• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kadar Caffeic Acid Phenethyl Ester Pada Propolis Di Pasaran Wilayah Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Kadar Caffeic Acid Phenethyl Ester Pada Propolis Di Pasaran Wilayah Surakarta"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBEDAAN KADAR CAFFEIC ACID PHENETHYL ESTER

PADA PROPOLIS DI PASARAN WILAYAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Devina Noviani Pramono G.0009055

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

iv

ABSTRAK

Devina Noviani Pramono, G.0009055, 2012. Perbedaan Kadar Caffeic Acid Phenethyl Ester pada Propolis di Pasaran Wilayah Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Propolis memiliki banyak komponen biologis dan farmakologis yang memberikan berbagai manfaat seperti immunomodulator, antitumor, antiinflamasi dan antioksidan. Hal ini disebabkan karena propolis disusun oleh berbagai macam komposisi kimiawi dan salah satunya adalah Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE). Kandungan dan komposisi kimia penyusun propolis dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya jenis tumbuhan, letak geografis, pelarut, jenis lebah, musim, serta iklim. Hal ini berakibat tidak semua merek propolis yang dijual memiliki komposisi dan kandungan kimia yang sama, begitu pula dengan propolis yang beredar di pasaran wilayah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar CAPE pada propolis di pasaran wilayah Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik . Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling menggunakan 6 merek propolis yang dibagi menjadi 6 kelompok yakni P1, P2, P3, P4, P5, dan P6. Masing-masing kelompok dilakukan pengukuran sebanyak lima kali. Pengukuran kadar senyawa CAPE dilakukan menggunakan UV Vis spektrofotometer panjang gelombang 700 nm dengan metode Prussian Blue. Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan uji statistik one way

Anovamelalui program SPSS 17.00 for Windows program.

Hasil Penelitian: Rata-rata kadar CAPE pada sampel propolis adalah P1 =

(3)

commit to user

vi

PRAKATA

Segala puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih yang diberikanNya kepada penulis. Karena pertolonganNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kadar Caffeic Acid Phenethyl

Ester pada Propolis di Pasaran Wilayah Surakarta”. Penelitian tugas karya

akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pertolongan sejati adalah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada :

1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta Enny N, SH., MH dan Mas Nardi selaku tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 4. Sri Hartati, Dra., Apt., SU selaku Pembimbing Pendamping yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 5. R.P. Andri Putranto, dr., M.Si selaku Penguji Utama yang telah memberikan

banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Martini, Dra., M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, kakak serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 26 Juli 2012

(4)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka... ... 5

1. Propolis ... 5

a. Pengertian Umum... ... 5

b. Kegunaan... ... 6

c. Kandungan Kimia ... ... 7

d. Efek Samping ... ... 9

2. Caffeic Acid Phenethyl Ester ... ... 10

(5)

commit to user

A. Penentuan Konsentrasi Standar CAPE ... 20

B. Penentuan Konsentrasi CAPE pada Sampel Propolis ... 22

(6)

commit to user

ix

B. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(7)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan jaman, penggunaan obat herbal pun

makin marak di kalangan masyarakat. Obat herbal telah diterima secara luas

hampir diseluruh negara di dunia. Menurut WHO, negara- negara di Afrika,

Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap

pengobatan primer. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi telah

menggunakan obat herbal sebagai pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor

pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju

adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit

kronik meningkat dan adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk

penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luasnya akses informasi

mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar, 2006).

Salah satu contoh obat herbal yang makin banyak dikonsumsi

masyarakat adalah propolis. Propolis merupakan material yang digunakan

oleh lebah untuk membangun dan melindungi sarangnya, propolis merupakan

substansi seperti lem yang tersusun atas resin tanaman, minyak esensial,

balsam, bee waxes dan pollen ( Fokt et al., 2010). Propolis banyak digunakan

dan dijual di berbagai apotik sebagai obat untuk berbagai penyakit. Produk

(8)

commit to user

dalam sirup obat batuk, shampo, kondisioner, salep, lotion, lipstik, kosmetik

dan pasta gigi (Fokt et al., 2010).

