BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kajian filsafat, kita mengenal beberapa aliran filsafat pendidikan, dimana antara satu dan yang lainnya memiliki argumen masing-masing. Benturan antar aliran akan banyak ditemui, terutama setelah satu pandangan dengan pandangan lain bertemu pada satu pembahasan besar yang menjadi inti dari masingmasing aliran itu.
Secara sederhana, semua aliran merupakan bentuk pertentangan dari cara pandang yang telah berlaku secara menyeluruh, untuk kemudian ditemukan formula baru dalam memandang. Pola komunikasi yang semacam inilah yang membuat filsafat sampai kini masih selalu menarik untuk bahan kajian yang diminati banyak orang. Yang menarik dari semua itu adalah bahwa dari berbagai tokoh-tokoh tertentu yang menggunakan cara pandang tersebut sebagai bahan analisis, tetapi hampir berlaku secara menyeluruh dalam kehidupan sosial.
Dalam filsafat pendidikan banyak sekali aliran-aliran, seperti aliran Perenialisme, progrestivisme, esensialisme, eksistensialisme, idealisme, dan rekontruksisme. Dalam aliran-aliran yang telah disebutkan diatas masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Akan tetapi yang dibahas dalam makalah ini hanya membahas tentang "konsep aliran eksistensialisme dan implikasinya terhadap peserta didik dalam pendidikan".
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan eksistensialisme? 2. Bagaimana implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme terhadap peserta
BAB II PEMBAHASAN
A. Maksud aliran filsafat pendidikan eksistensialisme 1. Pengertian
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dara kata dasar exist. Kata exist itu sendiri adalah bahasa latin yang artinya: keluar dan sistere: berdiri. Jadi, exsisitensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.
Dalam memberi definisi eksitensialisme kaum eksistensi tidak sama, apa yang dimaksud sebenarnya dengan eksistensialisme. Namun demikian ada sesuatu yang dapat disepakati oleh mereka yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai cara sentral.1
Eksistensialisme adalah penolakan terhadap suatu pemikiran yang abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eksistensialisme menolak bentuk kemutlakan rasional. Dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman dan stuasi sejarah yang ia alami dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatna abstarak dan sepikulatif, baginya, segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya. Atas dasar pandangan itu, sikap dikalangan kaum eksistensialisme atau penganut aliran ini sering kali Nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum.2
Filsafat eksistensialisme itu sangat unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu, filsafat-filsafat lain berhubungan dengan pengembangan system pemikiran untuk mengindentifikan dan memahami apa yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia, dan nilai. Di sisi lain, eksistensialisme memberi individu suatu jalan berfikir
1 Ahmad syadali, mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: CV, Pustaka Setia, 1997), Hal: 127.
mengenai kehidupan, apa maknanya bagi saya, apa yang benar untuk saya. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas sekema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.3
2. Ciri-ciri aliran filsafat eksistensialisme
Dalam aliran filsafat Eksistensialisme mempunyai ciri-ciri utama antara lain sebagai berikut:
Penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat tertentu, tidak mengakui adekuasi sistem filsafat dan ajaran keyakinan (agama), Sangat tidak puas dengan sistem filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademis dan jauh dari kehidupan.
Individualisme adalah pilar sentral dari eksistensialisme, maksudnya Hanya manusia yang individual yang mempunyai tujuan. Adapun sikap dikalangan kaum eksistensialisme atau penganut aliran ini sering kali Nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum.4
3. Sejarah perkembangan filsafat eksistensialisme
Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani.5
3 Uyoh sadullah, Pengantar Filsafat pendidikan, (bandung: Alfabeta, 2003), hal: 133. 4 Zuhairi, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1995), hal: 31
4. Prinsip-Prinsip filsafat eksistensialisme
Prinsip-prinsip Aliran Filsafat Eksistensialisme ialah tidak mementingkan metafisika (Tuhan), kebenaran lebih bersifat eksistensial daripada proporsional atau factual, aliran ini memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya dan individu hanya mengenai dirinya dalam interaksi dirinya sendiri dalam kehidupan, jiwa aliran ini mengutamakan manusia, memperkembangkan eksistensi pribadinya atas alasan bahwa manusia akan mati.6
5. Tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme
Dalam bagian ini penulis tidak akan membahas semua tokoh eksistensialisme dan pemikirannya. Hal tersebut bukan berarti bahwa yang tidak dibahas disini tidak mempunyai peranan penting dalam filsafat eksistensialisme, karena semata-mata terbatasnya pemahaman penulis dan terlalu banyaknya tokok eksistensialisme. Dalam bagian ini penulis hanya membahas tiga tokoh saja dan pokok pikirannya diaantaranya, Kierkegaard, Gabriel, dan jean poul.
a. Kierkegard
Kierkegard dalah nama lengkap filosof Denmark, yang kemudian terkenal dengan singkatan S.K, ia dilahirkan pada tanggal 5 mei 1813 dan wafat pada 11 november 1855. Ada yang khas dengan filosof ini, yaitu kegemarannya menulis dengan nama samara. Diantara nama samaranya yang lazim dijumpai yaitu Johannes climacus, dan Johannes de selentio.
Beberapa poin penting mengenai filsafatnya:
1). Indifidu tidak ditempatkan dihadapan ketiadaan, melainkan dihadapan tuhan.
