut i l i zed or not ut i l i zed i n accor dance wi t h t he ci r cumst ances, or t he nat ur e and pur pose of t he r i ght s or basi c mast er y Ther ef or e l and shoul d be mai nt ai ned. To det er mine whet her a f iel d or f ar m l and has been decl ar ed abandoned, t he onl y cr i t er i on accor di ng t o cust omar y l aw used a specif i c per iod.

Keywor ds: Wast el and, St at e, Ri ght s Hol der s, A Resul t Of Law, Land Tenur e

Abst rak

Ket ika Negara memberikan hak kepada orang at au badan hukum selalu diiringi kewaj iban-kewaj iban yang dit et apkan dalam UUPA dan surat keput usan pemberian haknya. Karena it u Pemegang Hak dilarang menelant arkan t anahnya, dan j ika Pemegang Hak menelant arkan t anahnya maka UUPA t elah mengat ur akibat hukumnya yait u hapusnya hak at as t anah yang bersangkut an dan pemut usan hubungan hukum sert a dit egaskan sebagai t anah yang dikuasai langsung oleh Negara. Krit eria unt uk menent ukan t anah t elah dit erlant arkan, baik berdasarkan Hukum Adat , Hukum Islam, UUPA, PP No 36 Th 1998 maupun j uga PP No 11 Th 2010 secara subst ansial adalah sama yait u Obyek t anah t erlant ar meliput i hak at as t anah, Hak Pengelolaan dan t anah yang mempunyai dasar penguasaan at as t anah; Tanah-t anah t ersebut t idak diusahakan, t idak dipergunakan at au t idak dimanf aat kan sesuai dengan keadaannya, at au sif at dan t uj uan pemberian haknya at au dasar penguasaannya Oleh karena it u t anah harus dipelihara. Unt uk menent ukan apakah suat u bidang at au lahan t anah t elah dinyat akan t erlant ar maka hanya menurut Hukum Adat digunakan krit eria j angka wakt u t ert ent u.

Kat a kunci: Tanah t erlant ar, Negara, Pemegang Hak, Akibat Hukum, Penguasaan Tanah

Pendahuluan

Negara menyelenggarakan pembangunan unt uk kesej aht eraan rakyat . Dalam realit asnya, dij umpai prakt ik di mana pemerint ah berdasar-kan keyakinannya secara yuridis dalam melak-sanakan pembangunan t idak segan-segan lagi melakukan “ kekerasan” t erhadap rakyat nya yang secara yuridis memang banyak yang t idak mempunyai landasan hukum. Ket impangan yang selalu t erj adi yang biasanya selalu diikut i de-ngan konf lik yait u pendudukan t anah oleh bu-kan pemegang haknya unt uk kemudian

di-t anami dengan di-t anaman pangan semakin mere-bak. Obyeknyapun beragam meliput i t anah-t a-nah yang dikuasai oleh badan hukum maupun inst ansi pemerint ah.1

Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat , bangsa dan Negara Indonesia, yang harus diusahakan, dimanf aat kan, dan di-pergunakan unt uk sebesar-besarnya kemakmur-an rakyat . Saat ini t kemakmur-anah ykemakmur-ang t elah dikuasai

1

(2)

dan/ at au dimiliki baik yang sudah ada hak at as t anahnya maupun yang baru berdasar peroleh-an t peroleh-anah di beberapa t empat masih bperoleh-anyak dalam keadaan t erlant ar, sehingga cit a-cit a luhur unt uk meningkat kan kemakmuran rakyat t idak opt imal. Oleh karena it u, perlu di lakukan penat aan kembali unt uk mewuj udkan t anah se-bagai sumber kesej aht eraan rakyat , unt uk me-wuj udkan kehidupan yang lebih berkeadilan, menj amin keberlanj ut an sist em kemasyarakat -an d-an keb-angsa-an Indonesia, sert a memper-kuat harmoni sosial. Selain it u, opt imalisasi pengusahaan, penggunaan, dan pemanf aat an semua t anah di wilayah Indonesia diperlukan unt uk meningkat kan kualit as lingkungan hidup, mengurangi kemiskinan dan mencipt akan la-pangan kerj a, sert a unt uk meningkat kan ke-t ahanan pangan dan energi.2

Penelant aran t anah di pedesaan dan per-kot aan, selain merupakan t indakan yang t idak bij aksana, t idak ekonomis (hilangnya peluang unt uk mewuj udnyat akan pot ensi ekonomi t a-nah), dan t idak berkeadilan, sert a j uga me-rupakan pelanggaran t erhadap kewaj iban yang harus dij alankan para Pemegang Hak at au pihak yang t elah memperoleh dasar penguasaan t a-nah.

Dampak lain penelant aran t anah j uga menj adi t erhambat nya pencapaian berbagai t uj uan program pembangunan, rent annya ke-t ahanan pangan dan keke-t ahanan ekonomi nasio-nal, t ert ut upnya akses sosial-ekonomi masya-rakat khususnya pet ani pada t anah, sert a t er-usiknya rasa keadilan dan harmoni sosial.

