• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PD 1308112 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PD 1308112 Chapter3"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan

pada bab sebelumnya, maka penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelompok

eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya

menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang

pembelajarannya tidak menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz (ekspositori).

Alasan mengunakan metode kuasi eksperimen adalah karena pengambilan

sampel tidak dilakukan secara acak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan sebab akibat dan perlakukan yang dilakukan terhadap variabel bebas

dilihat hasilnya pada variabel terikat.

Desain dari penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan

Nonequivalent Control Group Design dengan tiga variabel yaitu Pangaruh Strategi Problem Solving menurut Wankat dan Oreovicz (X) sebagai variabel bebas (independent variable) dan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis (Y1) dan Self Regulated Learning Siswa (Y2) sebagai variabel terikat (dependent variable). Penelitian ini didesain dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (pretest dan posttes) dan kelompok kontrol / control group pretest dan posttest design (Arikunto, 2010, hlm.124). Desain penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random. (Sugiyono, 2013, hlm. 118)

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen O X O

(2)

Keterangan

O : Pre-tes dan post-tes kemampuan pemahaman konsep matematis dan self regulated learning siswa

X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen

Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran Matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran secara ekspositori melalui ceramah, diskusi dan

penugasan secara individual. Terhadap kedua kelompok tersebut diberikan pre-test dan post-test dengan menggunakan perangkat alat tes, pedoman observasi dan lembar angket likert yang dimodifikasi. Mekanisme penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009, hlm.

56).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar Negeri yang

berada di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang dengan karakteristik yang

sama.

Pemahaman Konsep Matematika

(Y1) Strategi Problem Solving

Menurut Wankat Dan Oreovicz (X)

Self Regulated Learning

(3)

2. Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan petimbangan tertentu. Yang artinya sampel diambil berdasarkan kesepakatan antara pihak

sekolah dengan peneliti. Hal tersebut dilakukan agar tidak banyak menggangu

aktivitas di sekolah tersebut. Oleh kerena itu, sampel dalam penelitian ini adalah

dua kelas pada sekolah yang berbeda dimana satu kelas sebagai kelas dengan

menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dan kelas yang satunya lagi adalah kelas dengan pendekatan ekspositori.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah para siswa dari dua

sekolah yang mempunyai karakteristik yang sama, dengan status Sekolah Negeri

yang terakreditasi B. Adapun faktor-faktor pendukung yang ada seperti, jumlah

siswa yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai siswa

dengan jumlah yang tidak jauh berbeda dan latar belakang keluarga yang

berbeda-beda pula. Demikina pula basic pendidikan guru pada kedua sekolah hampir sama

yaitu telah menempuh Strata 1. Letak kedua SDN yang berada pada satu

kecamatan yaitu Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini melibatkan dua jenis variabel yaitu variabel bebas, dan

variabel terikat.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, disebut juga variabel

stimulus, predictor, antecedent, atau independent variable (Sugiono, 2009, hlm. 39). Pada penelitian ini pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi

problem solving menurut Wankat dan Oreovicz merupakan variabel bebas.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

(4)

D. Instrumen Penelitian

Karakteristik yang akan diukur dalam penelitian ini adalah pemahaman

konsep matematis dan self-regulated learning siswa. Alat test yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes dan non tes yang diberikan

kepada kelompok siswa yang diberi perlakuan (eksperimen) dan kelompok siswa

sebagai pembanding (kontrol). Instrumen penelitian tersebut meliputi soal tes

hasil belajar untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep matematis,

lembar angket untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan self-regulated learning siswa terhadap pembelajaran, dan catatan harian untuk mendukung hasil observasi. Secara garis besarnya dapat diuraikan Instrumen yang

digunakan dalam penelitian meliputi :

1. Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika

Tes pemahaman konsep matematika diberikan untuk pre-tes dan post-tes. Pre-tes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada awal penelitian. Post-tes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa setelah menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dan pembelajaran ekspositori. Soal tes matematika yang digunakan

berbentuk tes uraian sebanyak 10 soal. Pemilihan tes uraian ini bertujuan untuk

melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa agar dapat diketahui bagaimana

kemampuan pemahaman masalah matematika siswa.

Selain itu, tes bentuk uraian memilki beberapa kelebihan seperti yang

dikemukakan oleh Suherman (2003, hlm.77) yaitu diantarnya: (1) pembuatan soal

bentuk uraian relatif lebih mudah dan dapat dibuat dalam kurun waktu yang tidak

terlalu lama; (2) karena dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk

menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika

penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari karena

tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi dapat

mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya; (3) proses pengerjaan tes akan

(5)

siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi,

mengaitkan fakta-fakta yang relevan.

