• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR KONTEKSTUAL DALAM PEMANFAATAN WEB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR KONTEKSTUAL DALAM PEMANFAATAN WEB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

626

FAKTOR KONTEKSTUAL DALAM PEMANFAATAN WEB SEBAGAI

MEDIA KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN

1

Ati Harmoni, 2A. Ramadona N., 3Sri Wulan Windu Ratih 1

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi 2,3

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya No. 100 Depok - 16424 1

[email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Tulisan ini berisi kajian tentang faktor kontekstual yang memengaruhi pemanfaatan web sebagai media komunikasi CSR. Isu CSR dan bagaimana mengomunikasikannya kepada pemangku kepentingan masih menjadi perhatian utama bagi banyak perusahaan, baik perusahaan nasional maupun perusahaan internasional. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk melaksanakan program CSR dengan sungguh-sungguh tetapi juga harus mampu mengomunikasikannya kepada seluruh pemangku kepentingannya. Perkembangan teknologi informasi dan komputer, termasuk internet dan fasilitas World Wide Web (WWW) atau web, telah memberikan ragam pilihan media kepada perusahaan untuk mengungkapkan program CSR dan sekaligus meningkatkan hubungan dengan pemangku kepentingan. Fitur kesegeraan, keragaman penerima, ragam isyarat, variasi bahasa, sumber personal, perekaman eksternal, memori terolahkan komputer, dan konkurensi yang tersedia pada web dapat memfasilitasi kebutuhan komunikasi CSR oleh manajemen perusahaan atas ketepatan waktu, aksesibilitas, presentasi dan organisasi, serta interaktivitas. Apakah perusahaan menggunakan secara ekstensif seluruh fitur yang tersedia pada web untuk mengomunikasikan isu CSR akan tergantung pada faktor kontekstual, yaitu faktor teknologi, faktor ekonomi, faktor internal organisasi, faktor pemangku kepentingan eksternal, dan pandangan lain yang dianggap penting dan berlaku di masyarakat.

Kata kunci : CSR, komunikasi CSR, web perusahaan, kerangka media richness

1. Pendahuluan

Saat ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility atau CSR telah menjadi isu yang sangat penting bagi banyak per-usahaan, baik yang beroperasi secara nasional mau-pun internasional. CSR dipandang sebagai aktivitas yang melegislasi organisasi di mata masyarakat [1], sedangkan di sisi lain, publik – konsumen, investor, karyawan, komunitas, jurnalis, dan sebagainya – mulai mengamati dan mengevaluasi perilaku per-usahaan dan semakin menghargai aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan.

Banyaknya lembaga pemeringkat CSR, lem-baga pengawasan CSR, serta perhatian pemangku kepentingan yang kritis membuat perusahaan harus lebih banyak melibatkan pemangku kepentingan dan mengusahakan strategi komunikasi CSR yang lebih canggih. Perusahaan harus mengirimkan pesan tentang CSR kepada karyawan, pelanggan, pemang-ku kepentingan lainnya, dan secara umum kepada seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai pe-rangkat komunikasi. Akibatnya, pengelolaan dan komunikasi isu CSR pada umumnya, menjadi kom-ponen penting dari kegiatan perusahaan.

Perkembangan teknologi informasi dan kom-puter, termasuk internet dan fasilitas World Wide

Web (WWW) atau web, telah memberikan ragam pilihan media kepada perusahaan untuk meng-ungkapkan program CSR dan sekaligus meningkat-kan hubungan dengan pemangku kepentingan. Penelitian telah menunjukkan bahwa perusahaan di seluruh dunia mulai menggunakan situs web perusahaan untuk menunjukkan perilaku CSRnya, terutama di negara-negara dengan penggunaan Internet yang tinggi [2]. Namun, penelitian juga memperlihatkan bahwa tidak semua fitur yang tersedia pada web dimanfaatkan secara optimal oleh perusahaan [3, 4].

Dari latar belakang tersebut, menarik untuk dikaji faktor kontekstual yang memengaruhi pe-manfaatan suatu web sebagai media komunikasi CSR oleh perusahaan. Tulisan ini akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisi pendahuluan yang memuat latar belakang, bagian kedua menjelaskan tentang kebutuhan perusahaan dalam komunikasi CSR dan kelebihan web sebagai media komunikasi CSR, bagian ketiga akan meng-uraikan faktor kontekstual yang memengaruhi pemanfaatan suatu web sebagai media komunikasi CSR oleh perusahaan, dan bagian keempat yang berisi penutup.

