• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN SIKAP MAHASISWA POLITEKNIK docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN SIKAP MAHASISWA POLITEKNIK docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN SIKAP MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI

MEDIA KREATIF TERHADAP MASKULINITAS JOE TASLIM

DALAM IKLAN TELEVISI KARTU HALO FIT DAN LG G3 STYLUS

Rizky Kertanegara, S.S, M.Si, Danasmoro Brahmantyo, S.Sos, M.Si

Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif

rizkykertanegara@gmail.com, d.brahmantyo.polimedia@gmail.com

abstrak

Representasi laki-laki modern dalam iklan banyak dilakukan sebagai bagian dari strategi kreatif. Strategi kreatif iklan yang biasa digunakan dalam merepresentasikan laki-laki modern ini adalah tema maskulinitasnya. Maskulinitas laki-laki modern ini direpresentasikan dengan berbagai konsep. Biasanya konsep yang dikembangkan adalah konsep yang bersifat fisik seperti tubuh yang berotot dan aktivitas yang menunjang hal tersebut (biologis) dan yang bersifat kepribadian seperti perilakunya terhadap keluarga dan lingkungan sosial (kultural). Dua konsep kreatif inilah yang menjadi rumusan masalah dari topik penelitian ini. Menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, peneliti ingin melihat sejauh mana sikap responden terhadap iklan televisi yang mengangkat konsep maskulinitas yang berbeda dengan lebih dahulu memetakan persepsi mereka terhadap maskulinitas. Subjek pada penelitian ini adalah TVC Kartu Halo Fit dan TVC LG G3 Stylus di mana Joe Taslim menjadi endorser dalam kedua iklan tersebut. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden terhadap maskulinitas yang mengangkat fisik masih lebih diterima dibandingkan maskulinitas yang mengangkat prilaku, namun perbedaannya tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa responden mulai menganggap maskulinitas tidak hanya dilihat dari representasi fisiknya, namun juga kepribadiannya.

Kata Kunci: Representasi, strategi kreatif, daya tarik emosional, laki-laki modern, maskulinitas

1. Pendahuluan

Representasi laki-laki modern dalam iklan televisi banyak dilakukan oleh pengiklan sebagai bagian dari strategi kreatif. Tema yang biasanya sering dijadikan strategi kreatif tersebut adalah maskulinitas. Tema maskulinitas ini tidak hanya dapat ditemukan pada berbagai jenis produk kategori khusus laki-laki, mulai dari produk perawatan wajah dan tubuh, parfum, hingga minuman berenergi namun juga produk-produk kategori umum.

(2)

menunjukkan bentuk otot tubuh dan aktifitas fisik atau pekerjaan yang biasa dikerjakan. Hal inilah yang membuat latar belakang setting dalam iklan banyak mengambil tempat di kantor, gunung, sirkuit balap, bengkel, café, pantai, dan lain-lain yang dianggap lebih pas[ CITATION Kur04 \p 26 \l 1033 ].

Beberapa iklan televisi yang peneliti temukan bertemakan maskulinitas jenis ini misalnya iklan Men’s Biore Double Scrub (2013) tentang aktifitas laki-laki dan iklan Kuku Bima Energi plus Vitamin C (2014) yang memperlihat kekuatan otot Ade Rai mengangkat mobil yang terjebak di lubang.

Gambar 1.1

Iklan Televisi Men’S Biore Double Scrub (2013)

Gambar 1.2

Iklan Televisi Kuku Bima Ener-G Plus Vit C (2014)

Namun, ada juga penggambaran laki dengan tema maskulinitas lain seperti laki-laki sebagai kepala keluarga yang berada di rumah untuk sekadar berinteraksi dengan istri dan anaknya atau melakukan pekerjaan rumah. Hal ini sejalan dengan perkembangan maskulinitas yang memasuki era laki-laki modern, yang tidak hanya melihat pada penggambaran fisik namun juga kepribadian dan interaksinya, ditandai dengan kehadiran gaya hidup metroseksual. Hal ini membuat implikasi pada perkembangan latar belakang

(3)

Beberapa iklan televisi yang peneliti temukan bertemakan maskulinitas jenis ini misalnya Suzuki Karimon Wagon R (2013) yang menggambarkan Denny Cagur sebagai kepala keluarga dan Tropicana Slim versi Jersey (2014) yang menggambarkan hubungan seorang ayah dan anak di rumah.