Propolis memiliki banyak komponen biologis dan farmakologis yang

dapat memberikan banyak manfaat seperti immunomodulator, antitumor,

antiinflamasi, antioksidan, antibakterial, antiviral dan antiparasit (Sforcin et

al., 2000, 2001; Gekker et al., 2005; Orsi et al., 2005, 2006a,b). Sebagai

imunomodulator kandungan Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) propolis

terbukti dapat menstimulasi produksi antibodi (Fischer et al., 2007). Secara in

vitro propolis bekerja secara langsung melawan mikroorganisme dan secara

in vivo propolis dapat menstimulasi sistem imun, dan mengaktivasi

mekanisme pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme.

Banyak penelitian dilakukan untuk menilai kandungan kimiawi dalam

propolis dan dapat disimpulkan bahwa komposisi kimiawi propolis sangat

beragam dan bergantung pada flora lokal dari daerah asal produksi propolis

(Marcucci, 1995; Bankova et al., 2000). Bagaimanapun juga untuk dapat

secara resmi digunakan sebagai salah satu bentuk pengobatan maka

diperlukan standarisasi kandungan kimiawi dari propolis yang dapat

menjamin kualitas, keamanaan dan kemanjuran dari propolis tersebut.

Dengan kepastian standardisasi akan memudahkan ilmuwan untuk

menghubungkan kandungan kimiawi propolis tertentu dengan aktivitas

biologis dari suatu penyakit sehingga membantu konsumen untuk dapat

(9)

commit to user

Melihat adanya kaitan penting antara standardisasi kandungan

kimiawi propolis dengan efektifitas kinerja propolis itu sendiri maka peneliti

memandang pentingnya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan

kadar kandungan CAPE pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta. Selain

itu alasan lain mengapa penelitian ini perlu dilakukan adalah karena belum

adanya penelitian yang dilakukan untuk melihat seperti apakah perbedaan

kadar kandungan CAPE pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan

sumbangsih pada ilmu pengetahuan dan kesehatan pada khususnya karena

melihat pada prospek propolis sebagai salah satu pilihan pengobatan herbal

yang berkualitas, dengan meninjau berbagai manfaat propolis yang dapat

diperoleh apabila kandungan kimiawi propolis sesuai dengan standarisasinya.

Hal ini dapat membuat propolis menjadi salah satu alternatif pilihan

pengobatan herbal yang berkualitas, aman dan efektif dalam mengobati

berbagai macam penyakit. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi suatu

dasar pertimbangan untuk memilih propolis sebagai suatu bentuk pengobatan

herbal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas,

dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah perbedaan kadar Caffeic Acid Phenetyl Ester (CAPE)

(10)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

Untuk mengetahui perbedaan kadar Caffeic Acid Phenetyl Ester

(CAPE) pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang lebih

mendalam mengenai perbedaan kadar Caffeic Acid Phenetyl Ester

(CAPE)pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal dari pengembangan

penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kadar Caffeic Acid Phenetyl

(11)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Propolis

a. Pengertian Umum

Kata propolis berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro berarti

sebelum dan polis berarti kota. Sehingga propolis dapat diartikan

“sebelum masuk sarang lebah”, yang bermakna pelindung sarang

lebah dari faktor-faktor berbahaya yang terdapat di luar sarang (Farre

et al., 2004; Kolasec et al., 2004).

Propolis merupakan substansi resin yang berbentuk lengket

seperti lem sehingga disebut sebagai bee glue. Propolis dihasilkan

lebah dengan cara mengumpulkan resin dari berbagai macam

tumbuhan, kemudian resin ini dicampur dengan saliva yang

mengandung berbagai enzim yang ada pada lebah dan lilin yang

berada di dalam sarang lebah, sehingga menjadi resin yang berbeda

dengan asalnya. Karena sumbernya bermacam-macam, maka warna,

komposisi, dan khasiat propolis bisa bervariasi (Sabir, 2005;

Bankova et al., 2000).