(2)

627 2. Kebutuhan Komunikasi CSR dan Kelebihan

Web sebagai Media Komunikasi CSR 2.1 Kebutuhan Komunikasi CSR oleh

Perusahaan

Komunikasi CSR adalah komunikasi tentang kegiatan CSR yang dirancang dan didistribusikan oleh perusahaan sendiri [5]. Secara umum CSR didefinisikan sebagai kewajiban sosial suatu or-ganisasi. Kewajiban ini melekat dengan kebijakan dan kegiatan organisasi dengan tujuan mencapai keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan [6]. Perhatian dan keterlibatan banyak pihak membuat CSR menjadi isu yang penting sehingga perusahaan harus hati-hati dalam seluruh kegiatannya dan dampaknya pada keseluruhan masyarakat.

Perusahaan yang ingin mendapat kepercayaan dan legitimasi melalui kegiatan CSR harus mempu-nyai kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ku kepentingan dan berkomunikasi dengan pemang-ku kepentingannya secara efektif. Fungsi komuni-kasi menjadi sangat pokok dalam manajemen CSR. Perusahaan harus memberikan informasi tentang tanggung jawab sosialnya dan pesan lain yang ter-kait kepada para karyawan, pelanggan, dan pemang-ku kepentingan lain, dan secara umum, kepada se-luruh masyarakat dengan berbagai alat komunikasi. Sampai saat ini masih terdapat kritikan yang mempertanyakan motif perusahaan menjalankan CSR. Kritikan tersebut mungkin bukan tanpa dasar, terutama jika perusahaan menggunakan komunikasi CSR sebagai pemoles kinerjanya yang sebenarnya biasa saja. Namun demikian, ada harapan akan terjadinya peningkatan kongruensi antara komunika-si dan tindakan.

Ada empat hal yang membuat pelaporan non finansial, termasuk laporan CSR atau laporan keber-lanjutan menjadi sangat penting [7]: Pertama, meningkatkan reputasi perusahaan. Semakin trans-paran perusahaan dalam aspek-aspek yang dituntut oleh seluruh pemangku kepentingannya, semakin tinggi pula reputasi perusahaan. Dengan catatan bahwa kinerja yang dilaporkan itu baik dan valid. Kedua, melayani tuntutan pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang terpengaruh oleh dan bisa memengaruhi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Mereka yang terpenga-ruh hidupnya oleh perusahaan berhak mengetahui aspek-aspek yang bersentuhan dengan kehidupan mereka. Sedangkan mereka yang bisa memengaruhi perusahaan juga sangat perlu mengetahui informasi yang benar, sehingga pengaruh mereka bisa di-arahkan pada tujuan yang tepat. Ketiga, membantu perusahaan dalam membuat keputusan. Laporan kinerja yang baik tentu akan memuat indikator-indikator yang akan membantu perusahaan melihat kekuatan dan kelemahan dirinya. Keempat, mem-buat investor dengan mudah memahami kinerja

perusahaan. Ada kebutuhan yang semakin tinggi dari investor untuk bisa mengetahui kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Para investor jangka panjang benar-benar ingin mengetahui apakah modal yang ditanamnya aman atau tidak. Perusahaan yang mem-punyai kinerja sosial dan lingkungan yang tinggi memiliki kemungkinan yang lebih baik untuk terus berlanjut usahanya.

Komunikasi CSR yang baik, karenanya, harus dapat dipercaya, informatif, mendidik, serta ter-hindar dari emosi yang berlebihan. Komunikasi CSR harus memenuhi aspek ketepatan waktu, aksesi-bilitas, presentasi dan organisasi, dan interaksi dengan pemangku kepentingan.