Gambar 1.3

Iklan Televisi Tropicana Slim Warisan Turun Temurun (2014)

Gambar 1.4

Iklan Televisi Suzuki Karimun Wagon R (2013)

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penelitian ini ingin melihat bagaimana perbedaan sikap responden terhadap iklan televisi yang mengemas maskulinitas dengan dua konsep yang berbeda. Peneliti ingin mengetahui adakah perbedaan sikap terhadap dua iklan dengan endorser yang sama, yakni Joe Taslim, namun berbeda dalam merepresentasikan sisi maskulinitasnya. Iklan-iklan televisi yang dibintangi oleh Joe Taslim tersebut adalah Kartu Halo Fit dan LG G3 Stylus. Sebelumnya, peneliti juga ingin mengetahui sejauh mana persepsi mereka terhadap maskulinitas itu sendiri. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Sejauh mana persepsi mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif

Jakarta terhadap maskulinitas?

Sejauh mana sikap mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta

(4)

Sejauh mana sikap mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta

terhadap tema maskulinitas pada iklan televisi LG G3 Stylus?

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Strategi Kreatif dan Daya Tarik Iklan

Memerhatikan unsur-unsur aspek kreatif dalam mewujudkan suatu iklan sangatlah penting. Untuk itu diperlukan strategi kreatif agar iklan tidak hanya dikemas dengan baik namun juga menarik bagi para audiens. Salah satu strategi yang digunakan oleh pengiklan adalah menentukan daya tarik iklan. Daya tarik iklan ini terbagi atas dua jenis, yakni daya tarik informatif atau rasional; dan daya tarik emosional. Jika daya tarik informatif atau rasional menekankan pada pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap aspek praktis, fungsional, dan kegunaan suatu produk, maka daya tarik emosional lebih menekankan pada bagaimana kebutuhan sosial dan psikologi konsumen dalam pembelian suatu produk [ CITATION Mor10 \p 343-345 \l 1033 ].

Mengemas representasi laki-laki modern dalam iklan dengan tema maskulinitas ini dapat penulis kategorikan sebagai strategi penggunaan daya tarik emosional. Hal ini menunjukkan bagaimana audiens sebagai calon konsumen merasakan minat atau ketertarikan yang sama sebagai laki-laki seperti yang ditunjukkan di dalam iklan. Iklan yang menampilkan daya tarik fisik, misalnya, bertujuan untuk menarik, menimbulkan gairah, membangkitkan semangat, yang pada sisi tertentu dapat memengaruhi emosi konsumen dan mendorong mereka untuk memiliki pandangan positif (favorable of mind) terhadap produk yang diiklankan [ CITATION Mor10 \p 346 \l 1033 ]

2.2. Laki-laki modern dan Maskulinitas

(5)

dipertukarkan. Misalnya laki-laki juga bisa melakukan pekerjaan domestik atau mengurus anak, perempuan pun juga bisa melakukan peran sebagai pencari nafkah keluarga. Berdasarkan konstruksi tersebut, maka maskulinitas didefinisikan sebagai seperangkat harapan, idealisasi tentang bagaimana seharusnya laki-laki berpikir, bertindak dan tampil dalam suatu kultur [ CITATION The07 \p 12 \l 1033 ].

Awalnya, konsep maskulinitas ini selalu dikaitkan dengan kejantanan seseorang. Hal ini beralasan karena maskulinitas merupakan salah satu turunan dari budaya patriarki. Maskulinitas mengatur bagaimana konstruksi laki-laki dominan dan bagaimana laki-laki memiliki kelebihan tertentu yang tak dimiliki oleh perempuan. Robert Brannonn (1976) menyatakan bahwa terdapat empat elemen yang menunjukkan maskulinitas[ CITATION Lin16 \p 66 \l 1033 ], yakni:

1. No sissy stuff, di mana laki-laki tidak boleh tampil feminin dan laki-laki sangat dianjurkan untuk tidak mengurusi hal yang berkaitan dengan femininitas.