Penggunaan propolis sebagai obat sebenarnya sudah

dilakukan sejak lama. Bangsa Mesir menggunakan propolis untuk

(12)

commit to user

cicatrizant oleh Bangsa Yunani dan Romawi. Bangsa Inca

memanfaatkan propolis sebagai agen antipiretik. Bahkan pada abad

ke-17 lembaga farmasi London mengesahkan propolis sebagai obat

resmi (Castaldo dan Capasso, 2002; Bankova, 2005; Sforcin, 2007).

b. Kegunaan

Kegunaan propolis bagi manusia antara lain adalah :

1) Membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara alami

karena propolis kaya akan bioflavonoid yang dapat membantu

meningkatkan produksi serta aktifitas sel-sel imun, antara lain

makrofag (Orsi et al., 2000).

2) Sebagai penetral racun karena berbagai kandungan dalam

propolis dapat membersihkan polutan dan racun di dalam tubuh,

sehingga metabolisme sel dapat berlangsung optimal. Beberapa

penelitian telah membuktikan bahwa propolis juga dapat

berfungsi sebagai antioksidan kuat, yang dapat mencegah

timbulnya senyawa-senyawa radikal bebas (Kumazawa et al.,

2004). Radikal bebas merupakan penyebab utama munculnya

sel-sel kanker atau menimbulkan berbagai gejala penyakit akibat

gangguan fisiologi sel tubuh.

3) Sebagai antivirus, antibakteri dan antifungal karena propolis

sangat efektif melawan bakteri, virus dan jamur yang berbahaya

bagi kesehatan tubuh seperti bakteri yang dapat menyebabkan

(13)

commit to user

dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit, dan

bahkan bakteri yang dapat menyebabkan diare (Stepanovic et

al., 2003).

4) Sebagai anti peradangan karena propolis mengandung senyawa

Caffeic Acid Phenetyl Ester (CAPE) (Borrelli et al., 2002).

5) Membantu melindungi jantung karena kemampuannya yang

dapat membantu menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL)

dan trigliserida, serta meningkatkan High Density Liporotein

(HDL) (Fuliang et al., 2005).

6) Membantu mengatasi tukak lambung dengan cara mengurangi

kerusakan yang terjadi pada dinding lambung, mengurangi

derajat keasaman dan jumlah asam lambung yang diproduksi,

serta kemampuan propolis sebagai antimikroba dapat membantu

melawan aktifitas bakteri Helicobacter pylori, yaitu bakteri

penyebab tukak lambung (Kosalec et al., 2004).

c. Kandungan Kimia

Perlu diketahui bahwa komposisi kandungan senyawa yang

terdapat di dalam propolis sangat bervariasi tergantung wilayahnya.

Hali ini disebabkan lebah pekerja mengambil resin dari tumbuhan

yang tersedia di sekitar sarangnya, dan tumbuhan yang ada pada tiap

wilayah dapat sangat bervariasi tergantung pada kondisi geografis

dan ekosistem yang ada (Kosalec et al., 2004; Bankova et al., 1999).

(14)

commit to user

kimia pada propolis adalah waktu pengambilan propolis, iklim

daerah tumbuh propolis, dan jenis lebah (Fokt et al., 2010).

Bahan-bahan yang terkandung dalam propolis sangatlah

kompleks dan lebih dari 200 komponen telah teridentifikasi.

Penelitian yang ada mengenai komposisi kandungan yang terdapat

dalam propolis juga sangat bervariasi. Namun secara garis besar

hampir sama. Secara umum propolis mentah (raw propolis) terdiri

dari 50% resin yang sebagian besar terdiri dari fraksi polifenol, 30%

getah, 10% minyak esensial, 5% zat organik dan anorganik

(Bankova, 2000).

Jenis senyawa kimia yang terdapat pada propolis sangat

kompleks. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Gas

Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS) terhadap propolis

menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam

senyawa yaitu asam amino, asam alifatik dan esternya, asam

aromatik dan esternya, alkohol, aldehida, khalkon, dihidrokhalkon,

flavanon, flavon, hidrokarbon, keton dan terpenoid (Greenaway et

al., 1990). Hasil yang hampir sama juga diperoleh oleh Marcucci

(1995) yang menemukan senyawa alkohol, aldehida, asam alifatik

dan esternya, asam amino, asam aromatik dan esternya, flavanon,

keton dan glukosa dalam propolis.