Dalam komuniasi CSR ketepatan waktu adalah kebutuhan yang utama, begitu pula aksesibilitas karena pada dasarnya semua pemangku kepentingan dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, termasuk isu CSR, sehingga laporan harus dapat diakses oleh semua pihak. Penelitian menunjukkan bahwa ke-mampuan presentasi dan organisasi pada laporan tahunan juga sudah menjadi hal yang penting, ter-utama penggunaan grafik dan kemampuan organi-sasional. Hal yang sama terjadi pada komunikasi CSR [8]. Fitur presentasi dan organisasi merupakan kebutuhan komunikasi yang penting karena dapat membantu dalam penyampaian informasi secara lebih mudah dan terstruktur. Proses pelaporan CSR perusahaan telah diperluas untuk memasukkan keterlibatan dengan para pemangku kepentingan. Jadi, interaksi dengan pemangku kepentingan adalah kebutuhan komunikasi yang krusial bagi perusahaan. 2.2 Kelebihan Web sebagai Media Komunikasi

CSR

Berbagai studi yang dilakukan menunjukkan banyak cara yang dipilih oleh perusahaan untuk mengomunikasikan program CSRnya. Setidaknya ada tiga saluran utama yang dipakai yaitu laporan sosial (social report), melalui laman (web) perusa-haan dan dengan iklan. Keuntungan utama web sebagai media komunikasi adalah bahwa web mem-punyai dimensi ketepatan waktu (timely) [9]. Informasi dapat dengan segera tersedia (real time). Kemampuan komunikasi masal dan jangkauan global yang dimiliki oleh web memungkinkan informasi dapat diakses oleh berbagai pemangku kepentingan. Web juga memungkinkan interaksi dua arah dan umpan balik melalui surat elektronik, forum diskusi, dan buletin boards [10].

Presentasi dengan menggunakan grafik, anima-si dan multimedia, organisaanima-si yang efianima-sien melalui tautan (link dan hyperlink), dan fasilitas pencarian dan pelacakan (search and tracking) sangat me-mungkinkan dilakukan pada web. Semua kelebihan tersebut membantu penyampaian informasi yang harus dikomunikasikan oleh perusahaan kepada pemangku kepentingan.

(3)

628 Berdasarkan Kerangka Media Richness, web merupakan media yang dapat memfasilitasi kebutuh-an komunikasi CSR. Tabel 1 berikut memper-lihatkan hubungan antara kebutuhan komunikasi CSR dan fitur web berdasar kerangka Media Richness. Web adalah media yang kaya bagi komu-nikasi CSR, karena itu penggunaan fitur web – yang dikonseptualisasikan dengan menggunakan Kerang-ka Media Richness – dalam praktik aKerang-kan sejalan dengan kebutuhan manajemen untuk berkomunikasi melalui web.

Tabel 1 Kebutuhan Komunikasi CSR dan Fitur Web Berdasar Kerangka Media Richness

Kebutuhan

Komunikasi CSR Fitur Web

Ketepatan Waktu Kesegeraan

Aksesibilitas Keragaman Penerima

Presentasi dan Organisasi

Keragaman Isyarat, Variasi Bahasa, Sumber Personal, Memori Terolahkan Komputer, dan Perekaman Eksternal

Interaksi Konkurensi, Sumber Personal

Web mempunyai keuntungan dalam hal kese-geraan tetapi penggunaannya akan sangat tergantung pada kebutuhan organisasi untuk berkomunikasi se-cara tepat waktu melalui web. Jika ketepatan waktu begitu penting maka kesegeraan akan digunakan secara ekstensif. Di lain pihak, jika ketepatan waktu bukanlah hal yang penting bagi perusahaan, maka fitur kesegeraan juga akan terbatas digunakan.

Kebutuhan untuk komunikasi yang mudah diakses melalui web akan berdampak pada peng-gunaan fitur keragaman penerima. Jika aksesibilitas penting, komunikasi masal dan jangkauan global yang ditawarkan web akan digunakan dalam komu-nikasi CSR. Sebaliknya, fitur akan dibatasi peng-gunaannya apabila kebutuhan untuk meningkatkan aksesibilitas pemangku kepentingan atas isu CSR pada web juga terbatas.

Penggunaan fitur ragam isyarat, variasi bahasa, sumber personal, perekaman eksternal, dan memori terolahkan komputer pada web akan banyak digu-nakan apabila kebutuhan akan presentasi dan or-ganisasi pada web cukup besar. Penggunaan bebe-rapa fitur Kerangka Kekayaan Media tersebut akan sangat ekstensif apabila manajemen menganggap bahwa fitur-fitur tersebut sangat penting dalam komunikasi CSR dengan pemangku kepentingan.

