• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiotika Sosial Hukum Bertabaruj Pada Kuku Bagi Wanita Muslimah Dalam Program Berita Islami Masa Kini Dan Mozaik Islam Trans Tv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Semiotika Sosial Hukum Bertabaruj Pada Kuku Bagi Wanita Muslimah Dalam Program Berita Islami Masa Kini Dan Mozaik Islam Trans Tv"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAMI MASA KINI DAN MOZAIK ISLAM TRANS TV

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh :

Nur Fajri Rahmawati

NIM. 1112051100023

KOSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

SEMIOTIKA SOSIAL HUKUM BERTABARUJ PADA KUKU BAGI WANITA MUSLIMAH DALAM PROGRAM BERITA ISLAMI MASA KINI DAN MOZAIK ISLAM TRANS TV

Stasiun televisi swasta Trans TV memiliki program tayangan Islami di antaranya Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam. Kedua tayangan tersebut menyampaikan seputar tuntunan Islam. Dalam kasus ini tayangan tersebut, menyampaikan tentang hukum memakai pewarna kuku yang halal dan tidak halal, namun terjadi perbedaan dalam hal mengenai hukum memakai pewarna kuku.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memunculkan pertanyaan mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayornya adalah bagaimana analisis Semiotika Sosial hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita Muslimah dalam program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV? Sementara, pertanyaan minor adalah Bagaimana program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV mengonstruksi pemberitaan tentang hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita Muslimah dilihat dari segi medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana?

Penelitian yang digunakan adalah paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Kemudian peneliti menggunakan metode penelitian Semiotika Sosial M.A.K Haliday dalam memaknai teks sebuah berita dan menelaah sistem tanda berupa bahasa yang dihasilkan oleh manusia.

Melalui metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday, dapat dicari data, berupa: medan wacana yang menggambarkan sistuasi apa yang diwacanakan oleh Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam mengenai hukum bertabruj pada kuku bagi wanita Muslimah. Pelibat wacana pada berita tersebut dilihat dari siapa saja yang terlibat dalam teks tersebut. Selain itu, bagaimana peran dan kedudukan narasumber yang dicantumkan pada teks tersebut. Sarana wacana menggambarkan bagaimana Beriman dan Mozaik Islam menggunakan gaya bahasa dalam penulisan naskah hukum bertabruj pada kuku bagi wanita Muslimah .

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa medan wacana Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam, keduanya sama-sama membahas tentang hukum memakai pewarna kuku dan hukum memanjangkan kuku bagi wanita muslimah. Pelibat Wacana di Berita Islami Masa Kini, seluruh sumber yang diambil selalu didiskusikan oleh produser dengan Ustad Badrussalam untuk kebenaran hadits dan ayat al-quran yang digunakan. Mozaik Islam melibatkan ustad apabila terdapat pertanyaan yang sifatnya masih membutuhkan jawaban dari seorang yang ahli. Peran terpenting dalam penentuan naskah mozaik terdapat pada Produser. Tentang hukum memakai pewarna kuku tersebut terdapat ustad Zacky Mirza. Sarana wacana dari kedua program tersebut terdapat majas penjelasan, majas pertentangan dan majas perbandingan.

(6)

ii

Assalammualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya yang begitu banyak, sehingga dengan ridhonya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmiyah seperti saat ini.

Peneliti telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Semiotika Sosial Hukum Bertabaruj Pada Kuku Bagi Wanita Muslimah Dalam Program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV,” yang disusun sebagai tugas akhir pendidikan Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti secara khusus ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua, yaitu ibunda Sugiarti dan ayahanda Muhammad Zar’an yang telah memberikan semangat dan kasih sayang, serta doa yang tidak pernah hentinya untuk peneliti. Semoga Allah mengampuni kesalahannya, memberikan kesehatan dan senantiasa dalam perlindungan Allah SWT.

Kemudian skripsi ini tentu tidak serta merta terselesaikan dengan baik tanpa keterlibatan para pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini memberikan bantuan dan kerjasamanya. Berhubungan dengan hal ini, peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam mewujudkan kebahagiaan tersebut, ucapan itu ditunjukkan kepada;

(7)

iii

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si, serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan.

3. Dosen pembimbing Skripsi, Siti Nurbaya, M.Si., yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak pelajaran, serta menyemangati peneliti dengan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya, sehingga peneliti mendapat banyak referensi dalam penelitian ini.

6. Rini Tora selaku Produser Berita Islami Masa Kini dan Irene Iriawati selaku Produser Mozaik Islam Trans TV yang telah memberikan waktu dan bantuannya yang telah membantu dalam wawancara. Semoga Allah membalas semua amal dan kebaikan mereka.

7. Reza Firmansyah dan Kyla Elsa Putri, adik peneliti yang selalu menghibur, memberi semangat dan memberikan bantuan dalam bentuk apapun sehingga peneliti dapat menyelesaikan peneliti ini dengan baik. 8. Teman sekaligus sahabat peneliti Umi Kulsum dan Maimunah Permata

(8)

iv

pertemanan, pembelajaran dan pengalaman yang telah diberikan kepada peneliti.

10.Dedi Fahrudin, M.Ikom., General Manger Komunitas Dakwah dan Komunikasi Televisi (DNKTV), serta teman-teman dan adik-adikku sakalian yang telah memberikan pengalaman dan berbagi ilmu seputar dunia pertelvisian.

11.Teman bimbingan Savinnatun Naja dan Syifa Maharani, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang selalu memberi semangat dan berjuang bersama peneliti.

12.KKN MAHAMERU 2012 yang sudah berbagi pengalaman yang tidak terlupakan. Semoga silahturahmi yang terjalin akan tetap terjaga selamanya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, mendo’akan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun skripsi, sehingga skripsi ini terselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.

Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalammualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Jakarta, 20 Juni 2016

(9)

v

C. Televisi Sebagai Media Pemberitaan ………... 40

D. Konstruksi Sosial Media Massa ………... 44

E. Majas sebagai Gaya Bahasa ………. 47

BAB III GAMBARAN UMUM A. Trans TV Sebagai Televisi Swasta di Indonesia ………. 58

B. Berita Islami Masa Kini ……….. 61

1. Deskripsi Berita Islam Masa Kini ………. 61

2. Pelaku Industri dalam Program Berita Islami Masa Kini ……….. 62

(10)

vi BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Medan Wacana (Field of Discourse)... 73