2. Be a Big Wheel, maskulinitas juga diukur dari kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki, tingkat kesuksesan, tingkat kesejahteraan, dan status yang dimiliki. 3. Be a sturdy Oak, ini terkait dari sebuah pandangan tentang laki-laki tidak boleh

menangis, bahwa laki-laki harus tampak tenang dalam menghadapi suatu masalah serta bisa menahan emosi yang berlebihan.

4. Give ‘em Hell, mengacu pada sikap dan aura laki-laki yang berani dan agresif, dimana setiap laki-laki maskulin berani mengambil resiko.

(6)

konsep maskulinitas, dari maskulinitas tradisional ke maskulinitas modern, inilah yang menjadi ketertarikan peneliti untuk mencoba melihat bagaimana sikap masyarakat, dalam hal ini mahasiswa di Jakarta, terhadap iklan-iklan yang mengangkat dua tema maskulinitas yang berbeda tersebut.

2.3. Sikap dan Model of Copy Testing Effects

Penelitian ini menggunakan konsep sikap dengan menggunakan Model Of Copy Testing Effects. Hal ini mengacu kepada salah satu tujuan iklan yakni persuasi. Model ini terdiri atas tiga dimensi efek dari proses persuasi yang berbentuk linear, yang dimulai dari kognitif, afektif, hingga konatif. Penjelasan dari masing-masing dimensi dapat dilihat pada tabel berikut ini [ CITATION Rac06 \p 359-360 \l 1033 ]:

Tabel 2.1

Dimensi Model Of Copy Testing Effects

Dimensi Variabel

Afektif Perubahan Prilaku (Attitude Change) Suka/Tidak Suka (Like/Dislike) Keterlibatan (Involvement) Konatif/Behavio

r

Minat untuk membeli (Intention to Buy) Keputusan membeli (Purchase Behavior)

3. Metodologi

(7)

Sementara statistik yang digunakan adalah statitistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum [CITATION Sug06 \p 21 \l 1057 ]. Selain itu jenis data yang dipakai adalah data interval maka statistik yang dipakai adalah statistik parametris.Instrumen yang digunakan disusun dengan Skala Likert dengan interval 1 sampai dengan 4, di mana skor 1 berarti sangat tidak puas, 2 tidak puas, 3 puas, dan 4 sangat puas. Skala Likert tersebut nantinya akan menghasilkan data interval[CITATION Sug06 \p 24 \l 1057 ].

Subjek pada penelitian ini yang juga populasi penelitian adalah mahasiswa Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif. Pemilihan ini didasari atas keingintahuan peneliti untuk melihat sejauh mana para calon pekerja iklan menilai maskulinitas yang ditampilkan dalam iklan. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya [CITATION Sug06 \p 55 \l 1057 ]. Populasi ini kemudian ditarik menjadi sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling, yakni mahasiswa program studi periklanan yang ada tingkat awal hingga tingkat akhir. Sampel adalah adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut [CITATION Sug06 \p 56 \l 1057 ]. Pada pemilihan sampel ini, peneliti telah mempertimbangkan berbagai aspek sehingga teknik purposive sampling dapat menjawab pertanyaan dari rumusan permasalahan. Lokasi penelitian ini akan diadakan di kampus Politeknik Negeri Media Kreatif. Objek pada penelitian ini adalah TVC Kartu Halo Fit dan TVC LGG3 Stylus.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai data primer. Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan [ CITATION Rac06 \p 97 \l 1033 ].

(8)

Cronbach Alpha sebesar 0,950 untuk angket pertama dan 0,402 untuk angket kedua. Sedangkan hasil validitasnya juga sudah melalui beberapa kali percobaan hingga nilai sig. 2 tailed untuk masing-masing item pertanyaan lebih kecil dari 0,05 ( <0,05).

Data sekunder diperoleh dengan melakukan studi literatur dan studi dokumentasi. Studi literatur dilakukan dengan cara mencari referensi dari buku dan jurnal terkait dengan tema penelitian. Sedangkan studi dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data-data terbaru terkait dengan tema penelitian yang bersumber dari wawancara maupun data internet.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel sikap. Variabel sikap terdiri atas tiga dimensi, yakni dimensi kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan analisis kuantitatif yang dilakukan, peneliti ingin melihat iklan televisi bertemakan maskulinitas mana yang lebih diterima oleh responden.

4. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan pemaparan hasil dari kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa yang ada di Jakarta, maka penulis terlebih dahulu memberikan deskripsi masing-masing iklan yang menjadi objek penelitian, yakni iklan televisi Kartu Halo Fit dan iklan televisi LG G3 Stylus dengan Joe Taslim sebagai pemerannya.

4.1. Deskripsi Iklan Televisi Kartu Halo Fit

(9)

Gambar 4.1

Aktifitas Joe Taslim berolahraga Fisik

Gambar 4.2

Aktifitas Joe Taslim Berlatih Bela Diri

Gambar 4.3

Aktifitas Joe Taslim Bekerja sebagai Aktor

4.2. Deskripsi Iklan Televisi LG G3 Stylus

Pada iklan kedua yang menjadi objek penelitian, yakni iklan televisi LG G3 Stylus, Joe Taslim digambarkan sebagai seorang aktor sekaligus kepala keluarga. Iklan tersebut menceritakan aktifitasnya ketika berada di rumah, di mana ia melakukan aktifitas domestik seperti mengecek persediaan bahan yang ada di kulkas dan melakukan aktifitas bersama anak. Meskipun begitu, ia juga tidak lupa mengecek jadwal kegiatan bekerjanya melalui

(10)

tema karakter laki-laki yang ‘homy’ dan penyayang keluarga seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.4

Aktifitas Joe Taslim mengecek persediaan di kulkas

Gambar 4.5

Aktifitas Joe Taslim menemani anak

Gambar 4.6

Aktifitas Joe Taslim mengecek jadwal kerja

4.3. Deskripsi Persepsi Mahasiswa pada Maskulinitas

(11)

persepsi mereka terhadap maskulinitas. Persepsi ini nantinya akan berguna dalam menganalisis sikap mereka terhadap iklan dengan tema maskulinitas yang berbeda. Konsep yang dipakai dalam melihat persepsi mereka terhadap maskulinitas ini didasarkan pada elemen maskulinitas yang dinyatakan oleh Brannon (1976). Elemen-elemen ini dapat digolongkan ke dalam maskulinitas tradisional, yang kemudian dijadikan operasionalisasi konsep. Jika hasil angket tinggi, maka persepsi responden terhadap maskulinitas masih terkait pada elemen penampilan ‘macho’, kekuatan dan kesuksesan, kemampuan mengontrol emosi dan keberanian mengambil risiko. Sebaliknya, jika hasil angket rendah, maka persepsi responden sudah tidak lagi berpedoman pada standar maskulinitas tersebut.

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pada elemen maskulinitas tradisional ini, hampir sebagian besar responden masih menyatakan kesetujuannya pada konsep laki-laki maskulin yang dinyatakan oleh Brannon. Hanya pada pertanyaan 2 (dua) mengenai laki-laki maskulin tidak mengerjakan pekerjaan rumah, para responden sebagian besar menyatakan ketidaksetujuannya (53,3%). Berikut adalah hasil kuesioner persepsi mahasiswa mengenai maskulinitas.

1 Laki-laki maskulin tidak ke salon 33.3 46.7 16.7 3.3

2 Laki-laki maskulin tidak mengerjakan pekerjaan rumah

10 23.3 53.3 13.3

3 Laki-laki maskulin menduduki posisi tertinggi 33.3 40 26.7 0 4 Laki-laki maskulin memiliki rumah dan mobil

pribadi

46.7 23.3 20 3.3

5 Laki-laki maskulin tidak menangis 50 26.7 20 3.3

6 Laki-laki maskulin tidak panic 30 60 10 0

7 Laki-laki maskulin bertindak cepat 46.7 53.3 0 0

8 Laki-laki maskulin berinisiatif 46.7 43.3 10 0

Selanjutnya, peneliti beralih kepada hasil kuesioner tentang maskulinitas pada dua iklan yang menjadi objek penelitian.