Dalam penyusunan soal tes tersebut, diawali dengan penyusunan kisi-kisi

soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan

pemberian skor masing-masing butir soal.

Untuk mengevaluasi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, peneliti

menggunakan kriteria penilaian dengan berpedoman pada rubik sederhana yang

dikembangkan oleh “New standards project” dikemukakan oleh Van De Walle

(2008, hlm. 85) dan kemudian dimodifikasi. Kriteria penskoran rubik jawaban tes

(6)

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Respon Siswa Skor

Siswa belum mengerti (siswa menunjukkan kesalahpahaman besar tehadap

konsep dan prosedur yang salah atau kegagalan dalam menyelesaikan soal)

Tidak ada jawaban 0

Tidak memuaskan: pencapaian sedikit (tugas dikerjakan dan prosedur

penyelesaian dibuat. Ada bagian pencapaian tapi hanya sedikit atau tidak ada

keberhasilan.

Ada jawaban tapi jawaban salah 1

Kecil: pencapaian sebagian (sebagian tugas diselesaikan, tapi kurang

memahami, masukan langsung atau pengerjaan lebih jauh dibutuhkan)

Jawaban benar tetapi penggunaan konsep kurang lengkap dan jawaban mengandung pergitungan yang salah

2

Pandai ; pencapaian pokok (sedikit kesalahan dan pemahaman cukup

Jawaban benar tetapi penggunaan konsep hampir lengkap, menggunakan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar namun mengandung sedikit kesalahan

3

Bagus: pencapaian penuh (strategi penyelesaian masalah sudah benar, memiliki pemahaman konsep yang tinggi, prosedur pengerjaan sudah secara

sistematis)

Jawaban benar, penggunaan konsep secara lengkap, hampir semua petunjuk soal diikuti, penggunaan

algoritma secara lengkap dan benar, melakukan peritungan secara sistematis.

4

Dapat kita ketahui bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan

informasi selengkap-lengkapnya tentang peserta didik untuk tujuan pembuatan

keputusan pembelajaran (Ibrahim dan Nur dalam Zalinar, 2012, hlm. 51)

mengemukakan ada empat prinsip-prinsip yang dijadikan landasan untuk

melakukan penilaian yaitu: (1) penilaian harus ditujukkan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran; (2) metode penilaian harus dirancang sehingga

(7)

bukan mengungkapkan apa yang tidak diketahui; (3) penilaian bersifat opersional,

untuk mencapai pembelajaran matematika; dan (4) kualitas alat penilaian tidak

ditentukan oleh mudahnya pemberian skor, dan alat penilaian seyogyanya bersifat

praktis untuk dilakukan.

Demikain pula pernyataan yang dikemukakan oleh Suydam (dalam Zalinar,

2012, hlm. 52) mengenai penulisan evaluasi matematis haruslah memperhatikan

beberapa hal berikut ini: (1) memilih teknik pengukuran yang paling efektif untuk

tujuan yang lebih spesifik; (2) menggunakan kalimat yang sederhana dan jelas,

dengan bahasa yang mudah diapahami oleh peserta didik; (3) merangsang setiap

item tes sedemikian hingga dapat sebagai bukti bahwa tujuan telah tercapai; (4)

memulai dengan soal tes yang mudah; (5) buatlah petunjuk dengan jelas, ringkas;

(6) analisislah jawaban siswa pada tiap-tiap soal, untuk digunakan sebagai

diagnostik. Masingilia dan Wisnowska (dalam Zaliniar, 2012, hlm. 52)

menyatakan bahwa rubrik skoring (scoring rubrics) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untu menilai tugas-tugas menulis matematis. Demikain halnya

peneliti merujuk pada pernyataan tersebut dimana penilaian dalam penelitian ini

menggunakan rubrik skoring.

Soal tes sebelum digunakan sebagai instrumen pengumpulan data terlebih

dahulu dilakukan uji coba. Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

perangkat instrumen pengumpul data yang handal, sehingga data yang didapat

akan lebih akurat. Hal yang serupa diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah

(1990, hlm. 134) bahwa untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik diperlukan

alat evaluasi yang baik pula dan evaluasi yang baik adalah yang dapat memberi

gambaran yang benar tentang kemajuan terhadap peserta didik.

