• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan antara tingkat dukungan sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hubungan antara tingkat dukungan sosial"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN JENIS MEKANIME KOPING TERHADAP STRES PADA REMAJA DI SMAN 8 MALANG

Prima Yusifa Mega Adfan Pragawati, Kumboyono*, Yulian Wiji Utami**

ABSTRAK

Dukungan sosial merupakan salah satu sumber koping bagi seseorang yang mengalami stres selain aset ekonomi, bakat dan kemampuan, teknik pertahanan dan motivasi. Dukungan sosial teman sebaya adalah sumber dukungan yang paling utama bagi remaja karena pada masa remaja mereka akan lebih dekat dengan teman-temannya dari pada orang tuannya. Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan remaja baik secara emosional maupun secara sosial. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja di SMAN 8 Malang. Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 8 Malang yang berjumlah 186 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat dukungan sosial teman sebaya, sedangkan variabel terikatnya yaitu jenis mekanisme koping terhadap stres. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner yang kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman Rank. Berdasarkan uji Spearman Rank didapatkan nilai P = 0,000 sehingga H0 ditolak pada selang kepercayaan 95% (P<0,05) dan didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat dukunagan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja di SMAN 8 Malang. Besar korelasi (ρ) antara kedua variabel adalah 0,445 yang berarti korelasi tersebut bernilai positif dengan keeratan sedang, sehingga semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang diperoleh maka akan semakin adaptif mekanisme koping yang digunakan.

Kata kunci : Dukungan sosial, mekanisme koping, stres remaja

ABSTRACT

Social support is one of some coping sources for someone who have stress besides economic asset, skill and potential, defense strategy and motivation. Peer social support is a main source of support for teenager because in adolescent they are closer to their friends than their parents. Peer have important role for the development of emotion and social in teenager. Besed on the explanation, the research aimed to know the relation between stage of peer social support with the tipe of coping mechanism of stress in teenager in Senior High School 8 Malang. Respondent in this research is the student of XI class and numbered by 186 respondents. Independent variable in this research is stage of peer social support, whereas the dependent variabel is type of coping mechanism of stress. The instrument for collecting data is questionnaire that analized using Spearman Rank test. Based on the Spearman Rank test, it obtained P value = 0.000 that indicates H0 is rejected and the relation between stage of peer social support with the type of coping mechanism is significant. The correlation value (r) between both variables is 0.445, it means that correlation values is positive with medium tightness, so if the peer social support is high than the type of coping mechanism is adaptive.

(2)

PENDAHULUAN

Remaja merupakan periode perkembangan dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun.13 Remaja merupakan masa munculnya berbagai macam perubahan dan memiliki beberapa tugas perkembangan.11 Perubahan yang terjadi pada remaja antara lain perubahan fisik, emosional, intelektual, dan moral.2 Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja awal antara lain mencapai hubungan baru yang lebih dewasa dengan teman sebaya baik sejenis maupun berbeda jenis kelamin, menerima peran maskulin maupun feminine, menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya dengan baik, serta mencapai sisi emosional yang stabil.11 Sedangkan remaja akhir terjadi karena remaja tidak dapat menerima perubahan fisik yang dialaminya dengan cepat.10 Salah satu sumber utama stres lainnya pada remaja adalah hubungannya dengan orang tua, disatu sisi mereka ingin mandiri dan bebas tapi disisi lain mereka juga ingin diperhatikan.10 Tekanan akademik yang tinggi, dengan adanya keinginan untuk berprestasi dan berusaha untuk tidak gagal juga dapat menyebabkan stres pada remaja.10 Remaja dengan tingkat stres tinggi memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengkonsumsi narkoba, alkohol, rokok dan perilaku menyimpang lainnya.1

Masing-masing remaja akan melakukan mekanisme koping yang berbeda terhadap stres yang dialaminya. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.6 Cara individu dalam menanggulangi stres bergantung pada sumber koping yang tersedia misalnya, aset ekonomi, bakat dan kemampuan, teknik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Mekanisme koping

digolongkan menjadi dua, yaitu mekanisme koping adaptif dan maladaptif.16 Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain.3 Ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan kelompok.14 Menurut model buffering hypothesis, dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau stres yang dialami individu.12