Pada dasarnya Negara memberikan hak at as t anah at au Hak Pengelolaan kepada Peme-gang Hak unt uk diusahakan, dipergunakan, dan dimanf aat kan sert a dipelihara dengan baik selain unt uk kesej aht eraan bagi Pemegang Hak-nya j uga harus dit uj ukan unt uk kesej aht eraan masyarakat , bangsa dan negara. Tent u saj a ket ika Negara memberikan hak kepada orang at au badan hukum selalu diiringi kewaj iban-kewaj iban dalam surat keput usan pemberian haknya. Karena it u Pemegang Hak dilarang menelant arkan t anahnya, dan j ika Pemegang

2

Penj el asan PP No 11 Tahun 2010 t ent ang Penert i ban Dan Pendayagunaan Tanah Terl ant ar

Hak menelant arkan t anahnya maka UUPA (Un-dang Un(Un-dang No 5 Th 1960) t elah mengat ur akibat hukumnya yait u hapusnya hak at as t anah yang bersangkut an dan pemut usan hubungan hukum sert a dit egaskan sebagai t anah yang dikuasai langsung oleh Negara.

UUPA (Undang Undang Pokok Agraria) se-bagai dasar kebij akan pert anahan nasional yang memang sej ak awal berciri populis,3 maka pemerint ah yang mendapat legit imasi dari Negara berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) UUPA mempunyai wewenang unt uk:

a. mengat ur dan menyelenggarakan perunt uk-an, penggunauk-an, persediaan dan pemeliha-raan bumi, air dan ruang angkasa t ersebut ;

b. menent ukan dan mengat ur

hubungan-hu-bungan hukum ant ara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa;

c. menent ukan dan mengat ur

hubungan-hubu-ngan hukum ant ara orang-orang dan per-buat an-perper-buat an hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Ket ent uan Pasal 2 ini kemudian dij adikan dasar bagi negara unt uk mengat ur pemberian hak-hak at as t anah sepert i t ersebut Pasal 4 Ayat (1) dan (2) UUPA. Pasal 4 menent ukan

1) At as dasar hak menguasai dar i sebagai yang di maksud dal am Pasal 2 di t ent ukan adanya macam-macam hak at as per mukaan bumi , yang di sebut t anah, yang dapat di ber i kan kepada dan di punyai ol eh or ang-or ang, bai k sendir i maupun ber sama-sama dengan or ang-or ang l ai n ser t a badan-badan hukum;

2) Hak-hak at as t anah yang di maksud dal am ayat 1 pasal i ni member i wewenang unt uk memper gunakan t anah yang ber sangkut an, demi ki an pul a t ubuh bumi dan ai r ser t a r uang yang ada di at asnya sekedar di per l ukan unt uk kepent i ngan yang l angsung ber -hubungan dengan penggunaan t anah it u dal am bat as-bat as menur ut undang-undang i ni dan per at ur an-per at ur an hukum l ai n yang lebi h t i nggi .

Kemudian berdasarkan Pasal 16 UUPA di-at ur t ent ang macam-macam hak di-at as t anah

3

(3)

yang diberikan negara adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai, Hak Sewa , Hak Membuka Hut an, Hak Memungut Hasil Hut an dan hak-hak lain yang t idak t ermasuk dalam hak-hak t ersebut di at as yang akan dit et apkan dengan undang un-dang sert a hak-hak lain yang sif at nya semen-t ara.

Jadi bagi t anah yang belum ada hak at as t anahnya, t et api ada dasar penguasaannya, penggunaan at as t anah t ersebut harus dilandasi dengan sesuat u hak at as t anah harus sesuai dengan ket ent uan Pasal 4 j unct o Pasal 16 UU-PA. Oleh karena it u orang at au badan hukum yang t elah memperoleh dasar penguasaan at as t anah, baik dengan pengadaan t anah it u dari hak orang lain, memperoleh penunj ukan dari pemegang Hak Pengelolaan, karena memper-oleh izin lokasi, at au mempermemper-oleh keput usan pelepasan kawasan hut an berkewaj iban meme-lihara t anahnya, mengusahakannya dengan baik, t idak menelant arkannya, sert a meng-aj ukan permohonan unt uk mendapat kan hak at as t anah. Meskipun yang bersangkut an belum mendapat hak at as t anah, apabila menelan-t arkan menelan-t anahnya maka hubungan hukum yang bersangkut an dengan t anahnya akan dihapus-kan dan dit egasdihapus-kan sebagai t anah yang dikuasai langsung oleh Negara.

Hal yang perlu dit egaskan disini karena bersif at sangat mendasar adalah bahwa dalam menggunakan at au mengambil manf aat macam-macam hak at as t anah t ersebut adalah prinsip yang sangat pent ing dalam Hukum Tanah kit a yait u bahwa semua hak at as t anah mempunyai f ungsi sosial (Pasal 6 UUPA). Fungsi ini pada int inya memberikan pengat uran t ent ang larang-an penggunalarang-an t larang-anah unt uk semat a-mat a ke-pent ingan perseorangan t anpa mengindahkan kepent ingan masyarakat dan negara. Kepen-t ingan masyarakaKepen-t dan kepenKepen-t ingan perseorang-an haruslah saling mengimbperseorang-angi hingga akhirnya akan t ercapai t uj uan pokok yait u kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruh-nya. Jadi yang perlu dit egaskan adalah bahwa pemanf aat an sumber daya agraria sebagai-mana t ert uang dalam Pasal 33 ayat (3) UUD

1945 yait u unt uk sebesar-barnya kesej aht eraan rakyat .

