85
MAKALAH
PARALEL
PARALEL A
ISBN :978-602-73159-8
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI
LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA
Wahidah Estiningrum
1
, Mohammad Masykuri
2
, dan Elfi Susanti2
1Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, 571262Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, 57126 Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126 1Student of Chemistry Education, Teacher Training and Education Faculty, UNS 2Lecture of Chemistry Education, Teacher Training and Education Faculty, UNS
Ir. Sutami Street No.36A, Jebres, Surakarta City, Central Java 57126 *Untuk korespondensi: wahidah.esti128@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga kelas XI SMA SMA N Karangpandan tahun pelajaran2016/2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Subjek dan objek penelitian ini adalah kelas XI IPA 2. Teknik pengumpulan data menggunakan metode triangulasi melalui guru dan siswa sebagai sumber. Teknik analisa data menggunakan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini, didapatkan profil siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar 20 % dari jumlah seluruh siswa kelas XI IPA 2. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu siswa tidak dilibatkan dalam penemuan konsep, rendahnya keaktifan siswa saat pembelajaran, serta siswa kurang berlatih secara mandiri di kelas untuk menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis tinggi.
Kata Kunci: Deskriptif, Larutan Penyangga, dan Kemampuan berpikir kritis
ABSTRACT
The purpose of this research to determine the profile of the students critical thinking skills on buffer solution subject of XI grade SMA N Karangpandan Senior High School in academic year 2016/2017. This is descriptive research. Subject and object of this research XI is XI grade students of IPA 2. The data collection techniques using the method of triangulation with teachers and students as a source. Data analysis techniques using descriptive-qualitative. The results of this study, obtained profiles of students with high critical thinking skills at 20% of the total number of students grade XI IPA 2. Factors that affect it are the students not involved in the discovery of the concept, the low activity of students during the lesson, and students not practicing independently in the classroom to solve problems that require high critical thinking skills.
Key words: Descriptive, Buffer, and Critical Thinking Skill
PENDAHULUAN
Sekolah Menengah Atas Negeri Karangpandan merupakan salah satu SMA
negeri di Kabupaten Karanganyar yang menganut Kurikulum KTSP. Sekolah tersebut menyediakan kelas program IPA,
86
Estiningrum, Profil Kemampuan Berpikir Kritis...ISBN: 978-602-73159-8
dimana kimia merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh [1].
Kimia merupakan cabang ilmu sains yang mempelajari segala sesuatu mengenai zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan ketrampilan dan penalaran [1]. Ilmu kimia bersifat teoritis dan praktis, serta bersifat kasat logika. Kasat logika maksudnya kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika. Oleh karena itu, rasionalitasnya dapat dirumuskan atau diformulasikan [1]. Disiplin ilmu ini erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memerlukan pemecahan yang sistematis di dalamnya ([2], [3]).
Larutan penyangga merupakan salah satu pokok materi yang dipelajari pada mata pelajaran kimia kelas XI program IPA semester II. Dalam mempelajari larutan penyangga, siswa diminta menguasai konsep yang abstrak, konsep hafalan, perhitungan menggunakan persamaan matematis serta mengaitkan konsep larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menjadikan larutan penyangga menjadi materi yang sulit dan membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu ketrampilan berpikir kritis untuk mempelajarinya.
Berpikir kritis merupakan bagian dari alur berpikir ilmiah yaitu kemampuan berpikir yang didasarkan pada logika, kejelasan, dan relevansi [5]. Berpikir kritis dalam pembelajaran kimia khususnya larutan penyangga, menuntut siswa tidak hanya berpikir tentang konsep dan prinsip, tetapi juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui berpikir kritis,
menciptakan informasi yang tumpang tindih, atau adanya keterkaitan antara informasi satu dengan yang lain. Hal tersebut akan membantu siswa dalam untuk lebih memahami sifat spesifik tertentu teori, fungsi, rumus atau persamaan karena berkaitan dengan lainnya informasi [3]. Ketrampilan berpikir kritis dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan- permasalahan serta menciptakan informasi baru [6]. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi akan lebih mudah menyelesaikan persoalan pada materi larutan penyangga.
Aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, ada 6 yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3) melakukan deduksi, (4) melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, serta (6) mengambil keputusan dan tindakan [5]. Aspek-aspek berpikir kritis tersebut, dituntut ada pada pemnbelajaran sains yang berlangsung dua arah atau berorientasi pada siswa, mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sains [7].
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru mata pelajaran kimia di SMA N Karangpandan, pembelajaran kimia pada sekolah tersebut khususnya kelas XI masih menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Di sekolah tersebut, juga terdapat salah satu kelas yang mempunyai hasil belajar kimia yang rendah yaitu kelas XI IPA 1. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Tabel 1.
