• Tidak ada hasil yang ditemukan

t pk 049491 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t pk 049491 chapter5"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah peneliti memaparkan beberapa kondisi dan proses

pembelajaran, serta dari beberepa temuan yang diperoleh selama penelitian ini

dilaksanakan, mengenai Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas X di SMA Laboratorium Percontohan

UPI, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan Pengajaran guru PAI

Hasil penelitian di SMA Laboratorium Percontohan UPI, menunjukkan

bahwa pada dasarnya guru PAI telah merencanakan pengajaran sesuai

dengan yang telah diuraikan dalam proses belajar mengajar kontekstual,

hal ini terlihat mulai sebelum melaksanakan pengajaran, guru PAI

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pengajaran, yaitu dengan cara membuat rencana

pengajaran, sehingga pada pelaksanaan pembelajarannya dapat mudah

dipahami oleh siswa, karena guru telah menyusunnya secara

sistematis.

b. Melengkapi administrasi pembelajaran, seperti satuan pelajaran,

rencana pelajaran dan program tahunan, program semester, daftar hadir

(2)

c. Menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, hal ini terlihat

bahwa pembelajaran PAI di SMA Laboratorium Percontohan UPI

tidak hanya dilakukan di kelas saja, akan tetapi dilakukan di luar kelas,

observasi serta telah melaksanakan berbagai macam metode, seperti

diskusi, tanya jawab, simulasi, dll.

d. Melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi hasil belajar

dilakukan oleh guru setelah melaksanakan proses belajar mengajar, hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan siswa dan

guru dalam menyampaikan materi pengajarannya.

e. Membagikan dan mengumumkan hasil ujian siswa. Hal ini dilakukan

supaya setiap siswa dapat mengetahui letak kesalahan/ kekurangan

yang harus diperbaikinya.

2. Proses dan Evaluasi Pembelajaran Kontekstual

Proses pembelajaran kontekstual di SMA

Laboratorium-Percontohan UPI, di samping memperhatikan perencanaan, juga

memperhatikan hal-hal lain berikut ini:

a. Sebelum memulai pembelajarannya, guru PAI melakukan apersepsi

terlebih dahulu. Apersepsi dilakukan untuk memberikan rangsangan

kepada siswa mengenai materi-materi terdahulu yang telah

diberikannya agar diingat kembali, sehingga konsentrasi siswa akan

lebih siap menerima materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru

(3)

b. Kegiatan belajar mengajar kontekstual di SMA

Laboratorium-Percontohan UPI telah dilaksanakan sebelum bergulirnya

pembelajaran kontekstual seperti berkembang dewasa ini, hal ini

terlihat dari praktek mengajar yang menggunakan berbagai macam

metode, misalnya; metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan bahkan

metode mengajar inkuiri. Ada juga metode penugasan yang diberikan

untuk memotivasi siswa belajar dengan membuat makalah, yakni

mencari materi yang lebih luas di masyarakat, perpustakaan, internet

dan lain-lain.

c. Tahap evaluasi telah dilaksanakan untuk mengukur kemampuan siswa

terhadap penguasaan materi yang telah diterimanya. Hal ini perlu

dilakukan untuk mendapatkan umpan balik dari siswa, sehingga guru

dapat memperbaiki cara mengajar dan mengevaluasinya.

3. Dampak Pembelajaran Kontekstual

Dampak pembelajaran kontekstual di SMA

Laboratorium-Percontohan UPI, di samping memperhatikan perencanaan, proses dan

evaluasi juga memperhatikan hal-hal lain berikut ini:

a. Berkembangnya dari segi pemahamannya, terlihat dari

pandangan-pandangan ideal mereka ketika dihadapkan pada proses pembelajaran

PAI baik sebelum ataupun sesudah mempelajari materi-materi PAI di

(4)

b. Pemahaman ideal siswa SMA Laboratorium Percontohan UPI terhadap

PAI, ketika mereka telah selesai menerima materi pelajaranpun

menunjukkan kesadaran yang cukup tinggi.

c. Motivasi untuk lebih memperdalam materi yang sudah dipelajari,

hampir setengahnya dari responden merasa cukup mempelajari

kembali materi pelajaran tersebut hanya sebatas agar ingat dan hafal,

serta hanya sebagian kecil saja yang mencoba mengamalkan dan

menerapkannya dalam kehidupan keseharian mereka.

d. Bertambahnya kesadaran akan tindakan dan perilaku keseharian siswa.

e. Siswa cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di lingkungan

masyarakat.

B. Rekomendasi

Rekomendasi ditujukan kepada pihak-pihak yang dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah yaitu para guru

terutama Guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala SMA Laboratorium

Percontohan UPI. Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan,

maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi dalam pelaksanan Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

1. Semua guru terutama guru Pendidikan Agama Islam

Sebelum melaksanakan pendekatan Contextual Teaching and

(5)

dalam rencana pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran perlu

dideskripsikan secara jelas langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

guru dan siswa, agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan

alokasi waktu yang tersedia.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL), harus sesuai dengan rencana

yang telah disiapkan, dan memfungsikan alat dan sumber belajar seoptimal

mungkin.

Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan secara kelompok, kelompok

diskusi dapat dilaksanakan di perpustakaan atau di rumah, (bila di rumah,

dilakukan secara bergiliran). Hal ini untuk memungkinkan siswa untuk

dapat menghemat waktu, siswa secara leluasa dapat mencari berbagai

sumber belajar dan lebih kreatif dalam menyempurnakan laporan diskusi

kelompok mereka

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas dan di luar

kelas hendaknya tidak berjalan sendiri-sendiri. Kerjasama pembinaan

keagamaan siswa antara guru Pendidikan Agama Islam dengan Pembina

organisasi keislaman siswa serta guru-guru lainnya mutlak diperlukan.