Dalam rangka unt uk mencapai t uj uan t er-sebut maka UUPA j uga mengat ur berakhirnya hak-hak at as t anah yang ant ara lain karena dit erlant arkan. Hak Milik berakhir karena di-t elandi-t arkan (Pasal 27), HGU (Pasal 34) dan HGB (Pasal 40) berakhir j uga karena dit erlant arkan. Hak Pakai dan hak–hak lain t idak ada ket ent uan t ent ang berakhirnya karena dit erlant arkan. Art inya, set iap pemberian hak oleh negara ke-pada perorangan at au badan-badan hukum haruslah bersama-sama dengan kewaj iban-ke-waj iban yang harus dilaksanakan oleh peme-gang hak sesuai dengan perunt ukan dan per-syarat an sebagaimana dit et apkan dalam ke-put usan pemberian haknya.4

Oleh sebab it u, penelant aran t anah harus dicegah dan dit ert ibkan unt uk mengurangi at au menghapus dampak negat if nya. Dengan demi-kian pencegahan, penert iban, dan pendaya-gunaan t anah t erlant ar merupakan langkah dan prasyarat pent ing unt uk menj alankan program-program pembangunan nasional, t erut ama di bidang agraria yang t elah diamanat kan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-nesia Tahun 1945, Perat uran Dasar Pokok-Pokok Agraria, sert a Rencana Pembangunan Jangka Panj ang Nasional.

Sebenarnya t elah banyak dibuat perat ur-an t ent ur-ang t ur-anah t erlur-ant ar. Ant ara lain pada t ahun 1973 pernah dikeluarkan Keput usan Ment eri Dalam Negeri No 88 Tahun 1973 t en-t ang Penguasaan Tanah Perkebunan Terlanen-t ar dan at au Dit erlant arkan Di Daerah Propinsi Jawa Barat , PP No 36 Th 1998 t ent ang Pe-nerbit an dan Pendayagunaan Tanah Terlant ar yang didikut i dengan SK Kepala BPN No 24 Th 2002 t ent ang Pelaksanaan PP No 36 Th 1998. Berdasarkan Keput usan Kepala BPN No 24 Th 2002 t ersebut maka diperint ahkan kepada j a-j aran BPN yang berada di bawah koordinasinya yang ada di Kant or Wilayahnya, Dikant or Kot a Madya/ Kabupat en unt uk melakukan ident if ikasi dan dalam wakt u t ert ent u membent uk Tim

4

Suhari ningsih, 2009, Tanah Ter l ant ar, Jakart a: Pener bi t Prest asi Pust aka Raya, hl m. 14.

(4)

Penilai dalam rangka ment ert ibkan t anah-t anah t erlant ar. Pekerj aan melakukan ident if ikasi bu-kanlah pekerj aan yang mudah karena memerlu-kan kej elasan konsep dan krit eria t anah t erlant ar.5 Kemudian karena PP No 36 Th 1998 sudah t idak dapat lagi dij adikan acuan penye-lesaian penert iban dan pendayagunaan t anah t erlant ar dan dikat akan menurut Usep Set iawan Ket ua KPA (Komit e Pembaharuan Agraria) sudah t idak ef ekt if di lapangan dan banyak yang menyulit kan pada saat implement asinya sehingga perlu dilakukan penggant ian maka pada era Ref ormasi t erakhir pada t anggal 22 Januari t elah dikeluarkan PP No 11 Th 2010. Pada saat Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku, Perat uran Pemerint ah Nomor 36 Tahun 1998 t ent ang Penert iban dan Pendayagunaan Tanah Terlant ar dan perat uran pelaksanaannya dicabut dan dinyat akan t idak berlaku. Ber-dasarkan uraian lat ar belakang t ersebut di at as maka t ulisan ini dimaksudkan unt uk menge-t ahui krimenge-t eria menge-t anah yang dimenge-t erlanmenge-t arkan menu-rut Hukum Tanah Nasional.

Pembahasan

Hukum agraria yang berlaku at as bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepan-j ang t idak bert ent angan dengan kepent ingan nasional dan negara, yang berdasarkan at as persat uan bangsa, dengan sosialisme Indonesia sert a dengan perat uran-perat uran yang t er-cant um dalam undang-undang ini dan dengan perat uran perundangan lainnya, sert a dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama. Demikian dinyat akan dalam Pasal 5 UUPA. Hukum adat dij adikan dasar di-karenakan hukum t ersebut dianut oleh sebagian besar rakyat Indonesia sehingga Hukum Adat mempunyai kedudukan yang ist imewa dalam pembent ukan Hukum Agraria.6 Memperhat ikan ket ent uan pasal ini maka unt uk it u perlu kiranya menget ahui bat asan t anah t erlant ar menurut Hukum Adat .

