• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PGSD 1105562 Chapter4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PGSD 1105562 Chapter4"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan dua hal penting yaitu deskripsi hasil penelitian dan

pembahasan. Hasil penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, hasil belajar, dan

refleksi mulai dari siklus satu dan dua. Pembahasan disusun berdasarkan rumusan

masalah meliputi penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

peningkatan (hasil) Contextual Teaching and Learning (CTL).

A. Deskripsi Data Awal Penelitian

Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti melakukan

dua kali pengamatan. Menurut hasil pengamatan, sekolah dasar yang menjadi tempat

melakukan penelitian terletak di Kecamatan Sukajadi. Sekolah ini terdiri dari total

keseluruhan 320 siswa yang terbagi ke dalam 10 kelas. Subjek dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas II tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa 18 orang. Siswa

laki-laki 10 dan jumlah siswa perempuan 8. Kebanyakan siswa adalah warga sekitar.

Siswa di sekolah ini rata-rata adalah siswa dengan tingkat ekonomi kelas menengah

ke bawah. Hampir keseluruhan siswa mengalami masalah yang sama yaitu dalam hal

kemampuan memecahkan soal cerita. Hal ini dapat terdeteksi ketika peneliti

melakukan tes kemampuan awal memecahkan soal cerita, hanya 44% siswa yang

mampu melewati KKM atau sekitar 8 orang siswa dari total keseluruhan 18 orang

siswa. Hal ini yang melatar belakangi penelitian dilakukan.

1. Deskripsi Pra Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Sekolah

Dasar Negeri. Dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap seluruh

siswa yang menjadi subjek penelitian. Selain itu, peneliti melakukan wawancara

dengan wali kelas II untuk mendapatkan gambaran keseluruhan siswa. Dalam

(2)

mengenai kurikulum, kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan

digunakan.

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

a. Siklus I

Pelaksanaan siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hasil

belajar, dan refleksi. Pada pelaksanaan siklus I ini peneliti memperoleh data sebagai

berikut.

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan terlebih

dahulu untuk melakukan tindakan siklus I. persiapan yang dilakukan diantaranya

membuat perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum 2013. RPP yang disusun dalam

siklus I memiliki sistematika yang sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru

yaitu identitas sekolah, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator

capaian kompetensi, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk penelitian ini

berbeda dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lainnya. Pada RPP

yang dibuat ini menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Perbedaan RPP yang menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) dengan RPP yang lainnya yaitu terletak pada skenario pembelajaran atau

langkah pada kegiatan inti yang menerapkan karakteristik pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL). Dalam skenario pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilihat sebagai berikut.

a) Memberikan masalah kontekstual sesuai dengan yang ada di lingkungan siswa

yang berkaitan dengan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan.

b) Guru melakukan pemodelan mengenai materi operasi hitung campuran

(3)

c) Guru membimbing dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksikan

pengetahuannya mengenai materi operasi hitung campuran penjumlahan dan

pengurangan.

d) Mengkaitkan materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan

dengan materi lain dalam pelajaran matematika

e) Guru menciptakan masyarakat belajar dengan membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok.

f) Guru melakukan refleksi dan penilaian di akhir pertemuan dengan tanya jawab

dan berdiskusi dengan siswa.

Selanjutnya untuk lebih jelas mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

maka RPP dapat dilihat pada lampiran.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa

tanggal 28 April 2015. Pelaksanaan ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan

pada proses perencanaan, materi yang akan disampaikan adalah materi tentang

operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan. Observasi mengenai

kegiatan pembelajaran dilakukan oleh tiga orang observer. Gambaran umum dari

aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dideskripsikan

sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, siswa dan guru bersama-sama berdo‟a terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai yang dipimpin oleh ketua murid. Guru memeriksa

kehadiran siswa dengan menyebutkan nama siswa satu-persatu dan pada hari itu

seluruh siswa hadir. Pada saat guru memanggil nama siswa satu-persatu ada dua

siswa yaitu A18 dan A15 masih terlihat kurang memperhatikan saat guru berbicara di

depan kelas. Guru mengkondisikan kedua siswa tersebut dengan menggunakan tepuk

(4)

