• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

E. Majas sebagai Gaya Bahasa

Majas merupakan suatu bahasa yang biasanya digunakan oleh para

sastrawan. Majas dijadikan suatu gaya bahasa yang di dalamnya terdapat

makna dan maksud tertentu. Dalam buku Kumpulan majas, pantun dan

pribahasa, Emawati Waridah menyatakan, karya-karya sastra yang biasanya

terdapat majas diantaranya, puisi, cerpen, nover atau drama.40

Majas terbagi menjadi empat kelompok, yaitu majas pertentangan, majas

perbandingan, majas penegasan dan majas sindiran.

1. Majas Pertentangan

Biasanya dalam suatu konteks terdapat kata-kata yang berkias menyatakan

suatu pertentangan, macam-macam majas pertentangan di antaranya:41

39

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LKIA Printing Cemerlang, 2002), hal. 47.

40

Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Pribahasa Plus Kesusastraan Indonesia, (Jakarta, Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2014), hal. 2

41

Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Pribahasa Plus Kesusastraan Indonesia, hal.1

a. Antithesis

Majas yang menggunakan kata yang antonim atau yang berlawanan

maksud dalam suatu kalimat. Contoh: orang yang pandai atau bodoh

tergantung pada minat anak tersebut dalam belajar

b. Paradox

Gaya bahasa yang di dalamnya terdapat situasi makna pertentangan yang

sebenarnya sesuai dengan fakta. Contoh: hati boleh panas tapi kepala tetap

dingin agar kita tidak salah mengambil keputusan.

c. Oksimoron

Gaya bahsa yang di dalamnya terdapat pertentangan yang berlawanan,

namun terdapat maksud yang sama. Contoh:manis pahitnya kehidupan

telah mereka lalui bersama.

d. Ankaronisme

Gaya bahasa yang tidak terdapat kesesuaian antara peristiwa dan waktu.

Contoh: setelah lahir, bayi itu lantas berbicara dengan ibunya.

e. Kontradiksi Interminus

Gaya bahasa yang terdapat sangkalan terhadap pernyataan yang

sebelumnya telah disebutkan,biasanya berisikan pengecualian. Contoh:

2. Majas Perbandingan

Majas yang di dalamnya terdapat makud perbandingan untuk

membandingakan sesuatu yang nantinya akan menimbulkan makna

perbandingan diantara yang dimaksud. Terdapat macam-macam majas

perbandingan di antaranya:42

a. Metafora

Gaya bahasa yang mengungkapkan ungkapan dengan membandingkan dengan

perbandingan analogis. Contoh: Firmansyah menjadi mesin pencetak gol bagi

Indonesia.

b. Sinestesia

Gaya bahasa yang menukarkan dua indra yang berbeda dalam suatu kalimat.

Contoh: cara bicara Ani begitu pedas (pedas= indrera perasa bertukar dengan

inderaa pendengar).

c. Simile

gaya bahasa yang perbandingan yang menggunakan kata penghubung seperti

layaknya, bagaikan, bak, ibarat, umpama. Contoh: cara berjalannya bak putri

keraton

d. Alegori

Gaya bahasa yang menggunakan kiasan atau penggambaran untuk

menyatakan suatu perihal. Contohnya: nasib manusia tidak ada bedanya

42

Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Pribahasa Plus Kesusastraan Indonesia, hal.5-16.

dengan roda pedati, sesuatu waktu ia akan jatuh, merasa sakit dan menderita,

pada saat yang lain ia akan tertawa dan bahagia.

e. Alusio

Gaya bahasa yang menyugestikan bahwa terdapat kesamaan orang, tempat

atau peristiwa. Contoh: semoga di masa yang akan datangg, akan hadir

deramawan sejati yang baru dari sekolah suka relawan ini.

f. Metonimia

Gaya bahasa yang menggunakan nama merk atau atribut untuk menyebut

suatu benda dalam suatu kalimat. Contoh: ia tampak bergairah setelah

meminum aqua yang baru dibelinya itu.

g. Antonomasia

Gaya bahasa yang menggunakan nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk

menggantikan suatu nama. Contoh: Menteri perhubungan akan meresmikan

transportasi online pada mobil.

h. Antropomorfisme

Gaya bahasa yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan

dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.contoh: kini denyut nadi ibu

kota mulai terasa lagi setelah hampir 1 minggu lumpuh karena diterjang

banjir.

i. Hiperbola

Gaya bahasa yang sifatnya melebih-lebihkan sesuat. Contoh: senyuman gadis

j. Litotes

Gaya bahasa yang maknanya merendahkan diri dengan mengecilkan fakta.