Jika perusahaan bermaksud untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan melalui web (kritikal), fitur sumber personal dan konkurensi akan digunakan secara ekstensif. Beberapa alat, misalnya surat elektronik (surel), forum diskusi dan ruang obrol (chatrooms) akan tersedia untuk memungkin-kan pemangku kepentingan berinteraksi dengan perusahaan secara elektronik. Jika manajemen menganggap bahwa proses komunikasi melalui web tidak terlalu penting (non kritikal) maka penggunaan fitur sumber personal dan konkurensi akan sangat

terbatas. Misalnya, web hanya akan menampilkan alamat surel umum perusahaan.

Tabel 2 Perbandingan Media Cetak dan Web

Fitur Media Cetakan Web

Kesegeraan Informasi historikal

Informasi dapat diberikan tepat waktu dan diperbaharui berkala. Ragam

Isyarat

Presentasi infor-masi sangat terba-tas pada bentuk cetakan

Presentasi fleksibel dan visibilitas menyediakan ragam isyarat untuk diseminasi informasi. Variasi Bahasa Terbatas pada laporan umum, dengan pendekat-an terbatas untuk mengorganisir informasi

Informasi dapat dior-ganisir melalui tautan dan menu, berbagai tingkatan informasi dapat disediakan, format file yang berbeda dapat digunakan untuk infor-masi yang dapat diun-duh. Integrasi informasi dapat dilakukan melalui tautan dan seksi lain, halaman lain, atau web lain.

Sumber Personal

Informasi bagi pembaca umum

Tautan dan menu dapat menyediakan informasi bagi pemangku kepen-tingan yang berbeda, informasi dapat pula diberikan melalui daftar email kepada pemangku kepentingan. Keragaman Penerima Aksesibilitas umumnya terbatas karena hambatan geografi, informa-si mungkin hanya ditujukan kepada pemangku kepen-tingan yang punya kekuasaan tertentu

Setiap orang yang dapat mengakses web dapat memperoleh informasi karena keterjangkauan global dan potensi komunikasi masal dari web.

Perekaman Eksternal

Cara manual untuk menelusuri peng-guna informasi yang diungkapkan. Laporan terdahulu dimungkinkan untuk disediakan atas permintaan. Informasi terutama bersifat statis

Informasi dapat diunduh dan dicetak. Perangkat lunak log analisis dan fasilitas hit counter dapat digunakan untuk mencatat pengguna website. Laporan multi tahun dapat diarsip pada web. Sifat dinamis web memungkinkan perubahan dilakukan dengan mudah. Memori Terolahkan Komputer Pencarian secara manual

Navigasi dan manaje-men informasi pada web dimungkinkan melalui menu, tautan, dan mesin pencari. Alat analisis juga dapat digunakan.

Konkurensi Mekanisme untuk

mendapatkan umpan balik ter-batas. Interaksi secara simultan tidak dimungkin-kan Mekanisme elektronik untuk mendapatkan umpan balik, seperti email dan formulir umpan balik otomatis. Memungkinkan inter-aksi dua arah melalui forum diskusi, email, dan bulletin boards.

(4)

629 Secara keseluruhan Tabel 2 memperlihatkan keuntungan penggunaan web untuk tujuan komu-nikasi CSR dibandingkan dengan media tercetak. Web adalah media komunikasi yang lebih “kaya” diandingkan dengan media tercetak yang konven-sional [8].

3. Faktor Kontekstual Pemanfaatan Web Berdasarkan kerangka Media Richness, web dapat menjadi media komunikasi CSR dari per-usahaan kepada seluruh pemangku kepentingannya. “Kekayaan” media web dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman atas aktivitas dan pro-gram CSR perusahaan oleh pemangku kepentingan-nya. Ada optimisme tentang potensi yang sangat besar dalam hal komunikasi dialogis antara per-usahaan global dengan pemangku kepentingannya melalui web. Meskipun demikian, penelitian terhadap komunikasi lingkungan berbasis web me-nunjukkan bahwa perusahaan belum sepenuhnya memanfaatkan kelebihan yang ada pada web. Cara perusahaan Australia yang telah go public mengung-kapkan informasi lingkungannya sangat tergantung pada industrinya. Tipe pengungkapan tidak berbeda dengan yang tersedia dalam laporan tercetaknya dan belum sepenuhnya memanfaatkan potensi media web dalam pelaporan.