Sumber dukungan sosial yang paling utama bagi remaja adalah teman sebaya. Di masa remaja, kelompok teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat karena remaja cenderung memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman sebayanya.8 Masa remaja merupakan titik rendah dalam hubungan orang tua dan anak, sementara itu penerimaan oleh sebaya sangat penting, sehingga remaja akan berusaha untuk diterima oleh kelompok sosialnya. Berdasarkan survey yang telah dilakukan di SMAN 8 Malang didapatkan data berupa masalah yang sering dialami oleh siswa kelas XI yaitu, tidak memiliki banyak teman (2,97%), sulit beradaptasi (18, 49%), sulit untuk berkata tidak pada teman (49,49%), dan tidak bisa memberi penjelasan pada orang lain (12,48%).7 Data tersebut menunjukkan masalah dalam hubungan sosial sehingga dapat mempengaruhi tingkat dukungan sosial tehadap remaja dalam mengatasi stres yang dialami.

(3)

sebagai studi lanjutan untuk penelitian selanjutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja di SMAN 8 Malang. Mengidentifikasi tingkat dukungan sosial teman sebaya di SMAN 8 Malang, mengidentifikasi jenis mekanisme koping stres pada remaja di SMAN 8 Malang dan menganalisa korelasi antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja di SMAN 8 Malang.

Penelitian ini dapat bermanfaat memberi dasar ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja. Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan peran teman sebaya sebagai pemberi dukungan sosial untuk menentukan jenis mekanisme koping yang tepat terhadap stres yang dialami remaja. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Malang. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 8 Malang tahun ajaran 2013/2014. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling, setelah penghitungan jumlah sampel minimal ditambah 10% untuk antisipasi drop out, maka jumlah sampelnya adalah 186 siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, berupa 20 pertanyaan tentang indikator dukungan sosial teman sebaya dan 16 pertanyaan tentang indikator mekanisme koping. Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada 40 siswa kelas XI di SMA Brawijaya Smart School Malang yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi penelitian. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson Product Moment. Setiap item instrument dikatakan valis apabila nilai signifikansi (p) < 0,05. Sedangkan uji reliabilitas instrument menggunakan Alpha Cronbach. Masing-masing instrument dikatakan reliable apabila nilai α ≥ 0,06. Kuesioner tingkat dukungan sosial teman sebaya dinyatakan reliabel karena nilainya

0,811, sedangkan kuesioner jenis mekanisme dinyatakan tidak reliabel karena nilainya 0,49.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11-14 Februari 2014. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisa data karakteristik responden. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara kedua variabel. Uji korelasi Spearman Rank digunakan untuk menganalisis hubungan antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap diperoleh informasi mengenai usia dan jenis kelamin.

Berdasarkan Tabel 1. Karakteristik Responden kelas XI di SMAN 8 Malang

(4)

Berdasarkan Gambar 1. didapatkan hasil penelitian tentang tingkat dukungan sosial teman sebaya pada remaja di SMAN 8 Malang yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 92 orang memiliki tingkat dukungan sosial yang termasuk dalam kategori tinggi, kemudian 83 orang masuk dalam kategori sedang dan 11 orang dalam kategori rendah.

2. Data Jenis Mekanisme Koping

Maladaptif Adaptif 75

80 85 90 95 100 105

101

85

Gambar 2. Jenis Mekanisme Koping pada Remaja di SMAN 8 Malang

Berdasarkan Gambar 2. didapatkan hasil penelitian tentang jenis mekanisme koping pada remaja di SMAN 8 Malang bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 101 orang memiliki mekanisme koping yang termasuk dalam kategori maladaptif dan sisanya 85 orang masuk dalam kategori adaptif.

ANALISIS DATA

Hasil uji korelasi Spearman Rank pada penelitian ini menunjukkan bahwa besar signifikansi p (0,000) < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping, dengan demikian hipotesis (H1) diterima pada selang kepercayaan 95% (p<0,05).