Berdasarkan kaj ian at as keragaman art i t anah t erlant ar menurut Hukum Adat maka

5

Ibi d hal 20. 6

Uri p Sant oso, 2005, Hukum Agr ar i a dan Hak-Hak At as Tanah, Jakart a: Kencana Per dana Media Grup, hl m. 64-65.

pat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud t anah t erlant ar adalah t anah yang pernah dibuka, dikerj akan oleh pemilik/ penggarapnya sampai 1 kali at au 2 kali panen, kemudian di-t inggalkan oleh pemiliknya dalam wakdi-t u di-t er-t ener-t u sampai menj adi huer-t an kembali. Secara yuridis kemudian t anah ini kembali pada hak ulayat nya.7 Jadi unsur t anah disebut t erlant ar menurut Hukum Adat :

a. Penggarap pernah membuka t anah ulayat ;

b. Penggarap mengerj akan/ menggarap sampai

1 kali at au 2 kali panen;

c. Penggarap meninggalkan dalam wakt u t er-t ener-t u sehingga menj adi huer-t an kembali; d. Tanah kembali menj adi milik masyarakat

hukum adat .

Dari pengert ian t anah t erlant ar menurut Hukum Adat ini maka t anah dikat akan t elah dit erlant arkan kalau krit erianya adalah t anah t elah dengan sengaj a t idak dikerj akan oleh penggarapnya/ pemiliknya dalam wakt u t ert en-t u sehingga kemudian menj adi belukar kembali. Unt uk mengukur apakah t anah sudah dapat dikat akan dit erlant arkan at aukah belum me-nurut Hukum Adat adalah dengan melihat se-cara nyat a/ konkrit apakah t anah t ersebut da-lam kenyat aannya dengan sengaj a t idak digarap at au dikerj akan secara akt if oleh penggarap/ pemiliknya. Jadi dalam menent ukan sudah di-t erlandi-t arkan adi-t aukah belum di-t idak digandi-t ungkan pada j angka wakt u t ert ent u t et api hanya dengan melihat kenyat aan j ika t anah dibiarkan membelukar kembali karena sudah t idak unt uk dit anami kembali maka hal ini sudah dapat dikualif ikasi sebagai t elah dit erlant arkan.

Dalam Pasal 5 UUPA, selain Hukum Agra-ria mendasarkan diri pada Hukum Adat j uga harus mengindahkan unsur-unsur yang ber-sandar pada Hukum Agama. Menurut Hukum Islam t anah t erlant ar dalam Islam dikenal dengan t anah mat i at au ihya al-mawat . Al-Mawat secara et imologi berart i yang mat i at au lawan dari hidup. Al -mawat memiliki art i yait u sesuat u yang t idak mempunyai roh at au t anah yang t idak berpenghuni at au t idak seorangpun memanf aat kannya. Al-Mawat berart i sesuat u yang t idak mempunyai roh dan t anah t idak

7

(5)

berpenghuni at au berart i sesuat u yang t idak mempunyai roh, j uga berart i t anah yang t idak dimiliki sert a t idak dimanf aat kan. Dalam bu-ku Nat ai j al -Af kar, t anah mat i yait u t anah yang t idak dimanf aat kan karena ket idakadaan air, sert a susah pula memanf aat kannya, t idak dimiliki, at au t erdapat at as t anah t ersebut hak milik, t et api t idak diket ahui pemiliknya sert a j auh dari perkampungan.8

Secara t erminologi t erdapat beberapa pe-ngert ian al-mawat yang drkemukakan para ulama f ikih, ulama Syaf i'iyah, Malikiyah dan Hambaliah mengemukakan def inisi al-mawat dalam persepsi t ent ang t anah yang t idak di-miliki dan t idak dimanf aat kan oleh seseorang. Ulama Syaf i'iyah mendef inisikan sebagai lahan yang belum digarap orang dan t idak pula t erlarang unt uk digarap baik lahan it u j auh dari pemukiman maupun dekat . Pengikut mazhab Hambali menyebut kan bahwa al-mawat adalah lahan yang t idak diket ahui pemiliknya. Di kalangan mazhab Hanaf i, t anah al-mawat t idak hanya diart ikan sebagai t anah yang t idak dimiliki dan t idak dimanf aat kan, t et api t anah it u disyarat kan berada di luar perkampungan penduduk. Sebagaimana pengert ian al-mawat yang diungkapkan oleh Hanaf iyah bahwa t anah yang berada di luar perkampungan, t idak dimiliki oleh siapapun, t idak pula t erdapat hak khusus at asnya.9

Berdasarkan def inisi al-mawat yang dike-mukakan oleh f uqaha di at as, maka krit eria

t anah yang digolongkan menj adi t anah

t erlant ar menurut Hukum Islam adalah:

a. Tanah yang t idak dimiliki oleh seseorang at au t anah yang t idak t erdapat hak milik at asnya, baik hak milik orang Islam maupun hak milik non nuslim.

b. Tanah yang t idak digarap. Lahan yang t idak digarap dapat dibukt ikan dengan t anda-t anda pada lahan anda-t ersebuanda-t seperanda-t i pemagar-an, bekas penggarapan dan t anda-t anda lainnya yang biasa dipakai oleh masyarakat set empat .