Penelitian tentang penggunaan web untuk melaporkan isu etika, isu sosial dan lingkungan pada perusahaan di Australia, UK, dan Jerman memper-lihatkan bahwa komunikasi isu etika, sosial dan lingkungan dalam web sangat terbatas [11]. Hal ini menegaskan bahwa komunikasi perusahaan bukan tujuan utama dari web. Berdasarkan pengamatan peneliti tersebut, perusahaan masih harus mening-katkan isi pengungkapannya melalui web, menaik-kan aksesibilitas, dan meningkatmenaik-kan verifikasi infor-masi yang disajikan pada web, serta menyediakan mekanisme umpan balik yang lebih canggih pada web untuk keperluan hubungan dengan pemangku kepentingan.

Penelitian pada perusahaan yang bergerak di bidang industri mineral di Australia juga menunjuk-kan bahwa potensi web untuk komunikasi lingkung-an belum secara ekstensif dimlingkung-anfaatklingkung-an oleh usahaan. Ada kemungkinan bahwa keengganan per-usahaan menggunakan web secara optimal sebagai media komunikasi adalah karena keterbatasan akses pada sebagian pemangku kepentingan, isu keraha-siaan dan keamanan, kekhawatiran akan informasi yang berlebihan, hingga biaya yang diperlukan untuk mengelola web [12].

Perusahaan yang terdaftar pada Spanish Stock Exchange, IBEX-35, menganggap bahwa isu terkait CSR sangat penting. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sebagian besar perusahaan yang menyediakan menu tersendiri untuk isu CSR dan menempatkannya pada halaman depan web. Walau pun demikian,

inter-aktivitas terkait dengan isu CSR sangat rendah. Web lebih bersifat satu arah dan terfokus pada penyam-paian informasi. Tidak ada fasilitas umpan balik yang memungkinkan interaksi dan dialog dengan publik yang berbeda [11].

Pada penelitian tentang pemanfaatan laman resmi oleh dua perusahaan sektor industri dasar dan kimia di Indonesia sebagai media pengungkapan CSR [3] terlihat bahwa perusahaan telah menem-patkan isu CSR pada hirarki yang tinggi tetapi mem-punyai tingkat interaktivitas yang rendah, karena hanya menggunakan sumber ekspositif yang satu arah dan tidak menyediakan sarana umpan balik yang memadai. Begitu pula pada tujuh perusahaan sektor tambang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Indeks Bisnis-27. Umumnya, ketujuh perusahaan tersebut mempunyai menu atau submenu tersendiri untuk melaporkan kegiatan CSRnya, meskipun masih bersifat satu arah dan kurang me-manfaatkan fitur web yang lebih kaya untuk keper-luan komunikasi dengan pemangku kepentingan [4]. Dari studi terhadap beberapa literatur yang ada tersebut dapat dikatakan bahwa meskipun web adalah media yang ‘kaya’ dan dapat digunakan se-bagai media komunikasi CSR yang baik oleh perusa-haan tetapi potensi tersebut belum sepenuhnya di-manfaatkan. Pemanfaatan web secara ekstensif untuk komunikasi CSR masih dipengaruhi beberapa faktor kontekstual [8], yaitu keterbatasan teknologi, faktor ekonomi, faktor internal organisasi, dorongan pemangku kepentingan eksternal, dan faktor lain. 3.1 Keterbatasan Teknologi

Suatu media mempunyai keterbatasan teknis tertentu yang dapat membatasi penggunaannya. Web mempunyai potensi keterbatasan teknologi yang dapat memengaruhi penggunaannya sebagai media komunikasi CSR. Keterbatasan teknologi berbasis web tersebut menyangkut keamanan, disain, isi, dan masalah kredibilitas.

Masalah keamanan dapat muncul pada peng-gunaan teknologi berbasis web. Isu seperti peretasan (hacking), virus, dan penolakan jasa, serta intrusi jaringan adalah masalah penting yang harus dihadapi apabila suatu organisasi menggunakan web sebagai media komunikasi. Walau demikian, saat ini industri teknologi informasi dan komunikasi telah dikem-bangkan sedemikian rupa yang membuat Internet menjadi lebih aman. Misalnya, penggunaan firewall untuk memonitor lalu lintas dan mencegah potensi masalah keamanan [13]. Perusahaan juga dapat mengeluarkan kebijakan yang ketat tentang penggunaan Internet untuk meminimasi penyebaran virus dan untuk mencegah peretasan oleh pihak eksternal.