Contoh: bantuan yang sedikit ini semoga cukup untuk membeli susu

anak-anak (pada kenyataanya, bantuan yang diberikan cukup besar dan dapat

dimanfaatkan oleh seluruh anggota keluarga).

k. Hipokorisme

Gaya bahasa yang menggunakan nama manja atau nama yang mengandung

hubungan karib antara pembicara dengan topic yang dibicarakan. Contoh:

kehidupan itu kejam, ndu. Sadis! Bahkan sampai di luar nalar manusia.

Untung kamu tidak perlu melihat itu semua. (pelangi kinkin, Asma Nadia),

nduk adalah sapaan untuk anak atau orang yang lebih muda.

l. Personifikasi

Gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati yang seolah-olah

memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Contoh: angin topan mengamuk dan

merobohkan puluhan rumah penduduk Desa Suluh.

m. Sinekdoke

Gaya bahasa yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara

sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya. Pars pro

toto (sebagian untuk seluruh bagian) dan totem pro parte (keseluruhan untuk

sebagian). Contoh: Pars pro toto, ayah membeli sepuluh ekor sapi. Totem pro

n. Eufemisme

Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang halus untuk menggantikan

kata-kata yang dipandang kasar. Contoh: perusahaan itu terpaksa merumahkan

ribuan karyawannya. (merumahkan karyawan nilai rasanya lebih halus

daripada mem-PHK).

o. Perifrase

Gaya bahasa untuk menggantikan suatu kata atau kelompok kata lain. Kaat

atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama tempat, Negara, benda, atau

sifat tertentu. Contoh: berliburdi Pulau Dewata adalah impianku (Pulau

Dewata-Bali).

p. Simbolik

Gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan menggunakan simbol

atau lambang. Contoh: Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat. (Tikus

merupakan simbol bagi koruptor).

q. Klasmus

Gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya

berimbang dan dipertentngkan satu sama lain, tetapi susunannya terbalik

dalam susunan frasa atau klausanya dibanding dengan frasa atau klausa

lainnya. Contoh: Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah

ketekunan kami untuk melanjutkan usaha ini. (Diksi dan Gaya Bahasa, Gorys

3. Majas Penegasan

Gaya bahasa yang berisikan gagasan yang sifatnya terdap penjelasan sebagai

penegasan, macam-macam majas penegasan di antaranya:43

a. Repitisi

Gaya bahasa yang terdapat pengulangan untuk penekanan. Contoh: tidak ada

angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja dia masuk lalu marah-marah.

b. Apofasis atau Preterisio

Gaya bahasa untuk menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal

hal yang ditegaskan. Contoh: Tutur kata dan sikapnya yang baik seakan

membius siapa pun yang ada di hadapannya. Entah apa yang akan terjadi bila

mereka tahu sifat aslinya.

c. Aliterasi

Pengulangan konsonan pada awal kata secara berurutan. Contoh: Budi baik

bagai bekal bagi kehidupan kita.

d. Pleonasme

Gaya bahasa yang gagasan yang disampaikan secara berlebihan,sehingga ada

beberapa keterangan yang kurang dibutuhkan. Contoh; Nama-nama yang

sudah kami sebutkan sebelumnya, mohonmaju ke depan.

43

Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Pribahasa Plus Kesusastraan Indonesia, hal. 17-28.

e. Paralelisme

Gaya bahasa yang memakai kata, frase, atau klausa yang kedudukannya sama.