Setelah itu guru menanyakan kesiapan siswa untuk belajar dengan

memperhatikan kondisi bangku yang rapih dan menyuruh siswa mengeluarkan alat

tulis untuk memulai. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan bertanya kegiatan

sehari-hari atau pengalaman siswa dalam bermain di lingkungan. Guru mencoba bertanya yang berkaitan dengan materi “ Siapa yang suka bermain?” semua siswa serempak menjawab “saya bu”. Kemudian guru bertanya kembali “Permainan apa yang kalian sukai?. Siswa menjawab bermacam-macam, ada yang menjawab “Lompat tali bu”, “Bermain sepeda bu”, “Bermain kelereng bu”. Guru membenarkan jawaban siswa, setelah itu guru memberitahu tema pembelajaran hari ini dan

menyampaikan tujuan pembelajaran terkait dengan materi yang dipelajari.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, dimulai dengan tahap guru memberikan masalah

kontekstual dengan menunjukan media kelereng yang akan digunakan oleh siswa,

serta menanyakan kepada siswa mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar seperti “Jika ibu mempunyai 32 kelereng kemudian ibu membeli lagi 22 kelereng, berapakah kelereng ibu sekarang?”. Siswa menjawab “54 bu”. kemudian guru bertanya kembali “Mengapa hasilnya menjadi 54?”. Salah satu siswa A4 menjawab “Karena dijumlahkan bu”, guru membenarkan jawaban siswa kemudian guru bertanya kembali ”Mengapa harus dijumlahkan?”. Salah satu siswa A6 menjawab “karena ibunya membeli lagi berarti dijumlahkan bu”, guru membenarkan jawaban siswa dan kemudian guru menyuruh dua orang siswa untuk maju ke depan

untuk membuktikan dari hasil yang diketahui oleh siswa.

(5)

kepada Badu bu”. Dari percakapan itulah siswa dapat mengetahui pengertian operasi hitung.

Setelah itu tahap selanjutnya guru melakukan pemodelan dengan menyuruh 2

orang siswa maju ke depan kelas untuk mempraktikan aturan operasi hitung dengan

temannya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, guru bertanya “coba siapa yang mau mencoba untuk maju kedepan?”. Siswa pun saling berebut mengacungkan tangannya supaya ditunjuk oleh guru, kemudian dua orang siswa

maju ke depan yaitu A5 dan A7 yang memperagakan aturan operasi hitung untuk

memecahkan soal cerita yang diberikan oleh guru yang dipajang di depan kelas

dengan ditempelkan di papan tulis kemudian siswa setelah mendapatkan jawabannya

menempelkan jawaban tersebut di papan tulis dengan media angka yang telah

disediakan oleh guru.

Berikutnya yaitu tahap melakukan masyarakat belajar siswa dibagi ke dalam 4

kelompok dengan cara siswa dibagikan kertas yang berwarna sesuai dengan yang

dipilih oleh siswa. Satu kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang. Guru membimbing

siswa dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya mengenai

pemahaman aturan operasi hitung di dalam soal cerita dengan menggunakan alat

peraga atau media kelereng serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk diamati dan

didiskusikan. Pada saat pembentukan kelompok ini siswa mulai rebut dan tidak

teratur, disini guru sedikit kesulitan untuk mengkondisikannya, tetapi pada saat

kegiatan diskusi berlangsung siswa kembali focus pada materi dan berdiskusi dengan

baik dan tertib.

Sebelum kegiatan diskusi dimulai guru memberitahu siswa petunjuk cara

(6)

sesuai petunjuk yang telah diberikan”. Pada proses diskusi kelompok ini siswa kurang aktif semua, ada siswa yang hanya mengobrol saja, ada siswa yang hanya berdiam

diri saja tanpa melakukan kegiatan apapun, ada juga siswa yang benar-benar

berdiskusi dan mengerjakan soal-soal latihan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal

tersebut terlihat pada kelompok biru yang mengerjakannya hanya siswa

perempuannya saja sedangkan siswa laki-lakinya yaitu siswa A14 dan A10 malah

asyik mengganggu kelompok yang lain. Kelompok biru hanya dua orang saja yang

aktif mengerjakan yaitu A1 dan A4, siswa yang lainnya hanya memperhatikan.

Setelah siswa selesai berdiskusi, guru menggunakan prinsip interaktivitas

dengan meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan

siswa lainnya menanggapi. Kelompok yang menyelesaikan terbih dahulu

mendapatkan reward dari guru. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas dan

menyampaikan hasil diskusinya dan siswa dari kelompok lainnya menanggapi.