Ada satu tahapan sebelum soal-soal diuji cobakan, yaitu peneliti meminta

pertimbangan pada rekan yang dianggap berkompeten dibidangnya, dosen

pembimbing dan para ahli untuk menguji validitas yang terdiri dari validitas muka

dan validitas isi terhadap soal-soal tersebut, barulah soal tersebut diujikan secara

empirik dengan cara soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

diujicobakan kepada siswa kelas VI Sekolah Dasar. Jumlah siswa yang mengikuti

(8)

uji coba itu dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

soal.

a. Analisis Validitas Tes

1) Validitas logis

Uji validitas yang termasuk dalam validitas logis yang digunakan pada

penelitian ini adalah validitas isi dan validitas muka (face validity). Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu keabsahan susunan

kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya tidak salah

tafsir atau kejelasan bahasa/redaksional dan gambar/representasi dari setiap

butir tes yang diberikan. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka

yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya, sehingga

siswa tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal tersebut (Suherman,

2003, hlm. 106)

Validatas isi suatu evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi

materi yang dievaluasikan. Validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian

materi tes dengan kisi-kisi tes, materi ajar yang telah diajarkan dan apakah soal

pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan indikator kemampuan yang

diukur dan tingkat kesukaran untuk siswa.

2) Validitas empiris

Uji validitas yang termasuk dalam validitas empiris yang digunakan pada

penelitian ini adalah validitas butir soal. Untuk menguji validitas setiap butir

soal, maka skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan

dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2009, hlm. 72), rumusnya dinyatakan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑

(9)

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua veriabel yang

dikorelasikan.

N = banyak pasangan nilai

X = nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan

Y = nilai rata-rata soal soal-soal tes kedua perorangan

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi

(Suherman, 2003, hlm. 113) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

Koefisien Korelasi Instrumen Validitas

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy < 0,70 Cukup (sedang)

0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang )

rxy < 0,00 Tidak Valid

Penjelasan dari tabel di atas adalah, jika butir soal dengan koefisien korelasi

lebih dari atau sama dengan 0,90 dan kurang dari atau sama dengan 1,00 maka

interpretasi untuk soal tersebut sangat tinggi. Jika koefisien korelasi lebih dari

atau sama dengan 0,70 dan kurang dari 0,90 maka interpretasi untuk soal tersebut

tinggi, jika koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,40 dan kurang dari

0,70 maka interpretasi untuk soal tersebut cukup, jika koefisien korelasi lebih dari

atau sama dengan 0,20 dan kurang dari 0,40 maka interpretasi untuk soal tersebut

rendah, jika koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,00 dan kurang dari

0,20 maka interpretasi untuk soal tersebut sangat rendah, jika koefisien korelasi

kurang dari 0,00 maka interpretasi untuk soal tersebut tidak valid.

Pada taraf signifikansi 5% dengan n = 40 diperoleh rtabel sebesar 0,312. Selanjutnya rxy dibandingkan dengan rtabel. Tiap item tes dikatakan valid apabila

(10)

Hasil perhitungan dengan menggunakan Exel dan interpretasi validasi butir

soal untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini

seperti yang terdapat pada lampiran C1 secara singkat dapat dilihat pada Tabel

3.3.

Tabel 3.3

Data Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Tabel di atas menunjukkan data hasil uji coba validitas butir soal untuk tes

kemampuan pemahaman konsep matematis dengan rincian soal nomor satu

koefisien korelasi sebesar 0,62 masuk dalam kategori cukup maka dinyatakan

valid, rincian soal nomor dua koefisien korelasi sebesar 0,45 masuk dalam

kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor tiga koefisien korelasi

sebesar 0,70 masuk dalam kategori tinggi maka dinyatakan valid, rincian soal

nomor empat koefisien korelasi sebesar 0,74 masuk dalam kategori tinggi maka

dinyatakan valid, rincian soal nomor lima koefisien korelasi sebesar 0,50 masuk

dalam kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor enam koefisien

korelasi sebesar 0,45 masuk dalam kategori maka cukup dinyatakan valid, rincian

soal nomor tujuh koefisien korelasi sebesar 0,64 masuk dalam kategori cukup

maka dinyatakan valid, rincian soal nomor delapan koefisien korelasi sebesar

0,70 masuk dalam kategori tinggi maka dinyatakan valid, rincian soal nomor

sembilan koefisien korelasi sebesar 0,55 masuk dalam kategori cukup maka

dinyatakan valid, rincian soal nomor sepuluh koefisien korelasi sebesar 0,75

(11)

Melihat hasil penyajian data di atas maka dapat dinyatakan terdapat empat

soal masuk dalam kategori tinggi, dan enam soal masuk dalam kategori cukup.