Web yang tidak didisain dengan baik akan menimbulkan masalah bagi pemangku kepentingan, terutama bagi mereka yang tidak terlalu terbiasa

(5)

630 dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Seorang pemangku kepentingan bisa saja frustasi jika menghadapi kesulitan mengakses informasi tertentu yang disebabkan oleh disain web yang buruk. Dengan demikian, untuk meningkatkan penggunaan web oleh pemangku kepentingan, web harus dibuat ramah pengguna (user friendly) dengan tautan, menu, dan disain fitur lain yang jelas dan mudah.

Penggunaan web dapat menimbulkan berlebih-nya informasi (information overload) [13,14]. Mudahnya mencari informasi melalui Internet membuat pemangku kepentingan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak dan mungkin sebetul-nya tidak relevan. Jadi, perusahaan harus memberi perhatian pada jumlah (dan relevansi) informasi yang ditampilkan pada web. Proses ini membutuh-kan kesadaran amembutuh-kan kebutuhan informasi dari pemangku kepentingan sehingga pengungkapan yang dilakukan pun sesuai dengan harapan pemang-ku kepentingan.

Masalah keaslian isi yang ditampilkan pada web bisa juga menjadi pertanyaan [13]. Masalah hoax, misalnya, dapat merusak reputasi per-usahaan. Perusahaan, karenanya harus dapat me-yakinkan kepada pemangku kepentingan bahwa isi web dapat dipercaya.

3.2 Faktor ekonomi

Literatur tentang sistem informasi menyatakan bahwa penggunaan suatu media untuk komunikasi dapat dijelaskan melalui faktor sosial [15], misalnya mengaitkan kinerja ekonomi, postur stratejik, dan kekuatan pemangku kepentingan terhadap pengung-kapan sosial dan lingkungan atau menghubungkan pelaporan sosial dan lingkungan dengan karak-teristik perusahaan, pengaruh kontekstual umum, dan faktor internal organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa konteks perusahaan (faktor ekonomi), inter-nal (termasuk postur stratejik) dan eksterinter-nal (pemangku kepentingan) memengaruhi pelaporan sosial dan lingkungan.

Web sering dinyatakan sebagai media yang lebih murah untuk menyebarkan informasi diban-dingkan dengan media komunikasi lain [14]. Biaya untuk memulai penggunaan teknologi dan peme-liharaan dan biaya personel seimbang dengan banyaknya keuntungan yang ditawarkan oleh web. Namun demikian, biaya pengembangan web juga dapat menjadi penghalang bagi komunikasi berbasis web. Karena itu, penggunaan web bagi komunikasi CSR dapat terkait dengan faktor ekonomi.

3.3 Faktor Internal Organisasi

Faktor internal organisasi dapat berhubungan dengan komunikasi lingkungan berbasis web melalui perilaku perusahaan dan proses stratejik. Dalam

hubungannya dengan komunikasi berbasis web, budaya perusahaan dapat berpengaruh pada praktik komunikasi CSR perusahaan. Perilaku perusahaan terhadap isu CSR, pemangku kepentingan, dan media komunikasi dapat menentukan sejauh mana komunikasi CSR akan dilakukan melalui web.

CSR dan pemangku kepentingan adalah isu penting bagi perusahaan, karena itu perilaku positif terhadap CSR dan pemangku kepentingan adalah kondisi yang mendorong komunikasi CSR. Hal ini harus sesuai dengan pemahaman terhadap peran media untuk memfasilitasi komunikasi tertentu.

Proses komunikasi CSR berbasis web juga berkaitan dengan postur stratejik suatu perusahaan. Beberapa perusahaan menganggap bahwa komuni-kasi berbasis web – yang dianggap sebagai teknologi relatif baru dan menjanjikan – akan memberikan keuntungan stratejik dalam berhubungan dengan pemangku kepentingan terkait isu-isu CSR diban-dingkan dengan media yang pernah digunakan sebelumnya. Perusahaan ingin dianggap sebagai pemimpin dalam hal pengungkapan laporan CSR.