Kemudian guru meluruskan hasil dari diskusi siswa dan memberikan penguatan

tentang materi yang telah disampaikan. Kegitan diskusi kelompok ini sangat menyita

waktu, sehingga melebihi waktu yang telah guru perkirakan sebelumnya. Siswa

kembali duduk dibangkunya masing-masing, keadaan kelas pun kembali rebut, guru

pun berusaha untuk mengkondisikannya. Guru mengkaitkan konsep materi operasi

hitung yang dipelajari dengan konsep yang lainnya. Guru memberikan soal evaluasi

yang dikerjakan secara individu, siswa pun mengerjakannya secara tertib dang

sungguh-sungguh.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, siswa dan guru bersama-sama menimpulkan materi yang

telah dipelajari dari mulai pengertian operasi hitung, penjumlahan yang dilakukan

tanpa meminjam dan pengurangan yang tanpa meminjam. Guru memberikan umpan

balik terhadap proses pembelajaran dan bertanya jawab selama kegiatan berlangsung

(7)

Selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengulang kembali

materi yang telah dipelajari tadi di rumah dan mempelajari materi yang akan dibahas

selanjutnya yaitu mengenai operasi hitung penjumlahan dengan meminjam dan

pengurangan dengan meminjam. Guru memeberikan sedikit nasehat supaya mereka

lebih bersungguh-sungguh dalam belajar dan lebih tekun lagi. Guru kemudian menutup pembelajaran dan bersama-sama dengan siswa berdo‟a yang dipimpin oleh ketua murid.

3) Aktivitas

Saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus I dengan langkah-langkah

pembelajaran di atas tersebut, dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini

adalah pemaparan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan

lapangan dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer.

Tabel 4.1 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

(8)
(9)

kedepan kelas

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci ada

(10)

sebanyak 1 aspek atau 5%. Meskipun terlaksana baru 95%, hal ini tidak akan terlalu

berpengaruh karena yang tidak terlaksana bukanlah komponen kegiatan pada

pendekatan CTL melainkan pada kegiatan unjuk kerja. Hasil dari lembar observasi

pelaksanaan pembelajaran siklus I secara rinci terdapat pada lampiran.

Tabel 4.2 Catatan Lapangan pada Pembelajaran Siklus I

Kendala/Kesulitan Usaha Perbaikan

Saat siswa mengerjakan latihan siswa lain keluar

bangku dan ribut

Mengingatkan siswa yang

rebut dan memotivasi

siswa untuk aktif dalam

mengerjakan latihan

Guru hanya memperhatikan beberapa orang siswa

Perhatian guru harus

secara menyeluruh dan

tidak hanya kepada

sebagian siswa saja

Pada saat kegiatan yang dilakukan guru terlalu cepat

dan belum runtut

Guru lebih meperhatikan

runtutan rencana

pembelajaran supaya

tidak terburu-buru dan

lebih runtut

Guru tidak memperhatikan alokasi waktu Lebih memperhatikan

alokasi waktu

4) Hasil Belajar

KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 70, jadi siswa

dikatakan tuntas ketika siswa tersebut mendapat nilai 70 atau mendapat nilai di atas

70. Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

Lerning (CTL) pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung campuran yang

telah dilaksanakan pada siklus I menunjukan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55.

(11)

sebanyak 13 orang dengan presentase 72%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai

di bawah KKM sebanyak 5 orang dengan presentase 28%. Tingkat presentase

keberhasilan belajar siswa bisa dikategorikan tinggi karena presentase ketuntasan

dalam siklus I mencapai 72%.

Hasil pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Lerning (CTL) pada siklus I menunjukan peningkatan dari hasil pra

siklus yang telah dilakukan. Bila dibandingkan dengan hasil belajar pra siklus

rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu sebesar 69 dengan rata-rata-rata-rata nilai hasil belajar siswa

siklus I sebesar 81 mengalami peningkatan sebesar 12. Presentase siswa yang

mencapai KKM pada hasil belajar pra siklus yaitu sebesar 44% dengn hasil belajar

siklus I sebesar 72% mengalami peningkatan sebesar 28%. Perbandingan rata-rata

nilai hasil belajar siswa dan presentase pencapaian KKM pada pra siklus dan siklus I

dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut.

Gambar 4.1

Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I

0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus I 69

81

44

72

(12)

5) Refleksi

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat dikatakan hasil

belajar siswa sudah meningkat dari pra siklus walaupun masih belum memenuhi

standar ketuntasan depdiknas yaitu 85% siswa yang tuntas. Hasil observasi dan hasil

diskusi dengan para observer menunjukan bahwa pelaksanaan siklus I dengan

menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL) guru telah

melaksanakan pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat antusias dan aktif dalam

mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

Lerning (CTL). Guru sudah baik dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL). Guru sudah baik dalam

memberikan apersepsi dengan bertanya mengenai kegiatan sehari-hari yang akan

dikaitkan dengan materi operasi hitung, sehingga siswa memperoleh sedikit

gambaran tentang apa yang akan dipelajari. Pembelajaran yang dilakukan sudah

kontekstual dengan memberikan contoh-contoh riil dan berada disekitar siswa.