Maka dari itu 10 soal itu dinyatakan valid.

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten.

Untuk mencari reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian menggunakan rumus

Alpha (Suherman, 2003, hlm. 154), yaitu:

=

Keterangan

= koefisien reliabilitas n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor setiap item = varians skor total

Jumlah varians skor setiap item dan varians total, dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

= ∑ (∑ )

Keterangan:

= varians tiap skor soal ∑ = jumlah tiap skor soal

∑ = jumlah kuadrat tiap skor soal = jumlah siswa

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas digunakan tolak ukur Guilford

(12)

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas

r11≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11≤ 0,70 Sedang

0,70 < r11 ≤ 0,90 Tinggi

0,90 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

Tabel di atas menunjukkan interprestasi koefisien reliabilitas, jika koefisien

reliabilitas kurang dari atau sama dengan 0,20 maka soal tersebut dinyatakan

sangat rendah, jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,20 dan kurang dari atau sama

dengan 0,40 maka interpretasi untuk soal tersebut dinyatakan rendah, jika

koefisien reliabilitas lebih dari 0,40 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 maka

interpretasi untuk soal tersebut dinyatakan sedang, jika koefisien reliabilitas lebih

dari 0,70 dan kurang dari atau sama dengan 0,90 maka interpretasi untuk soal

tersebut dinyatakan tinggi, dan jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,90 dan

kurang dari atau sama dengan 1,00 maka interpretasi untuk soal tersebut

dinyatakan sangat tinggi.

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak, maka

dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha cronchbach dengan bantuan exel realstat, seperti yang terdapat pada lampiran C1, secara ringkasnya disajikan pada tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Data Reliabilitas

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

rhitung Kriteria Kategori

(13)

Berdasarkan analisis reliabilitas uji soal kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas sebesar 0,8. Bila

diinterprestasikan dalam kriteria di atas, maka tes r tersebut memiliki reliabilitas

tinggi. Dengan kata lain soal memiliki kekonsistenan yang sedang atau akan

memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama

meskipun pada waktu yang berbeda, serta tempat dan kondisi yang berbeda pula.

c. Analisis Daya Pembeda

Dalam bukunya Arikunto (2009, hlm. 214) menyatakan bahwa daya

pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan

rendah). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bilamana

memang siswa yang pandai dapat menyelesaikan soal dengan baik, dan siswa

yang kurang pandai tidak dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik. Daya

pembeda dihitung dengan membagi testee ke dalam dua kelompok, yang pertama kelompok atas (the higher group), yaitu kelompok testee yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower group), yaitu kelompok yang tergolong rendah. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003, hlm. 160) ,

yaitu:

Keterangan

DP =daya pembeda

= jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas

Hasil perhitungan daya pembeda kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi

(14)

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Besarnya Daya Pembeda (DP) Instrumen Validitas

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP≤ 1,00 Sangat Baik

Tabel di atas menunjukkan klasifikasi daya pembeda butir soal, jika daya

pembeda butir soal berada pada nilai 0,00 maka daya pembeda butir soal tersebut

dinyatakan sangat jelek, jika daya pembedanya lebih dari 0,00 dan kurang dari

atau sama dengan 0,20 maka daya pembeda butir soal tersebut dinyatakan jelek,

jika daya pembedanya lebih dari 0,20 dan kurang dari atau sama dengan 0,40

maka daya pembeda soal tersebut dinyatakan cukup, jika daya pembedanya lebih

dari 0,40 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 maka daya pembeda soal

tersebut dinyatakan baik, jika daya pembedanya lebih dari 0,70 dan kurang dari

atau sama dengan 1,00 maka daya pembeda soal dapat dinyatakan sangat baik.

Jika DP sama dengan 1,00 akan diperoleh kesamaan 1,00 =

sehingga = =

Kondisi ini hanya dapat dipenuhi jika = 0 sehingga = . Hal ini

berarti semua siswa kelas atas (pandai) dapat menjawab benar dan semua siswa

kelas bawah (kurang pandai) menjawab dengan salah. Demikain dengan soal yang

mempunyai daya pembeda = 1,00 dapat membedakan kemampuan siswa pandai

dan kurang pandai dengan sempurna, sehingga kategori daya pembeda soal

tersebut sangat baik.

