• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PAI 1104986 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PAI 1104986 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah kepercayaan terhadap adanya Zat Yang Maha Kuasa, yang dalam istilah agama disebut Tuhan. Fitrah manusia tersebut adalah fitrah beragama Tauhid yang dijadikan Allah SWT pada saat manusia itu di ciptakan (Asmuni, 1993, hlm. 21). Hal ini dapat dipahami dari ayat 172 surat al-A‟rāf :

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (Q.S.Al-A‟rāf [7]:172).1

Pada surat lain, surat Al-Rūm ayat 30 Allah SWT berfirman:



(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

11

(2)

Tidak ada peubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Q.S.Al-Rūm [30 ]: 30).*

Para ahli tafsir mengatakan fitrah artinya ciptaan, fitrah Allah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah ciptaan Allah. Dengan demikian, manusia menurut ayat tersebut, diciptakan Allah mempunyai naluri beragama tauhid. Karena, naluri beragama tauhid merupakan fitrah manusia maka ketauhidan dalam diri seseorang telah ada sejak ia dilahirkan (Asmuni, 1993, hlm. 22-23).

Setiap muslim meyakini pencipta alam semesta, yaitu Allah SWT. Sejalan dengan pendapat Jabir (1993, hlm. 115) bahwa, “Seorang muslim meyakini ketuhanan Allah bagi mereka terdahulu dan yang akan datang, ketuhanan-Nya bagi seluruh alam bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah, tiada Tuhan selain

Dia”. Allah SWT berfirman:

.... 

  



... 

Artinya: “...Maka ketahuilah, Sesungguhnya tiada Tuhan melainkan hanyalah

Allah....” (Q.S. Muḥammad [47] :19).

Tauhid adalah ajaran yang dibawa oleh setiap Nabi dan Rasūl, mulai dari nabi Adam as sampai Nabi Muḥammad SAW. Senada dengan pendapat Asmuni

(1993, hlm. 27) menyebutkan bahwa, “Akidah Islam sering disebut Tauhid ini

sudah ada sejak zaman Nabi dan Rasūl, Nabi Adam telah membawa akidah ketauhidan yang di berikan oleh Allah”.

Asmuni (1993, hlm. XIV) menjelaskan, “Semua agama yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi menempatkan tauhid di tempat yang pertama dan utama. Karena itu, setiap Rasūl yang diutus Allah SWT mengemban tugas untuk menanamkan tauhid kedalam jiwa umatnya, mengajak mereka supaya beriman kepada Allah SWT, menyembah, mengabdi, dan berbakti kepada-Nya. Dan melarang mereka menyekutukan Allah SWT dalam bentuk apapun, baik zat, sifat maupun af’ l Nya”.

(3)



Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasūl pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasūl-Rasūl). (Q.S. al-Naḥl [16]:36).

Kemudian misi tersebut disempurnakan oleh Rasūlull ħ SAW itu terlihat pada awal masa kerasulannya selama di Makkah. Nabi Muḥammad SAW pada waktu itu memfokuskan, mendahulukan dan mengutamakan perhatiannya kepada pembinaan tauhid, sehingga semua aktivitas dakwahnya diarahkan kesana. Terbukti dari ayat-ayat al-qur` n yang turun pada periode Makkah pun berisi masalah-masalah ketauhidan.

Asmuni (1993, hlm. XIV) juga menjelaskan lagi maksud dari mendahulukan dan mengutamakan aspek tauhid dalam risalah Nabi Muḥammad SAW dari aspek hukum, bukan saja karena tauhid merupakan dasar pokok ajaran Islam dan fondasi yang didirikan di atasnya bangunan-bangunan hukum, akhlak dan sebagainya, tetapi karena hukum-hukum Allah SWT tersebut tidak akan bisa diterima dan dilaksanakan dengan baik dan benar tanpa keimanan yang kuat dan kokoh. Penerimaan, penghayatan, dan pengamalan terhadap hukum-hukum Allah bisa terwujud dengan baik jika seseorang memiliki keimanan yang kuat.

Tauhid dicerminkan pula dalam rukun Islam yang pertama yaitu syahadat. Suresman (2011, hlm. 1) mengatakan bahwa kalimat “L Il ha Illall h di sebut

juga kalimat “Ṭayyibaħ” (Tauhidullah). Tinggi-rendahnya ibadah seseorang, kuat

(4)



Artinya:“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang zalim dan memperbuat

apa yang Dia kehendaki”. (Q.S. Ibrāḥim [14]: 24-27). baginya hal tersebut tercermin ketika seorang muslim telah meyakini keberadaan Tuhannya (Allah), maka akan lahir suatu keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit sebagai ciptaan Tuhan. Dan semuanya akan kembali lagi kepada-Nya. Sehingga akan berdampak kepada sikap dan tingkah lakunya.