2). Yang penting ialah bahwa aku memahami diriku sendiri bahwa kulihat dengan jelas apa yang tuhan kehendaki sungguh-sungguh agar aku perbuat. Yang terutama kebutuhan ialah mendapatkan
suatu kebenaran yang benar untuk aku, suatu ide yang bisa mengilhami suatu kehidupan dan kematianku. Apakah gunanya menemukan suatu kebenaran yang disebut objektif dan mempelajari semua system filosof. Sejauh mana ada baiknya bagiku dapat menjelaskan arti agamakristen bila agama itu tidak mempunyai arti mendalam untuk aku sendiri dan kehidupanku. “kierkegaard mencari kebenaran yang kongkrit serta eksistensial, suatu pengetahuan yang dihayati (connaissance vecue) a real knowledge.7
b. Gabriel Marcel (1889 – 1978)
Bagi Marcel, eksistensi adalah lawan objektivitas dan tidak pernah dapat dijadikan objektivitas. Yang khas bagi eksistensi adalah saya (sebagai subjek) tidak menyadari situasi saya itu. Artinya, saya tidak menginsyafi apa artinya eksistensi saya itu dalam dunia ini.
c. Jean-Paul Sartre (1905-1980)
Ia mengatakan titik tolak filsafat tidak bisa lain, kecuali cogito (kesadaran yang saya miliki tentang diri saya sendiri). Hal ini dirumuskan oleh Sartre demikian: Kesadaran adalah kesadaran diri, tetapi kesadaran akan diri ini tidak sama dengan pengalaman tentang dirinya. Cogito bukanlah pengenalan diri melainkan kehadiran kepada dirinya secara non-tematis. Jadi ada perbedaan antara kesadaran tematis (kesadaran akan sesuatu) dan kesadaran non-tematis (kesadaran akan dirinya). Kesadaran akan dirinya membonceng pada kesadaran akan dunia. Jadi kesadaran atau cogito ini menunjuk pada suatu relasi Ada. Kesadaran adalah kehadirian (pada) dirinya. Kehadiran (pada) dirinya ini merupakan syarat yang perlu dan mencukupi untuk kesadaran. Kita tidak perlu membutuhkan suatu Subyek Transendental atau Aku Absolut sebagaimana diajarkan idealisme.8
7 Sholihin, Perkembangan Femikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hal: 255-257
B. Implikasi aliran filsafat pendidikan eksistensialisme terhadap peserta didik dalam pendidikan
Peserta didik (siswa) merupakan makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya dan siswa dipandang sebagai makhluk yang utuh yaitu yang akal pikiran, rohani, dan jasmani yang semua itu merupakan kebulatan dan semua itu perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan melaksanakan kebebasan pribadi, para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung jawab pribadi dan sosial.
Aliran eksistensialisme memandang siswa sebagai makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya dan siswa dipandang sebagai makhluk yang utuh yaitu yang akal pikiran, rohani, dan jasmani yang semua itu merupakan kebulatan dan semua itu perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan melaksanakan kebebasan pribadi, para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung jawab pribadi dan sosial.
Guru disini bertindak sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan kepada peserta didik dan harus dapat menerima dan terbuka terhadap semua pertanyaan muridnya tentang segala sesuatu yang mereka lihat dan dengar, sehingga setiap murid dapat mengoptimalkan kemampuan juga potensinya (dalam hal atau bidang apapun) untuk membuat mereka eksis.
Contoh konkrit dapat kita lihat dari pembelajaran kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memaksakan siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran dimana pengetahuan tidak dilimpahkan melainkan ditawarkan. Pengetahuan yang ditawarkan, tidak lagi merupakan sesuatu yang diberikan kepada siswa melainkan merupakan aspek yang telah menjadi miliknya sehingga pelajaran yang diajarkan menjadi lebih bermakna. Siswa didorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan, serta memperoleh pengetahuan yang diharapkan. Secara tidak langsung guru telah mencoba membawa siswa ke dalam hidup yang sebenarnya.9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Maksud aliran filsafat pendidikan eksistensialisme a. Pengertian eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dara kata dasar exist. Kata exist itu sendiri adalah bahasa latin yang artinya: keluar dan sistere: berdiri. Jadi, exsisitensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.
b. Ciri-ciri aliran filsafat eksistensialisme
Dalam aliran filsafat Eksistensialisme mempunyai ciri-ciri utama antara lain sebagai berikut: Penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat tertentu, tidak mengakui adekuasi sistem filsafat dan ajaran keyakinan (agama), Sangat tidak puas dengan sistem filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademis dan jauh dari kehidupan. c. Sejarah perkembangan filsafat eksistensialisme
Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya).
d. Prinsip-Prinsip filsafat eksistensialisme
Prinsip-prinsip Aliran Filsafat Eksistensialisme ialah tidak mementingkan metafisika (Tuhan), kebenaran lebih bersifat eksistensial daripada proporsional atau factual.
e. Tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme
2. Implikasi aliran filsafat pendidikan eksistensialisme terhadap peserta didik dalam pendidikan
Aliran eksistensialisme memandang siswa sebagai makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya dan siswa dipandang sebagai makhluk yang utuh yaitu yang akal pikiran, rohani, dan jasmani yang semua itu merupakan kebulatan dan semua itu perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan melaksanakan kebebasan pribadi, para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung jawab pribadi dan sosial.
B. Saran