Adapun hasil analisisi daya pembeda instrumen tes kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa dapat dilihat pada lampiran C2, secara ringkasnya

(15)

Tabel 3.7 Data Daya Pembeda

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

No. Soal Daya Pembeda Interprestasi

1 0,42 Baik

Tabel di atas menunjukkan bahwa daya pembeda dengan klasifiaksi jelek

sebanyak satu yaitu soal nomor enam dengan daya pembeda 0,01. Untuk

mengatasi hal yang demikian ini peneliti mengkonsultasikan soal nomor enam

tersebut kepada guru kelas, sehingga didapatkan solusi dengan melakukan

perbaikan konteks/keterbacaan pada soal tersebut agar lebih dimengerti oleh

siswa. Dari sepuluh soal terdapat daya pembeda dengan klasifikasi cukup

sebanyak empat butir soal dengan masing-masing besarnya daya pembeda sebagai

berikut soal nomor dua besarnya daya pembeda yaitu 0,31, soal nomor lima dan

nomor delapan memilki daya pembeda yang sama yaitu 0,27, soal nomor

sembilan dengan daya pembeda sebesar 0,25.

Dari tabel di atas dapat kita lihat ada empat kategori baik daya pembeda soal

yang masing–masing yaitu soal nomor satu dengan besar daya pembeda 0,42, soal

nomor tiga dengan daya pembeda sebesar 0,44, soal nomor empat dengan daya

pembeda sebesar 0,60. Hanya terdapat satu daya pembeda dengan kategori sangat

baik, yaitu terdapat pada soal nomor tujuh dengan daya pembeda sebesar 0,73.

d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran

suatu butir soal. Suatu butir soal dapat dikatakan memiliki indeks kesukaran yang

(16)

Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan

menggunakan rumus (Suherman 2003, hlm. 170):

Keterangan

IK = indeks kesukaran

= jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas

= jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada butir soal yang diolah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman 2003, hlm. 170) sebagai berikut:

Tabel 3.8

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK= 1,00 Terlalu mudah

Tabel di atas menunjukkan klasifikasi tingkat kesukaran, jika tingkat

kesukaran suatu butir soal sebesar 0,00 maka soal tersebut dinyatakan teralu

sukar, jika tingkat kesukaran berada pada nilai lebih dari 0,00 dan kurang dari

atau sama dengan 0,30 maka soal tersebut dinyatakan sukar, bila tingkat

kesukaran butir soal ada pada nilai lebih dari 0,30 dan kurang dari atau sama

dengan 0,70 maka soal tersebut dinyatakan sedang, jika tingkat kesukaran butir

(17)

soal tersebut dinyatakan mudah, jika tingkat kesukaran suatu butir soal sama

dengan 1,00 maka soal tersebut dinyatakan teralu mudah.

Hasil perhitungan indeks kesukaran instrumen tes kemampuan pemahaman

konsep matematis dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran C3, dan secara

ringkas disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9

Data Tingkat Kesukaran

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,34 Sedang

2 0,71 Mudah

3 0,52 Sedang

4 0,43 Sedang

5 0,29 Sukar

6 0,21 Sukar

7 0,43 Sedang

8 0,29 Sukar

9 0,31 Sedang

10 0,38 Sedang

Berdasarkan data dari tabel di atas, terdapat satu butir soal yang termasuk

kategori mudah yaitu soal nomor dua dengan indeks kesukaran 0,71, dan terdapat

enam butir soal yang berkategori sedang dengan indeks kesukaran masing-masing

yaitu: soal nomor satu dengan indeks kesukaran 0,34, soal nomor tiga dengan

indeks kesukaran 0,52, soal nomor empat dan tujuh memiliki indeks kesukaran

yang sama 0,43, soal nomor sembilan dengan indeks kesukaran 0,31, serta soal

nomor sepuluh dengan indeks kesukaran 0,38, sedangkan soal yang termasuk

kategori sukar ada tiga butir yaitu: soal nomor lima dan delapan yang mempunyai

indeks kesukaran yang sama 0,29, serta soal nomor enam dengan indeks

kesukaran 0,21.