Analisis Data Berita Islami Masa Kini………. 73

1. Analisis Data 1……… 73

2. Analisis Data 2 ………... 77

Anlisis Data Mozaik Islam ………... 80

1. Analisis data 1 ……….... 81

2. Analisis data 2 ……….... 85

B. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse)……….. 89

Analisis Data Berita Islami Masa Kini ……… 89

1. Analsis Data 1 ………... 89

2. Analisis Data 2 ……….. 91

Analisis Data Mozaik Islam ……… 94

1. Analisis Data 1 ……….. 94

2. Analisis Data 2 ……….. 96

C. Sarana Wacana (Mode of Discourse)………... 98

Analisis Data Berita Islami Masa Kini ……… 99

1. Analisis Data 1 ……….. 99

2. Analisis Data 2 ………... 102

Analisis Data Mozaik Islam ……… 105

1. Analisis Data 1 ……….. 106

2. Analisis Data 2 ……….. 109

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 117

B. Saran ……….... 119

DAFTAR PUSTAKA………... 120

(11)

vii

Tabel 1 Rekap Analisis Semiotika Sosial Berita Islami Masa Kini

Table 2 Rekap Analisis Semiotika Sosial Mozaik Islam

Tabel 3 Kerangka Analisis Data Medan Wacana Berita Islami Masa Kini

Tabel 4 Kerangka Analisis Data Medan Mozaik Islam

Table 5 Kerangka Analisis Data Pelibat Wacana Berita Islami Masa Kini

Table 6 Kerangka Analisis Data Pelibat Mozaik Islam

Table 7 Kerangka Analisis Data Sarana Wacana Berita Islam Masa Kini

(12)

viii

Gambar 1 Elemen Makna Pierce

Gambar 2 Proses Konstruksi Sosial Media Massa

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) adalah stasiun televisi

swasta di bawah naungan Trans Corp dan dimiliki oleh CT Corp yang

mengudara secara nasional di Indonesia. Trans TV yang merupakan salah

satu televisi Indonesia ini banyak membuat tayangan Islami, beberapa

program tersebut di antaranya Islam itu indah, Berita Islami Masa Kini

(Beriman), Mozaik Islam, Basmallah dan Ummat. Tayangan

religi/bernuansa Islam tersebut tiap harinya selalu ditayangkan secara

berurutan.

Dari beberapa program nuansa Islami di atas peneliti tertarik ingin

meneliti tentang konstruksi media yang dilakukan dalam masing-masing

tayangan Beriman dan Mozaik Islam yang dalam pembahasan tersebut

tentang hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita. Bertabaruj adalah

seorang wanita yang menampakan kecantikannya kepada yang bukan

mahramnya. Bertabaruj berarti berhias dengan memperlihatkan kecantikan

dan menampakkan keindahan tubuh dan kecantikannya kepada yang

bukan mahramnya. Bertabaruj dapat berupa pada cara berpakaian dan cara

wanita berhias.1

1

(14)

Dalam tayangan Berita Islami Masa Kini hukum memakai pewarna

kuku yang halal dan tidak halal dinilai tidak diperbolehkan (haram) dan

dianggap bertabaruj karena dapat memamerkan kecantikan wanita,

sedangkan di program Mozaik Islam hukum memakai pewarna kuku

diperbolehkan walau dengan syarat tertentu. Bagi wanita yang telah

menikah diperbolehkan memakai pewarna kuku kutek, inay, dan hena

apabila mendapatkan ijin suaminya, namun bagi yang akan menikah

disunahkan baginya memakai inay atau hena. Bagi wanita yang belum

menikah diperolehkan baginya memakai kutek, apabila telah terjadi masa

haid dan diperbolehkan memakai inay atau hena karena tidak mengganggu

masuknya air saat hendak berwudhu.

Banyak televisi yang menggunakan sarana penyebaran komunikasi

sebagai alat untuk menyampaikan informasi dakwah atau religi ke

masyarakat. Penggunaan media Islam untuk kepentingan umat Islam

diberi jargon sebagai dakwah di antaranya yakni Trans TV yang

merupakan salah satu media yang paling banyak membuat program

dakwah atau dengan nuansa Islam .

Di antara berbagai program religi Trans TV terdapat tayangan

produksi Berita Islami Masa Kini yang saat ini tayang Senin sampai

Jumat, tayangan tersebut setiap harinya tayang dua kali, pada siang hari

(15)

Islam yang sama-sama menyampaikan program religi yang tayang pada

Senin sampai dengan Jumat pukul 18.00 – 18.30.

Keberadaan televisi di masyarakat saat ini sangat strategis karena

membentuk sistem jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi yang saat

ini beroperasi semakin bergerak dari jaringan komunikasi tradisional

(lama) kepada jaringan komunikasi modern (baru).

Kedudukan media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap

kehidupan masyarakat melalui tayangan ataupun pemberitaan yang telah

dibuat oleh media massa. Mengutip pendapat pakar komunikasi Rogers &

Shoemaker, Masduki dan Muzayin Nazarudin menyatakan, komunikasi

adalah proses pesan yang disampaikan dari sumber kepada penerima.

Komunikasi yang menyebar melalui media massa akan memiliki dampak

vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para

tokoh (opinion-leaders) ikut menebarkannya. Pakar komunikasi lain,

Lazarfield, menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan

sangat memengaruhi masyarakat penerimanya. Dampak media terhadap

pembentukan budaya Islami amat kuat terutama melalui televisi.”2

Program Berita Islami Masa Kini (Beriman) berisi berita tentang

perkembangan Islam terkini. Mozaik Islam Trans TV adalah sebuah

program acara religi yang edukatif dan informatif. Mozaik Islam akan

menguak beragam informasi penting dan menarik dari seluruh dunia yang

2

(16)

berkaitan dengan agama Islam. Stasiun televisi yang paling sering

menampilkan acara relegi, yakni Trans TV yang perharinya bisa tayang

berkali-kali.

Tayangan program religi Beriman dan Mozaik Islam merupakan jenis

produksi acara televisi soft news atau berita lunak yang merupakan segala

informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam,

namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita bentuk soft news

terpisah programnya dengan hard news.

Pada tayangan Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam, berita yang

disampaikan sama-sama diambil dari media youtube, namun dalam

penempatan program yang telah dibuat di Trans TV program Berita Islami

Masa Kini masuk kedalam jenis program produksi bukan berita (non

news), sedangkan Mozaik Islam masuk ke dalam bentuk berita (news).

Dari berbagai program tayangan televisi, masing-masing program

memiliki kriteria penyampaian dalam menyampaikan tayangannya.

Masing-masing memiliki kriteria pemahaman, penyampaian seputar

tayangan yang berbeda tentang khilafiyah dalam persoalan fikh yang

dianut pada masing-masing tayangan dalam konteks berita yang

disampaikan.

Setiap program pasti memiliki motivasi dan tujuan di balik setiap teks

yang dibuat, entah motif ideologis, idealis, ekonomis, ataupun politis.

Dalam hal ini dapat ditemukan melalui gaya bahasa yang digunakan,

(17)

memiliki maksud dari yang disampaikan. Fakta yang dipakai dalam teks

yang dibuatnya tergantung pada pertimbangan faktor eksternal dan

internal.3

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul SEMIOTIKA SOSIAL HUKUM

BERTABARUJ PADA KUKU BAGI WANITA MUSLIMAH

DALAM PROGRAM BERITA ISLAMI MASA KINI DAN

MOZAIK ISLAM TRANS TV .