Adapun kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan siklus I dan harus

diperbaiki di siklus selanjutnya yaitu guru kurang memperhatikan kesiapan awal

siswa untuk belajar, sehingga siswa ada yang belum siap dan masih bermain dengan

teman lainnya. Guru kurang memperhatikan siswa yang duduk di belakang sehingga

masih ada sebagian kecil siswa yang tidak meperhatikan.

Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen namun dalam

pembagian kelompok guru belum bisa mengkondisikan kelas sehingga siswa masih

ribut dan sibuk mencari teman-temannya. Guru kurang tegas dalam menegur siswa

yang kurang aktif dalam diskusi dan masih mengganggu teman yang lainnya

sehingga membuat suasana diskusi kurang kondusif. Guru kurang adil dalam

berkeliling terhadap setiap kelompok, alokasi waktu untuk kegiatan diskusi terlalu

(13)

selanjutnya. Guru kurang membagi perhatian terhadap siswa yang sedang

menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dengan siswa yang lainnya sehingga

siswa kurang memperhatikan teman yang sedang menyampaikan hasil diskusinya dan

kurang menanggapinya. Guru kurang memberikan penguatan dan penekanan terhadap

materi yang dipelajari.

Kekurangan-kekurangan yang telah diuraikan di atas hendaknya diperbaiki

untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada pelaksanaan siklus II, adapun upaya

untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah dengan

memperhatikan kondisi kesiapan awal belajar siswa agar siswa menjadi lebih focus

dan proses belajar lebih optimal. Guru hendaknya memperhatikan siswa yang duduk

di barisan belakang dan mengatur tempat duduk siswa serta mobilitas guru di dalam

kelas juga harus lebih diperhatikan.

Guru harus membagi siswa ke dalam kelompok dengan tertib dan rapih

sehingga siswa tidak saling rebut dalam mencari temannya. Guru hendaknya lebih

tegas untuk menegur siswa yang kurang berpartisipasi aktif di dalam kelompok dan

mengganggu teman yang lainnya agar suasana diskusi menjadi lebih kondusif dan

semua siswa ikut serta dalam mengerjakan LKS. Guru harus memperhatikan alokasi

waktu yang tertera di RPP. Ketika perwakilan setiap kelompok maju ke depan kelas

untuk menyampaikan hasil diskusinya, guru hendaknya membagi perhatian terhadap

siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusinya dengan siswa yang lainnya agar

siswa yang lainnya memperhatikan siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusi

dan diharapkan siswa yang lainnya juga turut menanggapi hasil diskusi. Dalam

memberikan penguatan guru tidak hanya dengan melakukan tanya jawab saja tetapi

guru harus lebih memberi penguatan dan penekanan pada setiap pokok bahasan yang

penting dan diulang-ulang agar siswa menjadi lebih mengerti terhadap materi yang

dipelajarinya.

(14)

b. Siklus II

Pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hasil

belajar, dan kesimpulan. Pada penelitian siklus II ini peneliti memperoleh data

sebagai berikut.

1) Perencanaan

Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat

perencanaan-perencanaan diantaranya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), RPP yang dibuat pda siklus II ini berdasarkan dari hasil perbaikan dalam

proses refleksi siklus sebelumnya. RPP yang disuse n dalam siklus II memiliki

sistematika yang sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru yaitu identitas

sekolah, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator capaian

kompetensi, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media

dan sumber belajar, dan penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk penelitian ini

berbeda dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lainnya. Pada RPP

yang dibuat ini menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Perbedaan RPP yang menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) dengan RPP yang lainnya yaitu terletak pada skenario pembelajaran atau

langkah pada kegiatan inti yang menerapkan karakteristik pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL). Dalam skenario pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilihat sebagai berikut.

a) Memberikan masalah kontekstual sesuai dengan yang ada di lingkungan siswa

yang berkaitan dengan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan

dengan menyebutkan permainan yang berada di lingkungan sekitar siswa.

b) Guru melakukan pemodelan mengenai materi operasi hitung campuran

(15)

c) Guru membimbing dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksikan

pengetahuannya mengenai materi operasi hitung campuran penjumlahan dan

pengurangan sesuai pemikirannya masing-masing.

d) Mengkaitkan materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan

dengan materi lain dalam pelajaran matematika

e) Guru menciptakan masyarakat belajar dengan membagi siswa ke dalam beberapa

kelompok.

f) Guru melakukan refleksi dan penilaian di akhir pertemuan dengan tanya jawab

dan berdiskusi dengan siswa.

g) Membagi siswa kedalam 4 kelompok berdasarkan kemampuan siswa.

