• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

2. Semiotika Sosial M.A.K Halliday

Semiotika sosial merupakan semiotika yang mengaji sistem

tanda yang terdapat dalam bahasa berupa teks. Semiotika sosial

dirintis oleh Michael Alexander Kirkwood Halliday (M.A.K Halliday)

dalam bukunya yang berjudul Language Social Semiotic. Semiotika

sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang wujud

kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan kalimat.7 Suatu

kalimat atau kata tersebut ternyata memiliki makna yang terkandung.

6

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal: 21.

7

Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, hal: 101.

Istilah semiotika dapat dipandang sebagai suatu istilah yang

memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendikia, suatu sudut

pandangan yang konseptual tentang pokok masalahnya, yang

menggunakan konsep bahasa sebagai suatu kesatuan lahiriah. Bahasa

sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara

bersama-sama membentuk budaya manusia. Kata sosial yang terdapat dalam

kata Semiotika Sosial diartikan sebagai kebudayaan, yang dimakud

sebagai suatu sistem sosial.8

Metode semiotika ini menghendaki pengamatan secara

menyeluruh dari semua isi berita (teks), termasuk cara pemberitaan

maupun istilah-istiah yang digunakannya. Dalam penelitian metode

semiotika ini diminta untuk memperhatikan koherensi makna

antarbagian dalam teks itu dan koherensi teks dengan konteksnya.

Karena itu dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap isi berita,

termasuk judul, subjudul, istilah-istilah dan cara pemberitaan yang

digunakan media yang dijadikan sampel.9

Kajian semiotika sosial tentang bahasa ini meliputi teks dan

konteks. Teks dan konteks merupakan dua aspek dari proses yang

sama. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya, teks yang

8

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahsa dalam pandangan semiotika sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universuty Press, 1992), hal:3-5.

9

Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, hal:148

menyertai teks itu adalah konteks.10 Teks adalah bahasa yang

berfungsi.

Suatu teks di dalamnya memiliki arti jika dijadikan konteks.

Teks memiliki keterkaitan dalam pembentukan suatu konteks sehingga

nantinya konteks tersebut dapat memiliki makna. Sesuai dengan

Ricoeur, Alex Sobur mengatakan, teks adalah wacana (berarti lisan)

yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Teks juga bisa diartikan

sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim

kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu.”11

Konteks diartikan untuk memasukkan semua situasi dari hal

yang berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti

partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi,

fungsi yang dimaksudkan, dan sebaginya.12 Kumpulan dari suatu teks

disebut sebagai konteks, dari konteks tersebut yang nantinya akan

menimbulkan suatu maksud yang terkandung suatu teks.

Sudut pandang semiotika sosial akan melihat teks dari segi

prosesnya sebagai peristiwa yang timbal balik, suatu pertukaran

makna yang bersifat sosial. Teks adalah suatu bentuk pertukaran dan

10

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotika sosial, hal. 6.

11

Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, hal. 52

12

Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing, hal.56.

bentuk teks paling dasar adalah percakapan, suatu interaksi antara

pembicara. Setiap jenis teks dalam setiap bahasa memunyai makna

karena dapat dihubungkan dengan interaksi di antara pembicaranya,

dan akhirnya dengan percakapan biasa setiap hari, dan spontan. Ujung

tombak perubahan dan perkembangan yang tidak disadari dalam

bahasa apa saja khususnya dapat ditemukan dalam teks-teks

percakapan alami dalam konteks percakapan seperti ini sebagai

pertukaran makna antar manusia.

Teks dijadikan proses dan hasil dari makna sosial dalam,

konteks situasi tertentu. Konteks situasi tempat teks itu terbentang

dipadatkan dalam teks, bukan dengan cara berangsur-angsur, bukan

pula dengan cara mekanis yang ekstrim, tetapi melalui suatu hubungan

yang sistematis antara lingkungan sosial dengan organisasi bahasa.

Dalam hal ini teks dijadikan sebagai modes of meaning dalam

semiotika. Dengan begitu kita dapat menyifati teks dalam

hubungannya dengan konteks situasi serta teks itu terjadi dari

situasinya.

Halliday berpikir tentang bahsa dan dikatakan sebagai cara

bertanya tentang bahasa sebagai objek yang menimbulkan pertanyaan

tentang sifat dan fungsi bahasa. Teks dapat dilihat melalui dua sisi.

Pertama, teks yang dipandang dari proses, sebagai proses interaksi dan

aktivitas sosial antarpartisipan dalam mengekspresikan fungsi sosial.

bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekpresikan fungsi

atau makna sosial dalam konteks situasi dan konteks kultural.13

Konsep-konsep yang digunakan untuk menafsirkan konteks

sosial, teks menurut Halliday, adalah lingkungan terjadinya pertukaran

makna dengan menggunakam tiga pokok bahasan yaitu medan

wacana, pelibat wacana dan sarana wacana.14

a. Medan wacana (Field Research)

Merujuk pada sesuatu hal yang sedang terjadi dalam suatu teks,

pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, untuk melihat

ideasional eksperensial yang merupakan penggunaan bahasa

untuk merefleksikan realitas pengalaman partisipannya. Apa yang

sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di

dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu. Medan wacana merupakan “permainan” jenis kegiatan, sebagaimana dikenal dalam kebudayaan yang sebagian diperankan oleh bahasa.

Bahasa yang terletak dalam teks tercipta melalui suatu proses

tindakan sosial di mana lingkungan tercepat dalam suatu teks.

b. Pelibat wacana (Tenor Research)

Merujuk pada orang-orang yang mengambil bagian

(interpersonal), pada sifat para pelibat, kedudukan dan peran

hubungan sosial seperti hal-hal yang sedang berjalan, memberi

13

Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika, (Bandung:Pustaka Setia, 2014), hal. 219. 14

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotika sosial, hal: 16

atau meminta informasi. Jenis-jenis hubungan peran apa yang

terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap

dan sementara, baik jenis peran tuturan yang mereka lakukan

dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan

hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka. Pelibat wacana merupakan “pemain” pelaku, atau tepatnya peran interaksi, antara yang terlibat dalam perciptaan

teks (makna antarpelibat). Banyak orang yang terlibat dalam

pembentukan suatu teks, bagaiamana hubungan mereka dalam

penciptaan sebuah teks tersebut.

c. Sarana wacana (Mode Research)

Merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang

diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu.

Organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan

fungsinya dalam konteks, termasuk salurannnya (apakah

dituturkan atau dituliskan atau semacam gabungan keduanya) dan

juga mode retorikanya yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan

dengan pokok pengertian seperti bersifat membujuk, menjelaskan, mendidik dan semacamnya. Sarana wacana merupakan “bagian” fungsi khas, yang diberikan kepada bahasa dan saluran retorisnya

(makna tekstual). Bahasa yang diperankan dalam penciptaan teks

ataupun lainnya. Sehingga dalam sebuah teks pasti terdapat makna

yang terkandung sendiri di dalamnya.

Dokumen terkait