Contoh: Baik golongan yang tinggi maupungolongan yang rendah harus

diadili kalau bersalah.

f. Tautologi

Gaya bahsa yang terdapat pengulangan kata dengan menggunakan

sinonimnya. Contoh: Apa maksud dan tujuanmu datang ke sini, rapat direksi

akan dibuka pada 08.00 pagi

g. Inversi

Gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam suatu

kalimat. Contoh: Bersih sekali kamarmu.

h. Ellipsis

Gaya bahasa yang mneghilangkan beberapa unsur kalimat. Contoh: andai saja kamu mau mengikuti saranku tentu… sudahlah semuanya sudah terjadi, tidak perliu dibicarakan lagi.

i. Retoris

Gaya bahasa untuk menyanyakan sesuatu yang jewabannya telah terkandung

dlam pertanyaan terebut. Biasanya pertanyaan ini tidak mmebutuhkan

penjelasan jawaban. Contoh: Manusia mana yang tidak butuh uang?

j. Klimaks

Gaya bahasa untuk menentukan gagasan atau hal secara berturut-turut dari

menangis, meledak-ledak seperti mau memecahkan rongga dada. (Ziarah

Batu, M. N. Furqon)

k. Antiklimaks

Gaya bahasa yang menentukan gagasan yang penting menurun kepada gagsan

yang sederhana, kebalikan dari majas klimaks. Contoh: kepala sekolah, guru

dan siswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga keamanan dan

kebersihan sekolah.

l. Antanaklasis

Gaya bahasa yang menggnakan pengulangan kata yang sama tetapi maknanya

berbeda. Contoh: Pak Andi menonton ketoprak sambil makan ketoprak

kesukaanya.

m. Pararima

Gaya bahasa yang berupa pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata

atau bagian kata yang berlainan. Contoh: Pengemis dan anak-anak jalanan

kocar-kacir saat petugas Satpol PP melakukan penertiban.

n. Koreksio

Gaya bahasa yang awalnya menegaskan sesuatu yang dianggap kurang tepat,

kemudian diperbaiki. Contoh: Kalau tidak salah, saya pernah melewati jalan

mawar itu kemarin, bukan seminggu yang lalu.

o. Asindeton

Gaya bahasa yang bersifat padat, beberapa kata atau frasa yang sama tidak

Mencuci, memasak, merapikan rumah, memandikan anak, semua pekerjaan

itu di lakukan Ibu di rumah.

p. Polisindeton

Gaya bahasa kebalikan dari asyndeton, yang menggunakan kata penghubung

dalam kata yang berurutan. Contoh: Mereka dapat bertukar pemikiran dan

mendapat pengetahuan tentang berbagai perkembangan dan inovasi dunia

teknologi.

q. Eklamasio

Gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Contoh:Buanglah sampah

ditempatnya!

r. Alonim

Gaya bahasa yang menggunakan varian nama untuk menegaskan. Contoh:

Kamu pintar sekali din. (Din varian nama dari dinda).

s. Interupsi

Gaya bahasa yang menyisipkan keterangan tambahan di antara unsur-unsur

kalimat. Contoh: Ibu Ani Yudhoyono, istri presiden Susiolo Bambang

Yudhoyono, akan memebuka pameran batik.

t. Silepsi

Gaya bahasa yang mneggunakan dua konstruksi sintaksis yang dihubungkan

oleh kata sambung. Namun hanya satu konstruksi yang maknanya utuh.

Contoh: Apa bisnis utamamu? Menjual mobil atau menyewakan? (Seharusya:

4. Majas Sindiran

Majas yang di dalamnya terdapat makna berupa kata sindiran, terdapat

bebrapa majas sindiran diantaranya:44

a. Ironi

Gaya bahasa yang menyatakan suatu maksud yang berlainan atau bertolak

belakang. Contoh: Sepatumu bersih sekali, sampai berubah warna begitu.

b. Sarkasme

Gaya bahasa yang berisi sindirian yang kasar. Contoh: Diam! Suaramu

jelak sekali.

c. Sinisme

Gaya bahasa sindiran yang berisi ejekan terhadap suatu keikhlasan.

Contoh: Kecepatannya dalam mengambil keputusan sering

membingungkan anak buahnya.

d. Antifrasis

Gaya bahsa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya

berlawanan. Contoh:Awas si bule datang, saat Michele yang berkulit

hitam mendekati mereka.

e. Innuendo

Gaya bahasa berupa sindiran yang mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh: Pantas saja ia cepat mengerjakan soal karena menyotek ternyata.

44

Ernawati Waridah, Kumpulan Majas, Pantun, dan Pribahasa Plus Kesusastraan Indonesia, hal. 29-31.

Dokumen terkait