Tabel 1. Ketuntasan Nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil pada tahun pelajaran 2016/2017
Kelas Nilai rata-rata
XI IPA 2 76,42 XI IPA 3 77,53 XI IPA 4 76,77
Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan adanya kajian dari segi profil kemampuan berpikir kritis di Kelas XI IPA 2 yang akan mempengaruhi hasil belajar kimia, sehingga dapat diciptakan alternatif pemecahannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif mengenai profil kemampuan berpikir kritis siswa. Subyeknya yaitu siswa kelas XI IPA 2, SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 40 siswa. Instrumen yang dipakai adalah pedoman wawancara, lembar observasi kegiatan pembelajaran, serta instrument tes kemampuan berpikir kritis.
Waktu penelitian pada bulan Januari 2016 - Maret 2017. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Objek yang diamati adalah profil kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia materi larutan penyangga.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi dan wawancara, sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis. Sumber data pada penelitian
ini berasal dari informan, peristiwa, dan dokumen.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis sejumlah 15 butir soal yang mengacu pada aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis [8]. Data yang diperoleh dari tes, berupa skor jawaban benar yang diperolih siswa, selanjutnya dikategorikan ke dalam kelas tinggi, sedang, rendah [9], seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori pengelompokkan Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Interval Skor
Tinggi 1-5
Sedang 6-10
Rendah 11-15
Teknik non tes yang meliputi wawancara dan observasi untuk mengetahui kondisi pembelajaran kimia materi larutan penyangga di kelas,serta kajian dokumen hasil belajar kimia siswa.
Teknik triangulasi pada penelitian ini digunakan untuk memeriksa validitas data dalam analisis data. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik pengumpulan data [10]. Triagulasi pengumpulan data dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, kajian dokumen, dan tes.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berpikir kritis merupakan bagia dari alur berpikir ilmiah yang didasarkan pada
88
Estiningrum, Profil Kemampuan Berpikir Kritis...ISBN: 978-602-73159-8
logika, kejelasan dan relevansi. Definisi berpikir kritis menurut Ennis yaitu sebagai pemikiran yang reflektif yang berfokus untuk merumuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan [4].
Aspek kemampuan berpikir kritis yang melakukan deduksi, (4) melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, serta (6) mengambil keputusan dan tindakan. Keenam aspek tersebut dijabarkan menjadi delapan indikator yaitu: (1) mengidentifikasi asumsi, (2) menunjukkan persamaan dan perbedaan, (3) membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan, (4) menginterpretasika data secara tepat, (5) mendeduksi secara logis, (6) melakukan induksi, (7) memberikan alternatif pilihan, serta (8) memilih tindakan yang akan dilakukan [11]. Masing-masing Siswa diberikan soal tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan enam aspek yangtelah diuraikan diatas.
Hasil capaian aspek berpikir kritis pada siswa kelas XI IPA, dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Persentase Ketercapaian
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Persentase capaian (%) Merumuskan masalah 62.5 Memberikan argumen 67,5 Melakukan deduksi 60,4 Melakukan induksi 55 Melakukan evaluasi 40 Mengambil keputusan dan
tindakan
66,25
Berdasarkan data tersebut, terlihat ketercapaian aspek berpikir kritis hampir
sama. Aspek memberikan argumen menempati ketercapaian tertinggi. Sementara itu, pada aspek melakukan induksi, ketercapaiannya masih rendah. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya pemahaman siswa pada setiap premis-premis yang bersifat khusus, sehingga siswa kesulitan untuk melogika dan menyimpulkan menjadi pernyataan yang bersifat umum. Namun, sebagian.besar siswa sudah dapat membangun ketrampilan dasar berpikir untuk membedakan informasi yang relevan dan kurang relevan, seperti yang terlihat dalam aspek memberikan argumen yang mempunyai ketercapaian paling tinggi.
Siswa dalam mempelajari materi larutan penyangga dituntut menguasai konsep pra syarat, dikaitkan dengan konsep baru, konsep persamaan matematis, serta erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan pemikiran tingkat tinggi, seperti berpikir kritis untuk mempelajarinya. Bailin (2002) menyatakan bahwa ketrampilan berpikir kritis sangat penting dalam pembelajaran sains termasuk kimia [12]. Hal tersebut dikarenakan, melaluikeputusan dan tindakan 66,25 pemikiran kritis, siswa dapat mengaitkan informasi-informasi yang saling berkaitan, serta tidak hanya belajar konsep namun juga belajar bagaimana mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari [3].
Hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa dikategorikan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah seperti yang terlihat pada Diagram 1.
Diagram 1. Persentase kategori kemampuan berpikir kritis siswa XI IPA
Berdasarkan diagram tersebut, persentase siswa dengan kategori rendah sebesar 10%, sedang sebesar 70%, dan siswa dengan kemampuan berikir kritis tinggi hanya 20% dari total siswa di kelas XI IPA 2. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar kimia, khususnya larutan penyangga.