Dari hasil uji korelasi tersebut juga didapatkan besar korelasi (r) antara variabel 1 dan 2 adalah 0,445. Nilai tersebut masuk dalam rentang interval korelasi 0,40-0,599 sehingga korelasi memiliki keeratan sedang.

Arah korelasi bernilai positif yang berarti semakin tinggi tingkat dukungan sosial teman sebaya yang diperoleh maka mekanisme koping yang digunakan akan semakin adaptif.

Tabel 2. Tabel Silang Hubungan Tingkat Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Jenis Mekanisme Koping Terhadap Stres pada Remaja di SMAN 8 Malang

Pada tabel tersebut terlihat bahwa dari 11 orang (5,9%) dengan tingkat dukungan sosial rendah, 9 orang (4,8%) memiliki mekanisme koping maladaptif dan 2 orang (1,1%) memiliki mekanisme koping adaptif. 83 orang (44,6%) dengan tingkat dukungan sosial sedang, 58 orang (31,2%) diantaranya memiliki mekanisme koping yang maladaptif dan 25 orang (13,4%) memiliki mekanisme koping adaptif. Kemudian dari 92 orang (49,5%) dengan tingkat dukungan sosial tingi, 34 orang (18,3%) memiliki mekanisme koping maladaptif dan 58 orang (31,2%) memiliki mekanisme koping adaptif.

PEMBAHASAN

A. Tingkat Dukungan Sosial Teman Sebaya

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar siswa memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya yang tinggi, yaitu sebanyak 92 orang (49,5%), sisanya 83 orang (44,6%) dengan tingkat dukungan sosial sedang dan 11 orang (5,9%) dengan tingkat dukungan sosial rendah. Dukungan sosial teman sebaya dalam penelitian ini diukur melalui lima komponen yaitu, dukungan emosional,

Variabel

Jenis Mekanisme Koping

Total Maladaptif Adaptif

Tingkat Dukungan

Sosial Teman Sebaya

Rendah 4,8%9 1,1%2 5,9%11

Sedang 31,2%58 13,4%25 44,6%83

Tinggi 18,3%34 31,2%58 49,5%92

(5)

dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan kelompok.

Dukungan emosional dalam penelitian ini ditunjukkan dengan bagaimana respon teman sebaya ketika seseorang mengalami masalah, yaitu melalui empati, kepedulian dan perhatian yang diberikan. Hasil analisa data didapatkan 76,34% untuk dukungan emosional. Masing-masing nilai untuk parameter dukungan emosional adalah sebagai berikut; turut bahagia atas prestasi teman 75,7%, berusaha menenangkan teman ketika mendapat nilai yang buruk dalam ujian 70%, menanyakan keberadaan/kabar ketika teman tidak masuk 75,4%, tidak mengabaikan keluhan teman 87%, dan memperhatikan kata-kata yang disampaikan teman 73,5%.

Dukungan penghargaan ditunjukkan dengan pujian atas prestasi atau keberhasilan yang diperoleh seseorang atau tidak menganggu ketika ujian. Pada penelitian ini, didapatkan hasil dukungan penghargaan sebesar 73,43%. Masing-masing nilai untuk parameter dukungan penghargaan adalah sebagai berikut; mendukung teman untuk belajar giat sebelum ujian 72,8%, tidak menganggu atau menyontek teman ketika ujian 66,5%, dan berterimakasih atas bantuan teman 80,9%.

Dukungan instrumental ditunjukkan dengan bantuan berupa pinjaman uang, barang atau jasa dari teman sebaya ketika seseorang membutuhkan bantuan. Analisa data menunjukkan nilai sebesar 87,63% untuk dukungan instrumental. Masing-masing nilai untuk parameter dukungan instrumental adalah sebagai berikut; bersedia meminjamkan uang pada teman 78%, tidak menghindari ketika teman membutuhkan bantuan 92,7%, bersedia meminjamkan peralatan sekolah 87,6%, membantu mengerjakan tugas sekolah saat teman mengalami kesulitan 81,4%, dan bersedia mengajari teman tentang pelajaran yang belum dimengerti 91%.