Secara farmakologis, senyawa yang paling penting dalam

(15)

commit to user

aromatic. Flavonoid memiliki aktifitas biologis yang paling penting

dalam propolis. Sekurangnya sudah ada 38 macan flavonoid sudah

ditemukan di dalam proplis, antara lain galangin, kaempfrenol,

quercetin, pinocembrin, pinostrobin dan pinobaksin. Senyawa

phenolic terdiri atas cinnamyl alcohol, cinnamic acid, vanillin,

benzyl alcohol, benzoic acid, caffeic acid dan ferulic acid. Secara

keseluruhan, semua kelompok senyawa ini dilaporkan dapat

memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antifungal, antivirus,

antiprotozoa, antioksidan, antiinflamasi, dan immunomodulator

(Kosalec et al., 2004).

d. Efek Samping

Menurut penelitian Kariim (2007), selama 2500 tahun

penggunaan propolis oleh berbagai masyarakat dari berbagai

kebudayaan tidak tercatat adanya efek negatif yang serius dari

propolis. Bahkan dokter-dokter di Rusia biasa memberikan 9 gram

propolis setiap harinya kepada pasien tanpa mengalami kendala.

Adapun efek ringan yang sering dirasakan oleh pasien adalah mulut

dan tenggorokan terasa kering setelah mengkonsumsi propolis dan

kulit yang terasa hangat setelah dioleskan propolis.

Menurut penelitian Burdock (1998), propolis terbukti tidak

menimbulkan efek toksik. Pada sebagian orang mungkin muncul

alergi terhadap propolis, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit daripada

(16)

commit to user

digunakan kepada orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap

pollen (serbuk sari) (Menniti-Ippolito et al., 2008).

2. Caffeic Acid PhenethylEster

Gambar 2.1. Struktur Kimia CAPE (Hui et al., 2004).

Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) adalah salah satu komponen

aktif dalam ekstrak propolis yang berasal dari sarang lebah dan telah

diketahui memiliki beberapa manfaat seperti antimitogenik,

antikarsinogenik, antiinflamasi dan immunomodulator (Natarajan et al.,

1996). CAPE adalah struktur cenderung mirip flavonoid yang merupakan

senyawa utama dalam propolis, sebuah produk yang memiliki spektrum

luas yang telah digunakan sebagai obat rakyat. Grunberger et al (1998)

mendeskripsikan CAPE sebagai senyawa yang bertanggung jawab

terhadap sifat-sifat sitostatik propolis.

Caffeic Acid Phenethyl Ester telah menunjukkan beberapa

aktivitas biologi dan farmakologi seperti antiinflamasi (Borreli et al.,

2002; Hu et al., 2005) antikarsinogenik, imunomudulator dan antioksidan

(Cicala et al., 2003). CAPE diketahui dapat menjadi inhibitor kuat bagi

lipooksigenase serta bagi xantine oksidase dan dari pembentukan

(17)

commit to user

sebagai antitumor karena CAPE dapat menginduksi apoptosis dan secara

selektif menghambat pertumbuhan sel-sel abnormal (Mou-tuan et al.,

1996).

3. UV Vis Spektrofotometri Prussian Blue

Spektrofotometri merupakan metode analisis kuantitatif yang

cukup kuat dibandingkan metode lainnya. Metode spektrofotometri

digunakan untuk menentukan kandungan kimiawi berdasarkan absorbsi

panjang gelombang dari warna yang dihasilkan zat yang diukur

berdasarkan reaksinya setelah penambahan zat lain.

Terdapat beberapa cara untuk menganalisis komposisi fenol

dalam propolis dengan metode spektrofotometrik di antaranya metode

Folin-Ciocalteau, metode Prussian Blue dan metode o-Phenanthroline.