Setelah melakukan perhitungan uji coba maka dapat dianalisis semua soal

(18)

Tabel 3.10

Rangkuman Interpretasi Hasil Uji Coba Butir Soal

No. Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan rxy Kriteria DP Kriteria IK Kriteria

1 0,62 Valid 0,42 Baik 0,34 Sedang Digunakan

2 0,45 Valid 0,31 Cukup 0,71 Mudah Digunakan

3 0,70 Valid 0,44 Baik 0,52 Sedang Digunakan

4 0,74 Valid 0,60 Baik 0,43 Sedang Digunakan

5 0,50 Valid 0,27 Cukup 0,29 Sukar Digunakan

6 0,45 Valid 0,10 Jelek 0,21 Sukar Digunakan

7 0,64 Valid 0,73 Sangat Baik 0,43 Sedang Digunakan

8 0,70 Valid 0,27 Cukup 0,29 Sukar Digunakan

9 0,55 Valid 0,25 Cukup 0,31 Sedang Digunakan

10 0,75 Valid 0,56 Baik 0,38 Sedang Digunakan

2. Instrumen Non Tes

a. Klasifikasi Self-Regulated Learning

Instrumen self-regulated learning siswa diukur dengan menggunakan lembaran angket self-regulated learning. Angket self-regulated learning siswa mencerminkan kemandirian belajar yang dimiliki siswa menurut aspek ciri-ciri

self-regulated learning siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan tanggapan siswa terhadap angket self-regulated learning. Tanggapan yang diberikan kepada siswa terhadap angket ini menggunakan skala Likert yang

dimodifikasi.

Mengenai skala Likert manurut Widoyoko (2012, hlm. 115) bahwa prinsip

pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu

kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai sangat negatif sampai dengan sangat

positif. Penentuan lokasi dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan

seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.

Untuk skala Likert digunakan skala dengan 4 angka. Skala 1 (satu) berarti

(19)

bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan

tingkatan. Contoh pilihan respons:

SS = Sangat Sering

S = Sering

J = Jarang

TP = Tidak Pernah

Untuk menilai validitas semua pernyataan motivasi belajar, dilakukan

judgement oleh tiga orang pakar dengan kualitas doktor. Untuk memperoleh item soal angket yang layak pakai, seluruh aspek dikembangkan menjadi indikator

yang kemudian dari indikator tersebut dikembangkan menjadi item-item

pernyataan sebanyak 32 item. Menurut para penimbang item-item yang kurang

layak, baik secara konstruk maupun kebahasaannya, dilakukan revisi sesuai

dengan saran-saran para penimbang tersebut.

b. Analisis Validitas Tes Self-Regulated Learning Siswa

1) Validitas empiris

Untuk mengetahui apakah uji coba tes self-regulated learning siswa itu valid atau tidak, maka dilakukanlah uji validitas tes, dengan tujuan apakah tes tersebut

dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(20)

Tabel 3.11

Data Hasil Uji Coba Validitas Angket Self-Regulated Learning Siswa

No Soal Koefisien

terdapat lima soal masuk dalam kategori tinggi, dan 13 soal masuk dalam kategori

cukup, dan 14 soal masuk dalam kategori rendah. Maka dari itu 32 soal itu

(21)

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten.

Hasil perhitungan reliabilitas soal uji coba self-regulated learning siswa dapat dilihat pada lampiran C4, berikut disajikan secara singkat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12 Data Reliabilitas

Angket Self-Regulated Learning Siswa

rhitung Kriteria Kategori

0,89 Reliabel Tinggi

Berdasarkan analisis reliabilitas uji tes self-regulated learning siswa pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas sebesar 0,89. Bila diinterprestasikan dalam

kriteria di atas, maka tes tersebut memiliki reliabilitas tinggi. Dengan kata lain

soal memiliki kekonsistenan yang sedang atau akan memberikan hasil yang relatif

sama bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun pada waktu yang

berbeda, serta tempat dan kondisi yang berbeda pula.

E. Observasi

Dalam melakukan pengamatan secara langsung aktivitas guru dan siswa pada

saat proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru, peneliti

melakukan observasi. Sentosa (2013, hlm. 19) menyatakan “observasi atau

pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan

penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang

mendukung penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi

objek penelitian tersebut.” Observasi pada penelitian ini dilakukan pada setiap tindakan aktivitas belajar siswa dan guru pada kelas eksperimen. Lembar

observasi ini hanya digunakan pada kelas eksperimen karena indikator-indikator

pengamatan dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan

(22)

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, serta gejala-gejala yang terjadi

terhadap objek yang diobservasi (Sugiyono, 2009, hlm. 117).

F. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan yang

digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini:

Tahap 1: Persiapan

1. Pengajuan judul dan pembuatan proposal 2. Seminar proposal dan perbaikan hasil proposal 3. Membuat instrumen dan merancang bahan ajar 4. Validasi instrumen dan merevisinya

5. Mengurus perizinan melakukan penelitian 6. Uji coba instrumen

7. Analisis hasil uji coba

Tahap 2: Pelaksanaan

1. Pre-tes kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa, dan 2. Angket self-regulated learning siswa pada kelas kontrol dan

eksperimen

Kelas kontrol Kelas Esperimen

Pembelajaran menggunakan 1. Pembelajaran menggunakan Ekspositori strategi problem solving

menurut Wankat dan Oreovicz

2. Pengisian lembar observasi

(23)

Tahap 3: Analisis Data

 Data kuantitatif : pre-tes dan post-tes  Data kualitatif : lembar observasi,

angket self-regulated learning

Tahap 4: Penarikan kesimpulan dan saran

 menarik kesimpulan dari data kuantitarif  mendeskripsikan data kualitatif

 penyusunan lapor

Bagan 3.1

Rancangan Alur Kegiatan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Mengajukan judul penelitian, menyusun proposal penelitian;

b. kemudian diseminarkan dan setelah mendapat masukan dari tim penelaah

seminar proposal maka proposal akan diperbaiki;

c. Membuat instrumen penelitian dan merancang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) atau bahan ajar;

d. Memvalidasi instrumen, menganalisis, dan merevisinya sebelum penelitian;

e. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak-pihak terkait;

f. Melaksanakan uji coba lapangan, mengumpulkan data hasil uji coba dan

menganalisis data tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Menentukan sampel penelitian, memberikan soal pretes baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk menetahui kemampuan awal

(24)

b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz di kelas eksperimendan pembelajaran ekspositori di kelas kontrol

c. Di kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreoviczdilakukan observasi pada guru dan siswa di setiap pertemuan untuk

mengamati situasi yang terjadi dalam kelas ketika pembelajaran itu

berlangsung;

d. Memberikan post-tes baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, dan

memberikan angket self-regulated learning siswa untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa setelah mendapat perlakuan.

3. Tahap Akhir

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah:

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif;

b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pre-tes dan post-tes; c. Melakukan analisis data kualitatif terhadap data lembar observasi.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

i. Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai

kemampuan pamahaman konsep matematis dan self-regelated learning siswa;

ii. Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai

proses pembelajaran dengan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz.

iii. Penyusunan laporan

G. Teknik pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, skala sikap, dan lembar

observasi. Data yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman konsep

(25)

yang berkaitan self-regulated learning siswa dikumpulkan melalui skala sikap, lembar observasi.

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data,

kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan.

Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut

diberikan sebelum dan setelah diberikan perlakuan

Jenis data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa

hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Analisis data hasil tes

dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh pembelajaran dengan

menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dan self-regulated learning siswa.

Pengolahan dan analisis data hasil tes kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 20. Adapun langkah-langkahnya uji statistik yang dilakukan oleh peneliti adalah uji

(26)

Berikut ini akan diuraikan langkah demi langkah dalam perhitungan secara

statistiknya:

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat

berdistribusi normal atau tidak. dikarenakan jumlah data sebanyak 32 orang, maka

untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Saphiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Uji normalitas ini dilakukan terhadap pre-tes dan N-Gain dari dua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal

maka dalam menguji kesamaan dua rerata digunakan uji t. Apabila hasil pengujian

menunjukkan bahwa sebaran data tidak berdistribusi nomal maka untuk menguji

kesamaan dua rerata digunakan perhitungan dengan statistik nonparametrik, yaitu

uji Man-Whitney. Uji normalitas menggunakan bantuan SPSS 20 pada taraf signifikansi 5%.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika Sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak (Pramesti, 2014, hlm. 28)

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas variansi antara dua kelas dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah variansi kedua kelas sama atau berbeda. Uji

homogenitas dilakukan apabila pada uji normalitas diperoleh kesimpulan bahwa

data berdistribusi normal. Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji

kesamaan variansi dari skor pretes, postes, dan gain pada kedua kelompok (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) untuk setiap aspek kemampuan matematis. Uji

homogenitas yang digunakan adalah uji Levene dengan bantuan SPSS 20 pada

taraf signifikansi 5%.

Hipotesis yang akan diuji dapat juga dinyatakan sebagai berikut (Sudjana, 2005,

(27)

H0 : Variansi skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika

kelompok homogen.

H1 : Variansi skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika

kelompok tidak homogen.

Keterangan:

Variansi skor tes kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

Variansi skor tes kelas ekspositori

Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika Sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak (Pramesti, 2014, hlm. 33)

c. Uji Perbedaan Dua Rerata

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan kemampuan

pemahaman konsep matematis dan self-regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran secara ekspositori maka dilakukan pengujian perbedaan dua rerata

dengan α = 0,05.