Selanjutnya untuk lebih jelas mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

maka RPP dapat dilihat pada lampiran.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal

07 Mei 2015. Observasi mengenai kegiatan pembelajaran dilakukan oleh tiga orang

observer. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat dengan hasil perbaikan dari siklus sebelumnya, materi yang

disampaikannya pun masih tentang soal cerita operasi hitung, tetapi soal cerita

operasi hitung yang diajarkannya berbeda dengaan operasi hitung siklus I, pada siklus

II ini soal cerita operasi hitung yang diajarkan alah operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan dengan teknik meminjam. Adapun gambaran umum dari pelaksanaan

pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa terlebih dahuku supaya siswa

lebih siap dalam mengikuti pembelajaran dengan cara merapikan tempat duduk siswa

(16)

bersama-sama berdo‟a untuk memulai pembelajaran, setelah itu guru mengecek kehadiran siswa melalui lembar absensi siswa, seluruh siswa hadir semua. Sebelum

memulai pembelajaram guru memotivasi siswa terlebih dahulu dengan melakukan

tepuk semangat, siswa mengeluarkan keantusiasannya dengan suara yang

bersemangat. Setelah itu guru mencoba mengaitkan materi yang akan disampaikan

dengan materi yang sebelumnya telah disampaikan yaitu tentang soal cerita

penjumlahan dan pengurangan tanpa teknik meminjam dengan menggunkan kelereng.

Sebagian besar siswa menjawab dengan bersemangat. Kemudian guru menyampaikan

tujuan pembelajaran terkait dengan materi yang akan dipelajari. Siswa meperhatikan

dan mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini, guru membagikan setiap siswa 10 stik es krim dan

memberikan maslah kontekstual dengan menempelkan beberapa pertanyaan soal

cerita di papan tulis. Siswa terlihat antusias ketika guru menempelkan beberapa soal

cerita di papan tulis. Guru membacakan soal cerita yang ada di papan tulis dan

meminta siswa untuk menuliskan kembali dalam buku masing-masing siswa dan

mengerjakannya, siswa kemudian siswa yang bisa terlebih dahulu menjawab bisa

meperagakannya di depan kelas menggunakan stik eskrim dan menempelkannya di

papan tulis dengan menggunakan media angka yang telah disediakan oleh guru.

Setiap siswa yang berani maju ke depan kelas untuk menempelkan jawaban dan

jawaban tersebut benar siswa diberikan reward oleh guru berupa gambar smile face

dan ditempelkan di dada. Guru membenarkan jawaban siswa ketika siswa

menjawabnya dengan benar dan guru meluruskan jawaban siswa dan memberi

penegasan atas jawaban-jawaban siswa.

Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan cara dipanggil satu

persatu dan disediakan tempat duduknya sehingga proses pembentukan kelompok

tidak seribut pada pembelajaran siklus sebelumnya. Siswa dibagi ke dalam 4

(17)

membimbing siswa agar dapat mengkonstruksikan konsep soal cerita operasi hitung

dengan memberikan media stik eskrim serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk

didiskusikan mengenai operasi hitung yang tedapat dalam soal cerita tersebut.

Guru tidak lupa untuk memberikan penjelasan kepada siswa bagaimana cara

mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) agar siswa tidak lagi kebingungan dalam

mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru juga berkeliling kesetiap kelompok untuk

memeriksa keadaan siswa ketika berdiskusi. Pada proses diskusi kelompok ini

sebagian besar siswa aktif dan tertib dalam mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS)

karena sebelumnya guru memberitahu bahwa guru akan memberikan reward kepada

satu kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik dalam kegiatan

tersebut dan semua anggota kelompoknya harus berpartisipasi aktif dalam mengisi

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan.

Suasana diskusi kelompok sangat kondusif, siswa yang memiliki kemampuan

yang lebih dari teman-temannya membimbing temannya dalam kegiatan diskusi dan

mepersilahkan temannya untuk mempelajari lagi hasil diskusinya. Setelah siswa

selesai berdiskusi, guru menggunakan prinsip interaktivitas dengan meminta siswa

untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa lainnya menanggapi.