Metode Folin-Ciocalteau merupakan metode yang paling stabil dari

ketiga metode tersebut dan direkomendasikan untuk menganalisis

propolis dengan konsentrasi fenol yang tinggi. Metode Prussian Blue

merupakan metode yang cepat dan paling sensitif untuk total fenol

namun metode ini tidak stabil. Sementara metode o-Phenanthroline

merupakan metode yang cukup sensitif dan stabil (Gonzales, 2003).

Pengukuran dengan metode Prussian blue dilakukan dengan cara

mengunakan ekstrak air maupun ekstrak etanol propolis sebanyak 5-400

ηm ditambah dengan reagen prussian blue yaitu 400 ηm 0,0008M

K4(Fe)CN6 dan 400 ηm 0.1M FeCl3 dalam larutan 0.1M HCl. Larutan

(18)

commit to user

akhirnya menjadi 10 ml. setelah tujuh menit absorbansi dilakukan pada

700 nm, pegukuran dinyatakan selesai apabila test strip FeCl3 berubah

warna menjadi hijau kebiruan.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2. SkemaKerangka Pemikiran.

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

Ada perbedaan antara kadar Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE)

pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta.

Variasi kandungan senyawa kimia propolis Letak geografis,

jenis tumbuhan, waktu pengambilan,

iklim, jenis lebah

Variasi kadar kandungan senyawa kimia propolis

Propolis

Variasi kadar CAPE

(19)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah propolis yang

beredar di pasaran Wilayah Surakarta.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel

dipilih berdasarkan ciri-ciri atas sifat tertentu yang berkaitan dengan

(20)

commit to user E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Propolis di pasaran Wilayah Surakarta

2. Variabel terikat : Kadar Caffeic Acid Phenethyl Ester

(CAPE).

3. Variabel luar : Letak geografis, jenis tumbuhan, waktu

pengambilan, iklim dan jenis lebah.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas

Propolis di pasaran Wilayah Surakarta adalah Propolis yang berada di

pasaran Wilayah Surakarta. Skala pengukuran variabel ini adalah

nominal.

2. Variabel Terikat

Kadar Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE) adalah banyaknya CAPE

yang terdapat dalam propolis kemasan di pasaran Wilayah Surakarta.

Cara mengukurnya adalah dengan menggunakan metode UV Vis

Spektrofotometri Prussian Blue. Skala pengukuran variabel ini adalah

rasio.

3. Variabel luar

a. Letak geografis

Letak geografis mempengaruhi perbedaan bahan-bahan dasar dalam

(21)

commit to user

b. Jenis tumbuhan

Jenis tumbuhan yang berbeda dapat mempengaruhi komposisi

penyusun propolis.

c. Waktu pengambilan

Waktu pengambilan propolis yang berbeda juga dapat

mempengaruhi hasil akhir produk propolis.

d. Iklim

Iklim mempengaruhi perbedaan jenis tumbuhan yang merupakan

bahan dasar propolis. Iklim yang beragam berarti jenis tumbuhan

juga beragam sehingga menghasilkan komposisi penyusun propolis

yang beragam pula.

e. Jenis lebah

Jenis lebah mempengaruhi komposisi saliva dan enzim penyusun

propolis, sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi

(22)

commit to user G. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah observasional analitik.

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian.

Keterangan:

N :Propolis di pasaran Wilayah Surakarta

(23)

commit to user

C5 : Kadar CAPE propolis 5

C6 : Kadar CAPE propolis 6

R1 : Rata-rata kadar CAPE propolis 1

R2 : Rata-rata kadar CAPE propolis 2

R3 : Rata-rata kadar CAPE propolis 3

R4 : Rata-rata kadar CAPE propolis 4

R5 : Rata-rata kadar CAPE propolis 5

R6 : Rata-rata kadar CAPE propolis 6

H. Instrumen Penelitian

1. Alat

a) labu takar 10 mL, 100 mL, 250 mL; b) erlenmeyer tutup 100 mL, 250

mL; c) gelas beaker 250 mL; d) pipet tetes; e) pipet mikro 0-10, 10-100,

100-1000 µ L; f) botol timbang; g) satu set spektrofotometer; h) kertas

saring; i) kain lap; j) sabun cuci; k) sikat tabung.