Rendahnya persentase siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dapat disebabkan karena strategi pembelajaran yang digunakan guru belum berorientasi terhadap pemberdayaan kemampuan berpikir tingkat tinggi [13]. Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar mengajar materi kimia di kelas XI IPA 2, pembelajarannya masih berorientasi pada guru. Ilmu pengetahuan ditransfer dari guru kepada siswa. Guru menjelaskan secara menyeluruh mengenai materi yang dipelajari, sebagian siswa mencatat, dan sebagian lain hanya mendengarkan. Siswa juga kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat. Siswa hanya mau menjawab pertanyaan ketika ditanya oleh guru. Setelah guru menjelaskan materi disertai contoh soal, siswa diminta mengerjakan LKS, kemudian dibahas bersama dengan guru pada akhir pembelajaran. Sementara itu, berdasarkan
wawancara terhadap guru, metode ceramah dipilih karena guru kurang yakin siswa dapat memahami materi tanpa penjelasan dari guru sebelumnya. Guru juga menjelaskan jika keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan masih rendah. Murid hanya akan bertanya jika guru berkeliling dari meja satu ke meja lain untuk memantau belajar siswa. Siswa hanya akan menjawab jika ditunjuk oleh guru. Berdasarkan wawancara terhadap beberapa siswa, siswa merasa sungkan untuk menanyakan materi yang belum dipahami, terkadang siswa merasa kebingungan untuk bertanya karena siswa belum paham dengan materi yang disampaikan guru. Guru jarang memberika pertanyaan kepada siswa saat menjelaskan materi. Siswa juga jarang berlatih mengerjakan soal-soal kimia tanpa diperintah guru. Berdasarkan uraian tersebut, kurangnya keterlibatan siswa dalam membangun konsep materi yang dipelajari, dan memecahkan soal-soal materi kimia serta rendahnya keaktifan siswa saat pembelajaran mengakibatkan ketrampilan berpikir kritis kurang terlatih.
Pemilihan metode yang tepat oleh guru melalui metode pembelajaran yang berorientasi ada siswa dengan guru sebagai pembimbing dapat melatih berpikir kritis siswa [12]. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kimia dapat meningkat setelah siswa dilatih ketrampilan berpikir tertentu. Berdasarkan penelitian Arfianawati, Sudarmin, dan Sumarni (2016), terdapat korelasi positif antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar kimia [13]. Hal tersebut sejalan
90
Estiningrum, Profil Kemampuan Berpikir Kritis...ISBN: 978-602-73159-8
dengan penelitian Prasetyowati dan Suyatno (2016) bahwa siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki penguasaan konsep larutan penyangga yang tinggi pula [14].
KESIMPULAN
Persentase kemampuan berpikir kritis kategori tinggi siswa di kelas XI IPA 2 sebesar 20%, sedang 70 % dan rendah 10 %. Ketrampilan berpikir kritis siswa kurang terlatih dikarenakan rendahnya keaktifan siswa saat pembelajaran, kurangnya keterlibatan siswa dalam penemuan konsep materi serta pemecahan soal. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi menyebabkan penguasaan konsep kimia yang tinggi pula.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Kepada Bapak Pranowo Sumarsono, S.Pd selaku guru mata pelajaran kimia, yang telah membantu demi kelancaran penelitian ini. Kepada Dr. Mohammad Masykuri, M.Si serta Dr. Elfi Susanti, M.Si, yang telah memberikan dukungan dan bimbingan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, serta segenap pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Depdiknas. (2006). Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
[2] Utami, Budi, Saputro, S., Ashadi, Maskuri, M., Widoretno, S. 2016.
Critical thinking skills profile of high school students in learning chemistry.
International Journal of Science and Applied Science: Conference Series, 2 (1), p. 124-130.
[3] Gluck, L, ilmore, M., W., Dillihunt, M. 2015. The Importance of Critical
Thinking, Verbal Reasoning and Mathematics in Teaching Chemistry in the 21st Century. Modern Chemistry &
Applications, 3 (3).
[4] Anonime. 2011. The Nature of Critical
Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositionsand Abilities, diperoleh dari
http://faculty.education.illinois.e du/rhennis/documents/TheNatur eofCriticalThinking_51711_000.pdf, pada 25 maret 2016.
[5] Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
[6] Adnyana, Gede Putra. 2012.
Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa pada Model Siklus Belajar Hipotetis Deduktif. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran, 3 (45), hlm. 201-209.
[7] Bailin, Sharon. 2002. Critical Thinking and Science Education. Science & Education, 11, p. 361-375.
[8] Dwiyanti,G., Darsanti, S., Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas X dan XI pada Pembelajaran Kimia menggunakan Metoda Praktikum.
FMIPA UPI.
[9] Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
[10] Sugiyono (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
[11] Andriyani,Dini, Susilowati, Endang,& Mulyani, Bakti. (2015). Penerapan
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilengkapi Catatan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar pada Materi Hasil Kali Kelarutan
Kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), 4 (2), hal. 57-64.
[12] Zhou, Q., Huang, Q., Tian, H. 2013.
Developing Students’ Critical Thinking Skills by Task-Based Learning in Chemistry Experiment Teaching. Creative Education, 12 A (4), p. 40-45. [13] Arfianawati, S., Sudarmin, Sumarni, W.
2016. Jurnal Pembelajaran MIPA, 1 (21), hal. 46-61.
[14] Prasetyowati, Eko, N., Suyatno.2016.
Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Pokok Larutan Penyangga. Jurnal
Kimia dan Pendidikan Kimia, 1 (1), hal.67-74.