Kemudian guru meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas dan

menyampaikan hasil diskusinya dan guru memberikan kesempatan kepada siswa dari

kelompok lain untuk menanggapinya. Stelah itu guru meluruskan jawaban dari hasil

diskusi siswa dengan menuliskannya di papan tulis kemudian guru memberikan

penguatan tentang materi yang telah disampaikannya. Guru memberikan soal evaluasi

yang dikerjakan secara individu, siswa pun mengerjakannya secara tertib dang

sungguh-sungguh. Kegiatan evaluasi tersebut mengakhiri kegiatan inti, selanjutnya

beranjak pada kegiatan akhir.

(18)

Pada kegiatan akhir, siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi

yang telah dipelajari yaitu soal cerita operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

dengan teknik meminjam. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada

kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik, pada hari itu kelompok

yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik adalah kelompok merah, semua

anggota kelompok lima maju ke depan kelas dan mendapat bintang sebagai

penghargaan. Guru memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran bertanya

jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian

materi). Guru memberikan sedikit nasehat kepada siswa supaya mereka lebih

bersungguh-sungguh dalam belajar dan lebih tekun lagi. Guru kemudian menutup

pembelajaran dan bersma-sama berdo‟a kembali.

3) Aktivitas

Saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus I dengan langkah-langkah

pembelajaran di atas tersebut, dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini

adalah pemaparan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan

lapangan dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer.

Tabel 4.3 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

(19)
(20)
(21)

berlangsung

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci ada

pada lampiran, jumlah aspek yang terlaksana sebanyak 22 aspek atau 100%.

Keseluruhan aspek ini dapat terlaksana setelah melakukan refleksi dari tindakan

sebelumnya. Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus II secara rinci terdapat

pada lampiran. Peneliti juga mencatat banyak temuan-temuan pada aktivitas siswa di

kelas pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan. Berikut adalah rinciannya:

Tabel 4.4 Catatan Lapangan pada Pembelajaran Siklus II

Kendala/Kesulitan Usaha Perbaikan

Ada beberapa siswa tidak terperhatikan

dengan baik oleh guru

Guru lebih memperhatikan siswa yang

lainnya dengan baik.

4) Hasil belajar

KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 70, jadi siswa

dikatakan tuntas ketika siswa tersebut mendapat nilai 70 atau mendapat nilai di atas

70. Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada pelajaran matematika materi soal cerita operasi hitung yang

telah dilaksanakan pada siklus II menunjukan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah

65. Rata-rata nilai siswa sebesar 93. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM

sebanyak 17 orang dengan presentase 94%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai

di bawah KKM sebanyak 1 orang dengan presentase 6%. Tingkat keberhasilan

belajar siswa bisa dikategorikan sangat tinggi karena presentase ketuntasan dalam

siklus II mencapai 94%.

Hasil pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada siklus II menunjukan peningkatan dari hasil

(22)

nilai hasil belajar siswa yaitu sebesar 81 dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa

siklus II sebesar 93 mengalami peningkatan sebesar 12. Presentase siswa yang

mencapai KKM pada hasil belajar siklus I yaitu sebesar 72% dengan hasil belajar

siklus II sebesar 94% mengalami peningkatan sebesar 22%. Perbandingan rata-rata

nilai hasil belajar dan presentase pencapaian KKM pada siklus I dan siklus II dapat

dilihat pada gambar diagram batang berikut.

Gambar 4.2

Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

5) Kesimpulan

Pada pelaksanaan siklus II ini sudah lebih baik bila dibandingkan dengan

siklus I. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, mulai dari memberi

motivasi, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi,

membimbing siswa dalam kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya, serta memberikan evaluasi kepada siswa. Guru juga sudah bisa

mengupayakan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan pada siklus sebelumnya.

Hasil belajar pada siklus II telah menunjukan peningkatan yang sangat baik

dengan presentase ketuntasan 94% dan bisa dikategorikan sangat tinggi. Jadi apabila

meninjau pada standar ketuntasan belajar yang ditetapkan depdiknas pembelajaran

0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II 81

93

72

94

(23)

secara klasikal akhirnya bisa dikatakan tuntas karena sudah mencapai standar

ketuntasan yang ditetapkan depdiknas yaitu kelas bisa dinyatakan tuntas dalam

belajar apabila siswa yang tuntas mencapai 85% dari total siswa atau lebih. Namun

catatan untuk satu orang yang nilainya di bawah KKM yaitu siswa A7 diberikan

remedial teaching dan perhatian khusus dari guru agar kedepannya siswa tersebut

dapat memenuhi target yang diinginkan.

