• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Salah Satu W (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Salah Satu W (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama

: Jessica Eryeti Dy

NIM

: 02011181621017

Mata Kuliah : Hukum Konstitusi

Kelas

: B

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Salah Satu Wujud Hukum

Tata Negara Darurat Indonesia.

Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.

PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Jika kita bicara mengenai konstiusi dan perkembangannya dalam negara kita, maka kita telah mengetahui bahwa hingga kini sejak proklamasi kemerdekaan negara kita telah/masih memiliki 3 (tiga macam dokumen konstitusi, yakni berturut-turut:

1. UUD 1945;

2. Konstitusi RIS 1949; dan 3. UUDS 19501.

Dengan ketiga dokumen konstitusi itu, bangsa Indonesia telah mengalami 4 (empat) masa per-konstitusi-an, yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 “Penetapan Undang-Undang Dasar 1945”

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 “Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat"

Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara

(2)

Indonesia Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 “Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950”

Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.

4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang “Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945”

Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sehingga berlaku kembali Undang-Undang Dasar 19452.

MENGAPA PRESIDEN SOEKARNO MENGELUARKAN DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959?

Setelah mencapai kemerdekaannya, Indonesia mengalami banyak sekali gejolak mulai dari pemberontakan, perpecahan serta anggota-anggota dewan yang mengalami beda pendapat. Selain itu kegagalan badan konstituante dalam merumuskan UUD sebagai pengganti UUDS, dapat menyebabkan kestabilan nasional terancam. Hal ini dikarenakan tidak adanya dasar negara yang mantap sebagai dasar hukum dan aturan negara. Menyikapi hal ini, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden supaya tidak terjadi gejolak dan kekaucauan nasional yang berlarut- larut. Adapun alasan-alasan dasar dikeluarkannya dekrit presiden yaitu:

 Kegagalaan konstituante dalam menetapkan UUD sehingga Indonesia tidak memiliki kebijakan serta pijakan hukum yang mantap

 Terjadinya kekacauan pada situasi politik

 Terjadinga konflik antar partai yang dapat menganggu kestabilan negara

 Terjadinya pemberontakan yang menjurus kepada gerakan separatisme

(3)

 Banyaknya partai di kursi parlemen yang berbeda pendapat

 Masing-masing dari partai banyak melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan partainya masing-masing

APAKAH DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 TERMASUK SALAH SATU WUJUD HUKUM TATA NEGARA DARURAT?

Staatsnoodrecht adalah sebutan untuk hukum tata negara darurat. Istilah ini merujuk pada keadaan darurat negara3. Menurut Herman Sihombing, hukum tata negara dalam keadaan bahaya, yakni sebuah rangkaian pranata dan wewenang secara luar biasa dan istimewa untuk dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghapuskan keadaan darurat atau bahaya yang mengancam, ke dalam kehidupan biasa menurut perundang-undangan dan hukum yang umum dan biasa4.

Dalam keadaan normal sistem norma hukum diberlakukan berdasarkan konstitusi dan produk hukum lain yang resmi. Dalam keadaan abnormal sistem hukum tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik. Maka pengaturan keadaan darurat mempuinyai arti penting sebagai dasar hukum bagi pemerintah mengambil tindakan guna mengatasi keadaan abnormal tersebut. Pada keadaan abnormal (darurat) pranata hukum yang diciptakan untuk keadaan normal tidak dapat bekerja. Jadi, keleluasaan penguasa atau pemerintah negara selaku subjek Hukum Tata Negara pendukung dan badan utama yang berhak dalam keadaan darurat itu. Ada atau tidak sungguh-sungguh bahaya itu, pemerintah diberi hak kekuasaan untuk menyatakan adanya bahaya. Keadaan yang seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai keadan berbahaya atau darurat? Jimly Asshiddiqie menyatakan:

1. keadaan bahaya karena ancaman perang yang datang dari luar

2. keadaan bahaya karena tentara nasional sedang berperang di luar negeri 3. keadaan bahaya karena perang di dalam negeri atau pemberontakan 4. keadaan bahaya karena kerusuhan sosial

5. keadaan bahaya karena bencana alam

6. keadaan bahaya karena tertib hukum dan administrasi yang terganggu 7. keadaan bahaya karena kondisi keuangan negara

8. keadaan lain dimana fungsi konstitusional tidak dapat bekerja5

Jika kita kembali melihat penyebab Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 jelas sekali bahwa keadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah memenuhi 3 kategori suatu negara dapat dikategorikan dalam keadaan berbahaya atau darurat, yaitu:

 Keadaan Bahaya Karena Perang di Dalam Negeri atau Pemberontakan

3 Herman Sihombing, Hukum Tata Negara Darurat Di Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 26 4 Ibid, hlm. 1.

(4)

Hal ini ditandai dengan terjadinya pemberontakan yang menjurus kepada gerakan separatisme. Munculnya pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII)

DI/TII dibentuk karena banyak pihak yang kecewa dengan kepemimpinan Presiden Soekarno. Tujuan DI TII sendiri ialah mendirikan negara berbasis Islam dengan pimpinan utamanya bernama Kartosuwiryo. Kelompok ini rupanya mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk Aceh dan beberapa daerah lain yang bahkan menyatakan bergabung dengan organisasi tersebut. Pemerintah menganggap jika gerakan ini akan membahayakan stabilitas dan kedaulatan negara6.

 Keadaan Bahaya Karena Kerusuhan Sosial

Menurut Robert Lawang, konflik sosial adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, di mana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukkan saingannya. Kerusuhan sosial dalam hal ini ditandai dengan munculnya kekacauan pada situasi politik yang terjadi antar partai yang dapat menganggu kestabilan negara.

Hal ini dapat dilihat melalui banyaknya partai di kursi parlemen yang berbeda pendapat. Terdapatnya sikap mementingkan golongan atau partai politik yang berada dalam konstituante; pertentangan paham politik golongan agama Islam dengan golongan nasionalis yang menghendaki Indonesia sebagai negara bangsa; dan masing-masing dari partai banyak melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan partainya masing-masing.

 Keadaan Dimana Fungsi Konstitusional Tidak Dapat Bekerja

Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi konstitusi bagi suatu negara adalah:

1) Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang- wenang terhadap rakyatnya.

2) Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dalam tahap berikutnya.

3) Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun rakyat (sebagai landasan struktural)

Dalam hal ini konstituante gagal menetapkan UUD sehingga Indonesia tidak memiliki kebijakan serta pijakan hukum yang mantap.

Dalam Lampiran TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 disebutkan bahwa Dekrit 5 Juli 1959 merupakan salah satu dari sumber tertib hukum. Ia menjadi ‘sumber hukum’ bagi berlakunya kembali UUD 1945, sejak 5 Juli 1959. Ia dikeluarkan ‘atas dasar hukum darurat negara’ mengingat keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan keselamatan

6 Nana Supriatna-Mamat Ruhimat Kosim, Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi), Grafindo,

(5)

negara, nusa, dan bangsa. Disebutkan pula bahwa “Meskipun Dekrit 5 Juli 1959 itu merupakan suatu tindakan darurat, namun kekuatan hukumnya bersumber pada dukungan seluruh rakyat Indonesia, terbukti dari persetujuan DPR hasil pemilihan umum (1955) secara aklamasi pada 22 Juli 1959”.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2007. Hukum Tata Negara Darurat. Rajawali Pers, Jakarta.

Sihombing, Herman. 1996. Hukum Tata Negara Darurat Di Indonesia. Djambatan, Jakarta.

Simorangkir, J.C.T. 1987. Hukum Dan Konstitusi Indonesia. PT. Binaprinindo Aksara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

332 Selain Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Ormas seperti Front Pembela Islam (FPI), Perkumpulan Hidayatullah dan Pemuda Indonesia serta HTI lebih dahulu mengajukan

Janganlah melihat kecuali kepada hal-hal yang dibolehkan untuk dilihat dan hendaklah mereka menahan pandangan dari perkarayang haram untuk dilihat, maka hendaklah ia segera

Pembinaan akhlak merupakan upaya seorang guru dalam membina, membimbing, menanamkan akhlak yang baik, tingkah laku yang baik yang berhubungan dengan diri sendiri,

Konsep keterjangkauan (aksesibilitas) Konsep keterjangkauan berkaitan dengan keadaan/kondisi permukaan bumi dan ketersediaan sarana serta prasarana angkutan atau komunikasi

Dari bahaya limbah ban bekas bagi manusia maupun lingkungan ini, ada sisi positifnya yaitu dari bahan penyusun utama ban tahan terhadap air, memiliki kestabilan

Mengingat bahan material struktur dan konstruksi yang akan digunakan pada bangunan Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan adalah material bambu untuk beberapa massa