8

Pangiuk Ambok, “ Tanah Ter l ant ar Dal am Hukum dan Kemasl ahat an”, ht t p: / / kont ekst ual it a. com. Diakses t gl 21 Apr il 2010.

9 Ibi d

c. Tanah yang berada j auh di luar perkam-pungan.

Dengan perkat aan lain sebet ulnya menu-rut Hukum Islam semua t anah yang t idak di-miliki oleh seseorang baik orang Islam maupun non Islam dan t idak dimanf aat kan oleh sebab apapun j uga maka dapat digolongkan sebagai t anah yang t erlant ar. Jadi pada prinsipnya Hukum Islam memandang kalau t anah t idak dimanf aat kan maka t anah t ersebut digolongkan sebagai t anah yang t erlant ar.

Selanj ut nya berdasarkan UUPA maka ada beberapa azas yang perlu diperhat ikan dalam masalah penelant aran t anah. Dinyat akan dalam Pasal 6 UUPA bahwa semua hak at as t anah mempunyai f ungsi sosial. Hal ini bermakna bahwa penggunaan t anah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sif at haknya sehingga bermanf aat baik bagi kesej aht eraan dan ke-bahagiaan yang mempunyainya maupun ber-manf aat bagi masyarakat dan negara.10

Unt uk it u hak at as t anah apapun yang dipunyai seseorang/ badan hukum t idaklah da-pat dibenarkan bahwa t anahnya it u diperguna-kan at au t idak dipergunadiperguna-kan semat a-mat a hanya unt uk kepent ingan pribadinya apalagi sampai merugikan kepent ingan umum. Peman-f aat an at aupun penggunaan t anah oleh orang/ badan hukum sebenarnya adalah unt uk men-capai kesej aht eraan rakyat . Sehubungan de-ngan hal ini maka dit ent ukan dalam Pasal 15 UUPA bahwa :

Memelihara t anah, t ermasuk menambah ke-suburannya sert a menj egah kerusakannya adalah kewaj iba t iap– t iap orang, badan hukum at au inst ansi yang mempunyai hu-bungan hukum dengan t anah it u, dengan memerhat ikan pihak yang ekonomis lemah.

Memang seharusnya t anah dipelihara agar baik agar bert ambah subur dan di cegah keru-sakannya. Kesuburan t anah mudah berkurang dan t anahpun mudah menj adi rusak j ika pe-ngunaannya t idak t erat ur, padahal seluruh ke-hidupan manusia di bumi ini menurut para ahli t ergant ung pada lapisan bumi yang t ebalnya

10

(6)

t idak lebih dari hanya 20 cm saj a. Oleh karena it u ket ent uan Pasal 15 t ersebut di sert ai pula suat u sanksi pidana. Menurut Pasal 52 ayat 1 barang siapa dengan sengaj a melanggar ke-t enke-t uan dalam Pasal 15 ike-t u pidana dengan hu-kuman kurangan selama–lamanya 3 bulan dan/ at au denda set inggi–t ingginya Rp 10. 000, . -

Soal ini bersangkut an dengan apa yang disebut masalah ”l and ut i l azat ion” dan ”soi l conser vat i on” t idak hanya bert uj uan mencegah t erj adinya kerusakan dalam penggunaannya t et api j uga dimana mungkin memperbaiki sumber-sumber alam yang rusak sebagai akibat penggunan yang salah. Sumber-sumber alam it u ada yang ”r enewabl e” at au t erbaharukan, t e-t api sumber-sumber alam yang ”non r enew-abl e” (bahan–bahan galian). Mengenai sumber– sumber alam yang ”non r enewabl econser -vat ion eksploit asi secara t erat ur dan pencegah-an pemborospencegah-an penggunapencegah-annya. Dari sudut st rat egi, conser vat ion ” non r enewabl e” (t idak t erbaharukan) r esour ces merupakan penang-guhan eksploit asi endapan–endapan sebagai cadangan di wakt u perang.11

Selanj ut nya ket ent uan mengenai t anah t erlant ar dalam Pasal 27, 34 dan 40 UUPA dengan redaksi yang sama dinyat akan bahwa Hak Milik, HGU dan HGB dapat hapus karena dit erlant arkan. Tanah dit erlant arkan kalau de-ngan sengaj a t idak dipergunakan sesuai dede-ngan keadaannya at au sif at dan t uj uan daripada haknya Penj elasan Pasal 27 UUPA). Dengan demikian hapusnya hak-hak t ersebut karena hukum yait u t idak dipenuhinya suat u kewaj iban at au dilanggarnya suat u larangan. Dalam hal penelant aran t anah ini maka t ampak adanya kesengaj aan dari pemegang hak/ subyek hak t idak menggunakan sesuai dengan t uj uan dan sif at daripada haknya.