(12)

Pada bagian pertama, peneliti terlebih dahulu menyajikan hasil kuesioner tentang sikap mahasiswa pada tema Maskulinitas, dalam hal ini Joe Taslim sebagai pemeran utama, pada iklan televisi Kartu Halo Fit. Peneliti menganggap objek penelitian yang pertama ini masih menggunakan parameter maskulinitas tradisional yang dinyatakan oleh Brannon. Adegan yang mendukung hal ini adalah adegan di mana Joe Taslim menampilkan aktifitas olahraga yang menekankan kekuatan fisik untuk mendukung profesinya sebagai aktor laga sehingga terkesan maskulin.

Berdasarkan hasil kuesioner pada angket pertama, yakni sikap terhadap tema maskulinitas Joe Taslim dalam iklan televisi Kartu Halo Fit, tanggapan responden menyatakan kesetujuannya. Pada dimensi kognitif mean yang didapatkan semuanya tinggi karena nilai reratanya di atas 2.7. Sedangkan pada dimensi afektif hanya pernyataan no.8 yang nilai reratanya di bawah 2.7. Untuk dimensi konatif nilai reratanya masih masuk dalam kategori sedang. Nilai rerata selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut.

1-1,33 rendah

1,34-2,67sedang

2,68-4 tinggi

Tabel 4.2

Rerata (Mean) Sikap Mahasiswa di Jakarta pada Maskulinitas Joe Taslim dalam iklan televisi Kartu Halo Fit

Dimensi Kognitif Afektif Konatif

Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Mean 3.0

7 2.93 2.97 3.10 2.80 2.83 2.83 2.60 2.47 2.37 Std.

Deviasi 0.45 0.52 0.49 0.61 60.7 0.70 0.79 0.93 0.82 0.61

4.5. Deskripsi Sikap Mahasiswa di Jakarta pada Maskulinitas Joe Taslim di Iklan Televisi LG G3 Stylus

(13)

dilakukan oleh perempuan, yakni mengecek persediaan barang di dapur dan menjaga anak. Selain itu, tidak terlihat sosok istri pada iklan ini. Jika mengacu pada pernyataan Brannon tentang elemen maskulinitas, maka sosok Joe Taslim dalam iklan ini sudah tidak sesuai dengan maskulinitas tradisional khususnya pernyataan yang menyatakan bahwa laki-laki maskulin tidak berurusan dengan hal yang berkaitan dengan feminitas.

Pada hasil kuesioner angket kedua, yakni sikap terhadap tema maskulinitas Joe Taslim dalam iklan televisi LG G3 Stylus, tanggapan responden juga menyatakan kesetujuannya. Pada dimensi kognitif mean yang didapatkan semuanya tinggi karena nilai reratanya di atas 2.7. Seperti pada angket pertama, pernyataan no.8 pada dimensi afektif yang nilai reratanya di bawah 2.7. Untuk dimensi konatif nilai reratanya juga masih masuk dalam kategori sedang. Nilai rerata selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.

Tabel 4.3

Rerata (Mean) Sikap Mahasiswa di Jakarta pada Maskulinitas Joe Taslim dalam iklan televisi LG G3 Stylus

Berdasarkan nilai rerata setiap pernyataan yang terdapat dalam angket mengenai sikap terhadap maskulinitas yang ditampilkan dalam kedua iklan yang menjadi objek penelitian ini, dapat diartikan bahwa pengetahuan terhadap konsep maskulinitas tinggi maupun secara emosional tinggi, namun minat dan keinginan untuk membelinya masih sedang.

5. Diskusi

Berdasarkan hasil dari dua kuesioner tersebut, dan dielaborasikan dengan persepsi mahasiswa terhadap maskulinitas, maka dapat dihasilkan beberapa hal sebagai berikut:

Maskulinitas tradisional masih menjadi pedoman

(14)

ini artinya responden masih setuju pada pedoman maskulinitas tradisional yang ditetapkan oleh Brannon.

Sikap terhadap maskulinitas tradisional cenderung tidak terlalu tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden terhadap maskulinas yang ditampilkan Joe Taslim pada iklan televisi Kartu Halo Fit tidak begitu tinggi, yakni 66,7% sedang dan 33,3% tinggi. Ini artinya sikap terhadap maskulinitas tradisional cenderung tidak terlalu kuat dibandingkan dengan pandangan mereka terhadap maskulinitas tradisional itu sendiri. Jika dikerucutkan lagi pada dimensi afektif, maka hasilnya adalah 50% sedang, 43,3% tinggi, dan 6,7% rendah. Hasil ini juga menunjukkan bahwa persentase responden yang terikat secara emosional pun cenderung sedang.