Dukungan informasi ditunjukkan dengan nasihat, petunjuk dan umpan balik yang didapatkan seseorang dari teman

sebayanya ketika ia mengalami masalah. Pada penelitian ini didapatkan hasil sebesar 76,38% untuk dukungan informasi. Masing-masing nilai untuk parameter dukungan informasi adalah sebagai berikut; memberi nasihat ketika teman mengalami masalah 73,5%, memberi komentar/pendapat ketika teman mengalami masalah 87,6%, memberi petunjuk mengenai orang-orang yang dapat membantu menyelesaikan 68,4%, dan memberikan respon/umpan balik atas masalah yang diceritakan teman 76%.

Sedangkan dukungan kelompok ditunjukkan dengan penerimaan di dalam kelompok dan saling berbagi antar anggotanya. Hasilnya didapatkan 88,1% untuk dukungan kelompok. Masing-masing nilai untuk parameter dukungan kelompok adalah sebagai berikut; menerima dan menjadikan teman bagian dari kelompok 86%, tidak mengucilkan teman 94,7% dan saling berbagi dan mendukung dalam kelompok 83,5%.

Berdasarkan data di atas, dukungan kelompok memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 88,1%. Dukungan kelompok merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.14 Dukungan kelompok memiliki nilai tertinggi karena pada remaja akan cenderung membentuk kelompok-kelompok sosial yang biasanya terbentuk atas berbagai kesamaan dimana dalam kelompok ini mereka dapat saling berbagi dan mendukung. Selain itu, pada tahap tumbuh kembang yang sama, remaja cenderung mengalami masalah yang sama, sehingga mereka akan lebih mudah memahami kondisi yang dialami oleh temannya. Dukungan kelompok sebaya adalah suatu dukungan yang didapat atau diberikan oleh orang yang pernah atau juga sedang mengalami hal yang sama. Dengan adanya dukungan kelompok, remaja tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah-masalahnya.9

(6)

yaitu sebesar 87,63%. Dukungan instrumental ada ketika seseorang memberikan bantuan langsung seperti uang, barang atau jasa kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Dukungan instrumental mendapatkan nilai tertinggi kedua karena dukungan ini merupakan aspek dukungan sosial yang paling sederhana untuk didefinisikan sehingga mudah untuk dikenali dan dipenuhi ketika seseorang membutuhkannya.

Tinggi rendahnya dukungan sosial yang diterima individu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah dari penerima dukungan (recipient). Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak suka bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak asertif untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak menganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan. Faktor yang kedua adalah dari pemberi dukungan (providers). Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya.

B. Jenis Mekanisme Koping

Seseorang yang menghadapi masalah atau stressor akan membentuk respon berupa mekanisme koping. Dalam penelitian ini mekanisme koping merupakan bentuk usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan oleh individu untuk mengatur tuntutan internal dan eksternal yang timbul dari hubungan individu dengan lingkungannya. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stresor dan saat

mulai disadari dampak stresor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stresor tetapi juga kondisi tempramen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stresor tersebut. Mekanisme koping dapat dibagi menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.16

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden yaitu sebanyak 101 siswa (54,3%) memiliki mekanisme koping yang maladaptif, sedangkan yang memiliki mekanisme koping adaptif sebanyak 85 siswa (45,7%). Nilai yang didapat untuk mekanisme koping adaptif yang dialakukan siswa adalah 77,9% dengan parameter sebagai berikut; membahas masalah bersama orang lain teman atau keluarga 74,5%, merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah 71,2%, giat bekerja dan berkumpul dengan teman 80,1%, lebih menyukai bercerita dengan teman dari pada keluarga 67,7%, mencari informasi 80,5%, berusaha mendapatkan perhatian dan dukungan 66,4%, selalu memiliki keyakinan positif 89,2%, menerima kenyataan 84,3%, meningkatkan aktifitas ibadah 86% dan menghilangkan perasaan tertekan 79%. Sedangkan nilai yang didapat untuk mekanisme koping maladaptif yang dilakukan siswa adalah 19,4% dengan parameter sebagai berikut; menolak kenyataan 12,6%, menyerah dan tidak ingin lagi 12,2%, sering melamun dan tidur 31%, bergurau untuk melupakan masalah atau membuat lelucon tentang masalah yang dialami 57,1%, menggunakan zat-zat untuk merilekskan pikiran 1,6% dan meningkatkan konsumsi rokok 1,9%.