Melihat rumusan t anah t erlant ar dalam UUPA yang masih begit u abst rak dan j uga me-ngingat UUPA adalah merupakan undang-un-dang pokok sert a mencermat i f enomena yang t erj adi akan banyaknya t anah-t anah yang t er-lant ar maka t ent u saj a diperlukan perat uran yang bersif at operasional. Unt uk it u pemerint ah

11

Budi Harsono, 1997, Hukum Agr ar i a Indonesi a, Jakart a: Jambat an, hl m. 271.

mengeluarkan Perat uran Pemerint ah No 36 Th 1998 t ent ang Penert iban dan Pendayagunaan Tanah Terlant ar.

Dalam Pasal 1 ayat (5) Perat uran Peme-rint ah No 36 Th 1998 dinyat akan bahwa Tanah t erlant ar adalah t anah yang dit erlant arkan oleh pemegang hak at as t anah, pemegang hak pe-ngelolaan at au pihak yang t elah memperoleh dasar penguasaan at as t anah, t et api belum memperoleh hak at as t anah sesuai ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Ket ent uan hal ini sebet ulnya j uga t elah dit ent ukan dalamUUPA Pasal 27, 34 dan 40 UUPA yait u bahwa Hak Milik, HGU, HGB dapat dinyat akan sebagai t anah t erlant ar dan j at uh menj adi t anah negara apabila t anah t ersebut dengan sengaj a t idak dipergunakan oleh peme-gang haknya sesuai dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan haknya at au t idak dipelihara dengan baik.

Memperhat ikan ket ent uan di at as maka dapat disimpulkan bahwa t anah t erlant ar t er-j adi karena ada f akt or kesengaer-j aan (kat a “ di-t erlandi-t arkan” awalan di dan akhiran kan) dari pemegang hak at as t anah (Hak Milik, HGU, HGB at aupun Hak Pakai) at au pemegang Hak Penge-lolaan at au hak-hak lain yang t erbat as yang diberikan Pemerint ah t idak menggunakan at au berbuat sesuat u t erhadap t anah yang ber-sangkut an. Hal ini kemudian dipert egas lagi dengan ket ent uan Pasal 3 s/ d Pasal 8 Perat uran Pemerint ah No 36 Th 1998. Pasal 3 menent ukan Tanah Hak Milik, HGU, HGB at au Hak Pa-kai dapat dinyat akan sebagai t anah t er-lant ar apabila t anah t ersebut dengan se-ngaj a t idak dipergunakan oleh pemegang haknya sesuai dengan keadaannya, t idak dipergunakan oleh pemegang haknya sesuai dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan haknya at au t idak dipelihara dengan baik.

Pasal 4 menent ukan bahwa

(7)

dengan perunt ukannya menurut Rencana Tat a Ruang Wilayah yang berlaku pada

wakt u permulaan penggunaan at au

pembangunan f isik di at as t anah t er-sebut .

Pasal 5 menent ukan bahwa

Tanah HGU t idak dipergunakan sesuai ke-adaan at au sif at dan t uj uan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, apabila t anah it u t idak diusahakan sesuai dengan krit eria pengusahaan t anah t anian yang baik sesuai ket ent uan per-at uran perundang-undangan yang ver-laku.

Pasal 6 menent ukan bahwa

Tanah Hak Guna Bangunan at au Hak Pa-kai yang dimaksudkan unt uk dipecah menj adi beberapa bidang t anah dalam rangka penggunaannya t idak diperguna-kan sesuai dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan haknya sebagaimana dimak-sud dalam Pasal 3, apabila t anah t ersebut t idak dipecah dalam rangka pengembang-annya sesuai dengan rencana kerj a yang t elah diset uj ui oleh inst ansi yang ver-wenang.

Pasal 7 menyat akan:

Tanah Hak Pengelolaan dapat dinyat akan sebagai t anah t erlant ar, apabila kewe-nangan hak menguasai dari Negara at as t anah t ersebut t idak dilaksanakan oleh pemegang Hak Pengelolaan sesuai t uj uan pemberian pelimpahan kewenangan t er-sebut .

Dari bunyi ket ent uan pasal-pasal t ersebut maka menurut PP No 36 Th 1998 maka krit eria t anah dengan st at us Hak Milik, HGU, HGB, Hak pakai dan Hak Pengelolaan adalah:

1. Apabila t anah t ersebut dengan sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keadaannya at au sif at nya;

2. Apabila t anah t ersebut t idak dipergunakan sesuai dengan t uj uan pemberian haknya; 3. Tanah t ersebut t idak dipelihara dengan

baik;

4. Khusus unt uk t anah Hak Pengelolaan, apa-bila kewenangan hak menguasai dari Negara at as t anah t ersebut t idak dilaksanakan oleh pemegang hak pengelolaan sesuai t uj uan

pemberian pelimpahan kewenangan t er-sebut .