Sementara itu, sebagian perusahaan tetap menggunakan web untuk berkomunikasi CSR secara konservatif. Strategi mereka kemungkinan adalah menggunakan sebagian saja kemampuan web dibandingkan dengan menggunakannya secara ekstensif dan menjadi pemimpin dalam penggunaan teknologi web untuk komunikasi CSR.

3.4 Dorongan Pemangku Kepentingan Eksternal

Pemangku kepentingan eksternal juga dapat memengaruhi komunikasi CSR yang dilakukan perusahaan [16]. Pengaruh pemangku kepentingan eksternal ini dapat dikonseptualisasikan melalui pertimbangan adanya tekanan pemangku kepenting-an luar dkepenting-an kebutuhkepenting-an akkepenting-an adkepenting-anya komunikasi CSR yang memicu penggunaan suatu media komunikasi tertentu.

Tekanan dari pemangku kepentingan terhadap peningkatan informasi dan ketepatan waktu serta perjanjian dapat menyebabkan kebutuhan komuni-kasi CSR berbasis web meningkat. Tekanan tertentu akan menghendaki respon perusahaan melalui komunikasi menggunakan media yang ”kaya” dan web mempuyai potensi untuk memfasilitasi komu-nikasi tersebut. Regulator atau asosiasi industri dapat mendorong perusahaan untuk menggunakan web sebagai media komunikasi. Inisiatif dari lembaga tersebut dapat menjadi pendorong penggunaan komunikasi lingkungan berbasis web.

Di lain pihak, tidak adanya kebutuhan pemang-ku kepentingan untuk berkomunikasi melalui web juga akan membatasi praktik penggunaan web seba-gai media komunikasi. Beberapa pemangku kepen-tingan lebih memilih dokumen yang tercetak (hard copy) dibandingkan laporan berbasis web.

(6)

631 Pemangku kepentingan tertentu mungkin memiliki keterbatasan penguasaan teknologi informasi dan enggan beradaptasi terhadap adanya perubahan dalam manajemen informasi dan penyebarannya. Jadi, preferensi dan kompetensi pemangku kepen-tingan akan memengaruhi komunikasi CSR berbasis web.

3.5 Faktor Lain

Pemanfaatan web sebagai media komunikasi CSR oleh perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh adanya pandangan yang menyebutkan tentang ”pedang bermata dua” dan adanya perubahan filosofi manajemen yang terjadi pada perusahaan [8]. ”Pedang bermata dua” menggambarkan situasi dimana kelebihan komunikasi CSR berbasis web adalah juga merupakan keterbatasan. Sebagai con-toh, kemampuan kesegeraan pada web dapat meng-akibatkan umpan balik yang cepat juga oleh pemangku kepentingan yang mungkin tidak bisa segera ditangani oleh perusahaan. Kemampuan aksesibilitas yang dapat menjangkau semua pemang-ku kepentingan juga menjadi tidak berarti apabila pemangku kepentingan tidak memiliki akses ter-hadap internet.

Faktor lain yang ditemukan berpengaruh ter-hadap pemanfaatan fitur web adalah bahwa komu-nikasi CSR berbasis web sangat terkait dengan kebijakan manajemen puncak perusahaan. Pengam-bilalihan perusahaan oleh perusahaan lain dapat mengakibatkan perubahan filosofi yang berimbas pada pola komunikasi perusahaan, termasuk komu-nikasi CSR [8].

Penelitian pada perusahaan tambang di Indo-nesia mengungkapkan bahwa pandangan ”tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu” dalam beberapa hal masih dipertimbangkan dalam me-nyampaikan informasi CSR dan berakibat pada ter-batasnya pemanfaatan web sebagai media komuni-kasi CSR [17].

4. Penutup

Web mempunyai potensi sebagai media komunikasi CSR oleh perusahaan, namun seberapa ekstensif fitur web digunakan agar tujuan komunikasi CSR tercapai maka perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor kontekstual yang ada.

Daftar Pustaka:

[1] Deegan, C., 2002, Introduction: The legitimising

effect of social and environmental disclosures – a theoretical foundation. Accounting, Auditing, and

Account-ability Journal, vol. 15, n. 3 :282-311 [2] Esrock, S. L., and Leichty, G. B., 1998,

Organization of corporate web pages: publics and functions, Public Relations Review, 26 (3): 327-344.