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk memermudah dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah

penelitian dan memfokuskan penelitian tayangan tentang konstruksi media

yang dilakukan dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita,

yang menurut Islam arti bertabaruj adalah memamerkan kecantikannya

(wanita) kepada yang bukan mahramnya. Hal ini difokuskan oleh peneliti

dalam program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV

dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti

merumuskan masalah secara umum yang berkaitan dengan judul

3

(18)

tentang Bagaimana program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik

Islam Trans TV mengonstruksi pemberitaan tentang hukum bertabaruj

pada kuku bagi wanita Muslimah dilihat dari segi medan wacana,

pelibat wacana dan sarana wacana?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

memiliki tujuan secara umum adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis

Semiotika Sosial yang terdiri atas medan wacana, pelibat wacana dan

sarana wacana dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita

pada program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV .

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti teliti tujuannya agar

khalayak mendapatkan infomasi yang bermanfaat serta mendidik

melalui tayangan Berita Islami Massa Kini dan Mozaik Islam.

Memberikan pengetahuan metode tentang studi Semiotika Sosial

konstruksi media Islam, serta mengetahui isi tayangan televisi

terhadap suatu kasus dan cara pandang khlayak media dalam melihat

penggambaran media melalui sebuah peristiwa yang disampaikan.

(19)

instusi media televisi dalam tayangan berita seputar dunia Islam

dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.

b. Manfaat Teoritik

Sebagai bahan referensi tentang tayangan religi yang

bermanfaat. Selain itu juga sebagai penjelas dari konstruksi media,

berbagai tayangan religi di tiap televisi yang hadir di masyarakat

belakangan ini. Sebagai sumbangan dari perspektif akademis

pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan pengembangan

ilmu jurnalistik pada khususnya dengan memfokuskan penelitian

dengan teknik analisis Semiotika Sosial, bagaimana suatu media

memaknai sebuah peristiwa melalui sebuah teks di media.

E. Metodelogi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Dasar pemikiran yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah paradigma konstruktivis, yang menyatakan bahwa kebenaran

suatu realitas sosial dilihat sebagi hasil konstruksi sosial, dan

kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.

Paradigma, menurut Dani Vardiansyah, adalah sesuatu dilihat

(20)

lingkungannya yang akan memengaruhi dalam berfikir, bersikap dan

bertingkah laku.4

Paradigma merupakan suatu cara pandang untuk memahami

kompleksitas dunia nyata, bagaimana cara melakukan sesuatu yang

harus sesuai, penting dan masuk akal. Hal tersebut dapat dikatakan

sebagai dasar pemikiran awal untuk melakukan sesuatu.

Paradigma berisikan dasar pemikiran yang di dalamnya terdapat

sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi ontologi,

epistomologi, dan metodelogi. Paradigma dapat membantu peneliti

untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang apa itu, hakikat antar-

peneliti dan realitas, serta cara peneliti mengetahui realitas.

Dalam mengemukakan sistem keyakinan dasar pada peneliti

konstruktivis sesuai dengan Guba mengasumsi ontologi ialah realitivis

– realitas ada dalam bentuk konstruksi mental yang bersifat ganda,

didasarkan secara sosial dan pengalaman, lokal dan khusus bentuk dan

isinya, tergantung pada mereka yang mengemukakannya.5 Dasar

pemikiran konstruktivis tersebut menganggap bahwa suatu realitas

terbentuk karena adanya konstruksi dengan melihat perbedaan yang

terjadi dari luar kemudian diterapkan dalam kenyataan kehidupan.

4

Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.Indeks, 2005), h.27.

5

(21)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif yang mencari makna dibalik data, di mana

peneliti ingin menganalisis Semiotika Sosial hukum bertabaruj pada

kuku bagi wanita dalam program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik

Islam TransTV.

Menggunakan cara penelitian berfikir indukatif, yaitu cara

berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris)

menuju hal-hal yang umum (tataran konsep) merupakan suatu

pendekatan kualitatif.6 Secara umum penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain sebagainya, secara holistik dan dengan

cara deskrispi alam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.7

Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu

pengetahuan tidak sederhana apa yang terjadi pada penelitian

kuantitaif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi

sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif

melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana

6

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Kencana, 2007), h.192.

7

(22)

seseorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap

berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di

lapangan, menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan

teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.

Peneliti menjadi berpikir induktif untuk menemukan jawaban logis

terhadap apa yang sedang menjadi pusat perhatian dalam penelitian

dan akhirnya produk berpikir induktif menjadi jawaban sementara

terhadap apa yang dipertanyakan dalam penelitian dan menjadi

perhatian itu, jawaban tersebut dinamakan dengan berfikir

induktif-analitis.8

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis

Semiotika Sosial dengan menggunakan model M.A.K Halliday.

Metode analisis teks dapat dilakukan dengan menggunakan semiotika,

dalam penerapannya metode semiotika memperhatikan aspek sebuah

teks yang berbentuk suatu tanda berupa kata, istilah,frase, gambar,

ataupun suatu cara penulisan bahkan penyembunyian maksud tertentu.

Semiotika sosial merupakan pendekatan yang memberi tekanan pada

konteks sosial, yaitu pada fungsi sosial yang menentukan bentuk

bahasa dan bagaimana perkembangannya. Metode ini menekankan

8

(23)

pada bahasa yang dijadikan sebagai suatu proses. Proses terciptanya

sesuatu dengan sebuah bahasa.

Istilah „Semiotika Sosial’ dapat dipandang sebagai suatu istilah

yang memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendikia, suatu

sudut pandangan yang konseptual tentang pokok masalahnya.

Semiotik digunakan untuk memberikan batasan sudut pandang, yang

digunakan untuk melihat bahasa, yaitu bahasa sebagai salah satu dari

sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya

manusia.9

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media

massa televisi Trans TV mengonstruksi realitas pada tayangan hukum

bertabaruj dalam suatu peristiwa menjadi sebuah berita. Penelitian ini

mengenai episode tentang hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita

dalam tayangan Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV

dalam mengonstruksiberita yang digunakan dalam masing-masing

program.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah Program siaran Berita Islami Masa Kini

dan Mozaik Islam Trans TV. Objek penelitiannya adalah teks berita

dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita di Berita

9

(24)

Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV, berikut berita yang

diteliti:

a. Berita Islami masa kini dengan judul “Benarkah ada kutek halal bagi wanita muslimah”, pada 14 Mei 2015

b. Berita Islami masa kini dengan judul “Rahasia kuku dalam Islam ”. pada 10 Desember 2015

c. Mozaik Islam dengan judul “Pentingnya merawat kuku menurut Islam ”, pada 8 Februari 2014

d. Mozaik Islam dengan judul “Cat kuku yang halal dan tidak halal menurut Islam ”, pada 15 September 2015.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu terhitung

dari Januari hingga Maret 2016. Sehubung dengan subjek penelitian

yang merupakan media massa televisi dalam analisis Semiotika Sosial,

maka peneliti akan melakukan wawancara penelitian di PT Televisi

Transformasi Indonesia, Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean

Kav. 12-14A, Jakarta selatan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah:

(25)

Salah satu teknik pegumpulan data yang digunakan oleh

peneliti adalah wawancara, untuk mendapatkan jawaban dari

pertanyaan peneliti. Wawancara tersebut dilakukan peneliti kepada

Produser Berita Islam Masa Kini yaitu Rini Tora dan Produser

Mozaik Islam yaitu Irene Iriawati.

b. Observasi

Metode pengumpulan data observasi, metode tersebut

dilakukan peneliti pada saat peneliti melakukan Pratek Kerja

Lapangan (PKL) pada stasiun televisi Trans TV. Observasi tersebut

dilakukan peneliti pada masa PKL peneliti pada 2 November 2015

hingga 2 Januari 2015. Obeservasi dilakukan peneliti dengan

mengamati, menanyakan dan mencari tahu kepada crew yang berkerja

pada program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans Tv.

Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan

adanya tujuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya tujuan dari observasi

adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati,

aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam

lingkungan tersebut berserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan,

serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat

tersebut.

c. Dokumentasi

Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti

(26)

peneliti data dicari dengan melihat Jurnal-jurnal penelitian tetang

subjek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Peneliti juga

melakukan penelitian pustaka (library research) dengan mencari

kutipan-kutipan pernyataan para tokohnya di media televisi yang

sesuai dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi atau data

sebagai bahan penunjang wawancara peneliti.

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan

data kualitatif yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat atau

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau

oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah

salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk

mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu

media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung

oleh subjek yang bersangkutan.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan oleh

peneliti adalah model analisis semiotika M.A.K Halliday. Pada

umumnya Semiotika Sosial digunakan untuk menafsirkan konteks

sosial teks, yaitu lingkungan terjadinya pertukaran mana dengan

menggunakan konsep-konsep sebagai berikut:10

10

(27)

a. Medan wacana

Merujuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan

sosial yang sedang berlangsung. Apa yang disibukkan oleh

para pelibat, yang dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur

pokok tertentu sebagai penentuan maksud dari kesimpulan

pembahasan yang terkandung dalam suatu konteks.

b. Pelibat wacana

Merujuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada

sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka.

Jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara para

pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap dan sementara,

baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam

percakapan maupun rangkaian keseluruhan

hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting

yang melibatkan mereka.

c. Sarana wacana

Merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal

yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam

situasi itu. Organisasi simbolik teks, kedudukan yang

dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk

salurannnya (apakah dituturkan atau dituliskan atau

semacam gabungan keduanya) dan juga mode retorikanya

(28)

pengertian seperti bersifat membujuk, menjelaskan,

medidik dan semacamnya.

8. Pedoman Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan

tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya

ilmiah Hamid Nasuhi dan kawan-kawan diterbitkan oleh CeQDA

(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa tinjauan

pustaka yang pembahasannya mendekati apa yang diteliti oleh penulis.

Beberapa diantaranya yaitu:

a. Judul skripsi “Analisis Semiotika Sosial pemberitaan pernikahan beda agama pada Asmirandah dengan Jonnas

Rivano di situs Tempo.co”, oleh Ika Suci Agustin Jurusan

Konsentrasi Jurnaistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan

(29)

analisis semiotika sosial, namun subyek dan obyek berbeda

dengan yang diteliti oleh peneliti.

b. Judul skripsi “Representasi Dakwah Melalui Sejarah Islam, Analisis Semotika Sosial Buku Mengenal Islam For

BeginnersKarya Ziauddin Sardar ”, oleh Inda Nurshadrina

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Persamaan skripsi ini yaitu peneliti yang juga

menggunakan metode analisis semiotika sosial, namun

subyek dan obyek berbeda dengan yang diteliti oleh

peneliti.

c. Jurnal komunikasi dengan judul “Efektivitas Komunikasi Antar Persona dalam devisi Produksi Program Berita

Islami Masa Kini di Trans TV”, oleh Arianti Wulandari

dan S Bekti Istiyanto yang diterbitkan oleh Universitas

Jendal Soedirman, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Persamaan dalam jurnal ini yaitu tentang subyek yang

digunakan sama-sama Berita Islami Masa Kini Trans TV,

namun penelitian yang dilakukan berbeda dengan yang

diteli oleh peneliti.

(30)

Malang. Persamaan dalam jurnal ini terletak pada metode

Semiotika Sosialnya, sedangkan objek dan subyeknya

berbeda.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka

sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Bab ini berisi Pendahuluan yang mencangkup dari Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

Bab II. Bab ini berisi kerangka teori yang meliputi Definisi Semiotika,

Semiotika Sosial M.A.K Halliday, Definisi hukum Bertabaruj pada kuku,

Definisi Pemberitaan, Definisi Konstruksi Media dan Macam-Macam

Majas sebagai Gaya Bahasa.

Bab III. Bab ini berisi profil media massa Trans TV sebagai televisi

swasta di Indonesia, Gambaran umum tentang program Berita Islami masa

kini,dan Gambaran umum tentang program Mozaik Islam .

Bab IV. Bab ini berisi analisis semiotika sosial yang membahas

tentang Semiotika Sosial hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita pada

program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV, dengan

cara mengurai relitas objektif pemberitaan tentang hukum bertabaruj pada

(31)

sosial M.A.K Halliday yang dilihat dari medan wacana, pelibat wacana,

dan sarana wacana.

Bab V. Bab ini berisi penutup yang memuat kesimpulan penelitian

dan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam

perumusan masalah, serta menyampaikan saran-saran dan

(32)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Semiotika Sosial

1. Pengertian Semiotika

Semiotika pada dasarnya adalah suatu cara atau tahapan yang

dilakukan untuk mencari sesuatu melalui suatu tanda agar dapat

menjawab suatu penelitian. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari

sederetan luas objek-objek, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai

tanda.

Semiotik adalah suatu model dari ilmu pengetahuan sosial

yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit

dasar yang disebut dengan „tanda’. Dengan demikian semiotik

mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.1 Secara

etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang

bearati „tanda’. Tanda itu sendiri diartikan oleh Umberto Eco sebagai

sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya,

dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Analisis semiotika dalam buku Alex Sobur dianggap sebagai

suatu ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu

dipertanyakan lebih lanjut ketika membaca teks atau narasi/wacana

tertentu. Maka orang sering mengatakan semiotika adalah upaya

1

(33)

menemunkan makna „berita di balik berita’.2 Teks dianggap sebagai suatu proses yang di dalamnya terdapat serta terbentuk suatu makna

yang diciptakan melalui lingkungan sosial.

Pembahasan tentang media massa banyak yang menggunakan

semiotika sebagai metode dalam pembedahan suatu masalah, misalnya

mengapa sebuah media tertentu selalu untuk tidak mengatakan terus

menerus menggunakan frase, istilah, kalimat atau frame tertentu yang

menggambarkan seseorang atau sekelompok orang, apa sebenarnya

menjadi sebab, alasan, pertimbangan, latar belakang, dan tujuan media

tersebut mengambil langkah tersebut.3

“Preminger mengatakan bahwa batasan semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memunyai arti.”4

Teori semiotika dari Pierce seringkali disebut sebagai “grand

theory” melalui gagasan Pierce yang sifatnya menyeluruh, deskripsi

struktural dari semua sistem penandaan. Pierce membedakan tipe-tipe

tanda dapat ditemukan melalui ikon (icon), indeks (index) dan simbol

2

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal:7.