Pada dasarnya t anah t erlant ar yang di-maksud adalah t anah negara yang ada hak penggunaannya, t api t idak dimanf aat kan. Jadi dapat dit arik kesimpulan bahwa t anah t erlant ar t erj adi apabila pemegang at au yang menguasai hak at as t anah at au pemegang hak pengelolaan t idak melakukan akt ivit as t erhadap t anah t ersebut .12

Kemudian hal yang masih belum j elas dari ket ent uan pasal-pasal t ersebut adalah me-ngenai perumusan apa yang dimaksud dengan t anah yang t idak dipergunakan sesuai dengan keadaannya at au sif at nya at aupun t anah t idak dipergunakan sesuai dengan t uj uan pemberian haknya. Menyadari hal ini dan j uga yang lebih pent ing lagi karena Pemerint ah kesulit an menert ibkan t anah t erlant ar karena PP No 36 Tahun 1998 t idak ef ekt if di lapangan dan sulit dalam implement asinya. Salah sat u akibat -nya, niat pemerint ah unt uk mulai menj alankan ref orma agraria menj adi t erkendala, salah sa-t unya karena obj ek sa-t anah yang dapasa-t didissa-t ri-busikan bagi kepent ingan rakyat miskin, pe-nguasaannya masih berada di berbagai pihak yang menelant arkan t anah. Pendek kat a, ke-beradaan t anah t erlant ar dalam skala yang luas menj adi ganj alan pent ing bagi guliran ref orma agraria. Menurut kalangan pecint a pembaruan agraria, PP yang t erdahulu (PP 36/ 1998) t idak cukup kuat menert ibkan t anah t erlant ar yang ada. Bahkan disinyalir sebagai perat uran yang melindungi t anah t erlant ar t idak bisa di-t erdi-t ibkan.13

At as dasar pert imbangan t ersebut dan j uga unt uk menghindari implikasi yang menim-bulkan kesenj angan sosial, ekonomi, dan wuj udkan kesej aht eraan rakyat , sert a me-nurunkan kualit as lingkungan, maka sebagai salah-sat u Rencana Aksi yang harus diselesaikan dalam Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersat u II, Pemerint ah menerbit kan Perat uran Pemerint ah Nomor 11 Tahun 2010 t ent ang Penert iban dan Pendayagunaan Tanah Terlant ar

12

Supri adi, 2006, Hukum Agr ar i a, Sinar Gr af ika, Jakart a, hl m. 124

13

Iwan Nur din, Set el ah PP Tanah Terl ant ar di syahkan,

(8)

(PP PPTT) Lembaran Negara Republik Indo-nesiaTahun 2010 Nomer 16 dan Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomer 5098, yang dit andat angani oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada t anggal 22 Januari 2010, unt uk dij adikan acuan penert iban dan pendayagunaan t enah t erlant ar guna penyele-saian dampak t ersebut di at as.14

Pengert ian t anah t erlant ar dalam PP No 10 Tahun 2010 sebagaimana produk perat uran lainnya dapat dilihat pada Pasal 2, menent ukan

Obyek penert iban t anah t erlant ar meli-put i t anah yang sudah diberikan hak oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, at au dasar pe-nguasaan at as t anah yang t idak diusaha-kan, t idak dipergunadiusaha-kan, at au t idak dimanf aat kan sesuai dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan pemberian hak at au dasar penguasaannya.

Pasal 3, menyat akan :

Tidak t ermasuk obyek penert iban t anah t erlant ar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah:

a. t anah Hak Milik at au Hak Guna Ba-ngunan at as nama perseorangan yang secara t idak sengaj a t idak diperguna-kan sesuai dengan keadaan at au sif at dan t uj uan pemberian haknya; dan b. t anah yang dikuasai pemerint ah baik

secara langsung maupun t idak lang-sung dan sudah berst at us maupun be-lum berst at us Barang Milik Negara/ Daerah yang t idak sengaj a t idak di-pergunakan sesuai dengan keadaan at au sif at dan t uj uan pemberian hak-nya.

Jadi pada dasarnya t anah t erlant ar yang dimaksud adalah t anah negara yang ada hak penggunaannya t et apit idak dimanf aat kan oleh pemegang haknya. Berdasarkan pengert ian t er-sebut maka krit eria unt uk menent ukan t anah dikualisir sebagai t elah dit erlant arkan menurut PP No 11 Th 2010 adalah :

1. Obyek t anah t erlant ar meliput i hak at as t a-nah, Hak Pengelolaan dan t anah yang mem-punyai dasar penguasaan at as t anah;

14

Ahmad Redi, 2010, “ Ref or ma Agr ar i a Mel al ui Per t i ban Dan Pendayagunaan Tanah Ter l ant ar ” , ht t p: / / Ahmad Redi 2003. bl ogspot . com.diakses t anggal 19 Apr il 2010

2. Tanah yang t idak diusahakan, t idak diper-gunakan at au t idak dimanf aat kan;

3. Yang sesuai dengan keadaannya, at au sif at dan t uj uan pemberian haknya at au dasar pe-nguasaannya;

4. Tidak t ermasuk t anah t erlant ar adalah: a. Tanah Hak Milik at au HGB at as nama

per-seorangan yang secara t idak sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keada-an at au sif at dkeada-an t uj ukeada-an pemberikeada-an haknya; dan

b. t anah yang dikuasai pemerint ah baik se-cara langsung maupun t idak langsung dan sudah berst at us maupun belum berst at us Barang milik Negara/ Daerah yang t idak sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keadaan at au sif at dan t uj uan pemberian haknya.

