Agustina, Tiara. 2014
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1) Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kota Bandung, lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah tiga sekolah menengah petama yang bebeda cluster. Cluster I berlokasi di Bandung Utara, cluster II dua berlokasi di Bandung Selatan, dan cluster III berlokasi di Bandung Barat.
2) Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII di tiga sekolah menengah pertama di kota Bandung. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sample. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya suatu tujuan tertentu (Arikunto, 2010: 183). Jumlah siswa pada cluster I adalah 38 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 17 siswa dan 21 siswa perempuan, cluster II adalah 40 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 17 siswa dan 23 siswa perempuan, dan cluster III adalah 64 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 29 siswa dan 35 siswa perempuan.
B. Metode Penelitian
1. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan 2. Menentukan alternatif tindakan yang dilakukan
3. Menentukan variabel-variabel penelitian dan pengujian lebih lajut (Masyhuri dan Zainudin, 2008: 48 dan 45)
Sehingga, penelitian deskriptif-eksploratif ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki kemampuan berpikir logis siswa dan kondisi miskonsepsi siswa SMP pada materi gerak lurus dengan menggunakan Three-tier Test.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Studi literatur terhadap jurnal, artikel, mengenai TOLT dan three-tier test
b. Telaah kurikulum IPA SMP dan menetukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian.
c. Perumusan masalah penelitian
d. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian e. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas dari tiap
cluster.
f. Menyusun instrumen penelitian three-tier test.
g. Melakukan judgement instrumen penelitian three-tier test. h. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah
tempat penelitian yang akan dilaksanakan. i. Melakukan uji coba instrumen.
j. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sehingga layak dipakai untuk tes.
2. Tahap pelaksanaan
a. Pelaksanaan tes TOLT.
3. Tahap akhir
a. Mengolah data penelitian
b. Melakukan analisis terhadap data penelitian c. Menarik kesimpulan dan saran
d. Menyusunan laporan hasil penelitian
Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tahap Pelaksanaan Melakukan penelitian dengan memberikan soal
TOLT standar
Tahap Akhir
Kesimpulan Pengolahan dan
Analisis data Pembahasan Tahap Persiapan
Studi literatur
Merumuskan Masalah
Membuat Instrumen Penelitian
Judgement
Uji coba
Studi Kurikulum
Analisis hasil uji coba dan revisi
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Three-tier Test yang berfungsi untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir logis, dan miskonsepsi miskonsepsi siswa. Peneliti mengadopsi dan mengadaptasi tehapan pembutan Two-tier Test yang dibuat oleh Treagust (2007: 394) .
1. Tes Berpikir Logis (TOLT) Standar
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data kemampuan berpikir logis siswa pada penelitian ini adalah seperangkat tes kemampuan berpikir logis. Soal tersebut berbentuk delapan butir pilihan ganda disertai alasan dan dua butir uraian singkat. Soal pilihan ganda memiliki lima pilihan jawaban dan lima alasan, sebagai pilihan untuk penguatan atas jawaban yang diberikan. Tes berpikir logis (TOLT) dikembangkan oleh Tobin dan Capie pada tahun 1981. Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan intelektual siswa berdasarkan skor yang diperoleh siswa terhadap 10 item yang mengukur penalaran proporsional, pengontrolan variabel, penalaran probabilistik, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial.
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Tes Berpikir Logis
(Tobin dan Capie, 1981: 417)
No Indikator Nomor Soal
2. Three-Tier Test
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan miskonsepsi yang dialami oleh siswa pada penelitian ini adalah three-tier test. Three-tier test adalah tes tiga tingkat yang dikembangkan oleh Treagust. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah, tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat tiga berupa keyakinan terhadap jawaban sebelumnya yang berbentuk yakin dan tidak yakin.
Penyusunan three-tier test pada penelitian ini mengadaptasi dari TOLT standar, adapun pengadaptasian yang dilakukan merupakan kemampauan berpikir logis menjadi acuan dalam pembuat soal dengan materi gerak lurus. Jumlah three-tier test yang dipergunakan pada penelitian ini adalah 15 soal, dengan kisi-kisi soal sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Three-Tier Test
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusunan instrument penelitian adalah sebagai berikut :
a. Menentukan konten atau isi materi b. Mengumpulkan informasi konsep
c. Menyusun instrument berdasakan kisi-kisi TOLT
Membuat instrumen one-tier test Membuat instrumen two-tier test
d. Konsultasi dengan dosen pembimbing dan revisi e. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test
No Indikator Nomor Soal
f. Meminta judgement kepada ahli
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.
h. Melakukan analisis berupa tingkat kesukaran soal, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.
E. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu berupa tes yang diberikan kepada siswa. Tes yang diberikan berupa TOLT dan three-tier test. TOLT merupakan seperangkat tes untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir siswa, sedangkan three-tier test merupakan seperangkat tes untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dengan materi gerak. Kedua tes diberikan pada waktu yang bersamaan. Jam pelajaran pada saat penelitian yaitu 2 jam pelajaran. Pada satu jam pertama siswa diberikan tes berpikir logis standar, setelah 1 jam selesai maka siswa diberikan tes berpikir logis modifikasi.
F. Analisis Data Penelitian
Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen tes tersebut perlu di-judgement dan diuji coba, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen sehingga ketika instrumen itu digunakan dalam penelitian telah valid dan reliabel. Data hasil uji coba tersebut dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010:211).
√
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan. X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.
Interpretasi mengenai besarnya koefesien korelasi yang menunjukkan nilai validitas yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 :
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal
(Arikunto, 2010:75)
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2010:100).
Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dengan menggunakan metode belah dua. Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:
Nilai rxy Kriteria
0,800-1,00 Sangat tinggi
0,600-0,800 Tinggi
0,400-0,600 Cukup
0,200-0,400 Rendah
0,00-0,200 Sangat rendah
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrument
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
N :banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh dilihat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4. Interpretasi Reliabilitas Tes
(Arikunto, 2010:75)
3. Daya pembeda
Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk kelompok rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:
Koefisien Korelasi Kriteria
0.80 – 1.00 Sangat tinggi
0.60 – 0.79 Tinggi
0.40 – 0.59 Sedang
0.200 – 0.39 Rendah
0.00 – 0.19 Sangat rendah
Keterangan :
D : daya pembeda
BA : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan
benar
BB : jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan
benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0. Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal itu. Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut.
Tabel 3.5Klasifikasi Daya Pembeda Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2010: 218)
4. Tingkat kesukaran
sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:
P =
(Arikunto, 2010:208) Dengan
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat kesukaran
(Arikunto, 2010: 210)
G. Teknik Pengolahan Data
1. TOLT mengukur kemampuan berpikir logis
Kemampuan berpikir logis diukur dengan menggunakan TOLT yang terdiri dari 10 nomor. Penskoran untuk TOLT dari nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1, selain itu diberi 0. Khusus untuk nomor 9 dan 10 dikarenakan berbentuk jawaban singkat maka skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap (Hapsari, 2009: 51). Hasil skor total TOLT dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria:
a. Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret.
Nilai P Keterangan
0,10 - 0,30 Sukar
0,30 - 0,70 Sedang
b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi.
c. Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. (Valanides, 1997: 174).
2. Three-tier test
Three-tier test berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua (two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin dan tidak yakin.
Three-tier test digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa dan miskonsepsi pada materi gerak. Kemampuan berpikir logis siswa dilihat berdasarkan hasil jawab siswa pada tingkat satu dan tingkat dua, setelah skor didapat siswa maka siswa diklasifikasikan pada tahap berpikir dengan kriteria yang diungkapkan oleh (Valanides, 1997: 174). Miskonsepsi siswa diperoleh dari hasil jawaban siswa yang dapat menjawab soal three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2005: 39-40) yaitu:
a. Skor 1. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah pada tingkat satu.
b. Skor 2. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0.
c. Skor 3. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.
d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.
miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.7 merupakan kriteria dari hasil skor three-tier test.
Tabel 3.7. Analisis Kombinasi Jawaban pada One-tier, Two-tier dan Three-tier
Analisis Tingkat
soal
Kategori Tipe Jawaban
One-tier Paham konsep jawaban benar Miskonsepsi jawaban salah
Two-tier
Paham konsep jawaban benar+ alasan benar Error jawaban salah+alasan benar Miskonsepsi jawaban benar+ alasan salah
jawaban salah+alasan salah
Three-tier
Paham konsep jawaban benar+ alasan benar+ yakin Kurang paham
konsep (lack of knowledge)
jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin jawaban salah+alasan benar+tidak yakin jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin Error jawaban salah+alasan benar+yakin Miskonsepsi jawaban benar+alasan salah+yakin jawaban salah+alasan salah+yakin