3

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi, hal:8.

4

(34)

(symbol). Pierce ingin mengidentifikasi makasud dari suatu tanda dan

menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.5

Icon adalah tanda yang mengandung kemiripan „rupa’. Indeks

adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di

antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara

tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui

suatu cara yang sekuensial atau kausal. Symbol merupakan jenis tanda

yang bersifat sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau

masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah

simbol-simbol menurut Pierce.

Gambar 1. Elemen makna Pierce

Ferdinand De Saussure merupakan tokoh semiotika linguistik

yang melihat bahasa sebagai suatu sistem yang harmonis dan utuh.

Secara internal atau dalam istilah Saussure disebut sebagai langue.

Sedikitnya ada lima pandangan Saussure yang terkenal yaitu soal

penanda dan petanda, bentuk dan isi, bahasa dan diachronic, serta

syntagmatic dan paradigmatik.

5

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi, hal:17-18.

Sign

(35)

Roland Barthes membahas konsep tanda melalui konotasi dan

denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Lewat model ini Barthers

menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan

antara signifier (ekspresi) dan signified (content) di dalam sebuah

tanda terhadap realitas ekternal. Itu yang disebut Barthes sebagai

denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah

istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap

kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda

bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari

kebudayaanya.6

2. Semiotika Sosial M.A.K Halliday

Semiotika sosial merupakan semiotika yang mengaji sistem

tanda yang terdapat dalam bahasa berupa teks. Semiotika sosial

dirintis oleh Michael Alexander Kirkwood Halliday (M.A.K Halliday)

dalam bukunya yang berjudul Language Social Semiotic. Semiotika

sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang wujud

kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan kalimat.7 Suatu

kalimat atau kata tersebut ternyata memiliki makna yang terkandung.

6

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal: 21.

7

(36)

Istilah semiotika dapat dipandang sebagai suatu istilah yang

memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendikia, suatu sudut

pandangan yang konseptual tentang pokok masalahnya, yang

menggunakan konsep bahasa sebagai suatu kesatuan lahiriah. Bahasa

sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara

bersama-sama membentuk budaya manusia. Kata sosial yang terdapat dalam

kata Semiotika Sosial diartikan sebagai kebudayaan, yang dimakud

sebagai suatu sistem sosial.8

Metode semiotika ini menghendaki pengamatan secara

menyeluruh dari semua isi berita (teks), termasuk cara pemberitaan

maupun istilah-istiah yang digunakannya. Dalam penelitian metode

semiotika ini diminta untuk memperhatikan koherensi makna

antarbagian dalam teks itu dan koherensi teks dengan konteksnya.

Karena itu dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap isi berita,

termasuk judul, subjudul, istilah-istilah dan cara pemberitaan yang

digunakan media yang dijadikan sampel.9

Kajian semiotika sosial tentang bahasa ini meliputi teks dan

konteks. Teks dan konteks merupakan dua aspek dari proses yang

sama. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya, teks yang

8

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahsa dalam pandangan semiotika sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universuty Press, 1992), hal:3-5.

9

(37)

menyertai teks itu adalah konteks.10 Teks adalah bahasa yang

berfungsi.

Suatu teks di dalamnya memiliki arti jika dijadikan konteks.

Teks memiliki keterkaitan dalam pembentukan suatu konteks sehingga

nantinya konteks tersebut dapat memiliki makna. Sesuai dengan

Ricoeur, Alex Sobur mengatakan, teks adalah wacana (berarti lisan)

yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Teks juga bisa diartikan

sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim

kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan

kode-kode tertentu.”11

Konteks diartikan untuk memasukkan semua situasi dari hal

yang berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti

partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi,

fungsi yang dimaksudkan, dan sebaginya.12 Kumpulan dari suatu teks

disebut sebagai konteks, dari konteks tersebut yang nantinya akan

menimbulkan suatu maksud yang terkandung suatu teks.

Sudut pandang semiotika sosial akan melihat teks dari segi

prosesnya sebagai peristiwa yang timbal balik, suatu pertukaran

makna yang bersifat sosial. Teks adalah suatu bentuk pertukaran dan

10

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotika sosial, hal. 6.

11

Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, hal. 52

12

(38)

bentuk teks paling dasar adalah percakapan, suatu interaksi antara

pembicara. Setiap jenis teks dalam setiap bahasa memunyai makna

karena dapat dihubungkan dengan interaksi di antara pembicaranya,

dan akhirnya dengan percakapan biasa setiap hari, dan spontan. Ujung

tombak perubahan dan perkembangan yang tidak disadari dalam

bahasa apa saja khususnya dapat ditemukan dalam teks-teks

percakapan alami dalam konteks percakapan seperti ini sebagai

pertukaran makna antar manusia.

Teks dijadikan proses dan hasil dari makna sosial dalam,

konteks situasi tertentu. Konteks situasi tempat teks itu terbentang

dipadatkan dalam teks, bukan dengan cara berangsur-angsur, bukan

pula dengan cara mekanis yang ekstrim, tetapi melalui suatu hubungan

yang sistematis antara lingkungan sosial dengan organisasi bahasa.

Dalam hal ini teks dijadikan sebagai modes of meaning dalam

semiotika. Dengan begitu kita dapat menyifati teks dalam

hubungannya dengan konteks situasi serta teks itu terjadi dari

situasinya.

Halliday berpikir tentang bahsa dan dikatakan sebagai cara

bertanya tentang bahasa sebagai objek yang menimbulkan pertanyaan

tentang sifat dan fungsi bahasa. Teks dapat dilihat melalui dua sisi.

Pertama, teks yang dipandang dari proses, sebagai proses interaksi dan

aktivitas sosial antarpartisipan dalam mengekspresikan fungsi sosial.

(39)

bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekpresikan fungsi

atau makna sosial dalam konteks situasi dan konteks kultural.13

Konsep-konsep yang digunakan untuk menafsirkan konteks

sosial, teks menurut Halliday, adalah lingkungan terjadinya pertukaran

makna dengan menggunakam tiga pokok bahasan yaitu medan

wacana, pelibat wacana dan sarana wacana.14

a. Medan wacana (Field Research)

Merujuk pada sesuatu hal yang sedang terjadi dalam suatu teks,

pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, untuk melihat

ideasional eksperensial yang merupakan penggunaan bahasa

untuk merefleksikan realitas pengalaman partisipannya. Apa yang

sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di

dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu. Medan

wacana merupakan “permainan” jenis kegiatan, sebagaimana

dikenal dalam kebudayaan yang sebagian diperankan oleh bahasa.