2. Bahan

a) CAPE (1.10-3 s.d 2,98.10-3M); b) asam asetat; c) etanol 80%; d)

aquabidest; e) HCl 0,1 M; f) K3Fe(CN)6 0,0008M/0,1M HCl; g) FeCl3

0,1M/0,1M HCl; h) sampel propolis (propolis 1, propolis 2, propolis 3,

(24)

commit to user I. Cara Kerja

1. Menentukan standar CAPE (284,31).

2. Membagi sampel propolis menjadi enam kelompok yaitu: propolis 1

(P1), propolis 2 (P2), propolis 3 (P3), propolis 4 (P6), propolis 5 (P5) dan

propolis 6 (P6).

3. Masing-masing propolis diambil 10 µL lalu diencerkan dengan etanol

80% menjadi 10 mL. Selanjutnya larutan diambil 100 µL dan

ditambahkan 400 µL K3Fe(CN)6 0,0008M/0,1M HCl dan 400 µ L FeCl3

0,1M/0,1M HCl setelah itu dikocok dan tunggu selama 7 menit

kemudian diamati absorbansi warna pada UV Vis spektrofotometer

dengan panjang gelombang 700 nm.

4. Ulangi langkah ke 3 sebanyak lima kali untuk tiap sampel propolis.

5. Nilai rata-rata kadar CAPE tiap sampel propolis kemudian dihitung

dengan menggunakan persamaan regresi linear yang diperoleh dari kurva

kalibrasi CAPE standar.

6. Kadar CAPE antara propolis 1 (P1), propolis 2 (P2), propolis 3 (P3),

propolis 4 (P6), propolis 5 (P5) dan propolis 6 (P6) kemudian

(25)

commit to user J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan diuji menggunakan uji statistik One-Way

Analysis of Variance (ANOVA). Jika terdapat perbedaan yang bermakna,

maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons. Derajat

kemaknaan yang digunakan adalah p < 0,001. Jika ternyata data yang

diperoleh tidak memenuhi syarat uji statistik parametrik One-Way ANOVA,

maka akan digunakan uji statistik non parametrik yaitu Kruskal Wallis

(Dahlan, 2007). Untuk memudahkan analisis data tersebut digunakan

program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for

(26)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Penentuan Konsentrasi Standar CAPE

Penelitian mengenai perbedaan kadar CAPE pada propolis di pasaran

Wilayah Surakarta ini dilakukan pada bulan Mei 2012. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan 6 sampel propolis yang beredar di berbagai

Wilayah di Surakarta. Untuk dapat menentukan kadar CAPE pada sampel

propolis, maka dilakukan penentuan kadar konsentrasi CAPE standar terlebih

dahulu.

Analisis kandungan CAPE pada masing-masing sampel propolis yang

digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan larutan

standar CAPE dengan konsentrasi 0.0, 2.5, 5.0, 7.5, 10.0, 12.5 µL/ml. Untuk

melakukan analisis CAPE, terlebih dahulu dilakukan pengukuran nilai

absorbansi pada larutan standar yang akan digunakan sebagai pembanding

dalam penelitian. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan

UV Vis spektrofotometer dengan panjang gelombang 700 nm (Tabel 1).

Warna yang dihasilkan dari larutan standar CAPE adalah hijau kebiruan. Dari

hasil pengukuran nilai absorbansi CAPE standar maka didapatkan nilai

(27)

commit to user

Tabel 4.1. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar CAPE pada UV Vis Spektrofotometer Panjang Gelombang 700 nm.

Konsentrasi (µ g/ml) Absorbansi

0

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi CAPE Standar dalam Reagen Prussian Blue

pada UV Vis Spektrofotometer Panjang Gelombang 700 nm.

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa kurva kalibrasi dengan

persamaan regresi untuk absorbansi CAPE sebesar y = 0,019x – 0,0073.

Larutan standar senyawa CAPE diperoleh hubungan yang linier antara nilai

(28)

commit to user

absorbansi dengan nilai konsentrasi pada pengukuran yang ditunjukkan

dengan niai koefisien korelasi sebesar 0,996. Nilai (R) yang mendekati 1

menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut adalah linier.