(7)

jenis, yaitu koping berfokus pada masalah (problem-focused coping) dan koping berfokus pada emosi (emotional focused coping). Koping berfokus emosi merupakan koping yang dilakukan untuk mengabaikan stresor, mengatasi stresor sementara dan tidak dapat menyelesaikan masalah. Sementara koping berfokus pada masalah lebih menekankan pada usaha untuk menyelesaikan masalah secara tuntas untuk mengehentikan stresor. Mekanisme koping seseorang akan berubah sesuai dengan pertambahan usia dan koping emosional semakin meningkat sesuai dengan tingkatan sekolah. Sedangkan mekanisme koping berfokus pada masalah lebih banyak dilakukan oleh individu yang lebih dewasa.4 Berdasarkan data di atas, sebagian besar siswa memiliki mekanisme koping yang maladaptif bukan karena mereka melakukan hal-hal yang termasuk dalam mekanisme koping maladaptif, tetapi lebih disebabkan karena mereka kurang melakukan hal-hal yang termasuk dalam mekanisme koping adaptif. Kegiatan yang termasuk dalam mekanisme koping adaptif namun jarang dilakukan oleh siswa antara lain adalah

merencanakan tindakan untuk

menyelesaikan masalah, datang ke pemuka agama, psikolog, atau orang yang lebih mengerti masalah yang dialami, lebih menyukai bercerita pada teman dari pada keluarga dan berusaha mendapatkan perhatian, dukungan dan bantuan dari seseorang. Sedangkan hal-hal yang termasuk dalam mekanisme koping maladaptif dan sering dilakukan oleh siswa adalah sering melamun dan tidur, serta membuat lelucon tentang masalah yang dialami. Mekanisme koping yang dilakukan siswa diatas termasuk dalam koping yang berfokus pada emosi. Remaja lebih memilih untuk mengatasi stres dengan melakukan hal-hal menyenangkan yang bersifat sementara agar dapat melupakan stres yang dirasakan.

Remaja yang menggunakan

mekanisme koping berfokus emosi ini dapat terjadi karena proses kognitif negative self-schemas membuat remaja memiliki

pandangan negatif terhadap diri sendiri dan membuat remaja merasa tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang terjadi dalam hidupnya.5 Mengabaikan masalah dengan menghindar, mengalihkan, dan penolakan adalah strategi koping yang tidak produktif.4 Koping yang paling sering dilakukan remaja ketika berhadapan dengan stres adalah mendengarkan musik, menonton televisi, berolahraga, dan berkumpul bersama teman. Strategi itu dikatakan strategi koping yang tidak produktif karena tidak ada usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau mengurangi stres.

KETERBATASAN PENELITIAN

1. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode kuantitaf dimana pengukuran variabelnya hanya satu kali saja sehingga hanya bisa mengetahui kondisi dari responden pada saat itu saja dan kurang dapat mengeksplorasi bentuk perasaan yang dialami oleh responden. Oleh karena itu tetap memerlukan metode yang bersifat kualitatif.

2. Tidak dikendalikannya sumber koping lainnya seperti aspek ekonomi, bakat dan kemampuan, teknik pertahanan dan motivasi sehingga kemungkinan variabel-variabel tersebut mempengaruhi hasil penelitian.

3. Selain itu, karena kuesioner mekanisme koping yang digunakan tidak reliabel dan tidak dapat mengidentifikasi mana pernyataan yang termasuk dalam koping berfokus masalah atau koping berfokus emosi maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan instrumen untuk mengukur mekanisme koping yang lebih baik dan reliabel.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal berikut :

(8)

dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja di SMAN 8 Malang 2. Remaja kelas XI di SMAN 8 Malang

memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya tinggi

3. Remaja di SMAN 8 Malang memiliki mekanisme koping yang maladaptif bukan karena mereka lebih sering melakukan hal-hal yang termasuk dalam mekanisme koping maladaptif, tetapi karena mereka kurang melakukan hal-hal yang termasuk dalam mekanisme koping adaptif

4. Semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin adaptif mekanisme koping yang digunakan

SARAN

1. Bagi Institusi Pendidikan

Melakukan skrining mengenai jenis mekanisme koping yang digunakan siswa untuk merencanakan kegiatan di sekolah untuk mengembangkan mekanisme koping siswa agar menjadi lebih adaptif dengan melibatkan peran dari teman sebayanya.