(5)

kematian akibat bunuh diri lebih tinggi dari pada korban perang dan bencana alam. Dalam sumber yang sama, Saxena mengemukkan bahwa dari 1,5 juta kematian tidak wajar setiap tahun di dunia, 800 ribu di antaranya adalah kasus bunuh diri. Menurutnya bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar kedua untuk golongan usia 15-29 secara global.

Selain itu, sebagian masyarakat Indonesia terbiasa dengan ritual-ritual yang mengarah kepada syirik. Zaen (2013) menyebutkan conntoh di antaranya adalah ritual yang dilaksanakan oleh penduduk kota Cilacap Jawa Tengah dengan mempersembahkan kepala kerbau bagi Nyai Roro Kidul, Sebagian orang menyembelih sapi untuk dipersembahkan kepada „penguasa‟ laut selatan agar berkenan membantu penyelesaian proyek pembangunan jembatan yang menghubungkan antara kota Surabaya dan Madura. Kemudian Zaen (2013) menambahkan contoh lain, yaitu sebagian penduduk sekitar Rawa Pening Ambarawa Jawa Tengah melakukan ritual persembahan berupa ayam, nasi dan lainnya kepada penguasa danau kecil ini yang mereka sebut Mbah Baru Klinting, agar mendapatkan kemudahan darinya dalam bekerja, sebagai bentuk syukur kepadanya sekaligus harapan memperoleh keberkahan darinya. Zaen (2013) juga menyebutkan contoh lainnya, sebagian warga Yogyakarta melakukan persembahan berupa rokok, pisang, padi dan setetes darah ayam jika mereka akan melangsungkan walimahan. Tujuannya, agar jin penunggu desa mereka tidak mengusik jalannya acara. Dikenal dengan Uba Rampe. Seluruh fenomena tersebut merupakan contoh persembahan sembelihan untuk selain Allah, maka dapat di simpulkan bahwa sebagian masyarakat belum menghayati Tauhid dalam kehidupan sehari-hari.

Kebudayaan, kebiasaan dan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Sejalan dengan pendapat Uhbiyati (2007, hlm. 99) menyebutkan, “Menurut Islam tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga ia dapat berbahagia hidupnya lahir bathin di dunia akhirat”.

(6)

hlm. v) ilmu tauhid adalah salah satu ilmu keislaman yang sangat penting diketahui oleh setiap muslim, bahkan terpenting dibanding ilmu-ilmu keislaman yang lainnya, karena ilmu ini membahas masalah akidah dalam Islam yang merupakan inti dan dasar agama. Tanpa pengetahuan yang memadai dalam ilmu ini, seseorang akan mudah terjerumus ke dalam jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik). Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa fenomena yang dikemukakan di atas, dipengaruhi pula oleh pembelajaran.

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan benar pendidikan Islam sebagai solusi yang sesuai dengan ajaran Islam yang mempunyai pondasi tauhid yang kokoh, siswa dapat mempelajarinya melalui sekolah ataupun pondok pesantren. Pondok pesantren memiliki kelebihan dalam menerapkan pembelajaran tauhid. Dengan program full day implementasi pembelajaran tauhid lebih terpantau karena semua kegiatan siswa telah terjadwal dan terpantau 24 jam. Sistem pesantren yang memiliki pembelajaran kemandirian dan memiliki sistem kurikulum Tauhid yang baik. Aplikasi pembelajaran lebih mudah dilaksanakan. Selain itu, metodologi pembelajaran Islam berupa keteladanan dan pengajaran akan lebih efektif. Implementasi pembelajaran tauhid tidak hanya berlangsung di asrama saja, namun juga terjadi sinkronisasi antara pembelajaran di asrama dan kebiasaan di pesantren.

Pondok pesantren sebagai central pendidikan Islam tentang pendalaman ilmu-ilmu ke-Islaman mulai dari Aqīdaħ, Tauḥīd, Fiqih, Bahasa Arab, Ṡaq faħ

Isl miyaħ, rah Nabawiyaħ, Tafsīr Al-qur` n dan lain-lainnya. Menurut Yacub (1984, hlm. 62) menyatakan:

Karakteristik pesantren ditandai juga dengan adanya pondok (asrama), mesjid, pengajaran dengan kitab-kitab Islam yang klasik, santri dan kiayi. Elemen yang terakhir merupakan figur sentral yang menjadi motor penggerak lembaga pembelajaran tradisional Islam di Indonesia.