B. Pembahasan

1. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan

Kemampuan Memecahkan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika

Penelitian Tindakan Kelas ini telah membuktikan bahwa pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat memberikan sumbangan positif bagi

pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa untuk meningkatkan

kemampuan memecahkan soal cerita di kelas IIB SDN yang terletak di Kota Bandung

Kecamatan Sukajadi. Kualitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan yang

signifikan, terbukti pada pelaksanaan pembelajaran yang ditunjukan dengan aktivitas

siswa yang meningkat dan hasil belajar siswa yang meningkat di setiap siklusnya.

Peningkatan kualitas pembelajaran ini dapat terjadi karena sebelumnya telah

membuat perencanaan pembelajaran yang disusun secara baik dan matang.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat memiliki sistematika

yang sama dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh

guru yaitu identitas sekolah, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator

capaian kompetensi, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian. Namun yang membedakan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) yaitu dalam kegiatan inti. Kegiatan inti pada Rencana

(24)

Learning (CTL) ini mengacu pada karakteristik pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) yaitu pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, penggunaan konteks,

pemanfaatan hasil konstruksi dan penilaian yang autentik.

Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini disusun tidak langsung baik

tetapi disusun secara bertahap, mengingat perencanaan dari siklus ke siklus selalu ada

kekurangan dan diperlukan perbaikan setiap siklusnya. Kekurangan-kekurangan yang

ada dalam perencanaan pembelajaran yang disusun dar siklus I hingga siklus II

tentunya mengalami perbaikan dari tahap ke tahap berdasarkan hasil refleksi dari

setiap siklus agar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi optimal.

Dalam perencanaan siklus I materi yang diajarkan yaitu tentang soal cerita

operasi hitung, pada pelaksanaannya guru mengikuti langkah-langkah pembelajaran

yang di dalamnya memuat karakteristik pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL). Dalam perencanaan siklus II secara keseluruhan tidak ada perbedaan

yang mencolok dari siklus I karena pada kegiatan pembelajaran peneliti mengacu

pada karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) hanya pada

pokok bahasan materi yang disampaikan yaitu soal cerita penjumlahan dan

pengurangan dengan teknik meminjam dengan tanpa teknik meminjam tau

menyimpan, kemudia pada alat peraga dan media pembelajaran yang lebih beragam

berdasarkan hasil dari refleksi siklus I, pembagian kelompok ditentukan oleh guru

sesuai dengan kemampuan siswa dengan tujuan agar semua siswa aktif

mengkonstruksikan pengetahuannya dalam kegiatan diskusi.

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar yang telah dilakukan

tidak terlepas dari kajian teori dan penguasaan kurikulum. Oleh karena itu, untuk

dapat mengembangkan langkah-langkah dalam kegiatan inti yang menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), terlebih dahulu haruslah

(25)

Learning (CTL) serta menguasai kurikulum. Sehingga bagi siapapun yang akan

menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses

pembelajarannya, terlebih dahulu harus mempelajari berbagai konsep atau teori yang

berhubungan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) serta

menguasai kurikulum dan materi ajar.

Pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat karena pada

pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) siswa dapat memulainya dengan kehidupan sehari-hari siswa

sehingga dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Emberian masalah

kontekstual akan mengantarkan siswa pada pemodelan. Pemodelan dengan

memanfaatkan alat peraga kelereng dan stik eskrim, alat peraga yang digunakan yaitu

benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa. Alat peraga ini akan

mengkongkretkan konsep matematika yang bersifat abstrak sehingga dapat

memudahkan siswa dalam memahami sebuah konsep matematika.

Hal tersebut sejalan dengan teori Piaget bahwa pada usia sekolah dasar

merupakan tahap kongkret dimana berpikirnya dengan segala sesuatu yang nyata.

Sehubungan dengan alat peraga, dalam pemilihannya harus memperhatikan

keefektifan, dan keefesienannya serta harus sesuai dengan materi. Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) juga sesuai dengan teori Brunner yang

tahapannya yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik sesuai dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Brunner juga berpendapat

bahwa proses pembelajaran sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk meneliti alat

peraga. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memfasilitasi guru dengan

menyediakan sarana dan prasarana terutama alat peraga serta memberi kesempatan

pada guru untuk berkreasi sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih optimal.

Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan Contextual Teaching and

(26)

aktivitas siswa dibandingkan dengan metode yang biasa digunakan guru yaitu

ceramah. Dalam metode ceramah, pembelajaran berpusat pada guru. Guru sebagai

sumber belajar dan siswa hanya mendengarkan apa yang guru jelaskan. Dalam

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pembelajaran berpusat pada

siswa, guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga dalam

pembelajarannya siswa diberi kesempatan untuk dapat menemukan sendiri

konsep-konsep matematika dan pembelajaran menjadi lebih bermakna karena dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut sejalan dengan Permatasari (Selvy,

2014: 63) bahwa „faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu

model penyajian materi, pribadi guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi luar‟. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan secara rinci bahwa model penyajian materi mencakup pendekatan ataupun alat peraga yang digunakan untuk

memfasilitasi dan menunjang penyajian materi di kelas dapat mempengaruhi

keberhasilan siswa dalam belajar.

2. Perkembangan Peningkatan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita pada

Pembelajaran Matematika (hasil) yang Menerapkan Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terbukti dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan soal cerita. Hal ini ditandai dengan hasil

belajar siswa kelas IIB SDN yang terletak di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi dari

siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan yang signifikan, baik nilai rata-rata

siswa maupun presentase pencapaian KKM. Pada siklus I nilai rata-rata mencapai 81

dengan presentase pencapaian KKM sebesar 72%, pada siklus II mengalami

peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 93 dengan presentase pencapaian KKM

sebesar 94%. Dari hasil yang di dapat menunjukan bahwa dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa

(27)

Karakteristik yang ada dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) juga membuat siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa

merasa senang dan bersemangat sehingga siswa tertarik pada mata pelajaran

matematika dan tidak lagi menganggap bahwa matematika itu sulit. Hal tersebut

membuat siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi dan hasil belajarpun

meningkat. Selain itu, dengan mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan

sehari-hari siswa maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih bermakna, sehingga

siswa dapat mengingatnya dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sejalan

dengan Mashudi (2012: 95) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa prestasi

belajar siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah diterapkannya

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan secara umum siswa

memberikan sikap positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan penjelasan di atas mengenai keberhasilan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan aktivitas

siswa dan kemampuan memecahkan soal cerita matematika maka penerapan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak sebatas hanya pada

materi soal cerita saja namun dapat diterapkan juga pada materi lain yang ada pada

pelajaran matematika.

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil refleksi selama melakukan penelitian yang telah berjalan

sebanyak dua siklus, peneliti akan memaparkan beberapa keterbatasan pada penelitian

ini. Keterbatasan tersebut dapat menjadi refleksi sebagai bahan pertimbangan yang

harus diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan penelitian ini antara lain:

1. Waktu pada penelitian ini sangat terbatas, yang dikarenakan pada akhir semester

ini cukup banyak waktu libur, baik libur berdasarkan kalendernasional, maupun

kalender akademik yang akan melaksanakan Ujian Nasional (UN) ataupun Ujian

(28)

diliburkan. Selain itu juga siswa telah mendekati Ujian Kenaikan Kelas (UKK),

sehingga penelitian ini hanya dapat terlaksana sebanyak dua siklus.

2. Pengelolaan atau management kelas harus lebih dikuasai oleh guru, terutama pada

Gambar

Tabel 4.1 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.2 Catatan Lapangan pada Pembelajaran Siklus I
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I
Tabel 4.3 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan yang disebabkan oleh tidak tepatnya perencanaan atau estimasi dalam proses difusi inovasi antara lain, tidak tepat dalam mempertimbangkan implementasi inovasi,

“Jika Allah ta’ala memberikan kepada salah seorang di antara kalian kebaikan – nikmat atau rezeki, maka hendaknya dia memulai dengan dirinya dahulu dan keluarganya”

Penipuan mengatasnamakan RS, promo negatif, keterbukaan informasi melalui dunia maya RS tipe D dan Klinik Rawat inap meningkat, Pesaing-pesaing baru. Peraturan Baru terkait

Ari Rismawanti (1105560), The Relationship Between Workplace Bullying And Work Motivation on Employees Companies in Bandung, Skripsi, Departemen Psikologi, FIP

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Deteksi Fraudulent

Pengelompokkan secara analisis indeks kritis ABC ini lebih tepat untuk suatu rumah sakit dalam upaya mengendalikan persediaan, dibandingkan dengan analisa ABC biasa,