Dalam hal ini, diharapkan guru Pendidikan Agama Islam bertindak

sebagai koordiator dalam pembinaan tersebut.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas terbatas

oleh kurikulum yang telah diterapkan, sehingga kebutuhan siswa belum

(6)

dalam pembelajaran agama Islam dapat dipenuhi dari pembelajaran di luar

kelas karena tidak terikat dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Kerjasama yang terencana akan mampu mengatasi permasalahan dalam

pembinaan keagamaan siswa. Kelemahan dari pembelajaran di dalam

kelas dan di luar kelas dapat saling melengkapi sehingga membawa

dampak positif terhadap kehidupan keagamaannya.

Semua guru harus mampu menjadi contoh yang baik dalam

pengamalan ajaran agama Islam, baik yang meliputi ucapan maupun

perbuatan. Guru dapat memberi contoh dalam amalan yang dilaksanakan

sehari-hari seperti ucapan yang baik di dalam maupun di luar kelas dan

pengamalan shalat berjamaah. Khusus mengenai shalat berjamaah, guru

dapat menghentikan kegiatan belajar mengajar dan aktivitas lain untuk

kemudian bersama-sama siswa melaksanakan shalat berjamaah. Contoh

nyata seperti itu akan lebih membawa pengaruh yang baik terhadap prilaku

siswa.

2. Siswa yang beragama Islam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas umumya

disampaikan dengan metode ceramah. Penyampaian materi disesuaikan

dengan kurikulum yang cukup padat, sehingga siswa mendapatkan materi

di dalam kelas sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang terdapat di buku

paket. Materi-materi yang terdapat di buku paket disusun dengan

anggapan bahwa siswa yang duduk di SMA telah memiliki kemampuan

(7)

bahwa kemampuan dasar siswa tidaklah sebagaimana yang diharapkan

sebagai lulusan SMP bahkan lulusan SD. Oleh karena itu, siswa harus

meningkatkan kesadarannya dalam mengamalkan dan melengkapi

kemampuan dasarnya dengan cara mengikuti pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di luar kelas.

Siswa diharapkan pula lebih mampu mengutarakan keinginan atau

pendapat kepada guru maupun kepala sekolah. Kebutuhan-kebutuhan atau

permasalahan-permasalahan yang dialami oleh siswa yang memerlukan

pertimbangan dari mereka dapat disampaikan dengan bahasa dan cara

yang baik.

3. Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan membuat keijakan-kebijakan yang

dapat meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam oleh siswa.

Kebijakan yang dapat dilaksanakan diantaranya adalah pelaksanaan

mentoring agama Islam sebagaimana yang telah belangsung di lingkungan

Perguruan Tinggi. Kebijakan pelaksanaan mentoring sudah sepantasnya

mendapat perhatian yang lebih serius karena beberapa alasan: pertama,

kebutuhan terhadap mentoring yang sangat mendesak berkaitan dengan

usaha meningkatkan penguasaan dan pengamalan ajaran agama Islam oleh

siswa; kedua, keberhasilan kegiatan serupa di tingkat Perguruan Tinggi.

Kebijakan lainnya yang dapat dipertimbangkan oleh kepala

sekolah adalah training-training dan pelatihan-pelatihan untuk guru

(8)

penggunaan terobosan-terobosan baru dalam memberikan pembelajaran

seperti lesson study atau contextual teaching learning sehingga

pembelajaran menjadi lebih menarik dan memberikan hasil yang lebih

baik. Siswa juga dapat diikutsertakan dalam training dan pelatihan yang

bermanfaat seperti pelatihan manajemen qolbu sebagaimana yang telah

dilakukan oleh pondok pesantren Daarut Tauhid.

4. Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan menelaah hubungan

kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan inkuiri dengan

kemampuan siswa dalam komunitas belajar (learning community),

keaktivan dalam diskusi, serta kemampuan dalam bertanya (Questioning),

atau kemampuan lain yang merupakan kriteria dari pendekatan Contextual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan dan menganalisis kebutuhan perbekalan pada kapal penangkap ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung Rembang selama

Lalu yang terakhir yaitu hasil penelitian dengan judul sejarah berkembangnya agama Islam di Tanah Karo Sumatera Utara pada tahun 1980-2010 menjelaskan bahwa Sejarah

Dari beberapa sampel tersebut dianggap sudah cukup mewakili populasi karena informasi yang didapat dan beberapa data yang ditulis dan dicatat terdiri dari jumlah

Pada akhir abad XIX M, Islam modern telah menyerukan untuk kembali kepada al-Quran dan as- Sunnah, sebagai jargon pembaruan pemikiran Islam. Fenomena ini terjadi pada

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian alkohol (vodka) terhadap gerak motorik mencit (  Mus musculus).. 8

menyatakan bahwa demi kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui Naskah Disertasi yang saya tulis dengan judul: Model Kolaborasi Interprofesional Antara Apoteker

Sementara itu pada pihak lain mengasosiasikan Islam sebagai teologi holistik subtansial dimana takwa, iman, dan Islam diletakkan sebagai privat matters setiap individu

Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha perlu mendapat perhatian lebih untuk mempertimbangkan kondisi pasien/ lanjut usia yang mulai mengalami penurunan kondisi baik