Jika hasil dari pengujian normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data

itu berdistribusi normal dan homogen terhadap data pre-tes dan pot-tes, pada kedua kelas maka langkah selanjutnya dilakukanlah uji perbedaan dua rerata yang

digunakan adalah uji t independent sample test.

Adapun hipotesis untuk kemampuan pemahaman konsep matematis adalah:

H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

H1 : µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan rerata kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika

(28)

dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

Hipotesis self regulated learning siswa adalah:

H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan rata-rata self regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

H1 : µ1≠ µ2 Terdapat perbedaan rata-rata self regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan

strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran

matematika dengan metode ekspositori.

Keterangan

µ1 = rerata skor postes kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

µ2 = rerata skor postes kelas dengan pembelajaran secara ekspositori.

Jika data hasil tes kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka uji

perbedaan dua rerata untuk data pretes dan postes menggunakan uji t-independen.

Jika data hasil tes kedua kelas berdistribusi normal dan variansi keduanya tidak

homogen, maka digunakan uji t’ independen. Jika data hasil tes kedua kelas tidak

berdistribusi normal dan variansi keduanya tidak homogen, maka uji statistik yang

digunakan adalah pengujian bebas asumsi atau uji nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney U (uji-U).

Berikut uji statistik yang digunakan untuk uji t independen dengan rumus

(Sudjana, 2005, hlm. 239):

(29)

x x

Keterangan:

S = Simpangan baku gabungan dari kedua kelompok.

S1 = Simpangan baku kelas yang menggunakan strategi problem solving

menurut Wankat dan Oreovicz

S2 = Simpangan baku kelas yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori.

X 1= Rerata skor post-tes pada strategi problem solving menurut Wankat dan

Oreovicz

X = Rerata skor post-tes yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori n1 = Banyak siswa kelas yang menggunakan strategi problem solving menurut

Wankat dan Oreovicz.

n2 = Banyak siswa kelas yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori

Dalam menghitung uji perbedaan dua rerata ini peneliti menggunakan sofware SPSS 20. Sehingga pengujian hipotesisnya berdasarkan p value (significance atau sig) dengan kriteria sebagi berikut:

Jika sig (1 tailed) = sig (2 taliled) < dengan = 0,05 maka H0 ditolak

Jika sig (1 tailed) = sig (2 taliled) ≥ dengan = 0,05 maka H0 diterima

d. Data N-Gain

Untuk mengetahui peningkatan kamampuan pemahaman konsep matematis

dan sel-regulated learning siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan perhitungan skor N-Gain dengan rumus dalam Hake (1999, hlm. 1), yaitu:

(30)

Hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan N-Gain ternormalisasi berikut:

Tabel 3.14

Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi

Indeks Gain Kriteria

≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ < 0,700 Sedang

< 0,30 Rendah

Berdasarkan pemaparan di atas selanjutnya peneliti menggambarkan alur

analisis untuk data kuantitatif pada penelitian ini disajikan secara singkat pada

bagan di bawah ini:

Data

Tidak

Uji Normalitas Uji Non Parametrik

(Mann Whitney)

Ya Tidak

Uji Homogenitas Uji Perbedaan Dua Rerata

(Uji )

Ya

Uji Perbedaan Dua Rerata

(Uji t)

(31)

Bagan 3.2

Alur Analisis Data Kuantitatif

2. Analisis Data Kualitatif

Kelas eksperimen, dengan melakukan analisis kualitatif terhadap data hasil

observasi.

Data hasil observasi Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan lembar

observasi. Dengan lembar observasi ini peneliti dapat mengamati semua kegiatan

atau aktivitas baik siswa maupun guru pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung di kelas eksperimen. Tujuan dari pengamatan ini tidak lain ingin

memperoleh gambaran mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dengan

strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz di kelas tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa

(32)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel di atas menunjukkan data hasil uji coba validitas butir soal untuk tes
Tabel 3.5 Data Reliabilitas
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan apakah data peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence siswa yang mendapatkan

Meskipun dengan menerapkan model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pemahaman matematis pada kriteria sedang,

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS). Universitas

Peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis melalui pembelajaran Problem Based Learning dan Inquiry Based Learning pada siswa kelas V sekolah Dasar1.

Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berbasis multiple intelligences untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep, penalaran matematis dan self-confidence siswa

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pendekatan Creative Problem Solving Berbantuan Algebratior Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF TERHAD AP KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL D AN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA SELF-REGULATION..