Memberikan edukasi pada siswa mengenai pentingnya peran teman sebaya dalam memberikan dukungan sosial dalam membentuk mekanisme koping yang adaptif untuk menunjang prestasi belajar siswa.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Menggunakan desain longitudinal study untuk mengetahui kondisi responden dari waktu ke waktu dan metode kualitatif untuk mengeksplorasi bentuk perasaan responden.

Mengendalikan sumber koping lain sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian dan didapatkan hasil yang pasti mengenai korelasi antara tingkat dukungan sosial teman sebaya dengan jenis mekanisme koping terhadap stres pada remaja.

Menggunakan instrument penelitian untuk mengukur mekanisme koping yang reliabel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Blane, et. al. (2009). Psychological theories of drinking and alcoholism. New York: The Guilford Press.

2. Cole, L. (1963). Psychology of adolescence. Edisi ke-5. New York: Holt. Rinehard and Winston Inc.

3. Dimatteo, M. R. (1991). The Psychology of Health, Illness, and Medical Care. Pasific Grove, Calivornia: Brooks/Cole Publishing Company.

4. Frydenberg, Erica. (2008). Adolescent coping: Advance in theory, research, and practice. New York: Routledge.

5. Kaslow, N. J., Adamson, L. B., & Collins, M. H. (2000). A developmental psychopathology perspective on the cognitive components of childs and adolescence psychology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

6. Keliat, B. A. (1999). Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: ECG.

7. Lutfiani, Ummi. (2012). Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Tingkat Kecerdasan Emosional (EQ) Remaja di SMAN 8 Malang. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran. Malang, Universitas Brawijaya. S1.

8. Monks. (2002). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

9. Murni, Suzana. (2009). Hidup dengan HIV/Aids. Jakarta: Yayasan Spiritia.

10.Needleman, R. (2004). Adolescent

Stress. online at

http://www.drspock.com/article/0.1510.79 61.00.html (diakses tanggal 15 Oktober 2013).

11. Newman & Newman. (2009). Developmental through life: A psychosocial approach. Belmont: Wadsworth Cengage Learning.

12. Orford, J. (1992). Community Psychology: Theory and Practice. England: John Wiley & Sons.

(9)

14. Sarafino, E. P. (2002). Health Psychology Biopsychosocial Interactions. United States: John Wiley & Sons, Inc.

15. Sarafino, E. P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions Fifth Edition. USA: John Wiley & Sons. 16. Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (1995).

Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book. 17. Zimmer-Gembeck, Skinner. (2008).

Adolescents Coping With Stress: Development and Diversity. The Prevention Researcher 15: 3-7.

Telah disetujui oleh, Pembimbing I

Gambar

Gambar 1. Tingkat Dukungan Sosial TemanSebaya pada Remaja di SMAN 8 Malang
Gambar 2.   Jenis Mekanisme Koping padaRemaja di SMAN 8 Malang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bahwa untuk menghasilkan tata kearsipan yang teratur, tertata, seragam, efektif dan efesian serta mudah dalam pencarian, maka diperlukan Pedoman Pengelolaan Arsip yang baik

Strategi manajemen SI/TI diperoleh dari hasil identifikasi solusi SI/TI sehingga dibutuhkanrekrutmen SDM pada struktur organisasi yaitu unit kerja IT yang terdiri dari

Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang melibatkan pangkat, akar, dan logaritma.. Alokasi

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

3) Strata diambil berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang, rendah. Untuk tingkat kemampuan tinggi, sedang, rendah diambil sampel sebanyak 1, 3, 1 pada

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk memberikan gambaran apakah perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2 atas bunga deposito

Then her face fell, and Drew realized she looked just as ill as he felt. Her skin was pale, the