[3] Harmoni, Ati, 2010, Pemanfaatan laman resmi sebagai media pengungkapan tanggung jawab

so-sial perusahaan/CSR pada perusahaan di Indo-nesia, Jurnal Ekonomi Bisnis, No I Vol 15, 9-17.

[4] Harmoni, Ati, 2010, Exploring the official website:

how Indonesia mining industry communicate their corporate social responsibility action. Jurnal

Ekonomi Bisnis, No 3 Vol 15, Desember 2010, 166-173

[5] Morsing, M., 2006, Corporate social responsibility

as strategic auto-communication: on the role of external stakeholders for member identification,

Business Ethics: A European Review, 15(2): 171-182.

[6] Jenkins, H.M. and Yakovleva, N., 2006, Corporate

social responsibility in the mining industry: exploring trends in social and environmental disclosure. Journal of Cleaner Production, 14 (3-4),

pp. 271-284

[7] Gazdar, K., 2007, Reporting Nonfinancials, West Sussex, John Willey and Son.

[8] Lodhia, Sumit K., 2006, The World Wide Web and

its potential for corporate environmental communi-cation: a study into present practices in the Australian minerals industry, The Inernational

Journal of Digital Accounting Research, Vol.6, N.11, pp. 65-94, 2006

[9] Ettredge, M., Richardson, VJ., and Scholz, S., 2001,

The presentation of financial information at corporate website, International Journal of

Accounting Information Systems, Vol. 2: 149-168, 2001

[10] Williams, S.M., C.H.W. Pei, 2000, Corporate social

disclosure by Listed companies on their web sites: an international comparison, International Journal

of Accounting, Vol. 34, N.3: 389-419

[11] Capriotti, P. dan A. Moreno, 2007, Corporate

Citizenship and Public Relations: The Importance and Interactivity of Social Responsibility Issues on Corporate Websites. Public Relations Review, Vol

33, pp. 84-91

[12] Lueza, J.M., 2002, Constructing a cyber-corp

Identity: How Global Organizations Are Taking Advantage of the Web. Paper presented to the

Hawaii International Conference on Social Science, June 11-15, 2002

[13] SustainAbility/UNEP, 1999, Engaging

Stake-holders: The internet reporting report. Engaging

Stakeholder Series. SustainAbility/UNEP, London [14] Adams, C.A. 2002, Internal organisational factors

influencing corporate social and ethical reporting.

Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 15, No. 2, pp. 223-250.

[15] Trevino, L.K., Webster, J., and Stein, E.W., 2000,

Making connections: Complementary influences on communication media choices, attitudes, and use,

Organization Science, Vol. 11, No.2, pp. 163-182 [16] Ullmann, A.A., 1985, Data in Search of a Theory: A

Critical Examination of the Relationship's among Social Performance, Social Disclosure and Economic Performance of US Firms. Academy of

Management Review, Vol. 10, No. 3, pp. 540-557 [17] Harmoni, Ati, 2011, Komunikasi CSR Berbasis

Laman, Studi pada Perusahaan Tambang di Indonesia, Disertasi, Jakarta, Program Doktor Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

1) Ada pengaruh penambahan tepung kepala ikan lele pada pembuatan cilok terhadap kadar protein. 2) Berdasarkan uji kadar protein cilok diketahui bahwa cilok yang

proses diskusi meningkat karena dalam diskusi siwa dituntutuntuk berfikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah secara bersama. d) Tindakan yang akan dilakukkan

Menjadi Lembaga Independen di Bidang Informasi Keuangan yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.. 1)

There are various types of population structure such as age and sex status, marital status, literacy and educational status, employment status,1. religion status and etc., recorded

Berdasarkan hasil analis data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dirumuskan kesimpulan tingkat penyembuhan ketombe kering dengan pemanfaatan jeruk nipis adalah

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1 Batasan Masalah Luasnya permasalahan yang terkait dengan penerapan higiene sanitasi dan penyelanggaran makanan di tempat kerja, serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan enteral berformulasi bahan pangan lokal terhadap tikus putih ( Rattus norvegicus ) malnutrisi