(7)

dilakukan oleh peneliti pada Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya diperoleh info bahwa:

1. Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya ini dihuni lebih dari 3.000 santri.

2. Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya memiliki 1.000 lebih cabang Pesantren yang tersebar di Daerah Jawa dan Sumatera. 3. Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya merupakan

lembaga pembelajaran Islam yang dengan segala kelebihan dan kekurangannya selalu mengupayakan agar para santrinya mampu berakhlaqul karimah dan mendapat ilmu yang bermanfa'at yang dituangkan dalam tiga program Pesantren, yaitu; (1) Ulam ` Al ' milīn

(Ulama yang mampu mengamalkan ilmunya), (2) Im m Al Muttaqīn

(Memimpin ummat untuk bertaqwa), (3) Muttaqīn (Manusia yang bertahan dalam ketaqwaan.

4. Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya mengembangkan sistem Salafiyyah menjadi pembelajaran yang semi formal, dimana perjenjangan, kurikulum pengajaran, silabus, dan sistem evaluasi disusun berdasarkan jenjang pembelajaran (tingkat).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana model pembelajaran tauhid di pondok pesantren, yang dikemas dalam judul: “Model Pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda

Manonjaya Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahannya,

rumusan masalah tersebut adalah: “Bagaimana Model Pembelajaran Tauhid di

Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya?”. Adapun rumusan masalah secara khusus pada penelitian ini, meliputi:

(8)

2. Bagaimana tujuan dan kurikulum pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya?

3. Bagaimana pendidik pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya?

4. Bagaimana peserta didik pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya?

5. Bagaimana materi pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya?

6. Bagaimana metode pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya?

7. Bagaimana evaluasi pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pembelajaran tauhid di pondok pesantren yang menyangkut seluruh unsur pokok pembelajaran. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang profil Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya.

2. Mengetahui tentang tujuan dan kurikulum pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya.

3. Mengetahui pendidik di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya.

4. Mengetahui peserta didik di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya?

5. Mengetahui tentang materi pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya.

6. Mengetahui tentang metode pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya.

(9)

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya. Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran yang tepat di pondok pesantren.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pembelajaran seperti:

a. Bagi civitas akademik Universitas Pembelajaran Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bahan ajar perkuliahan serta dapat dijadikan pandangan dalam membina Tauhid mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pembelajaran Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan model pembelajaran Tauhid di pondok pesantren.

c. Bagi para orang tua, penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala pemahaman mereka mengenai model pembelajaran Tauhid di pondok pesantren dan hasil penelitian ini dapat menjadi pegangan dalam membina dan mendidik keluarga mereka.

d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami model pembelajaran Tauhid di pondok pesantren.

(10)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB I :

Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II :

Kajian Pustaka. Kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Pada bab ini berisi pembahasan landasan teori yang meliputi kajian tentang landasan teoritis model pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren.

BAB III :

Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan lokasi dan subyek populasi atau sample penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV :

Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini penulisan akan memaparkan hasil penelitian mulai dari pelaksanaan penelitian, model pembelajaran Tauhid di pondok pesantren, pengolahan data serta membahas temuan-temuan penelitian disertai dengan analisisnya.

BAB V :

Referensi

Dokumen terkait

Sekiranya masa yang terluang tidak dimanfaatkan, maka sudah pasti seseorang mudah terjerumus dalam beberapa aktiviti yang tidak sihat seperti menghisap rokok,

Hadis ini berisi tentang perintah kepada setiap muslim baik laki-laki, perempuan, tua, muda untuk menuntut ilmu. Perintah ini dimaksudkan agar orang muslim tidak

Penelitian yang berjudul “Konsep Khalīfaħ dalam Al- Qur`ān dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudu’i Terhadap. Konsep Khalīfaħ dalam

Atas kenyataan tersebut peneliti merasa terpanggil untuk meneliti lebih dalam mengenai pengaruh pembiasaan hafalan Alqurān terhadap prestasi belajar siswa dituangkan dalam

Sampai saat ini telah banyak lulusan dari prodi ini yang menyebar di berbagai daerah guna mengamalkan ilmu yang telah didapat. Walaupun tidak semua alumni IPAI

mendengarkan bacaan santri dengan konsentrasi dan komunikatif. Dengan demikian, pembelajaran Alquran dengan mengguanakan metode Asyarah akan terasa lebih mudah dan anak

keluarga yang religius untuk menjadikan anak yang memiliki perilaku beragama. yang baik, sebab tanpa ada acara atau pendidikan yang dilakukan oleh

Aspek penanaman nilai merupakan hal yang menjadi tujuan utama dalam berbagai mata pelajaran tak terkecuali Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) karena dalam IPS terdapat pembelajaran