Dalam penj elasan Pasal 3 dij elaskan bah-wa yang dimaksud dengan “ t idak sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keadaan at au sif at dan t uj uan pemberian haknya” dalam ket en-t uan ini adalah karena Pemegang Hak perse-orangan dimaksud t idak memiliki kemampuan dari segi ekonomi unt uk mengusahakan, mem-pergunakan, at au memanf aat kan sesuai dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan pemberian haknya. Yang dimaksud dengan “ t idak sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keadaan at au sif at dan t uj uan pemberian haknya” dalam ket ent uan ini adalah karena ket erbat asan ang-garan negara at au daerah unt uk mengusahakan, mem-pergunakan, at au memanf aat kan sesuai dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan pem-berian haknya.

Keberadaan PP No. 11 Th 2010 dinilai sa-ngat pent ing dalam merest rukt urisasi pemilikan dan penguasaan t anah lebih adil bagi rakyat . Tanah t erlant ar ant ara lain unt uk masyarakat dalam rangka ref ormasi agraria, unt uk kepen-t ingan skepen-t rakepen-t egi negara dan pemerinkepen-t ah di an-t aranya unan-t uk kean-t ahanan pangan, kean-t ahanan energi dan pengembangan perumahan rakyat .

(9)

ada beberapa hal yang perlu dikrit isi ant ara lain:

1. PP ini t idak berani menyent uh t anah-t anah yang t erkait dengan pemerint ah dan BUMN, t anpa membedakan apakah sudah mendapat hak at au belum. Tanah-t anah t ersebut di-kecualikan dari penelant aran t anah. Jadi asset negara/ pemerint ah it u t idak bisa dikat egorikan t erlant ar;

2. PP ini t et ap t idak berani menj angkau kawa-san hut an dan t ambang. Jadi, hanya wilayah diluar kawasan t ersebut ;

3. Set elah dit ert ibkan t anah-t anah t ersebut dapat dij adikan obj ek pembaruan agraria. Padahal, perat uran t ent ang at au PP t ent ang Ref orma Agraria belum ada.15

Mengingat akan art i pent ingnya maka t ent u saj a PP ini perlu segera dit indak lanj ut i dengan perat uran pelaksanaan yang lebih det ail sepert i misalnya mengenai penent uan krit eria suat u t anah dikualisir sebagai t anah t erlant ar apakah hanya memperhat ikan normanya saj a t anpa melihat hal-hal yang secara khusus yang t erj adi di lapangan.

Penut up Simpulan

1. Krit eria unt uk menent ukan t anah at au lahan t anah t elah dit erlant arkan, baik berdasarkan Hukum Adat , Hukum Islam, UUPA, PP No 36 Th 1998 maupun j uga PP No 11 Th 2010 secara subst ansial adalah sama yait u : a. Obyek t anah t erlant ar meliput i hak at as

t anah, Hak Pengelolaan dan t anah yang mempunyai dasar penguasaan at as t anah;

b. Tanah-t anah t ersebut t idak diusahakan, t idak dipergunakan at au t idak dimanf aat -kan sesuai dengan keadaannya, at au si-f at dan t uj uan pemberian haknya at au dasar penguasaannya;

c. Oleh karena it u t anah harus dipelihara.

2. Unt uk menent ukan apakah suat u bidang at au lahan t anah t elah dinyat akan t erlant ar maka hanya menurut Hukum Adat digunakan krit eria j angka wakt u t ert ent u.

15

Henry Saragih, “ Kat egor i Tanah Ter l ant ar Har us Ri nci ”

ht t p: / / mobil e. inil ah. com. Diakses t anggal 22 Apr il 2010

Saran

1. Perlu segera dit indak lanj ut i dengan perat uran pelaksanaan yang lebih det ail

sepert i misalnya mengenai penent uan

krit eria suat u t anah dikualisir sebagai t anah t erlant ar apakah hanya memperhat ikan normanya saj a t anpa melihat hal-hal yang secara khusus yang t erj adi di lapangan.

Referensi

Dokumen terkait

Jika dikemudian har i ditemui bahw a data/ dokumen yang saya sampaikan tidak benar dan ada pemalsuan, maka saya dan badan usaha yang saya w akili ber sedia dikenakan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi larutan Gibgro berpengaruh pada pada tinggi tanaman, jumlah daun umur 4 mst (minggu

[r]

Data yang dicakup adalah hasil perhitungan APBD Provinsi yang telah dilaksanakan Pemda selama setahun yang lalu (Realisasi APBD Provinsi), sedangkan data APBD merupakan APBD

Berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi maka dengan ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I pada Bagian Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunung Mas

Daftar ini BUK AN m erupakan alokasi DYS final mas ing-masing perguruan tinggi, namun data dosen yang e ligible untuk diikutsertakan dalam serdos tahun 2015 sesuai dengan hasil

Sehubungan dengan Hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa Yang Dibebankan Pada Anggaran Belanja DIPA, Bantuan, Subsidi dan Hibah UNIMA