B. Penentuan Konsentrasi CAPE Pada Sampel Propolis

Persamaan kurva kalibrasi CAPE standar dapat digunakan sebagai

pembanding untuk menentukan kadar senyawa CAPE pada ekstrak sampel.

Pada penelitian ini kadar kandungan CAPE total ditentukan berdasarkan

metode UV Vis spektrofotometri prussian blue, dimana setelah ekstrak

sampel direaksikan dengan K3Fe(CN)6 dan FeCl3 kemudian diencerkan

dengan etanol 80% didapatkan larutan ekstrak sampel bewarna kuning.

Setelah didiamkan selama 7 menit kemudian diukur absorbansi larutan pada

spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 700 nm. Dari hasil

pengukuran maka didapatkan rata-rata konsentrasi senyawa CAPE pada

sampel propolis di pasaran Wilayah Surakarta sebagai berikut:

Tabel 4.2. Rata-Rata Konsentrasi CAPE pada Sampel Propolis.

Propolis Rata-rata konsentrasi CAPE (µg/ml)

(29)

commit to user C. Uji Normalitas

Setelah diketahui konsentrasi CAPE pada sampel propolis, maka

dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi sampel yang digunakan.

Dari hasil uji normalitas maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Sampel Propolis.

Produk

Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk dimana

didapatkan nilai p > 0,05. Dari uji normalitas ini, maka disimpulkan bahwa

distribusi sampel propolis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

normal.

D. Uji Varians Data

Setelah dilakukan uji normalitas, maka juga perlu dilakukan uji

varians data untuk menilai varian data pada penelitian ini apakah sudah sama

ataukah belum. Dari hasil uji varian data maka didapatkan hasil sebagai

(30)

commit to user

Tabel 4.4. Hasil Uji Varians Data Sampel Propolis.

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.023 5 24 0.112

Hasil uji varians data menunjukkan bahwa nilai p > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa varian data dalam penelitian adalah sama.

E. Analisis Data One-Way Anova

Setelah diketahui bahwa distribusi sampel propolis dalam penelitian

ini normal dan varians datanya sama, maka dapat dilanjutkan analisis data

dengan menggunakan One-Way Anova. Analisis data One-Way Anova maka

didapatkan hasil:

Tabel 4.5. Hasil Analisis One-Way Anova Sampel Propolis.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups

154.927 5 30.985 4023.527 0.000

Within

Groups

0.185 24 0.008

Total 155.111 29

Analisis data One-Way Anova menunjukkan bahwa nilai p < 0,001

yang menandakan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada paling tidak dua

(31)

commit to user

F. Uji Post Hoc

Dari analisis data menggunakan One-Way Anova, maka diketahui

terdapat perbedaan bermakna pada kelompok data dalam pengukuran kadar

CAPE sampel propolis. Untuk mengetahui pada kelompok mana sajakah

terdapat perbedaan yang bermakna tersebut maka perlu dilakukan uji Post

Hoc (Lampiran 8). Setelah dilakukan uji Post Hoc didapatkan nilai p < 0,05

dan interval kepercayaan 95% tidak tercakup angka 0. Hasil uji Post Hoc ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar CAPE yang bermakna di

(32)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perbedaan kadar CAPE pada propolis di pasaran

Wilayah Surakarta ini, dilakukan dengan menggunakan 6 sampel propolis yang

beredar di berbagai Wilayah Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa

didapatkan perbedaan kadar CAPE yang bermakna pada semua kelompok sampel

propolis yang digunakan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan kadar CAPE pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta.