Bahasa yang terletak dalam teks tercipta melalui suatu proses

tindakan sosial di mana lingkungan tercepat dalam suatu teks.

b. Pelibat wacana (Tenor Research)

Merujuk pada orang-orang yang mengambil bagian

(interpersonal), pada sifat para pelibat, kedudukan dan peran

hubungan sosial seperti hal-hal yang sedang berjalan, memberi

13

Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika, (Bandung:Pustaka Setia, 2014), hal. 219. 14

(40)

atau meminta informasi. Jenis-jenis hubungan peran apa yang

terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap

dan sementara, baik jenis peran tuturan yang mereka lakukan

dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan

hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang

melibatkan mereka. Pelibat wacana merupakan “pemain” pelaku,

atau tepatnya peran interaksi, antara yang terlibat dalam perciptaan

teks (makna antarpelibat). Banyak orang yang terlibat dalam

pembentukan suatu teks, bagaiamana hubungan mereka dalam

penciptaan sebuah teks tersebut.

c. Sarana wacana (Mode Research)

Merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang

diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu.

Organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan

fungsinya dalam konteks, termasuk salurannnya (apakah

dituturkan atau dituliskan atau semacam gabungan keduanya) dan

juga mode retorikanya yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan

dengan pokok pengertian seperti bersifat membujuk, menjelaskan,

mendidik dan semacamnya. Sarana wacana merupakan “bagian”

fungsi khas, yang diberikan kepada bahasa dan saluran retorisnya

(makna tekstual). Bahasa yang diperankan dalam penciptaan teks

(41)

ataupun lainnya. Sehingga dalam sebuah teks pasti terdapat makna

yang terkandung sendiri di dalamnya.

B. Definisi Hukum Bertabaruj pada Kuku

1. Definisi Hukum

Hukum dapat diartikan sebagai suatu perintah berupa ketetapan

karena telah melakukan sesuatu. Hukum syara menurut Ulama Ushul

dapat diartikan sebagai doktrin (khitab) syar’i yang bersangkutan

dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau

diperintah memilih atau berupa ketetapan (taqrir).15

2. Macam-Macam Hukum dalam Islam

Menurut Islam hukum-hukum dapat dibagi menjadi dua

bagian. Terdapat hukum tuntutan yang bersangkutan dari segi perintah

atau dari segi diperintah memilih atau berupa ketetapan disebut

sebagai hukum Taklifi. Hukum yang bersangkutan dengan ketetapan,

yang dikehendaki sebagai suatu sebab bagi sesuatu yang lain sebagai

sesuatu untuk mendapatkan keringanan disebut dengan hukum

Wadh’i. Sesuai penjelasan di atas dapat dijabarkan pembagian

hukum-hukum tersebut sebagai berikut:16

15

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 149

16

(42)

a. Hukum Taklifi

1. Wajib

Perintah hukum wajib merupakan sesuatu yang harus

dilakukan dan dikerjakan oleh manusia. Menurut syara wajib

merupakan perintah agar dikerjakan oleh mukhallaf sesuai

dengan perintah itu dilakukan sesuai dengan yang ditunjukkan

atasa kewajiban melakukannya. Perintah bentuk ini harus

dilaksanakan apabila tidak akan mendatangkan siksa karena

meninggalkannya.

2. Mandhub (sunnat)

Perintah yang apabila tidak dikerjakan tidak apa-apa

tidak anjuran kewajiban untuk melakukannya. Hukum ini

dikerjakan oleh mukalaf secara tidak pasti, artinya bentuk

perintah syari itu sendiri tidak menunjukkan atas

kewajibannya.

3. Muharram/Haram

Hukum ini menetapkan bahwa apa yang dilarang harus

segera ditinggalkan, supaya mendapatkan pahala apabila

ditinggalkan. Sebaliknya, apabila yang haram tersebut

dilakukan maka akan mendapatkan dosa dan siksaan. Haram

(43)

merupakan tuntutan yang tegas dari syari untuk tidak

dikerjakan, dengan perintah secara pasti.

4. Makruh

Hukum bentuk ini menetapkan hukum yang tidak pasti

antara wajib dan haram. Hukum ini apabila dikerjakan tidak

mendapatkan siksa bagi pelakunya, namun terkadang

mendapatkan celaan. Definisi makruh adalah sesuatu yang

diperintahkan oleh syari agar mukallaf mencegah dari

mengerjakan sesuatu, dengan perintah yang tidak pasti.

5. Mubah

Hukum ini menetapkan bahwa seseorang diperintah

memilih di antara mengerjakan atau meninggalkannya.

Seseorang tidak diminta untuk mengerjakannya dan tidak pula

meninggalkannya. Apabila tidak terdapat hukum pengelolaan,

perbuatan apapun, dan tidak terdapat dalil syara lain atas

hukum perbuatan itu, maka dibolehkan (mubah) dengan

kebebasan menurut asal, karena asal sesuatu itu adalah

kebolehan.

b. Hukum Wadh’i 1. Sebab

Sebab adalah hal yang nyata dan pasti,yang dijadikan

(44)

yang merupakan akibatnya dan adanya sebab mewajibkan

adanya akibat. Dalam hal ini sebab yang muncul akan

mendatangkan akibat.

2. Macam-macam sebab

Macam-macam sebab ini ada karena adanya sebab bagi

hukum pembebanan. Sebab-sebab ini dapat diberikan contoh

sebab atas kewajiban mendirikan shalat karena terdapat

perintah Dirikanlah shalat dari sesudah matahari

tergenlincir!, timbulnya sebab-sebab ini ada karena adanya

suatu perintah. Terdapat sebab atas kewajiban mennaikan

ibadah puasa pada bulan ramadhan, sebab atas kewajiban

membayar zakat pada akhir bulan ramadhan, sebab memotong

tangan pencuri apabila mencuri, sebab juga dapat menetapkan

kemilikan atau kehalalan, seperti adanya perkawinan untuk

menetapkan perkawinan dan adanya perceraian untuk

memutuskan kehalalan.

3. Syarat

Dikatakan syarat karena sesuatu yang ada atau tidak

adanya hukum tergantung ada dan tidak adanya sesuatu.syarat

tersebut dapat dikatakan pula sesuatu yang keluar dari hakikat

yang disyarati (masyruth) yang mengakibatkan tidak adanya

masyruth karena tidak adanya syarat. Sebagai contoh

(45)

menjatuhkan talak, maka apabila tidak adanya hubungan

suami istri tidak bisa dilakukan talak.

4. Penghalang (Mani)

Dikatakan enghalang karena adanya sesuatu yang

muncul ketika sebab itu telah nyata dan syarat telah

sempurna, dan mengahalangi timbulnya akibat atas sebabnya.

Sesautu dengan wujudnya itu dapat meniadakan hukum atau

membatalkan sebab. Sebagai contoh adanya hubungan suami

istri yang sah tetapi di sana terhalang timbulnya pewarisan

dari satu-satunya seperti perbedaan agama pewaris dengan

yang diwarisi, atau pembunuhan yang dilakukan oleh pewaris

atas yang diwarisinya. Seperti juga bila terdapat pembunuhan

secara sengaja atau aniaya, tetapi terhalang kewajiban qishos

baginya karena si pembunuh adalah bapak dari yang dibunuh.