Sikap terhadap maskulinitas modern cenderung tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden terhadap maskulinas yang ditampilkan Joe Taslim pada iklan televisi LG G3 Stylus tidak begitu tinggi, yakni 66,7% sedang dan 33,3% tinggi. Hasil ini sama seperti sikap responden sebelumnya pada iklan televisi Kartu Halo Fit. Namun, jika dilihat bahwa iklan ini menampilkan maskulinitas yang bukan tradisional melainkan modern, maka hasil ini dapat dikatakan cenderung tinggi. Kemudian, jika dikerucutkan lagi pada dimensi afektif, maka hasilnya adalah 60% sedang, 36,7% tinggi, dan 3,3% rendah. Artinya secara emosional pun persentase responden yang terikat secara emosional mulai positif.

6. Kesimpulan

(15)

Referensi

Brannon, L. (2016). Gender: Psychological Perspectives. New York: Routledge.

Flocker, M. (2003). The Metrosexual Guide to Style: A Handbook for Modern Man.

Cambridge: Da Capo Press.

Hall, S. (1997). The Work of Representation. Dalam T. O. University, & S. Hall (Penyunt.),

Representation: Cultural Representations and Signifying Practices (hal. 13-74). London: SAGE. Dipetik Februari 26, 2015

Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi (6 ed.). Jakarta: Kencana.

Kurnia, N. (2004, Juli). Representasi Maskulinitas dalam Iklan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, VIII(1), 17-36.

Morissan. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (3 ed.). Jakarta: Kencana.

Sills, D., & Merton, R. (1968). International Encyclopedia of the Social Sciences. New York: Macmillan.

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian (9th ed.). (A. Nuryanto, Penyunt.) Bandung: CV Alfabeta.

The Southeast Asian Consortium on Gender, S. a. (2007). A Glossary of Terms in Gender and Sexuality (2nd ed.). (T. E.Blair, Ed.) Nakhon Pathon, Thailand: The Southeast Asian Consortium on Gender, Sexuality and Health.

Tuncay, L. (2004). Conceptualizations of Masculinity among a “New” Breed of Male.

Gender and Consumer Behavior, 8, 312-327.

(16)

Sikap pd Maskulinitas LG G3 Stylus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

sedang 20 66.7 66.7 66.7

tinggi 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tingkat Afektifitas pada Kartu Halo Fit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

rendah 2 6.7 6.7 6.7

sedang 15 50.0 50.0 56.7

tinggi 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tingkat Afektifitas pada LG G3 Stylus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

rendah 1 3.3 3.3 3.3

sedang 18 60.0 60.0 63.3

tinggi 11 36.7 36.7 100.0

Gambar

Gambar 1.2Iklan Televisi Kuku Bima Ener-G Plus Vit C (2014)
Gambar 1.3Iklan Televisi Tropicana Slim Warisan Turun Temurun (2014)
Gambar 4.1Aktifitas Joe Taslim berolahraga Fisik
Gambar 4.4Aktifitas Joe Taslim mengecek persediaan di kulkas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil dari Tugas Akhir yang didapatkan, model yang baik digunakan untuk memprediksi VaR adalah model GJR-n-Copula Clayton dan GJR-t-Copula Clayton karena

Berusaha keraslah dalam mengerjakan apa saja yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan pada Allah dan

Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian kualifikasi. Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan

Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi teknis sesuai dengan yang ditetapkan sebagaimana

Kelengkapan yang harus dibawa pada saat pembuktian kualifikasi adalah'oBerkas Asli&#34; seluruh. file Dotumen Penawaran yang telah dimasukan/diunggah melalui Sistem

Tulislah terlebih dahulu nama dan nomormu pada lembar jawab yang tersedia2. Kerjakan soal yang kamu anggap mudah

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Pengawasan Pembangunan Gedung Siaga dan Shelter Kendaraan Kantor SAR Ambon Nomor : BA.06/PL.004-ULP/VI/SAR AMB-2016

Gambar 4.1 Hubungan antara Tegangan Jepit Transformator dengan Kecuraman Muka Gelombang untuk Jarak 4 meter