Perbedaan kadar CAPE pada propolis di pasaran Wilayah Surakarta ini

disebabkan karena adanya perbedaan dalam hal letak geografis, jenis tumbuhan,

waktu pengambilan, iklim dan jenis lebah yang terlibat dalam proses produksi

propolis. Perbedaan letak geografis pada sampel propolis yang digunakan,

ditunjukkan dari asal sampel propolis itu sendiri. Dalam penelitian ini, sampel

propolis yang digunakan berasal dari Indonesia, Inggris, New Zealand, Australia

dan Brazil. Letak Geografis dapat mempengaruhi komposisi bahan-bahan dasar

penyusun propolis seperti jenis tumbuhan dan jenis lebah. Bahan-bahan penyusun

propolis terdiri dari resin berbagai tumbuhan sehingga jenis tumbuhan yang

berbeda juga dapat mempengaruhi komposisi propolis. Jenis lebah mempengaruhi

komposisi saliva dan enzim penyusun propolis, sehingga secara tidak langsung

juga mempengaruhi komposisi penyusun propolis. Letak Geografis yang berbeda

juga mempengaruhi iklim daerah produksi propolis. Iklim yang beragam berarti

(33)

commit to user

propolis yang beragam pula. Waktu pengambilan propolis yang berbeda juga

dapat mempengaruhi hasil akhir produk propolis.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Bankova (2005) yang menyatakan

bahwa propolis tersusun atas berbagai macam senyawa kimiawi yang beragam

dan bergantung pada flora lokal tempat dimana propolis diproduksi. Sehingga,

secara tidak langsung letak geografis juga mempengaruhi komposisi penyusun

propolis. Juga dalam penelitian ini dipaparkan bahwa diperlukan adanya

standarisasi senyawa penyusun propolis sehingga dapat dilakukan kontrol kualitas

produksi propolis.

Dengan adanya penelitian mengenai perbedaan kadar CAPE pada propolis

di pasaran Wilayah Surakarta ini, dapat memberikan gambaran pada masyarakat

mengenai begitu kompleksnya propolis ditinjau dari segi bahan penyusun dan

komponen kimiawinya. Selain itu masyarakat juga dapat mengetahui bahwa

keberagaman bahan penyusun propolis dapat mempengaruhi komposisi kimia

penyusun propolis dimana dengan adanya perbedaan komposisi senyawa kimia

pada propolis, maka akan memberikan hasil akhir produk propolis yang beragam

pula. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

bagi masyarakat dalam memilih produk propolis sehingga dapat diperoleh

manfaat yang maksimal dari propolis.

Penelitian ini masih memiliki berbagai kekurangan antara lain populasi

penelitian yang sempit. Selain itu kurang banyaknya sampel penelitian yang

(34)

commit to user

begitu banyaknya zat aktif penyusun propolis maka kekurangan lain dari

(35)

commit to user

29

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat perbedaan yang bermakna dari kadar CAPE pada propolis di

Pasaran Wilayah Surakarta.

B. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dalam populasi

yang lebih luas dan jumlah sampel yang lebih banyak.

2. Diharapkan dilakukan pengukuran perbedaan dari kadar senyawa

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Kimia CAPE (Hui et al., 2004).
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran.
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian.
Tabel 4.1. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar CAPE  pada UV Vis Spektrofotometer Panjang Gelombang 700 nm
+4

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Penelitian :Terdapat perbedaan tingkat depresi pasca persalinan yang bermakna antara primipara dan multipara di RSUD Banjarsari Surakarta. Saran : Lebih

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kadar gula darah sewaktu pada dewasa obesitas dan non obesitas di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Metode

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kadar gula darah sewaktu pada dewasa obesitas dan non obesitas di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.. Penelitian ini

Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan prevalensi obesitas yang bermakna antara Etnis Jawa, Etnis Tionghoa, dan Etnis Arab pada anak sekolah menengah pertama di

Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan prevalensi obesitas yang bermakna antara Etnis Jawa, Etnis Tionghoa, dan Etnis Arab pada anak sekolah menengah pertama di

Simpulan : Terdapat perbedaan tingkat depresi yang sangat bermakna pada pasien PPOK tipe bronkitis kronis dengan emfisema di BBKPM Surakarta, dimana pada

Hasil uji terhadap hujan di wilayah kota Surakarta menunjukkan bahwa pada uji varian tidak terdapat perbedaan nilai varian dan pada uji nilai rata-rata

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kadar gula darah sewaktu pada dewasa obesitas dan non obesitas di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Metode