5. Rukhsah dan Azimah

Rukhsah adalah hukum yang berupa keringanan yang

telah diisyaratkan oleh Allah SWT kepada seorang mukallaf

dalam kondisi tertentu yang menghendaki keringanan atau

adanya kesulitan dalam kondisi tertentu atau membolehkan

yang dilarang karena adanya dalil. Azimah adalah hukum

umum yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak awal yang

(46)

6. Ashshihah dan al-Buthlan (yang benar dan yang batal)

Hukum ini muncul karena adanya hukum kebenaran

dan terkadang dihukumi batal. Sesuatu dikatakan benar

apabila terdapat rukun-rukunnya, telah sempurna

syarat-syaratnya menurut syara. Dikatakan batal apabila perbuatan

itu tidak sesuai dengan tuntutan syari dan tidak sesuai dengan

apa yang disyariatkan oleh Allah, misalnya salah satu rukun

dari pada rukun-rukunnya, atau salah satu sayarat dari

syarat-syaratnya terdapat cacat, maka perbuatan itu dihukumi batal.

3. Bertabaruj

Tabaruj secara bahasa diambil dari kata al-burj yang artinya

bintang, sesuatu yang terang dan tampak. Dalam makna ini artinya

berlebihan dalam menampakkan perhiasan dan kecantikan, seperti

kepala, wajah, leher, dada, lengan, betis dan anggota tubuh lainnya,

atau bahkan menampakkan perhiasan tambahan tubuhnya.17 Wanita

yang keluar rumah nantinya apabila memakai pekaian atau menghias

dirinya agar terlihat indah akan menimbulkan terjadinya unsur

ganguan sahwat bagi yang melihatnya.

Bertabaruj merupakan suatu tindakan berhias dengan

memperlihatkan kecantikan dan menampakkan keindahan tubuh dan

17

(47)

kecantikan wajah pada orang asing. Tabaruj merupakan tindakan yang

dilakukan seorang wanita dengan melepaskan jilbabnya, sehingga

tampak darinya, gelang, dan kalungnya. Islam menganjurkan tentang

pakaian dan perhiasan bagi wanita musimah agar berguna untuk

kemashlatan dan kehormatan baginya supaya tidak diganggu atau

disakiti.18

Terdapat beberapa perhiasan yang dilarang untuk ditampakkan

hal ini sesuai dengan perkataan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, yakni

segala sesuatu yang disukai oleh laki-laki dari seorang wanita dan

mengundangnya untuk melihat kepadanya, baik itu perhiasan atau

keindahan anggota badan ataupun perhiasan yang bisa diusahakan,

yakni perhiasan tambahan yang mengihiasi fisik mereka yang

tujuannya untuk mempercantik dan menghiasi dirinya.19

Menurut Ibnu, hal yang dimaksud bertabaruj, “Yaitu wanita

yang keluar rumah dengan berjalan di hadapan orang laki-laki. Yang

demikian itu disebut sebagai tabaruj jahiliyah.”20

Bertabaruj merupakan suatu larangan yang telah dilarang oleh

Allah SWT, hal ini sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam

Al-Qur’an surat Al-Azhab: 33

18

Abdullah Taslim, Tabaruj:Hijaber Wanita Modern, hal.26. 19

Abdullah Taslim, Tabaruj:Hijaber Wanita Modern, hal. 34. 20

(48)

 berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Azhab: 33)

Ayat di atas menjelaskan tentang hal menyangkut perbuatan

dan tingkah laku. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa istri-istri Rasul

agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan yang

dibenarkan oleh syara'. Perintah ini juga meliputi segenap mukminat.

Kata tabarajna menurut Quraish Shihab diartikan sebagai

larangan menampakkan perhiasan dengan memakai sesuatu yang tidak

wajar dipakai, seperti berdandan secara berlebihan, berjalan

lenggak-lenggok dan sebagainya. Menampakkan sesuatu tersebut kepada yang

bukan muhrimnya yang dapat menimbulkan kekaguman pada pria

yang nantinya menimbulkan rangsangan pada nafsu.21

Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat

sebelum Nabi Muhammad SAW dan yang dimaksud Jahiliyah

sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya

21

(49)

Islam . Jahiliyah menggambarkan suatu kondisi di mana

masyarakatnya mengabaikan nilai-nilai ajaran Allah dengan

melakukan hal-hal yang tidak wajar atas dorongan nafsu, kepentingan

sementara, maupun kepicikan pandangan.22

Al-bait secara harfiah diartikan sebagi rumah., yang dimaksud

dalam ayat tersebut sebagai rumah tempat istri nabi Muhammad SAW.

Ahlul bait adalah keluarga rumah tangga Rasulullah SAW.23 Perintah

agar tetap di dalam rumah supaya tidak mengundang nafsu kepada

yang bukan mahramnya, menjaga cara berpakaian dan tingkah lakunya

merupakan anjuran dari Allah SWT.

Diterangkan pula dalam tentang anjuran agar menjaga aurat

wanita agar tidak mengundang nafsu terhadap lelaki yang bukan

M Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah: Pesan, kesan dan Keserasian Al-quran, Volume 10, hal. 466.

23

(50)



“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra-putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam , atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31) Wanita Muslimah adalah wanita yang menjaga auratnya agar

tidak dipandang oleh lelaki lain yang bukan mahramnya. Wanita

mengetahui bahwa syariat telah membolehkan wanita memakai,

namun dimakruhkan untuk memerlihatkan perhiasan yang

dikenakannya.24 Menjaga apa yang telah digunakan oleh wanita

merupakan anjuran dari Allah SWT agar tidak menimbulkan

ketertarikan nafsu yang nantinya dapat membahayakan kaum wanita

sendiri.

24

(51)

4. Menghias kuku menurut Islam

Pada dasarnya banyak wanita yang ingin mempercantik

dirinya dengan menggunakan berbagai cara agar tampilannya

menarik, salah satunya adalah menghias kuku mereka dengan kutek,

inay dan hena. Wanita Muslimah diperbolehkan menghias kuku. Hal

itu disesuaikan pada hadits yang diriwayatkan dari Aisyah

Radiyallahhu Anha.25

“Ada seorang wanita yang menyodorkan sebuah kitab dengan tangannya kepada Rasulullah Shallahllahu Alaihi wa Sallam, lalu beliau menarik tanganku kepadamu dengan sebuah kitab tetapi engkau tidak mengambilnya.” Beliau pun berkata, “sesungguhnya aku tidak mengetahui apakah itu tangan orang perempuan atau orang laki-laki.” “ia adalah tangan wanita,” papar wanita itu. Maka beliau berkata, “Seandainya aku seorang wanita, niscaya aku akan merubah kukumu dengan pacar.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Namun untuk hukum memakai kutek hukum memakainya

adalah makruh. Diperbolehkan bagi wanita Muslimah tersebut namun

tidak diizinkan baginya memperlihatkannya kepada yang bukan

mahramnya. Hal ini diperjelas oleh Karimah bin Hamam,yang

menyatakan bahwa:

“ada seorang wanita yang bertanya kepada Aisyah Radhiyallahhu Anha mengenai kutek dengan menggunakan daun pacar, maka ia menjawab “Boleh-boleh saja tetapi aku tidak menyukainya,karena suamiku tersayang (Rasulullah) tidak menyukai baunya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

25

(52)

Dalam hal lain alasan tidak diperbolehkannya memakai kutek

tidak diperbolehkan karena permasalahan pada wudhu, saat berwudhu

salah satu bagian yang harus dibasuh diantaranya terdapat tangan dari

ujung jari hingga siku, ini berarti kuku masuk ke dalam bagian

tersebut. Dalam berwudhu bagian tersbut harus terbasuh, apabila

memakai kutek hal tersebut menjadi tidak terbasuh.26

Hukum memakai inay atau dengan pohon pacar diperbolehkan

bagi wanita yang sudah menikah,tujuannya berhias untuk suaminya,

namun untuk wanita yang belum menikah hukumnya mubah asal tidak

bermaksud untuk memperlihatkannya secara berlebihan karena

termasuk perhiasan. Inay/daun pacar bahan yang digunakan adalah

bahan alami sehingga bahan tersebut tidak menghalangi air ke kulit.27

C. Televisi Sebagai Media Pemberitaan

Program televisi pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu

program hiburan dan program informasi.28 Program hiburan berisikan

segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audiens dalam

bentuk drama, musik atau permainan.

Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya memberikan

banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap

26

M Quraish Shihab, M Qurais Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan Yang Patut Anda Ketahui, Ciputat: Lentera Hati, 2010), hal.187.

27

Fathin Masyhud dan Ida Husnur Rahmawati, Fiqh Wanita 2, (Jakarta: As sunnah, 2011), hal.360.

28

(53)

sesuatu hal memberikan berita-berita menarik. Program informasi adalah

segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan

pengetahuan kepada khalayak. Daya tarik program ini adalah informasi

dan informasi itulah yang dijual kepada audiens. Dengan demikian,

program informasi tidak hanya program berita di mana presenter atau

penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi

termasuk juga talk show. Program informasi dapat dibagi menjadi dua

bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

a. Berita keras ( hard news)

Berita keras atau hard news merupakan segala informasi

penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media

penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar

dapat diketahui khlayak secepatnya. Berita keras disajikan dalam

suatu program berita yang berdurasi beberapa menit , seperti

breking news, hingga program berita yang berdurasi 30 menit,

bahkan satu jam.

Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa

bentuk berita yaitu straight news, feature, dan infotainment.29

Straight news merupakan bentuk berita langsung yang berisi berita

singkat yang hanya menyajikan informasi terpenting saja yang

mencangkup 5W+1H (who, what, where, why, dan how) terhadap

suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat

29

(54)

waktu (deadline) karena informasinya sangat cepat basi jika

terlambat disampaikan kepada audien.

Feature merupakan berita yang berdurasi singkat, ringan

namun menarik. Pada dasarnya berita menarik yang lucu, unik, dan

aneh ini dikatakan sebagai softnews karena tidak terlalu terikat

dengan waktu penyangan. Feature dapat menjadi hard news

karena persoalan durasinya.

Infotainment merupakan berita yang menyajikan informasi

mengenai kehidupan orang-orang yang di kenal masyarakat.

Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat

informasi yang harus segera ditayangkan. Infotainment disajikan

dalam program berita sendiri yang terpisah dan khusus

menampilkan berita-berita mengenai kehidupan selebritis.30

b. Berita lunak (soft News)

Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang

penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam, namun

tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk

kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar

program berita. Program yang masuk ke dalam kategori berita

lunak ini yaitu magazine, current affair, documenter, dan talk

show.31

30

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, hal:26 31

(55)

Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan

namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature

dengan durasi yang lebih panjang. Magazine ditayangkan pada

program tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine

lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang

aspek pentingnya. Suatu program magazine dengan durasi 30

menit atau satu jam dapat terdiri hanya satu topik atau beberapa

topik.

Current affair adalah program yang menyajikan informasi

yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya,

namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Bentuk berita ini

terikat oleh waktu dalam penayangannya, namun tidak seketat

hard news, batasannya adalah bahwa selama isu yang dibahas

masih mendapat perhatian khalayak, maka current affair dapat

disajikan.

Documenter adalah program informasi yang bertujuan untuk

pembelajaran dan pendidikan umum disajikan dengan menarik.

Suatu program dokumenter adakalanya dibuat seperti membuat

sebuah film sehingga sering disebut dengan film dokumenter.

Berita merupakan sekumpulan informasi-informasi yang berisikan

hal menarik berdasarkan fakta dan keaktualan suatu berita. Mengutip

(56)

(news) adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang

memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat.32

D. Konstruksi Sosial Media Massa

Konstruksi sosial (social construction) atau realitas hal pertama

dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Eriyanto

mengatakan, konstruksi sosial merupakan suatu teori sosiologi. Teori ini

menjelaskan tentang proses sosial melalui tindakan dan interaksianya, di

mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang

dimiliki dan dialami secara subjektif. Berger mengutarakan bahwa

manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan

plural.33

Atas teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Berger dan

Luckmann, Burhan Bugin mengatakan, hal tersebut dilakukan melalui

proses sosial, yaitu dengan eksternalisasi, objektivasi, dan internaslisasi.

Pembentukan proses sosial tersebut dapat menentukan proses terjadinya

suatu pembentukan bahasa sesuai dengan makna yang akan disampaikan

berdasarkan kontruksi yang dilakukan.34

32

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005),h:22. 33

Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: LKIS. 2002), hal, 13-19.

34

Gambar

Tabel 4 Kerangka Analisis Data Medan Mozaik Islam
Gambar 3 Logo Trans TV
Gambar 1. Elemen makna Pierce
Gambar 2: Proses Konstruksi Sosial Media Massa35
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari 9 orang pekerja 6 orang pekerja mengalami gangguan emosi, 9 orang mengalami susah tidur, 5 orang mengalami rasa tidak nyaman dan 6 orang mengalami konsentrasi

Pemberian pupuk hayati pada perlakuan A4 (lahan ditabur dengan tanah bekas tanam kedelai, dan diberi kapur serta biji tidak diinokulasi) ternyata dapat meningkatkan

Menurut Flemming (1990) bahwa pemberian molibdenum akan menghasilkan luas daun lebih besar dan jumlah klorofil yang lebih banyak, dengan demikian hasil dari

syariahnya bank syariah yang ada di Indonesia. Analisis Terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro dengan Akad Murabahah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Pada perlakuan kontrol dan perlakuan D persentase perkecambahan benih lebih rendah, hal ini disebabkan pada kontrol tidak adanya agen antagonis yang menghambat

Selajan dengan penelitian Sumiadji (2011) dan Perreti (2013), hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keuntungan (ROA) sebagai variabel independen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parasitisasi dan kapasitas reproduksi Cotesia flavipes (Hymenoptera: Braconidae) pada n beberapa n jumlah dan ukuran larva

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan d) memberikan alat bantu klien untuk berjalan dan melakukan aktivitas ringan (jika dibutuhkan). e) menganjurkan klien untuk